Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Remaja merupakan harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan


bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja
saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang
tua, pratisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah
remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembanganya. Oleh
karena itu pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting
untuk menilai keadaan remaja (Poltekkes Depkes, 2010). Masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Para ahli merumuskan
bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik
bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa
dewasa, terutama perubahan alat produksi, sedangkan istilah adolensens lebih
ditekankan pada perubahan psikologis atau kematangan yang menyertai masa
pubertas (Soetjiningsih, 2004).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait,


bersinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan merupakan
suatu proses dimana perubahan-perubahan didalam diri remaja akan
diintergrasikan sedemikian rupa, sehingga remaja tersebut dapat berespon dengan
baik dalam menghadapi rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Tumbuh
kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif dan
psikososial. Selain itu, masa remaja juga ditandai dengan emosi yang labil, bahwa
periode remaja cenderung temperamen atau emosi tinggi, dalam arti emosi negatif
mereka lebih mudah muncul. Disebabkan karena remaja banyak mengalami
masalah dalam menenuhi kebutuhan mereka, karena lingkungan tidak
mendukung, bahkan menghalangi usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan itu.
Apabila remaja mengalami situasi yang tidak menyenangkan atau mendapatkan
sesuatu yang tidak disenangi, remaja tersebut lebih cenderung menyelesaikan atau
menghadapinya dengan emosi yang negatif bahkan agresif (Elida Prayitno, 2006).

1
2

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Remaja


mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya
mendapatkan kepercayaan dari lingkungan: sedangkan di lain pihak ia mulai
memikirkan kehidupan secara mandiri serta terlepas dari pengawasan orang tua
dan sekolah. Salah satu perkembangan masa remaja yang sulit penyusaian
terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyusuikan diri dengan lawan jenis
dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus
menyusaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk mencapai hubungan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyusuaian baru. Remaja harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru, dan nilai-nilai
dalam memilih teman (poltkkes depkes, 2010)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresif menjadi


permasalahan yang masih terjadi pada pelajar. Penelitian Shelton dkk (2009)
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 72,16% pelajar melakukan jenis
kejahatan yang melibatkan kekerasan fisik, sedangkan sisanya 27,84% siswa
cenderung melakukan jenis kejahatan yang tidak melibatkan kekerasan fisik.
penelitian Routt & Anderson (2011) menunjukkan bahwa dari keseluruhan remaja
yang diwawancarai, 72% melakukan serangan fisik kepada ibu mereka, 16%
menyerang dan mengancam ayah mereka, 5% karena menyerang atau mengancam
kakak mereka, dan 5% menyerang atau mengancam saudara meraka. Sejalan
dengan itu, penelitian Ivancevich (2007) juga mengemukakan bahwa agresif dapat
dikategorikan dalam dimensi fisik, verbal, aktif, pasif, langsung, dan tidak
langsung. Bentuk fisik dari agresif dapat melibatkan serangan dengan tinjuan,
dorongan, menampar, menendang, bahkan menggunakan senjata. Bentuk verbal
dari agresif ditenjukkan dengan kata-kata. Seperti hinaan, makian, gosip, tuduhan,
dan lain sebagainya. Agresif akitf menimbulkan bahaya melalui suatu perilaku
spesifik, sedangkan agresif pasif dicapai melalaui menahan sesuatu yang
diinginkan. Bentuk langsung dari agresif adalah ketika orang yang melakukan
agresif tersebut yang menimbulkan bahaya, sedangkan dalam agresif tidak
langsung orang lain yang menimbulkan bahaya.
3

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada hari senin tanggal 24 februari
2020 yang didapatkan data dari tahun 2019 sampai tahun 2020 terjadi peningkatan
perilaku agresif sebanyak 7 kasus perkelahian, bersikap tidak sopan terhadap guru
6 kasus. Berdasarkan hasil wawancara dari 4 orang siswa mengatakan bahwa
orang tua tidak marah jika mereka pulang larut malam dan tidak belajar. Teman
juga mereka anggap orang sangat penting beberapa siswa mengatakan sering
membolos sekolah karena lingkungan teman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat perilaku agresif siswa


SMK. Sehingga, hasil penelitian ini akan dapat merekomendasikan kepada
pemangku kepentingan dalam mengatasi perilaku agresif siswa.
Terminimalisirnya perilaku agresif siswa, diharapkan dapat menciptakan iklim
sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar. Penelitian Mecneil,
Prater & Busch (2009), Wang & Holcombe (2010) dan Makewa dkk. (2011)
menyimpulkan bahwa iklim sekolah tentunya memiliki pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar siswa.

B. Rumusan masalah

Remaja merupakan orang-orang yang mengalami masa peralihan dari anak-


anak menuju ke dewasa ditandai dengan perubahan fisik dan emosi termasuk
seksualitas. Perilaku remaja sangat rentan terhadap pola asuh
keluarga,lingkungan sekolah,lingkungan teman sebaya dan lingkungan
masyrakat yang dapat mempengaruhi perilaku remaja. perilaku agresif dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap remaja yang bersifat agresif fisik,
agresif verbal, kemarahan, dan permusuhan. Fenomena yang muncul, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah fakor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku agresif remaja?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku agresif
remaja
2. Tujuan khusus
4

a. Mengindentifikasi perilaku agresif remaja


b. Mengindentifikasi faktor-faktor (pola asuh keluarga ,lingkungan
sekolah, lingkungan teman sebaya,lingkungan masyakat)
c. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku agresif
remaja.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dalam perkembangan khususnya ilmu keperawatan tentang perilaku
remaja.
2. Manfaat Praktis
Bagi institusi sebagai bahan pertimbangan dan masukkan untuk sekolah
mengetahui dampak dari perilaku agresif remaja yang mengakibatkan
masa depan remaja itu hancur.
E. Penelitian Terkait

1. Ulya Illahi dkk (2018), dengan judul “Hubungan antara kecerdasan emosi
dengan perilaku agresif remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan
konseling”, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan korelasional yang bertujuan
untuk mendeskripsikan kecerdasan emosi(X) dan perilaku agresif remaja
(Y). Populasi peneltian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII MAN 1 Tanah
Datar berjumlah 300 orang dan sampel sebanyak 178 siswa. Instrument
penelitian digunakan adalah skala kecerdasan emosi dan skala perilaku
agresif remaja. Kesimpulan : terdapat hubungan yang negatif signifikan
antara kecerdasan emosi dengan perilaku remaja di SMA 1 Tanah datar
dengan koefisien korelasi -0,431 dan memiliki hubungan yang tergolong
cukup kuat. Persamaan yaitu pada sampel yang akan di teliti dan mengukur
tingkat perilaku agresif remaja, perbedaan yaitu tempat pengambilan
sampel.
5

2. Wahyu Nanda Eka Saputra dan Irvab Budhi Handaka (2017) dengan judul
“perilaku agresi pada siswa SMK di Yogyakrta” metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa SMK Muhammadiyah Yogyakarta sebesar 298 dan jumlah
sampel sebanyak 160 siswa. Hasil analisis deskriptif temuan-temuan dalam
penelitian untuk mengindentifikasi tingkat perilaku agresi pada siswa dua
SMK Muhammadiyah di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa (a) kategori
sangat tinggi sebesar 5%; (b) kategori tinggi sebesar 26%; (c) kategori
sedang sebesar 40%; (d) kategori rendah sebesar 21%; (e) kategori sangat
rendah sebesar 8%. persamaan yaitu mengukur perilaku agresif remaja,
perbedaan yaitu lokasi pengambilan sampel.

Anda mungkin juga menyukai