1 Hasil Penilitian
4.1.1 Pengkajian
I. Identitas klien
saat disapa oleh orang tua dan teman nya pasien selalu diam dan pergi
dengan siapapun.
b. Pasien mengurung diri di kamar selama hampir satu bulan. Tidak pernah
keluar rumah. Hanya keluar saat malam hari untuk kencing dan buang
hajat di kebun belakang rumah nya. Saat makan hanya di letakkan di
depan kamar nya dan malam hari pasien baru mengambil makanan
tunangan nya.
Keluhan utama : menyendiri duduk di kamar mandi dari mulai awal masuk
tahun. Tidak ada angota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Satu
b. Nn. H tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan tidak
saksi/ korban aniaya fisik, sexual, dan kekerasan dalam keluarga. Tidak
pasien.
IV. Fisik
Pasien 1
Pasien 2
V. Psikososial
a. Pasien anak ke dua dari perkawinan kedua orang tuanya, orang tua masih
hidup dan kakek nenek nya sudah meninggal. Tinggal bersama kedua
orang tuanya. Tidak ada seorang pun yang diajak pasien untuk
oleh perawat.
b. Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Orangtua masih hidup.
Kakek dan nenek sudah meninggal, tinggal serumah dengan orang tua
nya. Tidak ada pengkajian Konsep diri yang mampu didapatkan oleh
perawat.
1. Penampilan
2. Pembicaraan
a. Pasien miskin bicara tidk banyak data yang didapat oleh perawat.
b. Pasien miskin bicara tidk banyak data yang didapat oleh perawat.
3. Aktivitas motorik
4. Alam Perasaan
perawat.
7. Persepsi
8. Proses pikir
9. Isi Pikir
11. Memori
Nn. R
Nn. H
b. Nutrisi (apakah puas dengan pola makan anda, apakah anda harus
1) Pasien mendapatkan diit tinggi kalori dan protein dari instalasi gisi
RSJ. Nafsu makan selalu ada tapi cara makan nya lambat hingga
pergi.
2) Pasien mendapatkan diit tinggi kalori dan protein dari instalasi gisi
RSJ. Nafsu makan selalu ada tapi cara makan nya lambat selalu
c. Tidur
sehari-hari. Pasien sudah dilatih untuk minum obat teratur dan sudah
diberikan penjelasan tentang minum obat dan kontrol rutin jika sudah
sehari-hari. Pasien sudah dilatih untuk minum obat teratur dan sudah
diberikan penjelasan tentang minum obat dan kontrol rutin jika sudah
hobbi
a. Sebelum sakit pasien adalah iMbak Rumah tangga yang aktif dalam
b. Pasien dalah mantan pelayan took yang rajin bekerja saat sebelum
sakit.
a. Menurut keluarga pasien adalah orang yang pendiam jika ada ada masalah.
Nn. R :
Nn. H
Pelayanan Kesehatan Tidak ada data yang diungkapkan oleh keluarga saat
Koping Obat-obatan
presipitasi, koping system pendukung, penyakit fisik dan oat obatan untuk
presipitasi, koping system pendukung, penyakit fisik dan oat obatan untuk
WBC 5660 / uL
RBC 4,76x10^6 / uL
HGB 13,7g/dL
HCT 40%
MCV 84fL
MCH 28,8 pg
WBC 7860 / uL
RBC 4,96x10^6 / uL
HGB 13,9g/dL
HCT 50%
MCV 85.4fL
MCH 30,8 pg
MCHC 35 g/dL
XII. Aspek Medik
Diagnosa Medis :
Terapi :
Nn. R
Nn. R
Nn. H
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
: tidak mau mempertahankan kontak mata,
pasien mau dilakukan pemeriksaan ttv, tidak
mau berbicara dengan perawat. Pasien menolak
kehadiran perawat
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 1
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
Strategi Pelaksanaan 1 Pasien : Nn. R
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
Tidak mau menerima obat yang diberian oleh
perawat, tidak mau berbicara dengan perawat.
Pasien menolak kehadiran perawat
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 1
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
Tidak mau menerima kehadiran perawat, tidak
mau berbicara dengan perawat dan orang lain.
Pasien menolak kehadiran perawat. Mandi
dibantu pasien lain, perawatan diri ain di arahkan
saja.
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 1
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
Mau menerima kehadiran perawat, tidak mau
berbicara dengan perawat dan orang lain. Pasien
menolak kehadiran perawat. Mandi dibantu
pasien lain, perawatan diri ain di arahkan saja.
Ada kontak mata dengan perawat, mau berjabat
tangan dengan hanya sedikit bersentuhan.
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 1
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
Mau menerima kehadiran perawat, mau
membalas salam perawat, mau menyebutkan
nama, mau memanggil nama perawat, mau
berjabat tangan dengan, mempertahankan kontak
mata kurang lebih 5 detik, mau minum obat
malam dengan baik.
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 1
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
Mau menerima kehadiran perawat, mau
membalas salam perawat, mau menyebutkan
nama, mau memanggil nama perawat, mau
berjabat tangan dengan, mempertahankan kontak
mata kurang lebih 5 detik, mau minum obat
malam dengan baik, mampu menyebutkan alas
an menarik diri
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 1
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
Evaluasi Keperawatan
Obyektif
Mau menerima kehadiran perawat, mau
membalas salam perawat, mau menyebutkan
nama, mau memanggil nama perawat, mau
berjabat tangan dengan, mempertahankan kontak
mata kurang lebih 10 detik, interaksi selama
wawancara pasien sagat kooperatif, pembicaraan
lancar, nada suara pelan, masih berhubungan
kalimat yang diucapkan pasien dengan tema
pembicaraan.
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: Lanjutkan SP 2
Intervensi
: Meningkatkan kualitas BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
yang lain
Strategi Pelaksanaan : Nn. R
Obyektif
Mau menerima kehadiran satu perawat lain, mau
membalas salam satu perawat lainnya, mau
menyebutkan nama perawat lainnya, mau
memanggil nama perawat, mau berjabat tangan
dengan satu orang yang lain, mempertahankan
kontak mata kurang lebih 5 detik kearah perawat
, interaksi social baik, pasien kooperatif, nada
bicara pelan, kalimat yang diucapkan masih
dalam satu tema pembicaraan, afek sesuai
dengan stimulus pertemuan.
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: ulangi SP 2
: lanjutkan SP 3
Intervensi
: Meningkatkan BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
: Melatih interaksi dengan 2 orang atau lebih
atau kelompok.
Strategi Pelaksanaan : Nn. R
Obyektif
Mampu menerima kehadiran 2 perawat dan 2
pasie lain, Mampu membalas salam, Mampu
menyebutkan nama pasien lainnya, Mampu
memanggil nama perawat, Mampu berjabat
tangan dengan 5 orang, mempertahankan kontak
mata kurang lebih 5 detik kearah kelompok ,
interaksi sosial baik, pasien kooperatif, nada
bicara masih pelan, kalimat yang diucapkan
masih dalam satu tema pembicaraan.
Asesmen
: Kerusakan interaksi sosial
Planing
: Pertahankan BHSP
: Pertahankan SP 3 Pasien
Intervensi
: Meningkatkan kualitas BHSP
: Melatih pasien berinteraksi dengan satu orang
: Melatih interaksi dengan 2 orang atau lebih
atau kelompok.
4.2 Pembahasan
4.3.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil data pengkajian pada tanggal 1 Mei 2019 didapatkan data
sosial, antara lain pasien tidak mau beriteraksi, tidak banyak data yang didapat oleh
perawat saat pengkaian. Pada Nn. R dan Nn. H pasien lebih sering menyendiri, dan
Pada pengkajian status mental dari kedua pasien tidak di dapatkan data
apapun. Berdasarkan data yang telah ditemukan pada saat melakukan Pertemuan
dengan pasien sebanyak 9 kali, peneliti dapat berpendapat dan beropini bahwa tanda
dan gejala yang muncul pada kasus sesuai dengan teori dari Isolasi sosial Pada klien
isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal fisik dan
mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri, menunjukan
permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi secara berulang, selalu ingin sendiri,
menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan, tidak komunikatif, dan adanya perilaku menarik diri (NANDA, 2012)
utama) serta dat-data objektif ( data-data mayor). Diagnosa utama yang muncul pada
kedua pasien adalah isolasi sosial, hal ini didasari karena beberapa tanda dan gejala
yang telah ditunjukan oleh pasien telah sesuai dengan teori dari tanda dan gejala
isolasi, yakni pada data subjektif tidak diperoleh data apapun, [ada waktu evaluasi
pasien merasa tidak dihargai oleh orang lain. Pada pasien Nn. R pasien sering
menyendiri dan jarang berkomuniaksi dengan pasien yang lain, hal ini dapat menjadi
salah satu causa atau penyebab pada pasien menggalami isolais sosial: menarik diri,
Dari masalah utama yang telah ditemukan, maka peneliti membuat sebuah
kesadaran pada pasien untuk mengerti pentingnya berinteraksi dengan orang lain.
Dan juga melaksanakan rencana tindakan yang melibatkan keluarga pasien karena
keluarga merupakan sesorang yang memiliki peran yang sangat berpotensi besar
pada diri pasien. Dan didalam teori rencana (intervensi) tindak keperawatan pada
Intervensi pada pelaksanaan penelitian ini sudah sesuai dengan teori, yaitu
tinjauan teori. Hal ini dikarenakan rencana keperawatan tersebut sudah sesuai
4 hari. Hari pertama pasien di latih berinteraksi dengan 1 orang perawat, sesuai
denga teori bahwa pasien berinteraksi denga satu orang saja. Strategi pelaksanaan 1
pasien ini berlangsung selama 3 hari tetapi pasien masih belum kooperatif
dengan pasien dengan melibatkan perawat lain. Kesesuaian teori dan pelaksanaan
adalah pasien ber interaksi denga satu orang yang lain. Strategi pelaksanaan 3
berlangsung selama 1 kali pertemuan, krena pasien sudah mulai kooperatif dengan
sudah di tetapkan.
4.3.5 Evaluasi
hasil bahwa kedua pasien yang mengalami isolasi sosial mampu memahami
pentingnya interaksi sosial dan melakukan tinadakan interaksi secara mandiri. Hal
ini dapat dilihat pada saat pertama pengkajian pada pasien Nn. R tidak dapat
berinteraksi sama sekai denga orang lain, setelah diberikan asuhan keperawatan
Dari pemaparan di atas dan hasil evaluasi yang dilakukan dari pemberian
hal ini membuktikan bahwa tindakan ini secara keseluruhan dapat dikatakan
berhasil.