HARI 1
November 2021
Kardiovaskular
Kasus 1
Identitas Pasien
- Nama - Tn. Hasan
- Usia - 54 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Pegawai
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Tidak sadarkan diri sejak 3 menit yang lalu.
SKDI 3B
RJP
▪ Empat Prinsip RJP
▪ Push hard: kedalaman 4 cm
▪ Push fast: frekuensi 100-120x/menit
▪ Complete recoil: setelah sekali kompresi, biarkan
dinding dada untuk recoil sepenuhnya
▪ Mininum interruption: pijat jantung jangan sampai
terputus
Identitas Pasien
- Nama - Tn. Hasan
- Usia - 54 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Pegawai
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Tidak sadarkan diri sejak 5 menit sebelum pasien masuk RS.
SKDI 3B
Advanced Cardiac Life Support
▪ Pembagian tugas dalam tim: kapten (1), airway/ventilasi (1),
kompresi (1-2 orang), obat (1), dan notulensi (1).
▪ Cek respons kesadaran: panggil nama, tepuk-tepuk, dan
rangsang nyeri (tekan pada sternum atau supraorbital)
▪ Call for help: aktivasi code blue
▪ Siapkan monitor dan troli emergensi
▪ Cek napas (spontan/tidak) dan nadi karotis (ada/tidak)
▪ Mulai RJP langsung jika nadi tidak teraba
▪ Lakukan triple airway maneuver
▪ Berikan NK O2 2-5 lpm, IV line, pasang monitor jantung
▪ Raba nadi karotis lagi (ada/tidak, cepat/lambat, kuat/lemah,
reguler/ireguler)
▪ Ukur tensi
▪ Nyalakan monitor dan lihat irama jantung (dalam 3 detik)
▪ Tergantung hasil irama jantung, lihat algoritma ACLS oleh AHA
2020.
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest
SKDI 3B
Pemasangan ETT (lanjutan)
▪ Tarik laringoskop ke arah atas sesuai arah gagang
laringoskop (jangan dicongkel)
▪ Tangan dominan memasukkan ETT melalui sisi
kanan mulut ke arah pita suara, kemudian
dimasukkan ke dalam trakea
▪ Angkat stylet dan laringoskop sambil ETT tetap
dipegang
▪ Pasang bag-valve-mask dan berikan udara sambil
melihat apakah dada mengembang simetris (=
berarti ETT sudah di tempat yang benar)
▪ Kembangkan balon pada ETT untuk fiksasi posisi
ETT di trakea
▪ Fiksasi posisi ETT juga dibantu dengan plester ETT
setinggi bibir
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest
SKDI 3B
Identitas Pasien
- Nama - Tn. Bambang
- Usia - 57 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Karyawan kantor
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Nyeri dada sejak 3 jam sebelum masuk RS.
RPS Nyeri di dada muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang bekerja di
depan komputer. Nyeri tidak membaik dengan istirahat. Nyeri
dikatakan hebat dan menjalar ke bahu kiri. Sampai saat ini masih
terasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan keringat dingin dan terdapat
rasa mual. Pasien pernah mengeluhkan nyeri di dada yang serupa
sebelumnya, khususnya ketika berolahraga, tetapi nyeri membaik
jika pasien beristirahat, sehingga pasien tidak pergi berobat.
RPD Darah tinggi (+), tidak tahu jika pasien mempunyai kolesterol tinggi
atau DM karena jarang periksa lab rutin.
RPK Alm. orang tua memiliki riwayat darah tinggi.
Sosial-ekonomi Rokok (+), alkohol (-), suka makan makanan berlemak dan goreng-
goreng (+)
Anamnesis & PF STEMI
SKDI 3B
Diagnosis & Diagnosis Banding STEMI
SKDI 3B
Pemeriksaan Penunjang STEMI
EKG SKDI 3B
▪ Hasil EKG pasien tampak seperti berikut
Hasil EKG
▪ Rhythm: sinus rhythm
▪ Rate: 78x/menit
▪ Axis: normoaxis
▪ Hypertrophy: normotrophy
▪ P-wave: (+), 0.08s
▪ PR-interval: 0.16s
▪ QRS complex: sempit (< 0.12s)
▪ ST-T segment: ST elevasi pada I, V2-V6,
aVL
PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Pemeriksaan Penunjang STEMI
Laboratorium SKDI 3B
▪ DPL
▪ Periksa enzim jantung (Troponin, CK-MB, Myoglobin) dan hasil akan Waktu Asal
Peak / Puncak Waktu kembali
meningkat pada kasus STEMI Parameter Peningkatan
(Jam) ke normal
(Jam)
CK-MB 3-4 15-24 24-36 jam
Myoglobin 1-3 6-9 12-24 jam
Troponin I 4-6 14-36 4-7 hari
Troponin T 3-4 10-24 7-14 hari
PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Tata Laksana STEMI
Lain-lain
SKDI 3B
Non-Farmakologis
▪ Pasang IV line ▪ Konsul SpJP
▪ Pasang monitor jantung (irama ▪ Persiapan untuk PCI
jantung, TD, HR)
▪ Pasang oxymeter
▪ Berikan NK O2 4-5 lpm
Farmakologis
PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Penulisan Resep STEMI
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 3B
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________
Identitas Pasien
- Nama - Ny. Winda
- Usia - 30 tahun
- Jenis Kelamin - Perempuan
- Pekerjaan - Ibu rumah tangga
- Status Perkawinan - Menikah
- Status Pendidikan - SMP
Keluhan utama Batuk sejak 3 minggu sebelum datang berobat.
Sosial-ekonomi Rokok (-), pasien tinggal di lingkungan yang cukup kumuh dan
padat penduduknya.
Anamnesis & PF TB Paru (sensitif obat)
SKDI 4A
Gejala Lokal PF Paru
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Pemeriksaan Penunjang TB Paru (sensitif obat)
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Diagnosis & Ddx TB Paru (sensitif obat)
SKDI 4A
Diagnosis & Ddx TB Paru (sensitif obat)
TB Ekstraparu: Limfadenitis TB, efusi pleura, TB abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak, tulang
Pasien yang pernah diobati TB: pernah menelan OAT sebanyak 28 dosis atau lebih * Jika pasien ada
TB Paru dan
Ekstraparu →
• Pasien Kambuh: pernah dinyatakan sembuh, saat ini terdiagnosis kembali
diklasifikasikan
• Gagal Pengobatan:
sebagai TB Paru
• Dahak tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih
• Diperoleh hasil lab yang menunjukkan adanya resistensi OAT kapanpun
• Putus Berobat (Mangkir / Drop-out): pengobatan terputus selama 2 bulan atau lebih berturut-turut
• Lain-lain: pernah diobati, hasil akhir tidak diketahui
SKDI 4A
Tata Laksana TB Paru (sensitif obat)
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Tata Laksana TB Paru (sensitif obat)
SKDI 4A
Farmakologis Edukasi
▪ KDT (Rifampisin 150 / Isoniazid 75 / ▪ Anjurkan keluarga untuk datang berobat dan diperiksa
Pyrazinamide 400 / Ethambutol 275): 3 ▪ Minum obat harus rutin dan kontrol ulang
tablet ▪ Cara batuk yang benar
▪ Ambroxol 3x30 mg ▪ Tanda-tanda bahaya
▪ Buka jendela rumah dan perbaiki pencahayaan
▪ sebagai mukolitik
▪ Anjurkan pasien untuk pemeriksaan GDP, G2PP, dan HIV
▪ Parasetamol 3x500 mg ▪ Efek samping OAT
▪ Jika diperlukan untuk demam pada
malam hari
R/ KDT (Rifampisin 150 / Isoniazid 75 / Pyrazinamide 400 / Ethambutol 275) tab No. XLII Jakarta, 2 November 2021
S 1 dd tab 3 habiskan
------------------------------------- paraf
R/ Ambroxol tab 30 mg No. XX
S 3 dd tab 1
------------------------------------- paraf
R/ Parasetamol tab 500 mg No. X
S 3 dd tab 1 prn demam
------------------------------------- paraf
Identitas Pasien
- Nama - Nn. Wina
- Usia - 30 tahun
- Jenis Kelamin - Perempuan
- Pekerjaan - Pegawai kantor
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Sesak napas sejak 2 jam sebelum datang ke puskesmas.
RPS Sesak nafas disertai dengan bunyi “ngik-ngik” dan batuk-batuk. Batuk
tidak disertai dahak. Sesak tiba-tiba muncul setelah pasien beraktivitas
fisik berat. Pasien dapat berbicara dengan kalimat lengkap. Pasien
mempunyai riwayat asma, tetapi hanya pernah berobat ke dokter
beberapa kali saja (tidak control rutin). Pasien sering terbangun pada
malam hari karena mengeluhkan nafasnya sedikit sesak. Tidak ada
demam, pilek, nyeri tenggorok, ataupun nyeri dada.
RPD Pernah menderita luka-luka dan gatal di kulit pada saat pasien masih
anak-anak.
RPK Riwayat asma dan rinitis alergi pada ibu pasien.
SKDI 3B
Yang ditanyakan Selalu periksa TTV (TD, HR, RR, S, SpO2)!
▪ Batuk
▪ Sesak napas Inspeksi, Perkusi, Palpasi biasanya normal
▪ Episodik: muncul pada waktu
tertentu (lebih sering pada malam
hari) Auskultasi
▪ Episode berulang
▪ Timbul jika ada pencetus: debu, ▪ Terdengar wheezing pada lapang paru
dingin, emosi, stres psikis, tertawa,
aktivitas fisik
▪ Riwayat atopi pada pasien
▪ Riwayat atopi pada keluarga
▪ Ajak berbicara (untuk mengetahui
apakah pasien berbicara kata per
kata, atau bisa satu kalimat penuh):
untuk menentukan derajat serangan
asma
▪ Faktor risiko: merokok
Pemeriksaan Penunjang Asma Eksaserbasi Akut
SKDI 3B
Peak Flow Meter Spirometri
▪ Alat penunjang sederhana ▪ Gold standard
▪ Peningkatan 60 lpm atau ≥ ▪ Pada asma ditemukan pola
20% dibanding pre- spirometri pola obstruktif
bronkodilator (pre-bronkodilator)
▪ Variasi diurnal > 20% ▪ FEV1/FVC <75%
▪ FEV1 < 80%
▪ Pada post-bronkodilator
▪ FEV1/FVC >70%
▪ FEV1 >12% dan >200mL
Global Initiative for Asthma (GINA) 2021. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention.
Diagnosis dan Diagnodis Banding Asma Eksaserbasi Akut
SKDI 3B
Diagnosis dan Diagnodis Banding Asma Eksaserbasi Akut
SKDI 3B
Farmakologis Lain-lain
▪ SABA (salbutamol) ▪ Observasi pasien ulang
nebulisasi dalam 30 menit – 1 jam.
▪ Suplementasi oksigen: ▪ Rujuk lanjut ke SpP untuk
pemberian disesuaikan dilakukan pemeriksaan dan
untuk target SpO2 93-95% pengobatan lanjutan.
Non-Farmakologis
▪ Teknik relaksasi untuk
mengontrol stress psikis
Global Initiative for Asthma (GINA) 2021. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention.
Penulisan Resep Asma Eksaserbasi Akut
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 3B
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________
Identitas Pasien
- Nama - Tn. Hendri
- Usia - 47 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Wiraswasta
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - SMA
Keluhan utama Badan lemas yang makin memberat sejak 2 minggu sebelum datang
berobat.
RPS Seluruh badan terasa lemas dan seperti tidak ada tenaga. Keluhan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, tetapi makin ke sini makin
memberat. Tidak ada riwayat perdarahan, mual, muntah, ataupun
diare. Pasien sering makan karena merasa cepat lapar dan mengalami
penurunan BB. Pasien sering merasa kehausan dan terbangun dari
tidur 3-4x untuk BAK pada malam hari. Tidak ada pandangan buram,
nyeri dada, kaki kesemutan, ataupun nyeri pada kaki ketika berjalan.
RPD Tidak tahu karena jarang berobat sebelumnya.
RPK Alm. orang tua pasien mempunyai riwayat DM tipe 2 dan penyakit
jantung.
Sosial-ekonomi Rokok (-), alkohol (-), suka makan biskuit dan minum teh manis.
Anamnesis DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas
SKDI 4A
Yang ditanyakan Yang diukur
▪ Gejala klasik 3P ▪ Tekanan darah
▪ Polyuria: sering BAK, khususnya terbangun pada malam
hari hanya untuk BAK
▪ Polydipsia: sering haus, sehingga minum air terus
▪ Polyphagia: sering merasa lapar, sehingga makan terus
▪ Penurunan BB
▪ Badan lemas
▪ Kaki dan tangan kesemutan (gloves & stocking ▪ TB dan BB untuk menentukan BMI (pada kasus
phenomenon) obesitas)
▪ Gatal-gatal pada kulit
▪ Pandangan buram
▪ Disfungsi ereksi (pada pria)
▪ Gatal-gatal pada vulva (pada wanita)
▪ Riwayat DM dan hipertensi pada keluarga
▪ Faktor risiko: banyak makan yang mengandung karbohidrat
(DM) atau makanan asin & merokok (hipertensi)
PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksaan Hipertensi 2021: Update Konsensus PERHI 2019.
Diagnosis DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas
SKDI 4A
PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Pemeriksaan Penunjang DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas
SKDI 4A
PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
PERKENI. Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia. 2019
Diagnosis Sindrom Metabolik
Kriteria Sindroma Metabolik dari NCEP-ATP III (2001) untuk Asia SKDI 4A
Minimal 3 dari 5 kriteria
Obesitas Abdominal
> 90 cm > 80 cm
(Waist Circumferense)
Dislipidemia
>= 150 mg/dL >= 150 mg/dL
(Trigliserida)
High density lipoprotein
< 40 mg/dL < 50 mg/dL
(HDL)
Hipertensi
>= 130/>=85 mmHg >= 130/>=85 mmHg
Tekanan Darah
Metabolisme
>= 100 mg/dL >= 100 mg/dL
(Gula Darah Puasa)
Tata Laksana DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas
SKDI 4A
PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Tata Laksana DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas
SKDI 4A
SKDI 4A
SKDI 4A
Edukasi Non-Farmakologis
▪ Edukasi tentang penyakit DM ▪ Olahraga intensitas sedang
▪ Asupan gizi yang seimbang dan dengan total minimal 150
mengurangi makan goreng-gorengan dan menit/minggu
makanan berlemak ▪ Terapi nutrisi medis untuk DM
▪ Mengurangi kebiasaan makan biskuit ▪ DASH diet untuk mengontrol
dan minum minuman manis hipertensi
▪ Efek samping obat
▪ Kontrol rutin berobat
▪ Mengurangi berat badan Farmakologis
▪ Tanda-tanda bahaya, baik hipoglikemi
ataupun dekompensasi metabolik (krisis ▪ Metformin 3x500 mg
hiperglikemi) ▪ Amlodipine 1x5 mg
▪ Captopril 3x12.5 mg
▪ Simvastatin 1x10 mg
PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Penulisan Resep DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas
Identitas Pasien
- Nama - Tn. Andreas
- Usia - 56 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Pensiun
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - SMA
Keluhan utama Sulit dibangunkan sejak 3 jam sebelum masuk RS.
RPS Sulit dibangunkan dan bicara meracau. Dua hari yang lalu pasien
mengalami demam dan batuk-batuk tetapi belum sempat berobat.
Tidak ada kejang. Sebelumnya pasien masih mau makan dan minum,
tetapi sejak demam makan dan minum menurun. Mempunyai riwayat
DM tipe 2 dan beberapa hari yang lalu tidak minum obat anti-DM
karena obatnya habis dan belum beli di apotek.
RPD Nyeri sendi di jempol kaki.
Definisi KAD: komplikasi akut dari DM. Pencetus tersering adalah infeksi SKDI 3B
SKDI 3B
SKDI 3B
Farmakologis
▪ Antibiotik / antiviral / antifungal
untuk eliminasi pencetus KAD pada
kasus (pencetus yang paling sering
dijumpai adalah CAP)
Edukasi
▪ Rutin konsumsi obat anti-DM
(jangan sampai skip)
Lain-lain
▪ Pro rawat inap
RPK Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada
riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis di keluarga.
Sosek Merokok (-), alkohol (-). Makan gizi seimbang, tidak rutin olahraga.
Mahasiswa semester akhir.
Anamnesis
Keluhan Gastrointestinal
Nyeri perut
• Severity
Apendisitis Akut
Definisi: inflamasi pada appendix vermiformis Nyeri periumbilikal /difus / sulit
terlokalisasi (nyeri visceral)→
12-24 jam pindah ke nyeri
Etiologi : obstruksi lumen appendix oleh hyperplasia limfoid, kuadran kanan bawah
fecalith, corpus alienum, dan neoplasma. terlokalisir, tajam, konstan
(nyeri somatik akibat iritasi
peritoneum parietal lokal)
ALVARADO
SCORE Jika pecah 🡪 peritonitis (nyeri
Dari Anamnesis • 1-4 🡪 bukan selurh lapang abdomen +
defans muskular + nyeri tekan
appendicitis akut + nyeri lepas)
🡪 rawat jalan
• 5-6 🡪 sangat
mungkin
appendicitis akut
🡪 rawat inap
• 7-10🡪
Dari Anamnesis appendicitis akut
🡪 pembedahan
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah (Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba dengan batuk sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan
bawah.
Alvarado Score
ALVARADO
Jika pecah → peritonitis (nyeri
SCORE seluruh lapang abdomen +
defans muskular + nyeri tekan
• 1-4 🡪 bukan + nyeri lepas)
appendicitis akut
🡪 rawat jalan
• 5-6 🡪 sangat
mungkin
appendicitis akut
🡪 rawat inap Jika peritonitis
• 7-10🡪 Color dubur → nyeri
Dari PF appendicitis akut tekan arah jam 9-12
🡪 pembedahan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Hb 13, leukosit 14.000, trombosit 450.000
laboratorium
Diff count: 0/1/8/80/10/1
Apendisitis Akut
• Laboratorium → Leukositosis dan shif to the left ALVARADO
• Urinalisis → periksa beta hcg pada wanita! SCORE
(dd kehamilan ektopik)
• 1-4 🡪 bukan
USG: Dilatasi appendicitis akut
appendix 🡪 rawat jalan
- Diameter >6mm • 5-6 🡪 sangat
- Ring of fire mungkin
appearance appendicitis akut
- Appendicolith 🡪 rawat inap
• 7-10🡪
appendicitis akut
🡪 pembedahan
Dari Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Tampak dilatasi apendiks, diameter 10 mm, disertai perforasi dinding apendiks dengan efusi
periapendikular
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis:
- Appendisitis akut perforata dengan peritonitis lokal
dd/ torsio kista ovarium, ureterolitiasis dextra
Diagnosis Apendisitis
JENIS DESKRIPSI
Inflamasi dan infeksi fokal pada mukosa appendix
- Nyeri visceral di epigastrium
Appendisitis akut fokal
- Mual dan muntah
Rupturnya appendix
Appendisitis perforasi - tanda peritonitis umum (>1 kuadran)
Mobilisasi omentum majus dan usus halus membentuk dinding di sekitar apendiks 🡪
Infiltrat appendicularis jika imun baik
Apendisitis kronis Fibrosis appendix, dapat disertai inflamasi ringan jangka panjang
Pendekatan Klinis Akut Abdomen
Henderson MC, Tierney LM, Smetana GW. The Patient History: an evidence-based approach to differential diagnosis. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p315
Romano C, Oliva S, Martellossi S, Miele E, Arrigo S, Graziani MG, et al. Pediatric gastrointestinal bleeding: Perspectives from the Italian Society of Pediatric Gastroenterology. World J Gastroenterol. 2017 Feb;23(8):1328–37.
https://img.grepmed.com/uploads/8094/diagnosis-algorithm-differential-diffuse-abdominal-original.png
Akut Abdomen
Pemeriksaan Fisik:
TATALAKSANA
24 Jam pertama menentukan prognosis pasien
(Morbiditas dan Mortalitas Pasien)
1. Resusitasi
2. Dekompresi
3. Kateterisasi
4. Anti Nyeri
5. Antibiotik
6. Pemantauan
7. Konsul ke Ahli Bedah
Tata Laksana SKDI 3B
• Farmakologi:
– Antibiotik spektrum luas • Non-farmakologi (edukasi)
– Simptomatik: mual (ondansetron), analgesik
– Menjelaskan penyakit dan kemungkinan dilakukan
R/ Ceftriaxone inj 1g vial No. II pembedahan
S pro injeksi – Merujuk ke bagian bedah
-----------------------------------------@
R/ Metronidazole 5mg/mL 100 mL fl No. I
S pro injeksi
---------------------------------------------------------@
R/ Ketorolac inj 30mg/mL 1 mL amp No. I
S pro injeksi
--------------------------------------------------------@
R/ Ondansetron inj 2mg/mL 2 mL amp No. I
S pro injeksi, prn mual
-----------------------------------------------------------------
@
Pro: Nn. A
BB: 57
Kasus 3
Seorang laki-laki, berusia 20 tahun, mengeluhkan BAB Berdarah
sejak 3 hari sebelum di puskesmas. Lakukanlah :
a. Anamnesis yang terarah
b. Pemeriksaan Fisis yang terarah
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang mungkin
d. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
e. Edukasi, Tata laksana farmakologi dan resep
BAB berdarah
Pasien Keterangan
Identitas Pasien
- Nama - Tn. A
- Usia - 20 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Mahasiswa
- Status Perkawinan - Belum menikah
- Status Pendidikan
Keluhan utama BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu
RPS BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu. BAB frekuensi 10-12 kali sehari. BAB cair, masih
ada ampas. Terdapat lendir dan darah saat BAB. Ada nyeri perut yang dirasakan
seperti melilit dan keram, pada seluruh lapang perut, hilang timbul, berkurang sedikit
dengan BAB, VAS 5-6. tidak ada mual muntah. Terdapat demam yang cukup tinggi
sebelumnya. Tidak ada batuk pilek. Tidak ada kesulitan BAB.
RPD Tidak ada keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada Riwayat darah tinggi maupun
kencing manis
RPK Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat penyakit
darah tinggi, kencing manis di keluarga.
Sosek Merokok (-), alkohol (-). Pasien sering makan di luar, tidak memasak sendiri karena
tinggal di kos sendirian, tidak memperhatikan makanan dan pola makan. Makan 2-3
kali sehari.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
- Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, tampak cekung (-)
- Kulit: turgor baik
- Ekstremitas: telapak tangan dan kaki pucat, CRT <2 s, akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Hb 13, leukosit 11.000, trombosit 450.000
laboratorium
Analisis feses
- Darah (+), mukus (-), kista parasit (-)
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis:
- Disentri basiler DD disentri amoeba, demam tifoid,
Pendekatan Klinis Diare
Henderson MC, Tierney LM, Smetana GW. The Patient History: an evidence-based approach to differential diagnosis. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p337
Tata Laksana SKDI 4
• Farmakologi: • Non-farmakologi (edukasi)
– Antibiotik: ciprofloxacin 2x500 mg, selama – Mejelaskan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
3 hari bakteri
– Parasetamol jika demam – Menjaga higienitas makanan, makan makanan yang
terjamin kebersihannya
R/ Ciprofloxacin 500 mg tab No. VI – Menghabiskan antibiotik dalam pengobatannya
S 2 dd tab I, habiskan
---------------------------------------------@
R/ parasetamol tab 500 mg No. XX
S 3 dd tab 1 pc prn demam
---------------------------------------------@
Pro: Tn. A
BB: 60 kg
Diare dan Gastroenteritis
Diare: konsistensi cair / lembek, frekuensi >3x dalam 24 jam. Dapat disebabkan oleh gastroenteritis (peradangan mukosa usus dan lambung).
Fungsi ginjal → dehidrasi berat dapat menyebabkan AKI Cotrimoxazole 2x960 selama 5-7 hari
Mikroskopi feses: hanya bila curiga infeksi Giardiasis: metronidazole 3x500 selama 7 hari