Disusun Oleh :
Mardita Sari
(213110124)
Dosen Pengempu :
i
2022/2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang “PHBS Di Berbagai
Tatanan”
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.
Saya berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A.Latar Belakang......................................................................................................................2
B.Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C.Tujuan Penulisan...................................................................................................................3
BAB 2 ISI........................................................................................................................................5
A.Pengertian Pemberdayan Keluarga.......................................................................................5
B. Pendidikan Kesehatan pada Keluarga..................................................................................5
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................8
A.Kesimpulan...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................14
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi kejadian-kejadian
serta lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Berkaitan dengan pengertian tersebut, maka Sunarti (2014: 91) berpendapat
Pemberdayaan keluarga merupakan upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk
membuat keluarga lebih berdaya dan berkualitas melalui kemampuan yang
dimilikinya.
Pemberdayaan keluarga diharapkan dapat melahirkan keluarga yang mandiri,
mampu mengelola masalah dan mencari solusi pemecahan dari suatu masalah.
Keluarga yang berdaya memiliki kreativitas dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota keluarganya. Hakikat pembangunan daerah dilakukan untuk meningkatkan
harkat dan martabat masyarakat didaerah tersebut sehingga kehidupan mereka lebih
berkualitas. Maka pembangunan daerahh berarti juga sebagai bagian dari upaya untuk
melakukan pembangunan manusia melalui pendayagunaandan pengoptimalan sumber
daya yang dimiliki. Namun demikian, aspek terpenting dalam pembangunan manusia
seutuhnya harus berawal dari diri manusia itu sendiri. Sebagai subjek, manusia
menjadi pelaku atas pembangunan, dan sebagai objek manusialah yang harus
melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan itu akan terus
berlanjut di masyarakat sehingga akan menghasilkan keadaan masyarakat yang adil
dan makmur. 2 Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memegang peranan
penting sebagai aset bangsa. Keluarga bukan hanya dianggap sebagai sasaran
pembangunan, tetapi merupakan pelaku (subjek) pembangunan. Untuk itu perlu diatur
5
tentang pembangunan keluarga sejahtera, terutama dalam mempersiapkan sumber
daya anggota keluarga yang potensial.
Dalam bidang ketahanan keluarga, diupayakan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam mengasuh dan menumbuhkembangkan anak, disamping menurunnya
ketidak harmonisan dan tindak kekerasan dalam keluarga. Pembangunan berwawasan
keluarga merupakan pembangunan keluarga yang dilakukan secara seksama
mempertimbangkan dimensi keluarga sebagai sasaran dan pelaku. Dengan demikian,
pengembangan sumber daya keluarga adalah rangkaian upaya pembangunan, baik
yang dilaksanakan oleh pemerintah swasta dan masyarakat untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas, yaitu terwujudnya keluarga yang maju, mandiri, sejahtera,
hidup selaras, serasi serta seimbang dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Upaya pembangunan keluarga yang berkualitas dilakukan melalui
pemberdayaan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia.
Pembangunan ketahanan keluarga di Provinsi Jawa Barat sangat penting. Jawa Barat
memiliki jumlah penduduk dan keluarga terbanyak dibandingkan provinsi lainnya di
Indonesia. Kondisi dan kualitas keluarga di Jawa Barat akan berkontribusi secara
nyata terhadap kondisi keluarga di Indonesia. Sementara kondisi yang ada
menunjukan masih besarnya keluarga terkategori 3 pra sejahtera dan keluarga
sejahtera 1 dan berbagai masalah keluarga di Jawa Barat (perceraian, trafficking,
kekerasan kepada perempuan dan anak).
B.Rumusan Masalah
2. Bagaimana cara untuk mengetahui apa itu Pendidikan Kesehatan pada Keluarga
C.Tujuan Penulisan
6
BAB II
ISI
A. Pemberdayaan Keluarga
2)Membangun adaptasi yang tinggi agar mampu menjalani hidup dengan baik tanpa
mengalami kesulitan dan hambatan terhadap perubahan.
1) Mendorong keluarga dan anggota keluarga untuk berperan aktif dalam mengatasi
masalah dan mendengarkan secara sekasama masalah yang dihadapi oleh anggota
keluarga.
2)Mengakui bahwa keluarga adalah mitra atau merupakan anggota tim dalam sistem
pelayanan kesehatan
3)Memperbaiki dan mengarahkan visi keluarga tentang pilihan dan kemungkinan apa
yang ada.
4)Mendorong keluarga dalam melatih otonomi dan penentuan diri sehingga mampu
memutuskan pilihannya.
5)Saling menghargai antara keluarga dan perawat bahwa mereka memiliki spesialisasi
masing-masing dalam memelihara kesehatan dan mengatasi masalah kesehatan.
6)Mengakui bahwa keluarga dan perawat merupakan sumber kekuatan dan sumber
dalam hubungan mereka.
8
memiliki kekuatan dan kemampuan serta kapasitas untuk menjadi lebih kompeten.
Pendapat ideologis ini berkaitan dengan komponen kedua.
3)Komponen ketiga yaitu hasil pemberdayaan, dimana hasil pemberdayaan terdiri dari
perilaku yang diperkuat dan peningkatan penilaian kontrol, seperti fokus kontrol,
konsep diri, dan motivasi intrinsik.
Kekuatan keluarga merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan kesehatan. Seringkali keluarga tidak memperhatikan sistem dalam
keluarga mereka sendiri, bahwa mereka sebagai suatu komponen yang tidak bisa
terpisahkan dan bersifat positif. Kekuatan keluarga terdiri dari komunikasi secara
jelas, kemampuan beradaptasi, perilaku pengasuhan anak dengan sehat, dukungan dan
melibatkan seluruh anggota keluarga, menggunakan masa krisis sebagai tahapan
pengembangan, berkomitmen sesame anggota keluarga, rasa kesejahteraan dan
keterpaduan, dan spritualitas Kim, et al dalamPotter, Perry & Hall, (2020). Membantu
keluarga untuk fokus pada kekuatan mereka daripada fokus pada masalah atau
kelemahan. Contohnya yaitu, pada pasangan yang telah menikah selama 30 tahun
9
dapat melewati berbagai masa krisis dan perubahan, sehingga nampaknya mereka bisa
beradaptasi dengan tantangan- tantangan dalam rumah tangga. Dengan merujuk pada
program pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kelengkapan yang
dibutuhkan. Contohnya, beberapa orang membuka tempat program aktivitas
kebugaran yang terjangkau bagi anak-anak usia sekolah untuk menurunkan resiko
obesitas.
2)Mampu menciptakan perilaku sehat secara mandiri baik bagi dirinya sendiri
maupun dalam keluarga atau kelompok. Maka dari itu Pelayanan Kesehatan Dasar
(PHC) diarahakan untuk dikelolah oleh masyarakat.
Dalam melakukan pendidikan kesehatan yang perlu diperlu dilakukan dengan cara
terstruktur sehingga tujuan dapat tercapai. Berikut tahap pedidikan kesehatan:
1)Tahap sensitisasi, yaitu tahap pertama yang berisi pemberian informasi mengenai
masalah kesehatan, pegetahuan tentang kesehatan, dan fasilitas kesehatan yang ada.
Pada tahap ini belum merujuk pada perubahan perilaku.
2)Tahap publisistas, yaitu lanjutan dari tahap pertama dengan berfokus pada publikasi
layanan kesehatan.
4)Tahap motivasi, yaitu pada tahap ini diharapkan terjadi perubahan perilaku pada
masyarakat dan menerapkan apa yang telah diajarkan (Machfoedz & Suryani, 2009).
11
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
12
Daftar Pustaka
Chiu, M. Y. L., Wei, G. F. W., Lee, S., Choovanichvong, S., & Wong, F.
13