Anda di halaman 1dari 88

KELAS OSCE

HARI 1
November 2021
Kardiovaskular
Kasus 1

Seorang laki-laki, berusia 54 tahun, tidak sadarkan


diri di kantornya. Lakukanlah :
a.Lakukan Langkah-Langkah bantuan hidup pada
pasien tersebut
b.Apabila pasien sadar, apa yang harus dilakukan?
Penurunan Kesadaran
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Tn. Hasan
- Usia - 54 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Pegawai
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Tidak sadarkan diri sejak 3 menit yang lalu.

RPS Tempat sekantor pasien mengatakan bahwa pasien sempat


mengepalkan tangan pada dadanya sekitar 30 menit sebelum pasien
tiba-tiba jatuh pingsan. Raut wajah pasien tampak tidak nyaman dan
gelisah ketika pasien memegang dadanya. Saat ini pasien pingsan.
RPD Tidak diketahui.

RPK Tidak diketahui.

Sosial-ekonomi Status ekonomi menengah ke atas.

Setting kejadian di kantor


Lakukan bantuan hidup dasar!
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest
Triple Airway Maneuver
SKDI 3B
Basic Life Support (di luar RS)
▪ Amankan diri, amankan pasien, amankan lingkungan
▪ Periksa kesadaran, “Pak, pak, namanya siapa?” (sambil ditepuk
bahu pasiennya)
▪ Panggil bantuan, “Tolong! Ada orang tidak sadarkan diri!”
▪ Periksa airway (sumbatan jalan nafas), breathing (pergerakan
torakoabdominal), circulation (raba pulsasi di arteri karotis)
▪ Amankan jalan nafas dengan triple airway maneuver
▪ Jika tidak bernafas, berikan nafas bantuan (hati-hati dan lihat
konteks, khususnya terkait penyakit menular)
▪ Jika tidak ada pulsasi, lakukan RJP (lihat algoritme)
▪ Posisikan pasien ke recovery position setelah dapat bernafas
spontan dan pulsasi teraba

American Heart Association. Guidelines for CPR and ECC. 2020.


American Heart Association. Adults BLS Algofith for Healthcare Providers. 2020
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest

SKDI 3B
RJP
▪ Empat Prinsip RJP
▪ Push hard: kedalaman 4 cm
▪ Push fast: frekuensi 100-120x/menit
▪ Complete recoil: setelah sekali kompresi, biarkan
dinding dada untuk recoil sepenuhnya
▪ Mininum interruption: pijat jantung jangan sampai
terputus

European Resuscitation Council. Basic Life Support step-by-step guidelines 2021.


Kasus 2

Seorang laki-laki, berusia 54 tahun, tidak sadarkan


diri 5 menit sebelum masuk ke IGD . Lakukanlah :
a.Lakukan Langkah-Langkah bantuan hidup pada
pasien tersebut
b.Apabila pasien sadar, apa yang harus dilakukan?
Penurunan Kesadaran
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Tn. Hasan
- Usia - 54 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Pegawai
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Tidak sadarkan diri sejak 5 menit sebelum pasien masuk RS.

RPS Tempat sekantor pasien mengatakan bahwa pasien sempat


mengepalkan tangan pada dadanya sekitar 30 menit sebelum pasien
tiba-tiba jatuh pingsan. Raut wajah pasien tampak tidak nyaman dan
gelisah ketika pasien memegang dadanya. Pasien sudah dilakukan RJP
sebanyak 1 siklus, tetapi nadi dikatakan belum teraba. Ambulans
kemudian tiba dan pasien segera dibawa ke IGD RS.
RPD dan RPK Tidak diketahui.

Sosial-ekonomi Status ekonomi menengah ke atas.

Setting kejadian di IGD RS


Lakukan bantuan hidup jantung lanjut dan pasang ETT!
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest

SKDI 3B
Advanced Cardiac Life Support
▪ Pembagian tugas dalam tim: kapten (1), airway/ventilasi (1),
kompresi (1-2 orang), obat (1), dan notulensi (1).
▪ Cek respons kesadaran: panggil nama, tepuk-tepuk, dan
rangsang nyeri (tekan pada sternum atau supraorbital)
▪ Call for help: aktivasi code blue
▪ Siapkan monitor dan troli emergensi
▪ Cek napas (spontan/tidak) dan nadi karotis (ada/tidak)
▪ Mulai RJP langsung jika nadi tidak teraba
▪ Lakukan triple airway maneuver
▪ Berikan NK O2 2-5 lpm, IV line, pasang monitor jantung
▪ Raba nadi karotis lagi (ada/tidak, cepat/lambat, kuat/lemah,
reguler/ireguler)
▪ Ukur tensi
▪ Nyalakan monitor dan lihat irama jantung (dalam 3 detik)
▪ Tergantung hasil irama jantung, lihat algoritma ACLS oleh AHA
2020.
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest

▪ Masukkan ujung blade laringoskop ke dalam sisi kanan SKDI 3B


Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) mulut pasien, kemudian masukkan blade sampai
pangkal lidah dan singkirkan lidah ke arah kiri
▪ Periksa kelengkapan alat (STATICS): Scope ▪ Masukkan blade laringoskop dan posisikan: blade yang
(laryngoscope), Tube (ETT), Airway (sungkup, ambubag, lurus di bawah epiglottis atau blade yang lengkung
naso- dan oropharyngeal airway), Tape, Inserter (stylet), dimasukkan ke dalam vallecula di atas epiglotis
Connector, Suction
▪ Pakai APD (masker dan sarung tangan)
▪ Informed consent ke keluarga pasien (karena pasien tidak
sadar)
▪ Pastikan jalan napas terbuka (triple airway maneuver)
▪ Pastikan ukuran blade laringoskop dan lampu menyala
▪ Pastikan oksigenasi dan ventilasi adekuat (hiperventilasi
minimal 10x sebelum memasang ETT)
▪ Pegang laringoskop dengan tangan non-dominan
▪ Buka mulut pasien dengan cara cross finger technique
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest

SKDI 3B
Pemasangan ETT (lanjutan)
▪ Tarik laringoskop ke arah atas sesuai arah gagang
laringoskop (jangan dicongkel)
▪ Tangan dominan memasukkan ETT melalui sisi
kanan mulut ke arah pita suara, kemudian
dimasukkan ke dalam trakea
▪ Angkat stylet dan laringoskop sambil ETT tetap
dipegang
▪ Pasang bag-valve-mask dan berikan udara sambil
melihat apakah dada mengembang simetris (=
berarti ETT sudah di tempat yang benar)
▪ Kembangkan balon pada ETT untuk fiksasi posisi
ETT di trakea
▪ Fiksasi posisi ETT juga dibantu dengan plester ETT
setinggi bibir
Tata Laksana Cardiorespiratory Arrest

SKDI 3B

Return of Spontaneous Circulation (ROSC)


▪ Prinsip penting: AABBC
▪ Airway 1: hiperventilasi 10x terlebih dahulu, kemudian periksa apakah ada sumbatan jalur napas, misalnya
bunyi “grok-grok”
▪ Airway 2: periksa patensi ETT dengan auskultasi paru kiri dan kanan (diharapkan bunyi udara ekual)
▪ Breathing 1: hiperventilasi 10x terlebih dahulu, kemudian periksa napas spontan adekuat (≥8x/menit) atau
tidak?
▪ Breathing 2: target SpO2 92-98%
PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ▪ Circulation: periksa tensi (target TDS >90 mmHg & MAP >65 mmHg)
ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Penulisan Resep Cardiorespiratory Arrest
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 3B
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________

R/ IV cath 18G No. I Jakarta, 2 November 2021


S pro infus
------------------------------------- paraf
R/ Infus set dewasa No. I
S pro infus
------------------------------------- paraf
R/ Nasal kanul No. I
S u.c.
------------------------------------- paraf
Pro : Tn. Hasan
Usia : 54 tahun
BB : 60 kg
Kasus 2
Seorang perempuan, berusia 56 tahun, mengeluhkan
nyeri dada di puskesmas. Lakukanlah :
a. Anamnesis yang terarah
b. Pemeriksaan Fisis yang objektif
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang
mungkin
d. Pemeriksaan penunjang yang berkaitan dengan
diagnosis banding
e. Tata laksana yang awal dan peresepan
Nyeri Dada
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Tn. Bambang
- Usia - 57 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Karyawan kantor
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Nyeri dada sejak 3 jam sebelum masuk RS.

RPS Nyeri di dada muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang bekerja di
depan komputer. Nyeri tidak membaik dengan istirahat. Nyeri
dikatakan hebat dan menjalar ke bahu kiri. Sampai saat ini masih
terasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan keringat dingin dan terdapat
rasa mual. Pasien pernah mengeluhkan nyeri di dada yang serupa
sebelumnya, khususnya ketika berolahraga, tetapi nyeri membaik
jika pasien beristirahat, sehingga pasien tidak pergi berobat.
RPD Darah tinggi (+), tidak tahu jika pasien mempunyai kolesterol tinggi
atau DM karena jarang periksa lab rutin.
RPK Alm. orang tua memiliki riwayat darah tinggi.

Sosial-ekonomi Rokok (+), alkohol (-), suka makan makanan berlemak dan goreng-
goreng (+)
Anamnesis & PF STEMI

Yang ditanyakan PF Kardiovaskular & Paru SKDI 3B


▪ Nyeri dada (retrosternum) ▪ Biasanya normal
▪ Nyeri menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, leher. ▪ Dapat juga ditemukan pembesaran jantung
▪ Sensasi tertekan benda berat, atau seperti diperas (kardiomegali) pada pasien dengan riwayat
▪ Nyeri muncul bahkan dalam keadaan istirahat hipertensi lama, tanda-tanda gagal jantung,
▪ Nyeri diperparah dengan aktivitas fisik aritmia, atau syok kardiogenik
▪ Episode nyeri biasanya berlangsung >20 menit
▪ Nyeri dapat disertai keringat dingin, mual, muntah, Inspeksi
• JVP meningat (pada gagal jantung akut akibat infark)
sesak, dan pucat
▪ Usia pasien (risiko meningkat: pria > 45 tahun, wanita
• CRT > 2 detik (pada syok)
> 55 tahun) Palpasi
• Pitting edema (pada gagal jantung akut)
▪ Faktor risiko: merokok, diet tinggi lemak jenuh,
minimal aktivitas fisik, alkohol, darah tinggi, DM • Pergeseran batas jantung kiri ke arah lateral dari garis
Perkusi
▪ Riwayat keluarga dengan PJK pada usia relatif muda midklavikula kiri (pada kardiomegali)
(pria < 55 tahun, perempuan < 65 tahun)
▪ Riwayat nyeri dada dengan karakteristik yang serupa • Detak jantung ireguler (pada aritmia)
sebelumnya (sugestif APS atau ATS) Auskultasi • S3 gallop (pada gagal jantung)
• Ronki basah halus pada basal paru (pada gagal jantung akut)
Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi 1. 2017
Diagnosis & Diagnosis Banding STEMI

SKDI 3B
Diagnosis & Diagnosis Banding STEMI

SKDI 3B
Pemeriksaan Penunjang STEMI

EKG SKDI 3B
▪ Hasil EKG pasien tampak seperti berikut
Hasil EKG
▪ Rhythm: sinus rhythm
▪ Rate: 78x/menit
▪ Axis: normoaxis
▪ Hypertrophy: normotrophy
▪ P-wave: (+), 0.08s
▪ PR-interval: 0.16s
▪ QRS complex: sempit (< 0.12s)
▪ ST-T segment: ST elevasi pada I, V2-V6,
aVL

Extensive anterior wall infarct

Interpretasikan hasil EKG ini!

PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Pemeriksaan Penunjang STEMI

Laboratorium SKDI 3B
▪ DPL
▪ Periksa enzim jantung (Troponin, CK-MB, Myoglobin) dan hasil akan Waktu Asal
Peak / Puncak Waktu kembali
meningkat pada kasus STEMI Parameter Peningkatan
(Jam) ke normal
(Jam)
CK-MB 3-4 15-24 24-36 jam
Myoglobin 1-3 6-9 12-24 jam
Troponin I 4-6 14-36 4-7 hari
Troponin T 3-4 10-24 7-14 hari

▪ Profil lipid: pada kasus ditemukan Total-C meningkat, LDL-C meningkat,


HDL-C rendah, TG meningkat
▪ GDS: pada kasus ditemukan dalam batas normal

PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Tata Laksana STEMI

Lain-lain
SKDI 3B
Non-Farmakologis
▪ Pasang IV line ▪ Konsul SpJP
▪ Pasang monitor jantung (irama ▪ Persiapan untuk PCI
jantung, TD, HR)
▪ Pasang oxymeter
▪ Berikan NK O2 4-5 lpm

Farmakologis

▪ Suplementasi O2 4-5 lpm


▪ Aspirin 2x80 mg
▪ Clopidogrel 4x75 mg
▪ ISDN sublingual 5 mg
▪ NaCl 0.9% kolf 500 mL

PERKI. Panduan Kurus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. ACLS Indonesia. Edisi 2021.
Penulisan Resep STEMI
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 3B
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________

R/ Aspirin tab 80 mg No. II Jakarta, 2 November 2021


S 1 dd tab 2
------------------------------------- paraf
R/ Clopidogrel tab 75 mg No. IV
S 1 dd tab 4
------------------------------------- paraf
R/ ISDN tab 5 mg No. I
S 1 dd tab 1
------------------------------------- paraf
R/ NaCl 0.9% kolf 500 mL No. I
S pro infus
------------------------------------- paraf
Penulisan Resep STEMI
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 3B
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________

R/ IV cath 18G No. I Jakarta, 2 November 2021


S pro infus
------------------------------------- paraf
R/ Infus set dewasa No. I
S pro infus
------------------------------------- paraf
R/ Nasal kanul No. I
S u.c.
------------------------------------- paraf

Pro : Tn. Bambang


Usia : 57 tahun
BB : 75 kg
Respirasi
Kasus 3
Seorang perempuan, berusia 30 tahun, mengeluhkan
batuk 3 minggu sebelum ke puskesmas. Lakukanlah :
a. Anamnesis yang terarah
b. Pemeriksaan Fisis paru yang terarah
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang
mungkin
d. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
e. Tata laksana farmakologi dan resep
Batuk
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Ny. Winda
- Usia - 30 tahun
- Jenis Kelamin - Perempuan
- Pekerjaan - Ibu rumah tangga
- Status Perkawinan - Menikah
- Status Pendidikan - SMP
Keluhan utama Batuk sejak 3 minggu sebelum datang berobat.

RPS Batuk berdahak sejak 3 minggu yang tidak kunjung membaik.


Batuk disertai dahak berwarna putih, tetapi tidak ada bercak
darah. Tidak ada pilek, nyeri tenggorok, sesak napas, ataupun
hilang penghidu dan pengecap. Pasien juga mengeluhkan berat
badannya sulit naik, padahal makannya sudah cukup banyak.
Pada malam hari biasanya merasa meriang dan badan sumeng-
sumeng.
RPD Tidak ada riwayat DM.

RPK Anak juga mengeluhkan batuk-batuk.

Sosial-ekonomi Rokok (-), pasien tinggal di lingkungan yang cukup kumuh dan
padat penduduknya.
Anamnesis & PF TB Paru (sensitif obat)

SKDI 4A
Gejala Lokal PF Paru

• Batuk 2 minggu atau lebih Inspeksi Biasanya dalam batas normal


• Sesak napas
• Batuk berdarah
• Nyeri dada pleuritik (nyeri dada pada saat inspirasi Palpasi Biasanya dalam batas normal
atau ekspirasi)
Perkusi • Redup disertai suara napas bronkial (sesuai
lokasi konsolidasi / efusi),
Gejala Sistemik • Hipersonor atau timpani jika terdapat
kavitas
• Demam low grade, biasanya muncul pada malam hari
• Bisa juga perkusi ditemukan dalam batas
• Malaise
normal
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan
Auskultasi • Suara napas dapat normal / bronkial
• Keringat malam tanpa aktivitas fisik
• Anamnesis ke arah DM dan HIV (alasan: sering • Ronkhi basah kasar (terutama di apeks)
dijumpai kasus DM dan/atau HIV pada TB, sehingga
memerlukan penanganan khusus)
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Pemeriksaan Penunjang TB Paru (sensitif obat)

Bakteriologis (BTA, TCM, Kultur) SKDI 4A


• Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung
dengan 2 kali pengambilan yaitu SEWAKTU (S)
dan PAGI (P), cat dengan Ziehl neelsen, kinyoun
gabbet
• Pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM), dapat
untuk diagnosis namun tidak dapat untuk
evaluasi pengobatan.
• Pemeriksaan biakan dengan media padat
(Lowenstein Jensen) dan media cair (Growth
Indicator Tube)

Ziehl-Neelsen (1 jam) MGIT (3 minggu) LJ (3 bulan)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Pemeriksaan Penunjang TB Paru (sensitif obat)

Radiologis Lab SKDI 4A


▪ Foto toraks proyeksi PA atau top lordotic (untuk melihat lesi pada apeks paru) • Periksa profil gula darah –
GDS, GDP, G2PP – untuk
▪ Kelainan pada apeks paru segmen apikal lobus atas atau lobus bawah.
memeriksa DM
▪ Dapat berupa infiltrat hingga kavitas
• Periksa anti-HIV untuk
▪ Dapat terjadi fibrosis: bayangan bergaris-garis memeriksa status HIV
▪ Dapat terbentuk kalsifikasi pada fase lanjut: bercak padat densitas tinggi
Alasan: pada kasus TB sering
juga dijumpai DM (TB-DM)
dan HIV (TB-HIV). Kasus-kasus
ini memerlukan tata laksana
yang khusus

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Diagnosis & Ddx TB Paru (sensitif obat)

SKDI 4A
Diagnosis & Ddx TB Paru (sensitif obat)

Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomis SKDI 4A


TB Paru: Parenkim paru (termasuk milier)

TB Ekstraparu: Limfadenitis TB, efusi pleura, TB abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak, tulang

Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan


TB kasus baru: belum pernah mendapat pengobatan TB, atau sudah pernah menelan OAT <28 dosis

Pasien yang pernah diobati TB: pernah menelan OAT sebanyak 28 dosis atau lebih * Jika pasien ada
TB Paru dan
Ekstraparu →
• Pasien Kambuh: pernah dinyatakan sembuh, saat ini terdiagnosis kembali
diklasifikasikan
• Gagal Pengobatan:
sebagai TB Paru
• Dahak tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih
• Diperoleh hasil lab yang menunjukkan adanya resistensi OAT kapanpun
• Putus Berobat (Mangkir / Drop-out): pengobatan terputus selama 2 bulan atau lebih berturut-turut
• Lain-lain: pernah diobati, hasil akhir tidak diketahui

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui


Diagnosis & Ddx TB Paru (sensitif obat)

SKDI 4A
Tata Laksana TB Paru (sensitif obat)

OAT Kategori 1: OAT Kategori 2: SKDI 4A


2(HRZE) / 4(HR)3 2 (HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3

Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis Pasien kambuh


Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
Pasien TB paru terdiagnosis klinis sebelumnya
Pasien TB ekstra paru Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Tata Laksana TB Paru (sensitif obat)

SKDI 4A

Farmakologis Edukasi
▪ KDT (Rifampisin 150 / Isoniazid 75 / ▪ Anjurkan keluarga untuk datang berobat dan diperiksa
Pyrazinamide 400 / Ethambutol 275): 3 ▪ Minum obat harus rutin dan kontrol ulang
tablet ▪ Cara batuk yang benar
▪ Ambroxol 3x30 mg ▪ Tanda-tanda bahaya
▪ Buka jendela rumah dan perbaiki pencahayaan
▪ sebagai mukolitik
▪ Anjurkan pasien untuk pemeriksaan GDP, G2PP, dan HIV
▪ Parasetamol 3x500 mg ▪ Efek samping OAT
▪ Jika diperlukan untuk demam pada
malam hari

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019.


Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Penulisan Resep TB Paru (sensitif obat)
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 4A
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________

R/ KDT (Rifampisin 150 / Isoniazid 75 / Pyrazinamide 400 / Ethambutol 275) tab No. XLII Jakarta, 2 November 2021
S 1 dd tab 3 habiskan
------------------------------------- paraf
R/ Ambroxol tab 30 mg No. XX
S 3 dd tab 1
------------------------------------- paraf
R/ Parasetamol tab 500 mg No. X
S 3 dd tab 1 prn demam
------------------------------------- paraf

Pro : Ny. Winda


Usia : 30 tahun
BB : 47 kg
Kasus 4
Seorang perempuan, berusia 30 tahun, mengeluhkan
sesak napas sejak 2 jam sebelum ke puskesmas.
Lakukanlah :
a. Anamnesis yang terarah
b. Pemeriksaan Fisis paru yang terarah
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang
mungkin
d. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
e. Berikan edukasi, tata laksana (farmakologi) dan resep
Sesak Napas
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Nn. Wina
- Usia - 30 tahun
- Jenis Kelamin - Perempuan
- Pekerjaan - Pegawai kantor
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Sesak napas sejak 2 jam sebelum datang ke puskesmas.

RPS Sesak nafas disertai dengan bunyi “ngik-ngik” dan batuk-batuk. Batuk
tidak disertai dahak. Sesak tiba-tiba muncul setelah pasien beraktivitas
fisik berat. Pasien dapat berbicara dengan kalimat lengkap. Pasien
mempunyai riwayat asma, tetapi hanya pernah berobat ke dokter
beberapa kali saja (tidak control rutin). Pasien sering terbangun pada
malam hari karena mengeluhkan nafasnya sedikit sesak. Tidak ada
demam, pilek, nyeri tenggorok, ataupun nyeri dada.
RPD Pernah menderita luka-luka dan gatal di kulit pada saat pasien masih
anak-anak.
RPK Riwayat asma dan rinitis alergi pada ibu pasien.

Sosial-ekonomi Merokok (-), stress psikis karena tuntutan pekerjaan (+).


Anamnesis & PF Asma Eksaserbasi Akut

SKDI 3B
Yang ditanyakan Selalu periksa TTV (TD, HR, RR, S, SpO2)!
▪ Batuk
▪ Sesak napas Inspeksi, Perkusi, Palpasi biasanya normal
▪ Episodik: muncul pada waktu
tertentu (lebih sering pada malam
hari) Auskultasi
▪ Episode berulang
▪ Timbul jika ada pencetus: debu, ▪ Terdengar wheezing pada lapang paru
dingin, emosi, stres psikis, tertawa,
aktivitas fisik
▪ Riwayat atopi pada pasien
▪ Riwayat atopi pada keluarga
▪ Ajak berbicara (untuk mengetahui
apakah pasien berbicara kata per
kata, atau bisa satu kalimat penuh):
untuk menentukan derajat serangan
asma
▪ Faktor risiko: merokok
Pemeriksaan Penunjang Asma Eksaserbasi Akut

SKDI 3B
Peak Flow Meter Spirometri
▪ Alat penunjang sederhana ▪ Gold standard
▪ Peningkatan 60 lpm atau ≥ ▪ Pada asma ditemukan pola
20% dibanding pre- spirometri pola obstruktif
bronkodilator (pre-bronkodilator)
▪ Variasi diurnal > 20% ▪ FEV1/FVC <75%
▪ FEV1 < 80%
▪ Pada post-bronkodilator
▪ FEV1/FVC >70%
▪ FEV1 >12% dan >200mL

Global Initiative for Asthma (GINA) 2021. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention.
Diagnosis dan Diagnodis Banding Asma Eksaserbasi Akut

SKDI 3B
Diagnosis dan Diagnodis Banding Asma Eksaserbasi Akut

Derajat SERANGAN AKUT Asma SKDI 3B


Tata Laksana Asma Eksaserbasi Akut

SKDI 3B
Farmakologis Lain-lain
▪ SABA (salbutamol) ▪ Observasi pasien ulang
nebulisasi dalam 30 menit – 1 jam.
▪ Suplementasi oksigen: ▪ Rujuk lanjut ke SpP untuk
pemberian disesuaikan dilakukan pemeriksaan dan
untuk target SpO2 93-95% pengobatan lanjutan.

Non-Farmakologis
▪ Teknik relaksasi untuk
mengontrol stress psikis

Global Initiative for Asthma (GINA) 2021. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention.
Penulisan Resep Asma Eksaserbasi Akut
Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 3B
dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________

R/ Ventolin (salbutamol) nebule 2.5mg/2.5mL No. I Jakarta, 2 November 2021


S pro nebul
------------------------------------- paraf
R/ Nasal kanul dewasa No. I
S u.c.
------------------------------------- paraf

Pro : Nn. Wina


Usia : 30 tahun
BB : 56 kg
Metabolik
Endokrin
Kasus 5

Seorang laki-laki, berusia 30 tahun, mengeluhkan badan lemas 3


minggu sebelum di puskesmas. Lakukanlah :
a. Lakukanlah Anamnesis yang terarah
b. Lakukanlah Pemeriksaan fisis yang terarah
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang mungkin!
d. Sebutkan Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis!
e. Berikan edukasi dan tata laksana farmakologi (beserta resep)!
Badan Lemas
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Tn. Hendri
- Usia - 47 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Wiraswasta
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - SMA
Keluhan utama Badan lemas yang makin memberat sejak 2 minggu sebelum datang
berobat.
RPS Seluruh badan terasa lemas dan seperti tidak ada tenaga. Keluhan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, tetapi makin ke sini makin
memberat. Tidak ada riwayat perdarahan, mual, muntah, ataupun
diare. Pasien sering makan karena merasa cepat lapar dan mengalami
penurunan BB. Pasien sering merasa kehausan dan terbangun dari
tidur 3-4x untuk BAK pada malam hari. Tidak ada pandangan buram,
nyeri dada, kaki kesemutan, ataupun nyeri pada kaki ketika berjalan.
RPD Tidak tahu karena jarang berobat sebelumnya.

RPK Alm. orang tua pasien mempunyai riwayat DM tipe 2 dan penyakit
jantung.
Sosial-ekonomi Rokok (-), alkohol (-), suka makan biskuit dan minum teh manis.
Anamnesis DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A
Yang ditanyakan Yang diukur
▪ Gejala klasik 3P ▪ Tekanan darah
▪ Polyuria: sering BAK, khususnya terbangun pada malam
hari hanya untuk BAK
▪ Polydipsia: sering haus, sehingga minum air terus
▪ Polyphagia: sering merasa lapar, sehingga makan terus
▪ Penurunan BB
▪ Badan lemas
▪ Kaki dan tangan kesemutan (gloves & stocking ▪ TB dan BB untuk menentukan BMI (pada kasus
phenomenon) obesitas)
▪ Gatal-gatal pada kulit
▪ Pandangan buram
▪ Disfungsi ereksi (pada pria)
▪ Gatal-gatal pada vulva (pada wanita)
▪ Riwayat DM dan hipertensi pada keluarga
▪ Faktor risiko: banyak makan yang mengandung karbohidrat
(DM) atau makanan asin & merokok (hipertensi)

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksaan Hipertensi 2021: Update Konsensus PERHI 2019.
Diagnosis DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Pemeriksaan Penunjang DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
PERKENI. Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia. 2019
Diagnosis Sindrom Metabolik

Kriteria Sindroma Metabolik dari NCEP-ATP III (2001) untuk Asia SKDI 4A
Minimal 3 dari 5 kriteria

Risk Factor Defining Level (Men) Defining Level (Women)

Obesitas Abdominal
> 90 cm > 80 cm
(Waist Circumferense)

Dislipidemia
>= 150 mg/dL >= 150 mg/dL
(Trigliserida)
High density lipoprotein
< 40 mg/dL < 50 mg/dL
(HDL)
Hipertensi
>= 130/>=85 mmHg >= 130/>=85 mmHg
Tekanan Darah

Metabolisme
>= 100 mg/dL >= 100 mg/dL
(Gula Darah Puasa)
Tata Laksana DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Tata Laksana DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksaan Hipertensi 2019..


Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksaan Hipertensi 2021: Update Konsensus PERHI 2019.
Tata Laksana DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A

PERKENI. Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia. 2019.


Tata Laksana DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

SKDI 4A
Edukasi Non-Farmakologis
▪ Edukasi tentang penyakit DM ▪ Olahraga intensitas sedang
▪ Asupan gizi yang seimbang dan dengan total minimal 150
mengurangi makan goreng-gorengan dan menit/minggu
makanan berlemak ▪ Terapi nutrisi medis untuk DM
▪ Mengurangi kebiasaan makan biskuit ▪ DASH diet untuk mengontrol
dan minum minuman manis hipertensi
▪ Efek samping obat
▪ Kontrol rutin berobat
▪ Mengurangi berat badan Farmakologis
▪ Tanda-tanda bahaya, baik hipoglikemi
ataupun dekompensasi metabolik (krisis ▪ Metformin 3x500 mg
hiperglikemi) ▪ Amlodipine 1x5 mg
▪ Captopril 3x12.5 mg
▪ Simvastatin 1x10 mg

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019.
Penulisan Resep DM Tipe 2 | HT | Dislipidemia | Obesitas

Puskesmas Kecamatan Sejawat SKDI 4A


dr. Sejawat IDN
SIP 100B/2.35.24.1.56/-1.179/2021
____________________________________________

R/ Metformin tab 500mg No. XXX Jakarta, 2 November 2021


S 3 dd tab 1
------------------------------------- paraf
R/ Amlodipine tab 5 mg No. X
S 1 dd tab 1
------------------------------------- paraf
R/ Captopril tab 12.5 mg No. XXX
S 3 dd tab 1
------------------------------------- paraf
R/ Simvastatin tab 10 mg No. X
S 1 dd tab 1
------------------------------------- paraf
Pro : Ny. Sumarni
Usia : 47 tahun
BB : 70 kg
Kasus 5

Kemudian, laki-laki tsb, berusia 30 tahun, mengalami penurunan


kesadaran 3 jam smrs.
a. Lakukanlah Tindakan awal saat bertemu pasien di IGD
b. Lakukanlah Anamnesis yang terarah
c. Lakukanlah Pemeriksaan fisis yang terarah
d. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang mungkin!
e. Sebutkan Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis!
f. Rencanakan tata laksana farmakologi!
Penurunan Kesadaran
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Tn. Andreas
- Usia - 56 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Pensiun
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - SMA
Keluhan utama Sulit dibangunkan sejak 3 jam sebelum masuk RS.

RPS Sulit dibangunkan dan bicara meracau. Dua hari yang lalu pasien
mengalami demam dan batuk-batuk tetapi belum sempat berobat.
Tidak ada kejang. Sebelumnya pasien masih mau makan dan minum,
tetapi sejak demam makan dan minum menurun. Mempunyai riwayat
DM tipe 2 dan beberapa hari yang lalu tidak minum obat anti-DM
karena obatnya habis dan belum beli di apotek.
RPD Nyeri sendi di jempol kaki.

RPK Riwayat DM tipe 2 pada orang tua.

Sosial-ekonomi Rokok (-), alcohol (-), NAPZA (-)


Anamnesis & PF Diabetic Ketoacidosis

Definisi KAD: komplikasi akut dari DM. Pencetus tersering adalah infeksi SKDI 3B

Gejala (Anamnesis) Tanda (PF)


Turgor kulit menurun
▪ Mual ▪ Periksa GCS
▪ Muntah ▪ Turgor kulit menurun
▪ Nyeri perut ▪ Takikardi
▪ Letargi ▪ Takipneu
▪ Penurunan kesadaran ▪ Pernapasan Kussmaul
▪ Sesak napas ▪ Hipotensi
▪ Sering BAK dan merasa ▪ Napas bau keton (fruity
haus odor)

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. 2014


Pemeriksaan Penunjang Diabetic Ketoacidosis

SKDI 3B

Trias KAD Lab


Ketonemia / ketonuria ▪ DPL
▪ AGD: mencari tanda
acidosis
▪ Keton serum / urin:
Hiperglikemia mencari tanda ketosis
▪ GDS: mencari tanda
hiperglikemi
Asidosis metabolik ▪ Elektrolit: untuk
dengan peningkatan
perhitungan anion gap
anion gap
dan nilai serum K+ KAD: asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap
Tata Laksana Diabetic Ketoacidosis

SKDI 3B
Farmakologis
▪ Antibiotik / antiviral / antifungal
untuk eliminasi pencetus KAD pada
kasus (pencetus yang paling sering
dijumpai adalah CAP)

Edukasi
▪ Rutin konsumsi obat anti-DM
(jangan sampai skip)

Lain-lain
▪ Pro rawat inap

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. 2014


GEH
Kasus 3
Seorang perempuan, berusia 23 tahun, mengeluhkan nyeri perut
sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Lakukanlah :
a. Anamnesis yang terarah
b. Pemeriksaan Fisis yang terarah
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang mungkin
d. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
e. Edukasi, Tata laksana farmakologi dan resep
Nyeri perut
Pasien Keterangan
Identitas Pasien
- Nama - Nn. A
- Usia - 23 tahun
- Jenis Kelamin - perempuan
- Pekerjaan - Pegawai swasta
- Status Perkawinan - Sudah menikah
- Status Pendidikan - S1
Keluhan utama Nyeri perut sejak 1 hari SMRS
RPS Nyeri perut sejak 1 hari SMRS. Sebelumya, 1 hari lalu, pasien mengeluhkan
mulas seperti biasa, lokasi tidak bisa ditunjuk. Dua jam kemudian, perut
kanan bawah menjadi nyeri tajam. Pasien lebih nyaman berbaring ke
kanan posisi meringkuk. Pasien kesakitan bila tidur terlentang dan kaki
diluruskan serta bila berjalan. Mual ada, muntah isi makanan 4 kali sejak
kemarin, makan sangat sulit. BAB normal, tidak ada darah, kentut bisa.
Demam ada namun sudah turun. BAK nyeri, berpasir, atau berdarah
disangkal.
RPD Riwayat menstruasi tidak teratur
Riwayat TB, sudah pengobatan 6 bulan tuntas pada 2017

RPK Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada
riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis di keluarga.
Sosek Merokok (-), alkohol (-). Makan gizi seimbang, tidak rutin olahraga.
Mahasiswa semester akhir.
Anamnesis
Keluhan Gastrointestinal

Nyeri perut

• Site: awalnya tidak bisa ditunjuk, berpindah ke kanan bawah


• Onset: akut
• Character: nyeri tajam
• Radiation: tidak ada
• Associated sx: demam, mual, muntah
• Time: terus menerus
• Exacerbating/Relieving: membaik dengan berbaring ke kanan posisi meringkuk,
memberat bila tidur terlentang dan kaki diluruskan dan bila berjalan

• Severity
Apendisitis Akut
Definisi: inflamasi pada appendix vermiformis Nyeri periumbilikal /difus / sulit
terlokalisasi (nyeri visceral)→
12-24 jam pindah ke nyeri
Etiologi : obstruksi lumen appendix oleh hyperplasia limfoid, kuadran kanan bawah
fecalith, corpus alienum, dan neoplasma. terlokalisir, tajam, konstan
(nyeri somatik akibat iritasi
peritoneum parietal lokal)

ALVARADO
SCORE Jika pecah 🡪 peritonitis (nyeri
Dari Anamnesis • 1-4 🡪 bukan selurh lapang abdomen +
defans muskular + nyeri tekan
appendicitis akut + nyeri lepas)
🡪 rawat jalan
• 5-6 🡪 sangat
mungkin
appendicitis akut
🡪 rawat inap
• 7-10🡪
Dari Anamnesis appendicitis akut
🡪 pembedahan
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

• Compos mentis Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi


• TD 120/80 mmHg
• HR 90x/menit • Simetris • Bising usus • Palpasi superfisial: • Timpani di seluruh
• RR 20x/menit • Tanda inflamasi (-) 3x/menit nyeri tekan (+) lapang abdomen
• Suhu 37,5o C • Pelebaran vena (-) • Metallic sound (-) epigastrik, inguinal • Shifting dullness (-)
• BB: 57 kg • Distensi abdomen • Bruit (-) dextra
• TB: 150 cm (-), datar • Palpasi dalam: Tidak
teraba organ
hepalimpa
• Titik McBurney:
nyeri tekan, nyeri
lepas, nyeri ketuk
• Defans muscular (+)
inguinal dextra
PEMERIKSAAN FISIK LAIN

- Psoas sign (+)


- Obturator sign (-)
Special Tests

McBurney (1/3 lateral Rovsing sign Obturator sign Psoas sign


sias-umbilicus)
(+) nyeri di RLQ (+) nyeri saat rotasi internal paha kanan (+) nyeri ketika ekstensi panggul kanan → appendix
(+) nyeri tekan, defans yang terjadi saat (Inflamasi sekitar m. obsturator internus di rektocecal dekat otot iliopsoas
muskular, nyeri lepas LLQ ditekan pelvis)

Blumberg sign Dunphy sign Kosher sign

Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah (Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba dengan batuk sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan
bawah.
Alvarado Score
ALVARADO
Jika pecah → peritonitis (nyeri
SCORE seluruh lapang abdomen +
defans muskular + nyeri tekan
• 1-4 🡪 bukan + nyeri lepas)
appendicitis akut
🡪 rawat jalan
• 5-6 🡪 sangat
mungkin
appendicitis akut
🡪 rawat inap Jika peritonitis
• 7-10🡪 Color dubur → nyeri
Dari PF appendicitis akut tekan arah jam 9-12
🡪 pembedahan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Hb 13, leukosit 14.000, trombosit 450.000
laboratorium
Diff count: 0/1/8/80/10/1
Apendisitis Akut
• Laboratorium → Leukositosis dan shif to the left ALVARADO
• Urinalisis → periksa beta hcg pada wanita! SCORE
(dd kehamilan ektopik)
• 1-4 🡪 bukan
USG: Dilatasi appendicitis akut
appendix 🡪 rawat jalan
- Diameter >6mm • 5-6 🡪 sangat
- Ring of fire mungkin
appearance appendicitis akut
- Appendicolith 🡪 rawat inap
• 7-10🡪
appendicitis akut
🡪 pembedahan

Dari Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang

Tampak dilatasi apendiks, diameter 10 mm, disertai perforasi dinding apendiks dengan efusi
periapendikular
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis:
- Appendisitis akut perforata dengan peritonitis lokal
dd/ torsio kista ovarium, ureterolitiasis dextra
Diagnosis Apendisitis
JENIS DESKRIPSI
Inflamasi dan infeksi fokal pada mukosa appendix
- Nyeri visceral di epigastrium
Appendisitis akut fokal
- Mual dan muntah

Translokasi bakteri ke dinding


- Nyeri somatik di RLQ
Appendisitis akut supuratif - Peritonitis lokal (defans muskular + nyeri tekan + nyeri lepas + nyeri ketok + RT
nyeri)

Infark dan gangren apendiks


Appendisitis gangrenosa
- Peritonitis lokal (defans muskular + nyeri tekan + nyeri lepas + nyeri ketok + RT
nyeri)

Rupturnya appendix
Appendisitis perforasi - tanda peritonitis umum (>1 kuadran)

Mobilisasi omentum majus dan usus halus membentuk dinding di sekitar apendiks 🡪
Infiltrat appendicularis jika imun baik

Apendisitis kronis Fibrosis appendix, dapat disertai inflamasi ringan jangka panjang
Pendekatan Klinis Akut Abdomen

Henderson MC, Tierney LM, Smetana GW. The Patient History: an evidence-based approach to differential diagnosis. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p315
Romano C, Oliva S, Martellossi S, Miele E, Arrigo S, Graziani MG, et al. Pediatric gastrointestinal bleeding: Perspectives from the Italian Society of Pediatric Gastroenterology. World J Gastroenterol. 2017 Feb;23(8):1328–37.
https://img.grepmed.com/uploads/8094/diagnosis-algorithm-differential-diffuse-abdominal-original.png
Akut Abdomen

Definisi: merupakan suatu kegawatan abdomen


(bedah dan non bedah), nyeri tiba-tiba, <24 jam
• Kegawatan bedah : appendisitis perforasi, trauma
• Kegawatan non bedah : pankreatitis akut, ileus paralitik
Nyeri dapat bersifat visceral, somatik, kolik

Pemeriksaan Fisik:

• Nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri ketok, defans muskular


Pemeriksaan Penunjang : Foto polos abdomen
3 sisi + CT scan
Akut Abdomen
• Pada trauma organ padat peritonitis muncul
cepat yaitu < 8 jam
• Pada ruptur organ berongga, lebih lama terjadi
peritonitis yaitu muncul >24 jam

TATALAKSANA
24 Jam pertama menentukan prognosis pasien
(Morbiditas dan Mortalitas Pasien)
1. Resusitasi
2. Dekompresi
3. Kateterisasi
4. Anti Nyeri
5. Antibiotik
6. Pemantauan
7. Konsul ke Ahli Bedah
Tata Laksana SKDI 3B
• Farmakologi:
– Antibiotik spektrum luas • Non-farmakologi (edukasi)
– Simptomatik: mual (ondansetron), analgesik
– Menjelaskan penyakit dan kemungkinan dilakukan
R/ Ceftriaxone inj 1g vial No. II pembedahan
S pro injeksi – Merujuk ke bagian bedah
-----------------------------------------@
R/ Metronidazole 5mg/mL 100 mL fl No. I
S pro injeksi
---------------------------------------------------------@
R/ Ketorolac inj 30mg/mL 1 mL amp No. I
S pro injeksi
--------------------------------------------------------@
R/ Ondansetron inj 2mg/mL 2 mL amp No. I
S pro injeksi, prn mual
-----------------------------------------------------------------
@

Pro: Nn. A
BB: 57
Kasus 3
Seorang laki-laki, berusia 20 tahun, mengeluhkan BAB Berdarah
sejak 3 hari sebelum di puskesmas. Lakukanlah :
a. Anamnesis yang terarah
b. Pemeriksaan Fisis yang terarah
c. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding yang mungkin
d. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
e. Edukasi, Tata laksana farmakologi dan resep
BAB berdarah
Pasien Keterangan

Identitas Pasien
- Nama - Tn. A
- Usia - 20 tahun
- Jenis Kelamin - Laki-laki
- Pekerjaan - Mahasiswa
- Status Perkawinan - Belum menikah
- Status Pendidikan
Keluhan utama BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu

RPS BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu. BAB frekuensi 10-12 kali sehari. BAB cair, masih
ada ampas. Terdapat lendir dan darah saat BAB. Ada nyeri perut yang dirasakan
seperti melilit dan keram, pada seluruh lapang perut, hilang timbul, berkurang sedikit
dengan BAB, VAS 5-6. tidak ada mual muntah. Terdapat demam yang cukup tinggi
sebelumnya. Tidak ada batuk pilek. Tidak ada kesulitan BAB.

RPD Tidak ada keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada Riwayat darah tinggi maupun
kencing manis
RPK Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat penyakit
darah tinggi, kencing manis di keluarga.
Sosek Merokok (-), alkohol (-). Pasien sering makan di luar, tidak memasak sendiri karena
tinggal di kos sendirian, tidak memperhatikan makanan dan pola makan. Makan 2-3
kali sehari.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

• Compos mentis Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi


• TD 100/70 mmHg
• HR 90x/menit • Simetris • Bising usus • Palpasi superfisial: • Timpani di seluruh
• RR 20x/menit • Tanda inflamasi (-) 3x/menit nyeri tekan (+) pada lapang abdomen
• Suhu 38,4oC • Pelebaran vena (-) • Metallic sound (-) regio umbilikalis dan • Shifting dullness (-)
• BB: 60 kg • Distensi abdomen • Bruit (-) hipogastrik
• TB: 165 cm (-) • Palpasi dalam: nyeri
tekan (+)
• Tidak teraba organ
hepalimpa
• Defans muscular (-)

PEMERIKSAAN FISIK LAIN

- Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, tampak cekung (-)
- Kulit: turgor baik
- Ekstremitas: telapak tangan dan kaki pucat, CRT <2 s, akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Hb 13, leukosit 11.000, trombosit 450.000
laboratorium
Analisis feses
- Darah (+), mukus (-), kista parasit (-)
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis:
- Disentri basiler DD disentri amoeba, demam tifoid,
Pendekatan Klinis Diare

Henderson MC, Tierney LM, Smetana GW. The Patient History: an evidence-based approach to differential diagnosis. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p337
Tata Laksana SKDI 4
• Farmakologi: • Non-farmakologi (edukasi)
– Antibiotik: ciprofloxacin 2x500 mg, selama – Mejelaskan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
3 hari bakteri
– Parasetamol jika demam – Menjaga higienitas makanan, makan makanan yang
terjamin kebersihannya
R/ Ciprofloxacin 500 mg tab No. VI – Menghabiskan antibiotik dalam pengobatannya
S 2 dd tab I, habiskan
---------------------------------------------@
R/ parasetamol tab 500 mg No. XX
S 3 dd tab 1 pc prn demam
---------------------------------------------@

Pro: Tn. A
BB: 60 kg
Diare dan Gastroenteritis
Diare: konsistensi cair / lembek, frekuensi >3x dalam 24 jam. Dapat disebabkan oleh gastroenteritis (peradangan mukosa usus dan lambung).

Mikroba penyebab GE Osmotik Sekretorik

Bakteri Kekurangan enzim → malabsorpsi Sekresi aktif elektrolit ke lumen


(cth: rotavirus merusak brush (cth: toksin kolera)
- Vibrio cholera → kolera (khas: ricewater stool) border)
- Shigella → disentri bakterial (diare berdarah) Bau cenderung asam Bau tidak kearah asam
- E. coli, Salmonella (demam tifoid)
- Campylobacter → waspadai GBS!
Virus: rotavirus, adenovirus, norovirus Berdasar awitan:
Parasit
•Akut: <14 hari
- Entamoeba histolitica → disentri amuba •Persisten: 14-29 hari
- Giardia lamblia → giardiasis
•Kronis: 30 hari keatas

Etiologi diare noninfeksi:


malabsorpsi, efek samping obat (kemoterapi,
antibiotik), neuropati diabetik, dll

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.


Diare dan Gastroenteritis
Curiga infeksi: demam, BAB berdarah dengan lendir
Diagnosis penunjang
Antimikroba
Elektrolit → mencari imbalance, terutama pada dehidrasi
DPL → anemia, tanda infeksi Ciprofloxacin 2x500 selama 5-7 hari

Fungsi ginjal → dehidrasi berat dapat menyebabkan AKI Cotrimoxazole 2x960 selama 5-7 hari

Mikroskopi feses: hanya bila curiga infeksi Giardiasis: metronidazole 3x500 selama 7 hari

Entamoeba histolytica Giardia lamblia

Global Water Pathogen Project


Kim YJ, Park KH, Park DA, Park J, Bang BW, Lee SS, et al. Guideline for the antibiotic use in acute gastroenteritis. Infect Chemother. 2019;51(2):217–43.
Dari Sejawat
Untuk Sejawat

Anda mungkin juga menyukai