Anda di halaman 1dari 76

MODUL 7

BANTUAN HIDUP DASAR


DEWASA, ANAK & BAYI
TIM PELATIH
KEPERAWATAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT BASIC -
 
DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN
DITJEN BINA PELAYANAN MEDIK
DEPKES RI
2009
1
Tujuan Umum

Setelah sesi pembelajaran, peserta mampu


melakukan tindakan bantuan hidup dasar
pada dewasa, anak, dan bayi

2
Tujuan Khusus
 Setelah sesi pembelajaran, peserta mampu;
 Melakukan tindakan bantuan hidup dasar pada
dewasa
 Melakukan bantuan hidup dasar pada anak
 Melakukan bantuan hidup dasar pada bayi
 Memonitor pasien pasca henti nafas dan henti
jantung
 Melakukan pembebasan sumbatan jalan nafas pada
dewasa dan anak
 Menyiapkan obat-obat, alat, dan bahan medik habis
pakai pada emergency trolly
 Menyiapkan alat-alat intubasi

3
Otak
tidak dapat O2 mati
Jantung

“3 – 8” menit

4
Keterlambatan BHD

Keterlambatan Kemungkinan
BHD berhasil

1 menit 98 dari 100


3 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100

5
Indikasi BHD

 Henti napas.

 Henti jantung

6
Tujuan BHD

1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau


berhentinya pernafasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap
sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang
mengalami henti jantung atau henti nafas
melalui resusitasi jantung paru ( RJP ).

7
Sekuens
Bantuan
Hidup
Dasar
(Guidelines AHA 2005)

8
Langkah-langkah BHD

1. Pastikan keamanan penolong dan pasien

9
NILAI RESPON PASIEN

 Segera setelah aman


 “Are you all right ?”
 Hati-hati kemungkinan trauma leher
 Jangan pindahkan / mobilisasi pasien
bila tidak perlu
AKTIFKAN EMS

10
Memeriksa korban dengan cara
menggoncangkan bahu

11
SEGERA BERTERIAK MINTA
PERTOLONGAN

12
MEMPERBAIKI POSISI
PASIEN

MEMPERBAIKI POSISI
PENOLONG

13
AIRWAY (JALAN NAFAS)
PEMERIKSAAN JALAN NAFAS

14
AIRWAY
Bila pasien tidak memberikan respon
 supine, permukaan datar dan keras
 bila perlu pindahkan pasien dengan
cara: kepala, bahu dan badan bergerak
bersamaan (in-line) bila curiga cedera
spinal
 posisi penolong : di samping pasien / di
atas kepala (kranial) pasien
Buka jalan nafas

15
MEMBUKA JALAN NAFAS
Head tild - Chin lif atau Jaw thrust

16
BREATHING
( BANTUAN NAFAS )

Memastikan pasien tidak bernafas; Melihat (look), mendengar (listen),


merasakan (feel)  < 10 detik

17
Apnea, nafas abnormal, nafas tidak
adekuat

Memberikan Bantuan Nafas

18
MULUT KE MULUT MULUT KE MASK

 SUMBER: DIR JEN BINA PELAYANAN MEDIK DEP KES RI,


2005, GELS,

19
Mulut ke hidung Mulut ke stoma

20
BAG VALVE MASK
( AMBU BAG )

21
BREATHING

"Bagging" : lebih baik berdua

22
Evaluasi airway & breathing (1)

Jika mengalami kesulitan untuk memberikan


nafas buatan yang efektif,periksa apakah
masih ada sumbatan di mulut pasien serta
perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat
dagu yang belum adekuat. Lakukan sampai
dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang
adekuat.

23
Evaluasi airway & breathing (2)
 Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi
tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring
mantap, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami
henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan
pasien dan lakukan nafas buatan kembali.

 Jika tetap gagal memberikan napas buatan,


lanjutkan ke pemeriksaan tanda-tanda sirkulasi

24
CIRCULATION ( BANTUAN
SIRKULASI )
Memastikan ada tidaknya denyut jantung

25
Evaluasi Airway, Breathing &
Circulation
 Sirkulasi ( - ) : teruskan PJL + NB
 Sirk (+) Nafas (-) : nafas buatan
10- 12 x/menit
 Sirk (+) Nafas (+): posisi sisi mantap
jaga jalan nafas

26
KOMPRESI JANTUNG LUAR
 pada 1/2 bawah sternum, diantara 2 putting
susu
 Kedalaman kompresi jantung 3,8 - 5 cm
 Rasio Kompresi Jantung Luar - Nafas Bantu 30 :
2 ( satu atau 2 penolong)

27
KOMPRESI JANTUNG LUAR

28
RJP Sebelum & Sesudah Intubasi
 Sebelum intubasi
 Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2
penolong)
 Anak (1-8 th)
 Bayi (<1 th ) 30 : 2 (1 penolong)
15 : 2 (2 penolong)
 Setelah intubasi
 Kompresi 100 x/mnt
 Ventilasi 8 - 10 x/mnt
 5 x siklus 30 :2 (= 2mnt)  nilai ulang
sirkulasi
29
EVALUASI
 Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian
pasien dievaluasi kembali.
 Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi
dan bantuan nafas dengan rasio 30:2.
 Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien
pada posisi mantap.
 Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan
nafas sebanyak 10- 12 x/menit dan monitor nadi setiap
10 detik.
 Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat
serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.

30
RJP DIHENTIKAN
 Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan
 Ada yang lebih bertanggung jawab
 Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada
respon.
 Adanya DNAR
 Tanda kematian yang irreversibel

31
RJP TIDAK DILAKUKAN
 DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
 Tanda kematian : rigor mortis, dekapitasi
 Sebelumnya dengan fungsi vital yang
sudah sangat jelek dengan terapi
maksimal
 Bila menolong korban akan
membahayakan penolong

32
KOMPLIKASI RJP
 Nafas buatan :
 inflasi gaster
 regurgitasi
 mengurangi volume paru
 Bila terjadi inflasi gaster
 perbaiki jalan nafas
 hindari TV yang besar dan laju nafas yang
cepat

33
KOMPLIKASI RJP
 Fraktur iga & sternum,sering terjadi terutama pada
orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun terasa
ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
 Pneumothorax
 Hemothorax
 Kontusio paru
 Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu
rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah
heper (limpa)
 Emboli lemak
34
(A) Asses Responsiveness

Responsive Not Responsive


• Observe • Activate EMS
• Treat as indicated • Call for defibrilator
• (A) Asses breathing (open the
airway, look, listen, and feel)

Breathing Not Breathing


• Observe • (B) Give 2 slow breath
• Place in
• Treat as indicated
• (C) Check pulse
recovery position
Pulse No Pulse

•Rescue breathing •Endotracheal intubation


Start CPR (C)
•Oxygen •History
•IV •Physical Examination
•Vital sign •Monitor, 12 leads 35
Suspected Cause
Ventricular fibrillation/tachycardia VF/VT)
Present on monitor/defibrillator?

Hypotension/ Shock/
Acute Pulmonary Edema • Intubate VF/VT
Go to Fig 8 • Confirm tube Go to Fig 2
placement; Consider
end-tidal CO2
Acute MI Indicator
• Confirm ventilation
Go to Fig 9
• Determine rhythm &
cause
Arrhythmia

Electrical Activity
Too Slow Too Fast
Yes No
Go to Fig 5 Go to Fig 6
Pulseless Electrical Asystole
Activity (PEA)
Go to Fig 4 36
Go to Fig 3
RJP ANAK DAN BAYI
37
Tujuan

 Pencegahan gagal nafas dan henti sirkulasi


dengan diagnosa dan intervensi dini.
 Bantuan ventilasi dan sirkulasi tanpa alat.

38
Sebab-sebab henti jantung dan paru
pada anak

 Lebih sering merupakan akibat kadar oksigen


darah yang rendah (hypoxemia yang lama)
karena gagal atau henti nafas.

39
Beberapa kejadian yang
memerlukan resusitasi
 Luka karena kecelakaan.
 Tersedak karena benda asing, seperti
makanan, cairan, dan lain-lain.
 Inhalasi asap.
 Sindroma mati mendadak pada anak
 Infeksi saluran nafas

40
Langkah-langkah
resusitasi jantung paru
(RJP) pada anak dan bayi
41
Menentukan keadaan pasien
 Tentukan keadaan anak, tak responsif atau
dalam keadaan kesulitan nafas
 Penolong harus segera menilai 
mengguncangkan bahu anak.
 Bila anak mengalami kecelakaan berat
seperti adanya trauma kepala atau leher 
pengamanan servikal.

42
Mintalah pertolongan
 Bila telah dipastikan tidak ada respon /
terdapat tanda-tanda gagal nafas penolong
harus meminta pertolongan

 Jika penolong sendiri, dan anak jelas tidak


bernafas  RJP harus dilakukan selama 2
menit sebelum meminta pertolongan.

43
Posisi penolong dan pasien

 Posisi terlentang pada permukaan yang


keras dan rata. Pada saat akan
menelentangkan anak bila didapatkan
perlukaan pada kepala dan leher harus
dilakukan kontrol servikal.

44
Buka jalan nafas
 Tengadahkan kepala –  Gerakan mengedapankan
topang dagu (chin Lift – rahang (mencakillan) Jaw
head tilt) Thrust

45
Menentukan pasien bernafas
atau tidak

46
Memberi bantuan nafas
 Prinsip pemberian bantuan nafas:
 Bantuan nafas penolong merupakan satu-satunya
tindakan yang penting dalam membantu anak yang
henti nafas.
 Volume nafas yang cukup adalah yang dapat
menyebabkan rongga dada turun naik.
 Memberikan nafas secara lambat akan dapat volume
nafas yang cukup dengan tekanan yang rendah
sehingga menghindari terjadinya distensi lambung.

47
Sirkulasi  periksa nadi
 Anak lebih dari 1 tahun
 arteri karotis

 Anak kurang dari 1


tahun  arteri brakhilis

48
Kompresi dada

 Menggunakan 2 atau 3 jari pada


tulang dada dikompresi sampai
kedalaman 0,5-1 inchi (1,3 – 2,5
cm) dengan kecepatan 100 x
/menit atau 160 – 200 kali dalam
2 menit

49
Koordinasi Kompresi dan
Bantuan Nafas
 Kompresi dada harus selalu disetai dengan bantuan
nafas.
 Pada setiap akhir kompresi ke 5, selang waktu harus
diberikan untuk ventilasi ( 1 detik setiap nafas). Pada
anak usia 1 s/d 8 tahun dan bayi usia kurang dari 1
tahun , rasio kompresi – ventilasi 15:2 dipakai pada RJP
2 penolong. RJP 1 penolong rasio kompresi – ventilasi
30:2.
 Kompresi harus dihentikan sesaat untuk ventilasi yang
cukup, dianjurkan untuk memberikan kecepatan
kompresi 80 – 100 x/menit atau 160 – 200 kali dalam 2
menit.
 Bayi dan anak harus dinilai kembali setelah 5 siklus
(kompresi – ventilasi 2 menit).
50
Menghentikan RJP

 Lamanya kematian klinis


 Prognosis pasien ( ditinjaui dari penyebab
henti jantung.)
 Penyebab henti jantung ( pada henti jantung
karena listrik minimal 1 jam )

Sebaiknya keputusan penghentian RJP


diserahkan kepada dokter

51
Komplikasi RJP

 Fraktur iga posisi tangan salah


 Perdarahan intra abdominal  posisi tangan
yang terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar (limpa).
 Distensi lambung karena pernafasan buatan

52
Tatalaksana Obstruksi Jalan
Nafas Pada Dewasa

53
Obstruksi jalan nafas
 Sebagian (parsial )  mampu melakukan pernafasan,
namun kualitas pernafasan dapat baik atau buruk 
tindakan batuk dengan kuat

 Komplit ( total ) tidak dapat berbicara, bernafas, atau


batuk, pasien memegang leher  konsentrasi oksigen
dalam darah akan dengan cepat menurun dan otak akan
mengalami kekurangan oksigen  kehilangan
kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi

54
Penatalaksanaan obstruksi jalan
nafas oleh benda asing
 Pasien sadar  Pasien tidak sadar

55
Tatalaksana Sumbatan
Jalan Nafas
Pada Bayi Dan Anak

56
Penyebab

 Makanan (daging, permen, kacang) dan


benda-benda kecil lainnya

 Pembengkakan jalan nafas karena


infeksi, misalnya epiglotis dan difteri

57
Gejala dan tanda

 Batuk
 Tercekik
 Bunyi stridor (nafas dengan bunyi nada
tinggi)

58
Penatalaksanaan obstruksi jalan nafas oleh benda
asing pada bayi dan anak

 Bayi

59
EMERGENCY Trolly

60
Prinsip
Pendekatan suplay A-B-C-D.
Disesuaikan dengan kebutuhan
dan kekhususan RS

61
Manfaat
 Reaksi cepat dalam kondisi darurat
 Menyakinkan kelengkapan tersedia
 Kemudahan akses tranportasi

62
Alat, obat dan bahan medik habis pakai (1)
a. Airway – Breathing.
 Set Intubasi :  Xylocain jelly / aqua
 Laringoscope 1 set
jelly
 Xylocain spray
 Blade no 1 – 5
 Stylet / mandrine
 ETT no 2,5 – 8 @ 1
 Magill forcep
buah
 Mouth extractor
 Orofaringeal airway
no. 000 – 0 dan no. 1  Bag valve mask + face
–5 mask : dewasa, anak,
 Naso faringeal airway bayi.
 Needle no 12 – 14
no 1 - 5
 Suction  Dysposible syring 20 ml

 Cathéter suction no. 6  Stetoscope


– 14  Plester dan tali pengikat
 Tubing suction 63
Alat, obat dan bahan medik habis pakai (2)

 Oksigenisasi
 Selang dan tabung oksigen
 Nasal prong / nasal kanul
 Masker : simple mask, re-breathing
mask dan non rebreathing mask.

64
Alat, obat dan bahan medik habis pakai (3)

 Circulation.
 IV catheter no 24 – 14  Cairan koloid : plasma
G exfander, Haes steril,
 Infustion set (mikro Haemacell, Dextran 40,
dan makro) Dextran 70.
 Blood set  Disposible syringe 1 –
 Tourniquet 50 cc
 Cairan kristaloid : RL,  Threeway
NaCl 0,9 %, RA, Dex  Tranfaran dresing
5%, Dex 10%, KaeN.  Folley catheter no 8 –
18.
 Urine bag.

65
Alat, obat dan bahan medik habis pakai (4)
 Defibrilator dan drug (obat-
obatan):
 Adrenallin 20 amp  Nitrogleserineampul: 2 amp
 Sulfas Atropine (SA) 12  KCl 2 placon
amp  CaCl2 2 placon
 Cardarone / Xylocard /  Dextrose 40 %
Lydocain / Cordare 3 amp  Korticosteroid /
 Dobutamine 1 amp dexametasone
 Dopamine 1 amp  Aminophiline
 Relaxane 3 amp  Diazepam
 Dormicum 3 amp  Furosemide
 MgSO4 2 placon  Adenosin Three Phospate
 Coagulant (Vit K, Adona, (ATP)
Transamine)  Digitalis (Lanoxine,
 Nitrgleserine 5 mg Digoksine)
sublingual 10 tablet  Nifedipine tablet 5 mg 66
Alat, obat dan bahan medik habis pakai (5)
Alat-alat Trauma
 NGT no 6 s/d 18
 Collar`neck ukuran ; S, M, L, XL
 Verban gulung ( 5 dan 10 cm)
 Elastic verban ( 4 dan 6 inc)
 Figure of eight (ransel verband)
 Arm sling
 Kasa steril ukuran kesil dan besar (mitella)
 Duk bolong steril
 Sarung tangan steril no 6 s/d 8
 Sarung tangan non streil no 6 s/d 8

67
Contoh Sususnan Emergency Trolly

68
PERSIAPAN
INTUBASI
ENDOTRAKHEAL
69
Tujuan
 Menjamin jalan nafas tetap terbuka.
 Menghindari aspirasi.
 Memudahkan tindakan bantuan pernafasan.

70
Indikasi
 Henti jantung
 Pasien sadar yang tidak mampu bernafas
dengan baik (edema paru Guillan-Bare
syndrom, sumbatan jalan nafas).
 Perlindungan jalan nafas tidak memadai
(koma, arefleksi).
 Penolong tidak mampu memberi bantuan
nafas dengan cara konvensional

71
Persiapan Alat Intubasi Endotrakheal

 Pipa oro/nasofaring.  Stetoscope


 Suction  Stylet (mandrin)
 Kanula dan masker  Spuit cuft
oksigen  Sarung tangan
 Ambu bag.  Plester dan gunting
 Pipa endotrakheal dan  Obat-obatan sedatij i.v
stylet
 Bantal kecil tebal 10
 Pelumas (jelly) cm (bila tersedia)
 Forcep magill
 Laringoscope (handle
dan blade) 72
Persiapan Alat Intubasi Endotrakheal

73
Cara Intubasi Endotrakheal (1)

 Gunakan sarung tangan steril


 Sebelum intubasi berikan oksigen, sebaiknya gunakan
bantal dan pastikan jalan nafas terbuka (hati-hati pada
cedera leher).
 Siapkan endotrakheal tube (ETT), periksa balon (cuff),
siapkan stylet, beri jelly.
 Siapkan laringoskop (pasang blade pada handle),
lampu harus menyala.
 Pasang laringoskop dengan tangan kiri, masukkan
jung blade ke sisi kanan mulut pasien, geser lidah
pasien ke kiri.
 Tekan tulang rawan krikoid (untuk mencegah aspirasi).
74
Cara Intubasi Endotrakheal (2)
 Lakukan traksi sesuai sumbu panjang laringoskop
(hati-hati cedera gigi, gusi, bibir).
 Lihat adanya pita suara. Bila perlu isap lendir/cairan
lebih dahulu.
 Keluarkan stylet dan laringoskop secara hati-hati.
 Kembangkan balon (cuff) ETT.
 Pasang pipa orofaring (mayo/gudel)
 Periksa posisi ETT apakah masuk dengan benar
(auskultasi suara pernafasan atau udara yang
ditiupkan). Hubungkan dengan pipa oksigen.
 Amankan ETT dengan plester.

75
Kegagalan biasanya disebabkan satu kelemahan manusia
yaitu tidak adanya keseimbangan antara keinginan dan
kesungguhan dalam menyempurnakan ikhtiar.
(KH Abdullah Gymnastiar)

76

Anda mungkin juga menyukai