Anda di halaman 1dari 6

ANALISA TINDAKAN PEMASANGAN INFUS PADA Ny.

T D
DI RUANG DAHLIA RSUD SURAKARTA

Disusun oleh:
KARMELIA TUTO LANANG
NIM : SN181084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2018/2019

1
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMASANGAN INFUS

Klien : Ny.T
Diagnosa Medis : Eritoderma
No Register : 12 XXXX
Hari/Tgl :27/11/2018

1. Diagnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


Kerusakan integritas kulit dengan kondisi terkait gangguan sensasi pruritus

Data Hasil Pengkajian :


DS : klien mengatakakan gatal-gatal diseluruh tubuh dan kulitnya mengelupas
DO :Kulit klien tampak megering, mengelupas, kemerahan,klien menggaruk
seluruh area tubuh

2. Dasar pemikiran :
a. Eritroderma (dermatitis eksfoliativa) adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema seluruh atau hampir seluruh tubuh dan biasanya
disertai skuama (Arief, Mansjoer. M, 2014). Pasien eritoderma biasanya
mengalami perubahan warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah
gelap, setelah seminggu, mulai terbentuk eksfoliatif (bersisik) dalam bentuk
serpihan tipis yang membuat lapisan kulit menjadi halus dan merah, dengan
pembentukan sisik baru karena sisik sebelumnya terkelupas. Untuk
mempertahankan kelembapan kulit, proses penyembuhan dan
mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral, memberikan keseimbangan asam basa, memperbaiki
volume komponen darah dan memberikan nutrisi saat sistem pencernaan
diistirahatkan dapat dilakukan dengan pemasangan infus. Oki suwarsa
mengemukakan dalam penelitian tentang terapi cairan dan elektrolit pada

2
keadaan gawat darurat penyakit kulit, dalam jurnal Vol. 30 Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin-Periodical of Dermatology and Venereology /
No. 2 / Agustus 2018 bahwa Pemberian cairan dan elektrolit harus
berdasarkan penyebab, kemudian menentukan jenis, jumlah, serta kecepatan
pemberian. Penatalaksanaan meliputi evaluasi status hemodinamik,
memeriksa kadar elektrolit, analisis gas darah, memasang tekanan vena
sentral, dan kateter urine untuk menghitung kehilangan cairan sehingga dapat
diberikan cairan dan elektrolit yang tepat. Terapi suportif pada
kegawatdaruratan penyakit kulit sama dengan pasien luka bakar, yaitu
menggunakan ‘rule of nine’ untuk bula >10% total area permukaan tubuh.
Cairan yang dianjurkan adalah NaCl 0,9%, Ringer laktat, dan dextrosa 5%.
Dengan begitu rognosis terapi cairan dan elektrolit pada keadaan gawat
darurat penyakit kulit tergantung terapi yang adekuat, kelengkapan unit luka
bakar, pemberian cairan yang tepat, dan nutrisi tambahan.

3. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Pemasangan infus
4. Prinsip Tindakan

Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal


ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum
intravena (infus). Fase tindakan pemasangan infus :

1. Mencuci tangan
2. Menempatkan alat di dekat pasien
3. Membuka set infus dengan mempertahankan kesterilan pada kedua
ujungnya
4. Memasang klem rol 2-4cm dibawah bilik drip
5. Membuka tutup botol cairan dan lakukan diinfektan
6. Menusukkan set infus dan mengisi bilik drip sampai 1/3 atau ½ penuh
7. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang

3
8. Menutup klem selang
9. Megatur posisi klien dan memilih vena yang tepat
10. Memasang perlak pengalas
11. Meletakkan torniquet 10-12 cm diatas lokasi penusukan
12. Menggunakan sarung tangan
13. Mendisinfektan area penusukan
14. Melakukan penusukan dengan bevel menghadap keatas dengan sudut 20-
30 derajat
15. Memastikan iv cateter masuk iv kemudian menarik mandiri sekitar0,5cm
16. Memasukkan iv kateter secara perlahan
17. Menahan kateter dengan 1 tangan kemudian tangan lainnya melepaskan
tourniquet dan menarik mandiri
18. Menghubungkan dengan selang infus
19. Membuka klem rol untuk mengalirkan cairan
20. Melakukan fiksasi
21. Mengatur tetesan infus sesuai program
22. Dokumentasikan tindakan
23. Merapikan klien dan alat
24. Mencuci tangan

5. Analisa Tindakan Keperawatan


Melakukan pemasangan infus yaitu pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh
melalui sebuah jarum kedalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau
zat-zat makanan dari tubuh agar cairan tubuh pada pasien terpenuhi, karena
pasien dengan mual muntah potensial terjadi kekurangan cairan tubuh. Selain itu
untuk mempermudah pemberian injeksi melalui selang infus, yang mengurangi
trauma pada vena dan kulit pasien.

6. Bahaya yang mungkin muncul


a. Hematoma
b. Infiltrasi

4
c. Tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh vena)
d. Emboli udara
e. Perdarahan
f. Reaksi alergi

7. Hasil yang Didapatkan dan Maknanya


S : klien mengatakakan gatal-gatal berkurang diseluruh tubuh dan kulitnya
mengelupas
O :Kulit klien tampak megering, mengelupas, kemerahan, klien menggaruk
seluruh area tubuh
A : mual sudah dapat teratasi
P : intervensi dilanjutkan di ruangan
-manajemen mual
8. Tindakan Keperawatan lain
Dokumentasi
1) Tanggal, jam dan nama terang
2) Respon pasien terhadap prosedur
9. Evaluasi Diri
Dalam melakukan pemasangan infus harus lebih memperhatikan prinsip
steril. Karena jika kita melakukan pemasangan infus tanpa memperhatikan
prinsip kesterilan dapat terjadi infeksi dan bisa memperburuk keadaan
pasien.
9. Kepustakaan

Haji, Bayu Seno (2010). Hubungan Kompetensi Pada Aspek Keterampilan


Pemasangan Infus.
Yanita, Tetra, Dwi & Endri. (2008). Panduan Skills Lab Ketrampilan Dasar
Dalam Keperawatan: Yogyakarta
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

5
Potter & Perry. 2005. Buku Saku: Ketrampilan & Prosedur Dasar. Edisi 5.
Jakarta: EGC
Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC

Mengetahui
Mahasiswa Pratikan Pembimbing Klinik/CI

(Karmelia T. Lanang) ( )

Anda mungkin juga menyukai