Anda di halaman 1dari 20

IBU MERTUA YANG MOTOK

Namaku Adi ( singkatan ) dan belum setahun ini aku kawin dengan Ina, setelah dia
menyelesaikan SMU nya. Ina adalah anak tunggal dan Ibunya ( mertuaku dan umurnya sekitar
40 an) telah cerai kira2 5 tahun yang lalu, tapi sampai saat ini aku nggak tahu mengapa mereka
sampai bercerai. Karena rumah mertuaku cukup besar di daerah Bekasi dan apalagi Ina hanyalah
anak satu2nya, maka setelah kawin, aku dan Ina diminta tetap tinggal di rumah ini, karena Ibu
nggak mau ditinggal sendiri. Padahal, aku sudah punya rumah sendiri, walaupun masih memcicil
di KPR.
Untuk menyingkat cerita, baiklah kumulai cerita ini yang terjadi kira2 dua bulan yang lalu.
Seperti biasanya, aku pulang dari kantor dan sampai di rumah kira2 jam 18.00 sore. Ina dan
ibunya selalu ngobrol di tetangga sebelah rumah, biasa perempuan..ngerumpi kali. Sesampainya
di rumah, aku biasanya langsung mandi.
Suatu sore, saat aku lagi mandi dan kebetulan aku sedang menggosok kontolku dengan sabun
untuk membersihkan kotoran2 yang ada dan kontolku sedang berdiri tegak karena gosokanku
tadi eeeehhhhhh, tiba2 pintu kamar mandinya terbuka lebar dan Ibu mertuaku masuk terburu-
buru sambil kedua tangannya mengangkat roknya keatas.
Melihat aku ada didalam kamar mandi dan kebetulan aku menghadap ke arah pintu...
aaaahhhhkkkk..Adiiii i..teriak mertuaku tertahan sambil menutupkan kedua tangannya ke arah
mulut nya, tapi matanya yang terbelalak kaget itu tetap tertuju ke arah kontolku. Ad.Adiiii...,
lanjutnya setelah kekagetannya sedikit hilang, lho.. kok...kamar mandi nya nggak di kunci... Dan
matanya masih tetap tetegun ke arah kontolku. Lho...Ibu sih...masuknya nggak pakai ketok2
dulu...Ad.. adaaa.apa sih bu kok. keburu-buru.???? Kalau sudah kebelet mau pi.pis.., ya. pipis aja
deh.. bu, kataku, tapi...Ina.dimana.bu .?? lanjutku, karena aku takut tiba2 Ina muncul juga, bisa2
tengsin. Ohh..Ina lagi ke warung dengan si Wati, katanya sih mau beli rujak.., kata ibu.
Si..silahkan.deh ..bu.kencingnya.kala u sudah kebelet...Tapi..kala u Ina tahu bu.bisa berabe.,
lanjutku tanpa kuubah posisi berdiriku. Nnggg..nggaaakk. apa2..nih..Di., kata ibu sambil kedua
tangan nya mengangkat roknya dan. iy.. ya.deh.Diii..ibu sudah kebelet niiihh..lanjut ibu sambil
menurunkan Cdnya. Terlihat sekelebat., sebelum ibu jongkok, memeknya yang ditumbuhi bulu2
hitam yang lebat dan membuat kontolku semakin tegang aja. Ad.adiii...tolong..d ong ambilkan
air di gayung..., kata ibu tiba2 sambil tangan kanannya mengarah ke arahku.dan...entah disengaja
apa tidak, tangan ibu telah menyentuh kontolku. Ma.aaaff.yaaa.Diii.. keseng.gol., kata ibu setelah
merasa tangannya menyenggol kontolku. Sambil keluar dari kamar mandi, ibu masih sempat
berucap pelan. Aaa.. diii., si Ina beruntung.ya... Untung gimana bu...tanyaku nggak jelas,
sebelum ibu menutup kamar mandi...Tapi nggak ada jawaban dari ibu dan kulanjutkan mandiku
sampai selesai.
Seminggu kemudian, tepatnya hari Jum'at pagi sewaktu aku sarapan bertiga dengan Ina dan Ibu,
Ina bilang..Maaass.nanti siang aku mau pergi ke rumahnya si Sarah di Kebayoran Lama.mau
ngebantuin dia...besok kan dia mau nikahan...waktu kita nikah dulu, dia kan membantu kita
disini..sampai nginep lagi. Jadi kamu mau nginep juga.? Tanyaku sambil mataku tertuju ke arah
ibu. Iya..dong Massss..nggak enak kan ? Jadi Mas dan Ibu, datang saja kesana besok sore sambil
sekalian menghadiri resepsinya. Bolehh.kan...Mas...? ? OK.deh..kalau gitu, kataku dan aku
langsung berangkat ke kantor setelah pamitan dengan Ina dan Ibu.
Sore harinya ketika aku sampai didepan rumah, terlihat rumah Ibu tertutup dan waktu kucoba
membukanya, eh..nggak taunya terkunci. Aku jadi agak kesel juga ke Ina, katanya mau pergi
sendiri ke rumah si Sarah, tapi rumah kok di kunci.
Lalu kucoba mengetok pintu, siapa tau Ibu entah sedang mandi atau ketiduran. Setelah beberapa
kali pintu kuketok, terdengar suara ibu dari belakang...siapa ya...??
Adiiiii.bu... , kataku dan sewaktu pintu dibuka terlihat pening kiri dan kanan ibu telah di tempeli
koyok. Lho...bu...kenapa... ? tanyaku...sakit..ya. .bu, lanjutku.
Enggak...kok.diiii.. .ibu cuman agak pusing sedikit aja.dan.sekarang sudah agak mendingan
kok..setelah ditempelin koyok. Ohhh..., kataku sambil terus masuk rumah.
Adiiii...kata ibu sambil berjalan menuju kamarnya...nanti kamu makan sendirian aja..ya., ibu
kepingin tiduran dulu...masih berat..rasanya kepala ibu ini. Nggak.apa..deh.bu., kataku sambil
menuju kamarku yang letaknya nggak terlalu jauh dari kamar ibu. Setelah mandi, kukenakan
pakaian kesukaanku kalau lagi dirumah yaitu kaos oblong dan sarung serta kulanjutkan makan
malam sendirian.
Lagi enak2nya nonton warta berita TVRI, kudengar suara ibu dari kamarnya memanggil
namaku..Adiiii. adiiiii..sini dulu.diii.. Selama ini belum pernah masuk ke kamar mertuaku, jadi
kujawab panggilan ibu dari depan pintu kamarnya yang terbuka tetapi tertutup
korden.ada..ap..apaa aa..bu...?? Kesini. dong. diiii...masuklah...d an kubuka korden kamar ibu
dan kulihat ibu lagi tiduran miring menghadap ke arahku dan memakai pakaian tidur yang sangat
tipis. Tapi baru saja aku akan masuk kamar, tiba2 telepon berdering, sebentar..ya.bu.ada telepon
masuk, kataku pada ibu. Hallo..., kataku sambil mengangkat gagang telepon, Maasss..,
oh.rupanya si Ina dalam hatiku, lagi ngapain.maasss ? apa sudah makan...?? kata Ina lagi. Biasa..,
lagi nonton TV jawabku. Masss.., kelihatannya pesta kawinnya Sarah.akan besar2an, aku lagi
sibuk nih..dengan merangkai bunga, katanya dan kelihatannya aku nggak bisa pulang, jadi besok
seperti rencana aja deh Mas...lanjut Ina. Iya.deh In...nggak apa2, jawabku. Eh...maasss., mana
ibu..??? Aku pingin ngomong dong..., lanjut Ina. Innn..Ibu dari tadi tiduran dikamarnya.. katanya
lagi pusing...aku lihat tadi.pelipisnya di tempelin koyok, kataku.
Massss.., tolong deh kepala ibu dipijitin...pasti deh.pusingnya ibu akan hilang., biasanya..ibu
suka aku pijitin, kalau lagi pusing..dan..sebenta r aja, katanya pusingnya hilang..tolong..ya..
.masss, dan sampaikan salamku buat ibu dan OK mas..sampai besok, cerocos Ina.
Sambil aku berjalan kembali kearah kamar ibu, kudengar suara ibu yang tidak terlalu keras,
Adiii...telepon dari siapa...?? Oh...dari Ina.bu... Sini...dong.. Diii. tolongin.ibu.. Sambil membuka
korden kamar ibu dan terlihat posisi tiduran ibu masih seperti semula yaitu menghadap ke
arahku, si.siniiii.diiii.tol ongin..ibu..?? kata ibu sambil melambaikan tangannya dan kulihat ketek
ibu yang agak ditumbuhi bulu2 hitam lebat, sehingga membuat kontolku berdiri.
Sini...diii..tolongi n.ibu, kata ibu sambil menepuk tempat tidur tepat dimukanya dan menggeser
badannya sedikit kearah belakang. Waktu badannya bergeser, kulihat teteknya bergerak- gerak
dan setelah kuperhatikan rupanya ibu nggak memakai Bh, sehingga kontolku semakin tegang
saja, untungnya nggak kelihatan karena aku pakai sarung. Tol.tolongiinn.apa.b u..?? Kataku
setelah aku berdiri tepat dimuka ibu dan Ibu...masih pusing...ya..?? lanjutkan.
Eeeemmm.diii..dudukl ah disini..kata ibu sambil menepuk kasur dimukanya dan menggeser
badannya lagi sedikit kearah belakang dan sepertinya memberi tempat aku buat duduk,
tolong..ke.pala ibu dipijitin..sebentar. ya..diii, kepala..ibu...kok tambah.berat aja.
Lalu aku duduk tepat dimuka ibu dan kupegang kepala ibu dengan kedua tanganku sambil
kupijat-pijat. Kulihat mata ibu memejam ketika kepalanya kupijiti, mungkin lagi menikmati
enaknya pijitanku. Dari jarak yang begitu dekat, terlihat tetek ibu yang nggak terlalu besar
samar-samar dibalik daster yang tipis itu dan ini membuat kontolku semakin tegang saja dan
mulai kelihatan menonjol dari balik sarungku.
Diii.., kata ibu sambil matanya masih tetap terpejam, In.Ina..bilang.apa.. ?? Anu.bu...pestanya si
Sarah.kelihatannya akan besar2an, kataku. Terus...,lanjut ibu, Iya..bu..saya bilang ibu lagi tiduran
karena pusing dan sa...saya diminta untuk memijiti kepala ibu..., jawabku. Lalu kami berdua
diam dan tetap kulanjutkan pijitan dikepala ibu.
Karena nggak tahan diam terus dan yang terdengar hanya suara napas ibu, maka aku mencoba
untuk menanyakan kata2 ibu kemarin sewaktu di kamar mandi.
Buuu...,kataku pelan2. Ya...diii..ada.apa.? ? sahut ibu dan matanya melek sedikit dan
memandangku tapi lalu merem lagi. Itu...lo..buuu.., kemarin kan ibu bil.bilang..kalau Ina
beruntung..apa sih itu..bu.??? Ibu nggak langsung menjawab, tapi tiba2 ibu sambil membuka
matanya sedikit melihat arah sarungku dan dengan cepat tangannya bergerak menggenggam dan
memijat pelan kontolku yang terlihat menonjol dari luar sarung sambil mengucap..In..ini..l
ho..diii...
Memang..nya.kenapa.. buuuuu, tanyaku pingin tahu lebih jauh jawaban ibu. Ahhh. kamu.ini..,
jawab ibu sambil memijit lagi kontolku, be...saaarrr...diiii i, lanjut ibu sambil melepas pijitannya
dan menggeser tangannya dari sarungku.
Setelah itu, nggak ada lagi pembicaraan, tapi napas ibu semakin tidak teratur dan makin keras
dan kontolku semakin tegang saja setelah di pijit ibu.
Perasaanku makin nggak karu2an dan kulihat ibu masih saja tetap memejamkan matanya, hanya
nafasnya semakin kencang. Lalu sambil tetap kupijiti kepalanya, pelan2 kudekati bibir ibu
dan....kucium bibir ibu lembut. Kulihat ibu agak kaget tapi matanya masih tertutup dan
berguman pelan..Adiiiiii..aaa hhhhh.. kam.. kamu..nakaaal.ya. Karena nggak ada reaksi negatif
dari ibu, maka keberanian dan nafsuku semakin bertambah, pelan2 kuangkat sarungku dan
kupegang batang kontolku lalu kubawa maju menuju mulut ibu yang agak terbuka sedikit itu.
Adiiii...seru ibu lirih ketika kontolku kudorong masuk ke mulut ibu dan
hhhhmmm...hhhhmmm. ,suara ibu yang nggak bisa meneruskan kata2nya karena kontolku sudah
½ nya masuk ke mulutnya. Buuu..bbuuu.enaaaaaa kkk.bu...bu, gumanku ketika lidah ibu terasa
sedang dipermainkan di kepala kontoku dan terus di sedot2, sedang ibu hanya ber suara..
hhhmmmm...hmmmm.hhmm m.. Pelan2 aku majukan badanku kearah muka ibu, sehingga
sumua kontolku sekarang masuk semua kedalam mulut ibu, sambil kulepaskan kedua tanganku
dari kepala ibu dan kupindahkan ke tetek ibu yang cukup lembut serta kuremas-remas. Setelah
beberapa saat kontolku di sedot2 ibu, rangsangan ditubuhku makin panas, lalu kuangkat daster
ibu dari bawah dan..rupanya ..ibu sudah nggak pake Cd, sehingga terlihat badannya yang putih
bersih ibu dan sekeliling memeknya ditumbuhi bulu2 hitam halus yang lebat. Kurebahkan
badanku ke arah perut ibu, lalu kujilati dan kucucup perut dan sekitarnya, sedangkan ibu semakin
keras menyedot-nyedot kontolku sambil maju- mundurkan mulutnya. Setelah beberapa saat
jilatanku hanya disekitar perut ibu, sekarang secara perlahan-lahan kuselusuri jilatanku kearah
memek ibu. Sesampainya mulutku di sekitar bibir memek ibu, kujepit bibirnya yang sudah basah
oleh cairan ibu yang asin2 enak, sambil kupermainkan ludahku dan badan ibu menggelinjang
sambil berguman. Ad..adiii..lalu suara ibu menghilang dan hanya terdengar bunyi .. hhmmmm.
hhmm ..hhmmm.karena kembali kontolku ketekan masuk kemulut ibu. Kemudian lidahku
menjalar terus ke arah kelentit ibu dan ku main2kan dengan lidahku dan sesekali kusedot agak
kuat, sehingga tubuh ibu menggelinjang keras sambil menaik- turunkan pantatnya dan kedua
tangannya berusaha menekan kepalaku kedalam memeknya dan pantatku tetap ku naik-turunkan
sehingga kontolku keluar masuk mulut ibu dan yang kudengar hanya bunyi ..hhhmmmm..
hhhmmm.hhhmm..dari mulut ibu. Setelah cukup lama seluruh bagian memek ibu yang sangat
basah itu ku sedot dan jilat itu, tiba2...ibu melepaskan kontolku dari mulutnya dan... Addiiiii..,
teriak ibu agak keras..amm...puunnn. diiiii, ibu nggak..tah.tahaaaann nnn..ib.bu..kel..uaa
aaaaaarrrr..arccchhh hh, sambil kedua tangannya menekan kepalaku kuat2 ke memeknya dan
pantatnya naik-turun dengan cepat, lalu ..terdiam...dan hanya nafas ibu yang terdengar terengah-
engah. Setelah nafas ibu terdengar agak teratur..Adiiiii.. sin.siniiii... sayaaaaang, kata ibu sambil
berusaha menarik badanku kearahnya dan kulepaskan mulutku dari memek ibu yang penuh
dengan cairannya serta kuputar badanku dan kucium mulut ibu dengan bibirku yang masih basah
dengan cairan ibu dan badannya kupeluk erat.
Adiiiiii..., terdengar bisikan halus ibu ditelingaku.pusss.in g..ibu. sudah hilang..say...aanng,
sud..aaahh lamaaaa..ibu merindukan..ini.diii ii, dan aku nggak memberikan jawaban apapun
hanya kukecup bibir ibu dengan lembut serta disambutnya ciumanku itu dengan mesra.
Kontolku tetap masih sangat tegang karena sampai saat ini yang kupentingkan ibu supaya bisa
orgasme lebih dulu dan sekarang posisiku sudah berada diatas badan ibu yang sedang terlentang,
sambil kami tetap berpelukan dan berciuman.
Sambil kukecup pipi ibu, kubisiki telinga ibu..buuuu.., boo..leeehh. sayaaa..?? belum sampai
kata2 yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya
pelan2 dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi terus menutup matanya. Dengan tanpa
melihat, kucari lubang memek ibu dengan kontolku dan ibu menggeser pantatnya sedikit saat
kontolku sudah menempel memeknya, sepertinya ibu sedang berusaha menempatkan lobang
memeknya agar kontolku mudah masuk. Setelah kurasa pas, kutekan kontolku pelan2 ke memek
ibu, tapi sepertinya nggak ada tanda2 kepala kontolku mulai masuk, walau memek ibu sudah
basah sekali. Yang kuperhatikan diwajah ibu yang lagi merem itu, sepertinya ibu menyeringai
agak menahan rasa sewaktu kontolku kutekan ke memeknya.. peel.. laaan.. pelaaan.diiii..
saaa...kiitt, kudengar bisik ibu dan lanjutnya ..iibu.. sudah lama..nggak.. pernah begini, sejak
bapak kawin lagi.diii. Karena kasihan mendengar suara ibu itu, kuangkat pelan2 kontolku tapi
tangan ibu yang dari tadi ada di pantatku berusaha menahannya. Jaa...ngaaann..dicab
uuuutt..diii.. kedengar bisik ibu lagi. Aku nggak menjawab apa2, tapi kutusukkan lagi kontolku
pelan2 ke memek ibu dan..ttrrretttt..ter asa kepala kontolku seperti menguak sesuatu yang
tadinya tertutup dan kuhentikan tusukan kontolku karena kudengar lagi ibu seperti
merintih.Adiiiiii..s ambil kedua tangannya menahan pantatku dan wajahnya menyeringai
menahan sakit. Beberapa detik kemudian, kurasakan kedua tangan ibu menekan pantatku pelan2,
aku langsung menekan kontolku lagi pelan2 dan.. ttrrreeett.bleessss. .. terasa kontolku masuk
setengahnya ke memek ibu...aadiiiiiii.... kata ibu seperti berbisik, suu..daaahh... maaasukk..sa..
yaang..., lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan ibu menahan laju tekanan pantatku.
Aku diamkan sebentar pergerakan kontolku sambil menunggu reaksi ibu lebih lanjut, tapi...dalam
keadaan diam seperti ini, aku merasa kontolku sedang terhisap kuat di dalam memek ibu dan
secara nggak sadar terucap dari mulutku.. buuu..ibuuu.ennaaakk ..sekali..buu..terr. usss..buu.
Saking enaknya.aku sudah nggak perhatikan tangan atau wajah ibu lagi, lalu kegerakkan
pantatku naik turun pelan2 dan makin lama makin cepat, dan ibu mengimbanginya dengan
mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar. Addiii...diii..tee.. ruuus. diiii..enaaakk..aduu
uhhh...enakkk..ddiii .., kudengar kata2 ibu terbata-bata dan terucap dari mulutku secara tanpa
sadar...bbuuuuu..buu uu..iy. ya...saa. yyaaa. jugaaa..eenaakkkk, dan kubungkam bibir ibu dengan
mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulut ibu, serta kedua tanganku mencengkeram kuat
wajah ibu. Sedang kan kedua tangan ibu masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku
apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan ibu semakin cepat dan kudengar
bunyi.crreeettt...cr eeettt..creeetttt.se cara teratur sesuai dengan gerakan naik- turunnya pantatku
serta bunyi suara ibu ..hhmmm...aaaahhhh.. aaahhh.yang nggak keluar karena bibirnya tertutup
bibirku. Nggak lama kemudian gerakan pantat ibu yang berputar itu semakin cepat dan kedua
tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan...tiba2 ibu melepas ciumanku serta berkata
tersendat sendat agak keras..Adiii..diiii. ..ddii..ibuuuu..ibuu ..haam. piirr..ddiiii.aa...y
yoooo..diiii.., moment ini nggak kusia siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan
pejuku yang akan keluar.buuu.tuung.. guuu.saa..maaa.samaa a..sek..aaarangggg.. .arrcchhhhhh..,
sambil kutekan kontolku kuat2 kedalam memek ibu dan kurasakan cengkeraman kedua tangan
ibu di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku.
Kuperhatikan ibu dengan nafas yang masih ter engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan
kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang
masih diatas tubuh ibu dengan kontolku masih nancep semuanya didalam memek ibu. Karena
Ibu diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir ibu mau istirahat atau lansung tidur,
lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kontolku yang masih ada di dalam memek ibu,
eeehh...nggak tahunya ibu dengan kedua tangannya yang mash tetap di punggungku dan
memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih
terpejam dia berguman pelan...Adiii...bii. aarkan..diii.biarkan dida..laaamm...ibuuu u.
rasanya..enak.ada yang mengganjel didalam...sambil mencium bibirku mesra sekali dan...kami
terus ketiduran sampai pagi.

PENGALAMAN SEMALAM DI LUAR KOTA

"Wah..! Enaknya bau udara desa!" kataku dalam hati. Matahari


sore menyinari mukaku yang tampan dan tak berjerawat. Telah
lama gue menunggu kesempatan untuk berkelana ke desa- desa yang masih belum
banyak dikunjungi orang-orang kota. Gua adalah seorang programmer yang
bekerja di Amerika. "DOR!" Terdengar suara letusan dan dengan terpaksa aku
menghentikan mobilku. Ternyata banku meletus. Kiri kanan tidak ada satu
orang pun. Malam telah menjelang dan matahari telah tenggelam di balik
pegunungan di sebelah Barat. Dengan berat hati aku berjalan kaki dan
meninggalkan mobilku disana. Memang hari sialku. Ban serep yang biasa
kusimpan di dalam bagasi lupa kubawa.

Baru berjalan beberapa langkah berjalan, terdengar suara sepeda montor dari
belakang. Sepeda montor itu dikemudikan oleh seorang kakek-kakek. Sepeda
montor itu berhenti seketika melihat gue.

"Excuse me, may I know how long is it to the nearest village?" Gua takut
dia kaga ngerti bahasa inggris gua yang kurang lancar ini. "Loe orang Indo
ya?" tanya kakek itu. "Kakek juga dari Indonesia?"

"Duduklah belakang, gue bonceng ke rumah saya. Tak jauh kok." Jawabnya
dengan tawa kecil. Aku duduk berboncengan dengan kakek itu. Setelah
melewati lahan-lahan yang berwarna kuning emas akhirnya kami sampai di
sebuah rumah kuno dari kayu.

"Ini adalah rumahku. Mari masuk." Sewaktu memasuki rumah itu, bulu kudukku
muali berdiri. "Anna, buatkan dua gelas kopi, kita ada tamu nih." Dari arah
dapur muncul seorang bidadari, mukanya cantik, badannya sexy, dan dia
memakai baju yang super ketat. Setelah menuangkan dua gelas kopi dia masuk
ke dapur dan menyibukkan diri.

"Anak muda, siapa namamu?"

"Oh maaf, namaku Alvin. Aku bekerja untuk IBM. Tadi banku meletusÂ… "

"Anak muda, ini malam kamu tidur di kamar Anna saja, sebab kamar Anna
satu-satunya yang ada dua ranjang."

"Maaf, boleh saya tahu nama kakek?"

"Ho ho hoÂ… Namaku Dayat, dua tahun yang lalu aku dan cucuku, Anna,
berimigrasi ke sini. Kelihatannya kamu ada minat dengan cucuku ya?" Aku
tersentak kaget, bagaimana dia tahu? "Itu sudah biasa anak muda, kalau saya
masih seumur denganmu mungkin sudah saya ajak kawin dia."

"Pak Dayat, saya mohon diri , saya mau tidur dulu."

"Silahkan, tapi jangan keluar dari rumah ini setelah tengah malam, sebab
terlalu bahaya."

"Terima kasih atas semuanya, boleh saya tahu kamarnya yang mana kek?"

"Kamar di pojok kanan." Setelah itu kakek tersebut masuk ke kamar di pojok
kiri.

Aku masuk ke kamar dan ternyata kamar itu tidak ada orang. Dua buah ranjang
yang dimaksud kakek tersebut masih rapi dan berdampingan. Wah, ini malem
bisa main deh, pikiran nakalku mulai bekerja. Aku terbaring di sebelah
kanan ranjang dan sibuk memikirkan kemungkinan- kemungkinan yang bisa
kulakukan. Dalam waktu singkat, kontolku mulai menjadi keras.

Tiba-tiba saja, pintu kamar dibuka dan Anna memasuki kamar. Dia pasti
mengira aku telah tertidur lelap, sebab dengan pelan- pelan dia berjalan ke
arah lemari bajunya sambil melepas pakaiannya satu persatu. Ternyata dia
tidak memakai BH ataupun celana dalam. Payudaranya berdiri dengan kencang,
dan jumbutnya di potong pendek pendek. Badannya yang aduhai semakin indah
dibawah sinar bulan purnama.
Setelah memakai piyamanya dia tidur di sebelahku. Tangannya yang mulus
mengelus pipiku sambil berbisik, "Loe suka apa yang loe lihat barusan
ngga?" Aku tersentak kaget. Jadi tadi dia ganti baju di depanku dengan
sengaja. Tangannya mulai turun dan memegang kontolku yang sekeras baja.
"Nakal juga loe, dari tadi diam aja." Dia membalikkan badanku dan mulai
menciumi mukaku. Mulai dari keningku, kemudian hidung, dan akhirnya
mulutku. Aku membalas ciumannya dan akhirnya kami French Kissing. Lidah
kami bertemu dan bergelut. Badan kami mulai menunjukkan tanda- tanda bahwa
permainan ini akan menjadi menarik.

Tanganku mulai membuka baju piyamanya. Tanpa melepaskan French Kiss kami,
dia membuang bajunya ke tanah. Tangan nakalku mulai memainkan payudaranya
yg indah. Tangannya mulai melepaskan kemejaku dan tak lama kemejaku juga
menyusul di tanah.

Ciuman kami terlepas untuk mengambil nafas. Nafas kami mulai menjadi berat
dan kami bergerak menurut instinct kami. Aku mulai menciumi lehernya dan
terus turun ke arah payudaranya. Aku menciumi payudaranya dan menjilati
pentilnya. Setelah lumayan puas dengan payudaranya, aku menurunkan celana
piyamanya. Tanganku mulai bermain dengan vagina Anna. Aku memasukkan satu
jari dan merasakan vaginanya membasah. Anna juga tak mau kalah ganasnya.
Dia melepaskan sabuk dan celana jeans gua. Celana gua nyusul baju dan
celana kami di tanah. Celana dalam gua juga nyusul.

Gua kaga buang-buang waktu lagi. Gua jilatin dia punya vagina dan clitoris.
Langsung aja dia mengerang dengan kepuasan. Sambil terus menjilati
clitorisnya, gua masuking dua jari ke vaginanya. Tangan gua yang satunya
menemukan payudaranya dan mulai menyubit- nyubit ringan pentilnya. Dia
mengerang dengan gembira dan cairannya mulai tumpah dan dia pasti telah
mendapat orgasm yang keras. Aku tidak peduli, dengan ganas ku dorong maju
mundur jemariku dan dangan keras kujilati clitorisnya. Tepat dengan
dugaanku, dia mendapat multiple orgasm.

Kontolku yang dari tadi keras dan online siap-siap kumasukkan lubang
cintanya. Tetapi dia menarikku dan membaringkan aku di ranjang. "Tenang
ajaÂ…" katanya dengan suara yang merdu. Setelah itu, dia langsung mengemut
kontolku dan dia langsung menaruh kemaluannya di atas mukaku. Langsung aja
aku jilati. Dalam posisi 69 ini, kami saling memuaskan satu sama lainnnya.
Tak lama, aku merasa pejuku akan keluar. "Anna, IÂ’m cummingÂ…" pejuku
ditelannya dan setelah orgasm yg keras itu, kurasakan Anna mendapat orgasm
juga.

Kami sangat kecapaian dan berbaring sebentar. Rupanya Anna masih hot. Dia
mulai memegang- megang kontol ku dan genggamannya mulai bergerak naik turun.
Kontolku yang offline lansung aja berdiri tegap. Anna duduk mengkangkang
dan mengendarai kontolku. Badannya naik turun berirama. Tanganku memainkan
pentilnya yang mulai mengeras dalam peganganku. Dia mulai mengerang dan
berteriak, " Fuck! Enak!!!". Pinggulku juga turut bergerak naik mengikuti
irama Anna.

Tanda-tanda ejakulasi mulai muncul dan irama kami semakin lebih cepat.
"OohÂ… oohÂ… ". Kami berdua mengerah bersamaan dan akhirnya aku merasakan
otot-otot vaginanya mengeras dan cairan manisnya tumpah ke atas kontolku.
Pada saat itu juga kontolku menembakkan peju gua ke dalam vaginanya yang
sempit it.

Kami berpakaian kembali. Kami berdua tidur berpelukanÂ…

Mentari pagi memabangunkanku dari tidur. Aku berada dalam mobilku. Aku
mulai berpikir, apakah semua yang terjadi malam tadi adalah mimpi? Aku
mendapati sepucuk surat di dashboard mobilku. Kubuka amplopnya dan di dalam
tertulis:

"Terima kasih atas semalam.

Sebagai gantinya kuperbaiki ban mobilmu.

Tertanda,

Hantu Bernafsu"

Kuperiksa ban mobilku, dan benar, banku telah tertambal. Sejak waktu itu,
tak pernah kulupakan hubungan intim yang indah dengan hantu. Sejak malam
itu tak pernah kulihat lagi hantu itu. Sampai sekarang aku masih
merindukannya.

BU MAYANG YANG MALANG

Aku seorang mekanik dari salah satu perusahaan penerbangan swasta


yang home base nya di Pondok Cabe dan aku baru pindah dari
Surabaya, bosan di Surabaya. Umurku saat ini 41 tahun dengan anak 3 orang
dan mereka masih tinggal di Surabaya. Aku baru dapat menjenguk mereka
paling cepat 1 minggu dan paling lama 3 minggu. Untuk mengatasi "sex
problem", aku sering melakukan olahraga berat : latihan tae kwondo 3 x
seminggu di malam hari, bulu tangkis dlsb, sehingga diusiaku 41 tahun aku
selalu merasa segar.
Di Jakarta aku indekost pada sebuah keluarga yang kelihatannya cukup
bahagia di daerah Lebak Bulus, urusan makan dan cuci mencuci pakaian tidak
masalah karena ada pembantu di rumah keluarga yang pulang setiap hari. Ibu
kost (ibu mayang) berumur lebih kurang 27 tahun, postur tinggi (162 cm),
payudara tidak begitu besar (34), namun pantatnya aduhai serta betisnya
sangat baik menurutku. Yang paling sensual adalah kombinasi antara
hidungnya dengan mulutnya yang selalu sedikit terbuka, bibirnya sepertinya
selalu memakai pelembab tetapi ternyata tidak , selalu basah, giginya
terawat rapi dan bersih, pasti aroma mulut ibu kost itu harum dan
merangsang. Tetapi aku hanya dapat membatin, karena aku sudah tobat saat
ini (dulu termasuk gila , tiada hari tanpa "fucking day"). Namun mata ibu
kost kelihatan selalu sayu dan sendu, sepertinya menahan rasa yang
terpendam, aku tak tahu rasa apa itu. Bapak kost (Pak Sudiro) ,
berperawakan sedang, berumur lebih kurang 53 tahun dan selalu sibuk dengan
pekerjaannya yang tak pernah selesai, beliau mengurusi perusahaan
konstruksi , sehingga tak jarang pulang malam dan kadangkala menginap
sampai 4-5 malam di luar kota. Aku serba rikuh dan sungkan. Namu sukur ,
selama ini, setelah aku tinggal selama 4 bulan belum pernah terjadi hal hal
yang mengarah perselingkuhan antara aku dengan ibu mayang. Ibu Mayang
selalu sopan santun, walau sering kulihat mata ibu Mayang melirik ke arah
pangkal pahaku. Apabila di rumah, aku selalu memakai celana pendek hawai
lentur dan tak pernah memakai celana dalam, supaya gampang kencing kalau
mendadak pingin kencing.
Bila aku pulang agak cepat, kami bertiga sering makan malam bersama , anak
anak Pak Sudiro sudah makan duluan. Perlu saya beritahukan bahwa anak anak
Pak Sudiro ada 2 orang dan berumur 8- 10 tahun adalah anak bawaannya dari
istrinya yang pertama , telah meninggal duluan
Pak Sudiro sepertinya telah kehilangan semua gairah duniawinya setelah
ditinggal istrinya yang pertama, dia kawin dengan Ibu Mayang adalah atas
anjuran keluarga mantan istrinya dan masih ada hubungan famili jauh. Pak
Sudiro sering minta aku menemani istrinya menonton TV , karena Pak Sudiro
selalu tenggelam dengan pekerjaannya terus. Namu aku selalu menolak anjuran
Pak Sudiro, aku takut gilaku kambuh lagi.
Sampai pada suatu malam......
Aku pulang sekitar pukul 21.15, kulihat lampu pada kamar tamu gelap. Pintu
utama kubuka karena aku dibekali dengan kunci sérep sehingga dapat kubuka
setiap waktu. Biasanya kalau sampai pukul 20.30 aku belum pulang berarti
aku menginap di rumah temanku, atau ke luar kota dan biasanya aku tidak
pernah memberitahu Bapak/Ibu kost. Pada malam itu, aku diperkirakan mereka
tidak pulang. Ketika kulewati pintu kamar mereka kudengar suara Ibu Mayang
:" Pak, bapak tahu sudah berapa lama aku tidak bapak entoti, memekku gatal
pak, sudah 3 minggu pak, kalau bapak memang sudah tidak mau entoti aku,
nanti kucari orang lain , bapak baru tahu rasa, apakah itu yang bapak
inginkan ?. Banyak saja alasan bapak, yang sakit pingganglah, yang tidak
mau teganglah , yang tidak gairahlah, macam macam ". Pak Sudiro menjawab
kalem :" Benar lo bu, aku memang sering sakit pinggang, peniskupun sudah
agak sulit tegang, kalau tegangpun, sebentar lalu lembek lagi. Kalau ibu
pingin cicip penis orang lain, bapak sih tidak keberatan, namun tolong
jangan di depan bapak, juga kalau bisa jangan dengan pria yang penisnya
besar, nanti longgar dong memek ibu". Ibu menimpali :" Maaf pak, bukan
maksud ibu begitu, ini ibu ucapkan karena ibu emosi saja. " Baiiklah bu,
malam ini kita coba saja apakah bapak bisa entoti ibu atau nggak, kalau
nggak bisa, ya besok ibu bisa ngobrol ngobrol dengan Pak Alam (aku sendiri)
, atau dengan teman ibu yang lain atau mantan pacar ibu. "Nggak ah pak, aku
hanya bercanda". "Benar lo bu, satu hal lagi kalaupun ibu dientoti oleh
penis orang lain, bapak ok, tapi ibu jangan jatuh hati ".

Pak Sudiro mulai meraba betis Ibu Mayang , perlahan saja menyelusuri
dengkul kemudian naik terus ke pangkal paha ibu Mayang. Ibu Mayang
mengerang kegelian, maklum sudah 3 minggu tidak dientoti penis.. Posisi
mereka 69, namun Pak Sudiro tidak menjilati memek ibu Mayang, nggak tahu
kenapa, apakah jijik atau kuno. Nggak jelas. Ibu Mayang ternyata tidak
memakai celana dalam hanya dasternya saja yang menutupi memeknya rupanya.
Posisi memek ibu Mayang persis menghadap ke jendela yang terbuka dan
kelihatan olehku jelas benar , lebih kurang berjarak 1 meter dari jendela
yang terbuka sedikit. Kulihat jemari Pak Sudiro mulai merambat ke pangkal
paha Ibu Mayang namun sama sekali tidak menyentuh memek ibu mayang, apalagi
lobang memeknya. Yang kulihat cairan bening perlahan mengalir dari lobang
memek ibu Mayang. Ujung jari Pak Sudiro hanya berputar putar mengelilingi
lobang memek ibu mayang yang semakin banjir. Kulihat ibu mayang mengangkat
pantatnya agar lobang memeknya menyentuh jemari Pak Sudiro, namun Pak
Sudiro kelihatannya sengaja untuk tidak menyentuh lobang memek ibu mayang,
apalagi memilin milin itil ibu mayang, nganggur itilya ibu mayang. Sinar
terang mengakibatkan cairan ibu mayang berkilat dan kulihat jelas lobang
memek ibu mayang yang dikelilingi jembut yang lebat keriting " muntup muntup
", lobangnya kembang kempis minta di isi dengan sesuatu. "Pak, jangan
begitu pak , aku sudah nngggak tahan lagiii bapak permainkann begitu,
langsung aja pak, ayo pak, masukkan penismu pak" , erang ibu mayang. Aku
yang melihatnya saja sudah ngga karu karuan rasanya , apalagi ibu mayang.
Tiba tiba Pak Sudiro merapatkan kelima jemarinya dan mencoba menyentuh
permukan lobang memek ibu mayang, menyentuh sebentar lalu ditarik. Ibu
mayang tambah gila, kepala ibu mayang digelengkannya kekiri kekanan ,
pinggangnya diangkatnya namun selalu saja jemari Pak Sudiro menghindar.
Tiba tiba pada saat ibu mayang tidak siap, kelima ujung jari Pak Sudiro
langsung menyentuh lobang memek ibu mayang kemudian diputar putar Pak
Sudiro dipermukaan lobang memek ibu mayang. Namun karena lima jari sangat
besar tidak mungkin masuk, hanya lebih kurang 1 cm yang masuk ke lobang
memek ibu mayang. " Ayo pak, masukkan semua jarimu pak, aku sudah tak tahan
minta dimasukin , pak, ayooo pakkkk cepat masuk pakkkkk." Jerit ibu mayang.
Kemudian Pak Sudiro memutar tubuhnya dan menanggalkan kain sarung yang
sedari tadi masih dipakainya. Langsung dikeluarkannya penisnya, ternyata
penis Pak Sudiro kecil saja dan tidak begitu tegang. Ibu Mayang
mengangkangkan pahanya selebar lebarnya agar penis Pak Sudiro bisa masuk.
Pak Sudiro mengarahkan kepala penisnya kelobang memek ibu mayang dan
berusaha memasukkanya ke memek ibu mayang. Namun tidak berhasil juga, malah
kulihat penis Pak Sudiro membengkok, dan terpletak pletok, tidak bisa
menembus lobang memek ibu mayang, walaupun lobang memek ibu mayang sudah
tertutup cairan lendir yang semakin banyak mengalir di sela sela pahanya.
Akhirnya :"Bu maafkan aku bu aku sudah mau keluar...aghhh.ohhh ibu
mayang..maffkan aku..besok ibu cari saja penis lain yang perkasa aku tidak
akan apa apa .....buk". Pak Sudiro telah orgasmus tanpa sempat menembus
lobang memek ibu mayang. Pak Sudiro kemudian lengser ke sebelah ibu mayang
dengan sedih karena tak berhasil memuaskan ibu mayang. Ibu mayang hanya
senyum sedih tanpa berkata apa apa lagi dan pamit kepada Pak Sudiro untuk
mencuci memeknya yang tertimpa sperma Pak Sudiro.
Aku langsung cabut dari jendela kamar pak Sudiro dan kabur ke belakang di
tempat yang agak gelap. Kamar mandi di rumah itu ada 2 buah , 1 buah di
dalam rumah namun sedang direnovasi sehingga tidak dapat digunakan,
sedangkan yang satunya berada di luar rumah. Ibu mayang segera mebuka pintu
keluar menuju kamar mandi . Sebelum ibu mayang sampai ke kamar mandi ,
dengan gerakan lincah kusergap ibu mayang dari belakang sambil kututup
mulut ibu mayang dengan sebelah tangan sedang tangan yang satunya meremas
payudara ibu mayang yang tidak terlalu besar namun masih padat.
" Ougghh...siiiaaapppa a ini, jangggan...teruuusss skkaaaaan saja. Karena
gelap ibu mayang tidak dapat melihat wajahku , juga karena aku mendekapnya
dari belakang. Segera tanganku meraba lobang memek ibu mayang dan kukorek
korek lobang memek ibu mayang dengan ganasnya dan ibu mayang berteriak
erang : Siiaapaaaapun ini nggak apaa apaaa , teruskan korek memekkkku
mas....yang cepat massss". Aku membuat kesalahan , segera kubalikkan
tubuhku dan kucium bibir ibu mayang. Ibu mayang terkejut langsung melompat
ke belakang dan menamparku. "Pak...pak Alam rupanya, kenapa bapak lakukan
ini pak, bapak kelihatannya sangat sopan selama ini...tetapi ternyataa
bejat". "Maaf bu... saya sudah sangat terangsang...melihat ibu di kamar
tadi ...sekali lagi mohon maaf. Besok saya mengaku kepada bapak agar bapak
menghukumku..sekali lagi maaf bu". Aku langsung pergi keluar dari halaman
tersebut melalui pintu butulan , keluar rumah mendinginkan kepalaku dan
nafsuku yang tak tersalur. Kulihat sekali lagi kebelakang sebelum
kurapatkan pintu butulan. Ibu mayang masih melihatku. Aku kasihan melihat
ibu mayang karena telah 2 kali ibu mayang gagal mendapatkan tusukan penis
dalam satu malam. Aku sudah merasa berdosa dan tersinggung karena ibu
mayang mengatakan aku ternyata bejat.

SUAMI ADIKKU
Edwin mendesah panjang. Nafasnya memburu, sementara goyangan tubuh bagian bawahnya
mendesak kedua pahaku semakin terbuka lebar. Kedua lengannya berdiri tegak menahan
badannya di kiri-kanan kepalaku. Dadanya menutupi semua pandanganku. Aku hanya bisa
melingkarkan lengan kepunggungnya. Tanpa bisa kutahan, desahanku terdengar keras mengikuti
irama gerakan Edwin. Derit ranjang tempat kami bercinta semakin cepat. Kulirikan mataku
keatas, kulihat mata Edwin terpejam sambil menggigit bibir bawahnya. Aku berusaha
menyilangkan kaki ke atas pinggulnya, terlihat Edwin tersenyum tanda ia senang akan apa yang
aku perbuat. Lengannya tertekuk sedikit dan bibirnya mengecup dahiku. Ketekan pantatku ke
bawah, mulutnya bergumam.
"Ouh...enak San, lagi...,"
Edwin merengek meminta saya melakukan hal yang sama berulang-ulang, sementara ia terus
menggoyangkan pantatnya. Merasa nikmat, Edwin malah semakin buas. Nikmat sekali memang
jika gerakannya semakin cepat seperti itu. Pelan-pelan aku rasakan puncak kenikmatan semakin
dekat. Mataku mulai terpejam, ah..., saat-saat seperti ini yang aku tunggu setiap bercinta dengan
laki-laki. Desahku semakin terdengar tak beraturan. Darah ditubuhku mengalir dengan cepat.
Dan, tak berapa lama, tubuhku terasa bergetar.
Aku menggelinjang, punggung Edwin aku dekap erat, sementara kakiku menekan pantatnya
sekuat tenaga. "Terus Win...terus...." Gerakan Edwin semakin cepat. "Sedikit lagi...sedikit lagi."
Kenikmatan itu aku rasakan semakin dekat, dan..... "Ooooooh....., " desahku panjang dan
terdengar keras. Kakiku menghentak- hentakkan pantatnya, nafasku memburu, dan pinggulku
terlonjak- lonjak. Edwin memperlambat gerakannya dan melihatku sambil tersenyum.
Kemudian, nafasku mulai tenang. Mataku masih terpejam saat Edwin mencium bibirku lembut.
Aku membuka mata. Edwin mulai lagi bergerak dengan buas. Penisnya menghujam vaginaku
tanpa ampun. Hanya reda beberapa saat, desahku mulai kembali memburu, demikian juga
dengan Edwin.
--------
Namaku Sandra, lengkapnya Sandra Damayanti. Anak keempat dari lima bersaudara. Ketiga
kakakku semuanya laki-laki, hanya aku dan adikku, Shinta, yang perempuan. Jarak usiaku
dengan ketiga kakakku cukup jauh. Dengan kakak sulung, Mas Adi, saya berselisih hampir
sepuluh tahun. Sementara dengan Mas Oki dan Mas Nanto, masing-masing delapan dan lima
tahun. Hanya aku dan Shinta yang dekat sekali (satu tahun), sehingga wajar jika aku dan Shinta
menjadi amat akrab.
Aku bukan gadis alim. Jujur saja, di SMA aku sudah mengenal hubungan intim pria- wanita. Ah,
pengalaman masa muda yang sulit dilupakan. Usiaku saat ini 25 tahun. Di keluarga, hanya aku
satu-satunya yang belum menikah. Calon sudah ada, Rico, tapi peresmiannya masih harus
menunggu pacarku selesai sekolah.
Kedekatanku dengan Shinta juga yang membuatku bisa menumpang di rumahnya. Shinta sudah
menikah bulan Juli tahun lalu dengan pria mapan seusia Mas Adi. Saat menikah, Shinta masih
amat lugu. Sebagai anak bungsu, ia memang dilarang ayah dan ibuku bersekolah di luar negeri
seperti halnya aku dan ketiga kakakku. Kepindahannya ke Jakarta mengikuti suaminya, mungkin
adalah yang pertama baginya keluar dari kota kelahiran kami, sebuah kota di Jawa Tengah.
Tak lama setelah Shinta menikah, aku selesai sekolah dan kembali ke Indonesia. Tawaran tinggal
di Jakarta datang dari Shinta. Tentunya Shinta berpikir lebih baik aku menetap di Jakarta agar
lebih mudah mencari kerja. Apalagi, rumahnya, di daerah elit Jakarta, hanya dihuni berdua
dengan suaminya. Tawaran tersebut aku sambut baik. Aku hijrah ke Jakarta mengikuti apa yang
dikatakan Shinta, Desember tahun lalu. Di Jakarta, saya sibuk melamar pekerjaan. Pahit juga
nasibku, disaat lulusan- lulusan luar negeri dengan mudahnya memperoleh pekerjaan, saya justru
terbalik.
Lama-lama, tidak enak juga tinggal di rumah orang, walaupun itu adik sendiri, tanpa
memberikan kontribusi apapun. Dengan kesadaran sendiri, aku mengurus rumah sebagaimana
layaknya ibu rumah tangga. Shinta juga bukan pemalas, di tengah kesibukannya berkarir, ia
masih sempat mengurus rumah sebelum dan sesudah bekerja. Ia tidak tersinggung ketika
perlahan- lahan tugas utamanya di rumah mulai aku ambil alih. Memasak adalah pekerjaan rutin
saya di rumah.
Situasi berubah kira- kira tujuh bulan yang lalu. Shinta mendapat kesempatan belajar di AS dari
kantornya. Tentunya, kesempatan ini tidak disia- siakan Shinta. Suaminya setuju melepas Shinta
untuk masa kurang lebih dua tahun. Pesan Shinta kepadaku sebelum ia berangkat amat singkat,
hanya satu kalimat. "Mbak, tolong urus Mas Edwin selama Shinta di Amerika, ya."
Sepeninggal Shinta, aku dan Edwin hanya berdua di rumah. Agak aneh memang, tinggal
serumah dengan laki-laki yang bukan suami. Aku memang menggantikan peran Shinta di rumah.
Semua kebutuhan Edwin aku yang menyiapkan. Shinta yang meminta aku melakukan ini.
Kecuali kebutuhan biologis, bisa dikatakan semua kebutuhan Edwin aku layani. Paling tidak
hingga lima bulan kemudian.
Memasuki bulan ketiga, aku dan Edwin mulai sering mencari hiburan di luar rumah berdua.
Biasanya, kami pergi nonton film atau makan malam. Sesekali, Edwin menemaniku melihat
pameran rumah atau lainnya. Beberapa kali, kami juga hinggap ke cafe- cafe. Dan tampaknya,
hobi datang ke cafe ini adalah yang paling kami nikmati. Aku dan Edwin jadi keranjingan
mendatangi cafe. Satu persatu kami jelajahi. Coba di sini, coba di sana, pokoknya hampir semua
kami coba. Sedikit mendengar musik, ngobrol, dan minum, cukup membuat kami segar kembali.
Shinta juga tahu kebiasaan kami ini. Dia juga yang menyuruh suaminya menemaniku jalan-
jalan. Dari aksi jalan- jalan ini saya jadi tahu, Edwin memang seorang pria lembut.
Seiring dengan itu, kerinduanku dengan Rico semakin memuncak. Maklum, sudah hampir
setahun kami berpisah. Dulu, saat masih bersama, aku dan Rico tinggal serumah, sehingga
kebutuhan biologis bukanlah masalah yang serius. Beruntung, aku punya kesibukan di rumah,
sehingga selama ini semua keinginan untuk berhubungan intim bisa kuredam. Namun, setiap
pulang dari cafe, apalagi di sana aku juga mengkonsumsi minuman beralkohol (walaupun tidak
banyak), keinginan tersebut kerap muncul. Dan, seringkali aku memupuskannya dengan cepat
tidur, sehingga lupa. Sampai suatu hari, aku agak lepas kontrol dalam menenggak minuman.
Singkatnya, aku sedikit mabuk. Berjalan ke mobil aku memang masih bisa, tapi sesudahnya
tubuhku lemas dan setibanya di rumah, badanku terasa berat dan sulit untuk bisa beranjak keluar
mobil. Edwin-pun sama, walaupun kadarnya masih lebih banyak aku. Ia masih bisa
mengendalikan diri dan membantuku berjalan.
"Ayo San, aku bantu," ujarnya sambil melingkarkan tangannya ke pinggangku. Aku rangkul
pundaknya dan kepegang tangannya erat. Pelan-pelan kami berjalan ke kamar. Edwin
membantuku merebahkan tubuh di ranjang.
"Mau air putih?" tanyanya. Aku menggeleng. "Thanks Win. Sorry, aku kebanyakan minum, "
ujarku. "Ngga pa-pa, biasa kok, sekali- sekali mabuk itu normal."
Ia berjalan hendak keluar kamar. Apa yang aku rasakan mendadak berubah. Lima bulan tinggal
bersama di rumah ini, atau setahun lebih sejak aku pindah, baru sekali ini Edwin menyentuh
tubuhku. Rasanya memang berbeda, tubuhku terasa bergetar. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba
aku seperti ingin diperlakukan lebih.
Aku tersenyum memandang wajahnya. Edwin juga tersenyum. Edwin mengurungkan niatnya
untuk keluar kamar. Ia mendekat dan membelai rambutku. Kusambut belaiannya dengan
mencium tangannya. Tangannya menggenggam tanganku dan tanpa aku sadari, kutarik tubuhnya
mendekati tubuhku. Sebuah kecupan lembut mendarat di bibirku. Tanpa pikir panjang, aku
sambut kecupannya dan akhirnya kami bercumbu.
Pengaruh alkohol seakan semakin memanaskan adegan percintaan kami. Tangan Edwin mulai
meraba sekujur tubuhku, membuat aku semakin lepas kendali. Kecupannya juga sudah merambat
ke leher. Aku hanya bisa memeluknya erat dan menarik polo shirtnya ke atas. Kuciumi
pundaknya dengan ganas. Edwin meronta kegelian, dan kini giliran lidahnya menari-nari diatas
dadaku. Kerah kaus yang aku pakai semakin turun dan sedikit demi sedikit lidahnya terasa
membasahi dadaku. Edwin semakin ganas, tanpa meminta persetujuanku, kancing di kausku
mulai terbuka satu per satu. Dengan sigap, tangannya juga melepas bra hitam milikku. Ia
tersenyum menyaksikan payudaraku polos dihadapannya. Dirabanya lembut seluruh permukaan
payudaraku itu. Kami kembali berciuman, kali ini lebih ganas. Aksi pagut-memagut terjadi.
Sambil terus berciuman, ia mulai membuka kancing celanaku dan perlahan-lahan
menurunkannya. Jemarinya menelusup ke sela-sela celana dalamku. Seketika aku mendesah
keras saat jari-jari menyentuh organ paling intim di tubuhku. Rabaannya halus dan sungguh
merangsang nafsu birahiku. Tak sampai sepuluh menit, kami sudah berpelukan polos tanpa batas.

Nikmat sekali rasanya didekap oleh tangan Edwin yang kekar. Bulu-bulu tubuhnya seperti
menggelitik sekujur tubuhku. Kami makin lupa diri. Tanpa perlawanan, aku memang rela
menyerahkan tubuhku pada Edwin dalam kondisi seperti itu. Edwinpun sepertinya semakin
bernafsu. Nafasnya semakin memburu. Penisnya mulai menyentuh bibir vaginaku, seperti
hendak mencari jalan masuk. Saat itu, bagiku tidak ada pilihan selain menerima penisnya
terbenam di liang vaginaku, setahun lebih aku menanti saat-saat seperti ini.
"San...?"
Aku mengangguk pelan dan sesaat kemudian tubuhnya mulai menekan tubuhku. Kugenggam
penisnya dan membantunya mengarahkan ke vaginaku. Sekali lagi ia menciumku, tak lama
kemudian penisnya sudah bersarang di vaginaku tanda sebuah perselingkuhan telah terjadi.
-------- Aku terbangun oleh bunyi telepon yang berdering kencang. Edwin terlonjak dari tidurnya
dan berjalan menuju ruang tengah. Tubuhnya masih telanjang. Seadanya aku mengenakan
kimono. Langkahku terhenti di pintu dan menguping pembicaraan Edwin.
"...Iya sayangku, sebentar lagi aku berangkat, ...baru keluar kamar mau sarapan,....ada, di
kamar,...iya..iya nanti aku sampaikan, ...kamu di mana?....ooh, kasihan..., capek?....Ya udah,
kamu cepat pulang terus istirahat, ...nanti aku telpon dari kantor....baik, ...i love you too, bye..."
Mata Edwin beralih ke diriku. Sorot matanya sedikit berbeda dibanding tadi malam.
" Shinta...?"
Edwin mengangguk. Aku menunduk, tak terasa, ada genangan air di mataku. Edwin mendekat
dan memeluk diriku erat. Ia membelai rambutku dan mencium keningku.
"Maafkan aku San. Aku khilaf," ujarnya singkat.
Aku tak kuasa berkata-kata, mulutku seperti kaku. Aku memang jahat, telah mengkhianati
adikku sendiri, adikku yang paling aku sayangi.
"Kita semalam mabuk," ucap Edwin berusaha mencari pembenaran. Aku tetap diam tak bereaksi
apa-apa. Aku hanya bisa memandang wajahnya dan tersenyum tipis. Ia membalas senyumku dan
kembali memeluk erat tubuhku. Aku segera menyadari, hubungan kami tidak akan seperti lima
bulan terakhir, karena pembatas itu sudah jebol, walaupun lewat sebuah perselingkuhan.
Pagi itu, aku merasa semakin dekat dengan Edwin. Aku seperti mendapat peran tambahan,
seperti menjadi istri baru bagi Edwin. Untuk pertamakalinya, aku mengantarnya berangkat ke
kantor sampai ke mobil. Edwin terlihat senang sekali diperlakukan seperti itu. Sebelum pergi, ia
mencium bibirku lembut, persis seperti yang dilakukannya pada Shinta. Ah, kejadian malam itu
seakan mengubah semua sikap kami berdua. Malam itu, habis- habisan kami bertempur. Dua jam
kami bergumul di ranjang kamarku sampai akhirnya kami kelelahan. Kenikmatannya memang
tiada tara, ada sensasi tersendiri yang terasa menyelinap.
Kenikmatan yang sama selalu kami usahakan berulang lagi. Aku selalu siap melayaninya kapan
saja ia butuh, demikian juga dengannya. Tanpa pernah menolak, Edwin selalu meladeni
permintaanku. Rasanya, aku tak bisa melewatkan satu hari tanpa bertemu dengan penisnya yang
sudah memberikan kenikmatan padaku. Jadwal rutin kami adalah pagi sebelum Edwin berangkat
ke kantor dan malam hari. Di hari libur, frekuensinya meningkat. Tanpa mengenal waktu, setiap
saat kami bisa melakukannya sesuka kami. Lebih-lebih jika kami khusus pesiar ke suatu tempat.
Bak pengantin baru, kami memuaskan diri dengan hubungan intim yang luar biasa.
Kemampuannya memang lain dibanding Rico. Jika kekasihku itu punya kelebihan dalam
mencari variasi baru dan membuatku nyaman, maka Edwin lain lagi. Daya tahannya memang
bagus. Mungkin akibat ia rutin berolahraga. Nafsunya juga besar, melihat aku memakai pakaian
sedikit seksi saja, ia langsung mendekapku dan biasanya berakhir dengan persetubuhan. Jiwa
petualangannya juga sedikit di luar batas. Dalam dua bulan ini saja, sudah berulangkali ia
mengajakku berhubungan intim di tempat-tempat yang agak mengandung resiko. Yang paling
saya ingat adalah saat ia mengajakku bersetubuh di kolam renang sebuah hotel di Bandung.
Padahal, saat itu banyak orang di sekitar kita. Caranya memang unik. Tanpa keluar dari kolam, ia
mengeluarkan penisnya di dalam air dan memasukkannya ke vaginaku sambil berdiri. Aku
disuruhnya tetap diam dan ia yang mengontrol permainan kami. Maksudnya agar orang- orang
tidak curiga.
Dari dia juga saya jadi tahu ternyata Shinta tidak seperti yang saya kira. Adikku ini pendiam dan
tidak banyak maunya. Tadinya aku berpikir, Shinta akan pasif di tempat tidur. Ternyata aku salah
besar. Menurut Edwin, sejak malam pertama, Shinta selalu berusaha mencari sesuatu yang baru
dalam berhubungan suami istri. Nafsu seksualnya juga besar, kadang, masih menurut Edwin,
mereka melakukannya tiga sampai empat kali sehari. Dalam hati aku berkata, sama saja dengan
kakaknya. Kami amat menyadari, apa yang telah terjadi diantara kita adalah sebuah
perselingkuhan. Kami juga sepakat tidak mengaitkan hal ini dengan keberadaan Shinta. Dengan
Rico, walaupun kami sangat terbuka, saya juga tetap merahasiakan hubungan gila ini. Mengapa?
Semata-mata agar kami tidak merasa bersalah. Nikmati saja dulu apa yang kini sudah terjadi

GARA GARA RANJANG SEMPIT

Mertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu
ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila
didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih
jenjang.
Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku
sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik
padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang bila
aku kecapaian, dia memijat punggungku.

Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku
rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya
mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam
satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir.
Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika
ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu
mendiamkannya.

Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan
persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami
melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa
menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat
mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan
istriku.

Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah
dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak
biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur.
Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena
mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.

Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat
istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur
halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya
beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku
merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku..

Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada
punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil
menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku
bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan
birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap
mertuaku.

Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh
langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin,
pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku
inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih
terbungkus CD.
Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang
sama dengkurnya berhenti.
Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi
tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku
sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan
pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.

Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang
berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong
mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD.
Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di
jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit
penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya
sedikit, entah disengaja entah tidak.

Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan
kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku
melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha
belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti
kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari
mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja?
kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..?
Oh.. aku makin terangsang.

Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun
keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau
daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura
tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku
kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari
tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara
ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.
Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat
samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku .

Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak
menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali
memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku
menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang
perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku
menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing
depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif,
tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.

Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan
pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat
pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih
sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya
yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan
kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia
terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.

Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan
kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai
mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara
dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang
mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit
bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar
bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku.

Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus
elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan
mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat,
sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya,
dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia
menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan
menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di
pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada
waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak
tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi
tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun
komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku
sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali
kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka
kuputuskan aku harus menemuinya.

Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya,
sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya
terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup
besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga
tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah
tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah
tingkah.

“Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?”


“Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih”
Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku
“Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak
lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..”
“Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani.
“Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama
ibunya.”
“Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku.
“Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan
tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.

Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa
lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya
melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci,
kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak
mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan
perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan.
Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman
lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak
berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan
kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai
menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar,
hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku
dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.

Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat.


“Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya
dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang
sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit
itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.
“Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”
Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya,
pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah
dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot.

Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya,
kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian
tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium
bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan
ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.

Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang
sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa
kali kulakukan.
“Enak Bu?”
“He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”
“Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik”
“Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan
meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya,
bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya sampai kepangkalnya,
kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya,
kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku
menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu
anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai
rintihan bahkan mendekati tangisan.

Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa
mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat.
“Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku
meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.”

Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan
dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk
menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memekknya, dan kusodorkan ke mulutnya,
tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika
kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.

Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat
melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami
bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama
Mau? Gabung Yuk..! Dahsyat Tau..!

Anda mungkin juga menyukai