Anda di halaman 1dari 11

abis ibunya anaknya gw sikat juga

Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas
3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan
perumahan “or-kay” kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri
rumahku ditempati oleh keluarga baru.
Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitardua minggu kemudian mereka sudah cepat
akrab dengan tetangga–tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan
perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama lengkapnya aku
tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana. Anaknya bernama Anita, sepantaran
denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Yana adalah janda seorang bulekalau tidak salah,
asal Perancis. Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah
penampilannya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda.
Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya juga besar.
Taksiranku sekitar 36-an.

Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju sleeveless dengan celana
pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya.
Wajahnya tidak cantik–cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang
bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”,
malah jadi muka–muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana
ituhypersex. Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih.
Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar,
kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom
tetangga sebelah nih.

Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat
ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah.
Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya.
Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Yana
dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-
buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi,
kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi
kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman
nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan
ludah, serta malah tambahnafsu.

Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau
membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu.. Tante bikinin
makanan nih buat papa-mamamu.” Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung
memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru
menyuruh supaya “mengajak” Tante Yana. Tante Yana memakai baju sleeveless hijau muda, dan
celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya
sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug.
Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih,
ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Yana susun.
Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku
sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di
pipiku sambil berkata, “De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” Dengan tergagap-gagap aku
berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat berdegup. “Hmm
hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante
Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah
gagap plus kaget karena Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum
sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Yana langsung
memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. “Kamu mau yah
sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir
kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas
segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel
dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat.
Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi
kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Yana, nafsuku
menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti
memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan
kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat
gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman
dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.

Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk
dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana
adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis.
Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir
mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak
cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di
BF manapun. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku
merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba
mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah dadanya yang
bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya
ke bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya.
Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil
namaku.

Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana
dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level
maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-
uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang
vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke
mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Yana.
Rasanya agak seperti asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya
Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara
seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh
pembantunya atau Anita.

Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru
meneruskan “adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah.
Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang menghisap “lollypop”.
Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian
batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan
sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak
lama, Tante Yana yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana
bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan
perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi setelah
ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan
selangkanganku dimana kejadian itusemakin menambah nafsuku.

Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku
merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa
adacairan hangat di sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus
pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada
dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena
nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau
atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki
ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus
badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh keringat dia itu.

Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki
pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang
masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat
kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu
yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum
sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di
depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan
lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi
ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh
kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali
jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang
jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.

Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Yana yang
memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan
memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante
Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak
namuntidak sekeras tadi.

Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya
bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah).
Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi
entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10
menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon.
Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di
ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat
jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau
ngomong apa.

Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
“De, gue mau tanya!”
“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.
“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang
sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti
mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue
bisa jatoh.. mati deh gue.”

Anita pun masih meneruskan omongannya,


“Loe napsu sama nyokap gue??”
Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa
diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku
yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam.
Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan
melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi
kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru
membuka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan
celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku
semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita langsung mendekatkan bibir
seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang
lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut.
Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera
mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita
menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku
langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih
nyaman.” Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman
tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak
menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali
mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan
kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti
sama Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya
besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa
adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit
dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya
menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah
mangga atau jambu yang asem. Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras,
aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba
menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat
enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-
raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi.
Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.

Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi
atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi
lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu
tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali
kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan
payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan
ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma
lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan
agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil
menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain aja
sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak
lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia
sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat
sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap.
Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara
Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu
dan anaknya itu.

Cerita Dewasa Dita adik kelas di kampus, Kisah ini kisah nyata dari gw, seorang mahasiswa
universitas swasta di daerah grogol
Kisah ini bermula waktu gw beli hp blackberry,gw punya adik kelas anak akuntansi, awalnya
hubungan gw ama dia biasa aja, ampe gw punya bb, gw add PIN dia, akhirnya gw sering curhat
masalah cewek gw ama dia. Cerita dewasa terbaru hanya ada di sexceritadewasa.com.

Sebut saja nama adik kelas gw ini Dita, juju raja gw sange banget ngeliat dia, ngeliat cara dia
berpakaian. Kalo di tongkrongan kampus, dia duduk suka keliatan belahan pantatnya.
Suatu malem, gw BBMan ama dia, curhat2 gt, ternyata dia baru putus ama cowoknya,
“bang, gw baru putus ama cowok gw” kata dia
Kemudian gw dengan bijaksananya member nasihat agar dia tabah,
Dan iseng iseng, gw nanya ama dita
“dit, tapi lo ga pernah ngapa2in kana ma cowok lo?” kata gw
“maksudnya bang? Tanya dita
“yaa kaya anak muda pacaran lah gimana” kata gw
Akhirnya Dita jelasin dia sering petting ama cowoknya, setiap ketemu cowoknya minta di
sepongin.
*disini pikiran nakal gw main, berarti dia nakal, daripada selama ini dia cuma bacol gw, akhirnya
gw beranikan diri buat spik spik

Hari selasa, waktu itu dia lagi kuliah di gedung K lt.5, dan waktu itu gw BBMin dia, gw bilang
gw baru putus *padahal mah speak doing alias boong *
Dan gw ngajak dia nonton, waktu itu gw ama dia nonton orphan di pelangi (plasa semanggi)

Pas nonton gw curi2 liat toket dia, maklum dia pake baju yg agak keliatan belahannya. Gw inget
banget dia pake baju putih ketat banget, BH item tapi pake cardigan abu abu.
Selesai nonton gw berniat mau pulang, sesampai di mobil, di parkiran basement, dia curhat gitu
tentang dia ama cowoknya *jujur aja gw bodo amat dia mau curhat, gw cuma pengen nikmatin
toket ama memeknya* sambil dia curhat di nyenderin kepalanya di bahu gw.
heheheheDan gw pun sedikit konak
Gw lupa di parkiran basement banyak satpam yang suka mondar mandir, akhirnya gw cabut dari
mal itu, gw naik tol, menuju bekasi, karena rumah gw ama dia di daerah bekasi,

Dari mulai keluar mal ampe masuk tol dia terus nyenderin kepalanya di bahu gw
“gapapa kan bang gw pinjem bahu lo? Ga ada yg marah kan” Tanya dia
“gapapa lah dit, gw kan dah putus, lupa ya lo?” sambung gw

Akhirnya dia terus curhat, gw juga curhat, gw mulai colongan pegang2 tangan dia, elus2 rambut
dia,
Akhirnya gw sampe di depan rumahnya, salah satu komplek terbesar dan terelit lah di daerah
bekasi, tuh komplek gede banget, dan satpamnya jarang mondar mandir *girang*
Tiba tiba dita bilang
“bang, makasih ya bang, gw boleh peluk lo ga bang?” Tanya dia
*dalam hati gw, silahkan dit lo peluk gw, lo pake gw, lo puasin gw* haha

Akhirnya gw ama dia pelukan, dan gw nekat buat nyium bibir gw. Asli gw deg deg an banget,
untung si dita nanggepin ciuman gw, akhirnya gw ciuman lama ama dia.
jujur gw sange berat, dan gw beraniin diri buat megang toketnya, sebenernya bukan megang, tapi
ngelus halus.
dan dia no respon
akhirnya gw nanya ama dia
“gapapa dit?”
“gapapa bang, woles aja” kata dita

mungkin begini lah kalo cewek habis putus, masih labil *bijaksana ya gw, tapi tetep aja sange ga
bisa di tahan bos*
akhirnya gw grepe toket dia lumayan lama, gw remes tuh toket sambil gw jilatin lehernya
“ahhh bangggg” desah dita
“dit , gw buka ya?” tanya gw
“ahh, heeh bang” jawab dita sambil ngedesah

akhirnya gw buka cardigan dia, dan kaos nya,


wuhuuuu toketnya mulus sekali di balut BH bewarna hitam
tanpa basa basi, gw menuju toketnya
tapi tiba tiba dita bilang
“bang, tapi jangan bilang siapa2 ya bang”
“woles dit, gila aja gw bilang2″ jawab gw

akhirnya gw jilatin pentilnya yg udah tegang. sambil ngeliatin mukanya dita yg merem melek gw
makin sange.
“ahhhhhh banh pelan pelannn bangg” desah dita

dan gw arahin tangan dita ke arah kontol gw.


secara otomatis dita ngebuka resleting celana dry gw,hehe
dengan berdiri tegak, kontol gw berada di alam terbuka *lebay*
“dit, kocokin dit” pinta gw
“heehhh” kata dita sambil ngedesah

akhirnya gw dikocokin ama dita, gw mulai ngedesah keenakkan, sambil jari jari tangan kiri gw
bergentanyan di daerah pantat dia, karena dia pake baju kecil banget, jadi waktu dia kocokkin
gw, bajunya keangkat dan keliatan belahan pantatnya.

dita akhirnya nyepongin gw tanpa gw suruh,


“ahhh terus dit aah erhhh” kali ini gw yang ngedesah

tanpa sadar gw udah mau keluar,


“Dit, udahan dulu dit, gw udah mau keluar” pinta gw
“ya udah bang, jangan lama-lama, ga enak di depan rumah” kata dia

ya udah akhirnya dia kocokin gw sambil di sepong tuh kontol gw,

“CROT CROT CROT”


akhirnya gw keluarin peju peju gw di dalem mulut dia. dia pun buka pintu mobil dan ngebuang
peju gw di jalan *hardcore juga nih cewek, kalo tiba-tiba ada yg liat gimana*

setelah beres2, gw nanya ke dita

“Dit , sorry yaa”


“Gapapa bang, yaelah woles aja kali bang, gw juga ga nolak kan” kata dita

“tapi tadi lo bilang ga enak di depan rumah, berarti kalo di tempat lain boleh dong,hehe” tanya
gw nakal
“hahaha, ya udah bang, thank you bang ya” dita berusaha ga jawab, dan mengalihkan topik,haha

akhirnya si dita pulang, dan gw pun pulang, senang banget hari itu gw bisa nikmatin bacol gw di
kampus

selama gw kuliah di TR*S*KT* , gw ama dia jadi TTMan, tapi sekarang udah jarang, karena gw
udah fokus skripsi
doain skripsi gw

pesta sex anak muda, Malam tahun baru 1998 yang lalu, gue diundang ke suatu pesta anak-anak
muda kalangan the have. Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki gunung Salak,
jalan masuknya cuma buat satu mobil. Kebetulan gue dan temen gue Ferry dateng yang paling
belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat mobil-mobil yang parkir di situ … Opel Blazer
DOHC gue ternyata yang paling murah !!

Kita berdua langsung masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada beberapa orang tamu
… cowok cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang keren. Ferry langsung ngenalin
gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang aduhai … umurnya kurang lebih 26 tahun,
namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah anak seorang bankir di Jakarta. Cerita sex terbaru
lainnya hanya ada di sexceritadewasa.com.

Nggak lama kemudian, Elena ngebuka acara hura-hura ini …. Sambil makan Ferry bilangin gue
kalau nanti jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, “Ndra, coba elo itung jumlah cowok
sama ceweknya sama nggak ?”. Selintas gue hitung dan ternyata jumlahnya nggak jauh beda, gue
langsung nanya, “Emangnya kenapa Fer ?”. Temen gue ini nyahutin dengan tenang, “Tenang aja
Ndra, pokoknya elo puas lah !”. Sehabis makan, gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang
cewek yang menarik perhatian gue.

Nama cewek ini, Vinda … tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Dia
memakai kaos yang ketat dengan belahan di dada yang cukup menantang kejantanan gue, buah
dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus. Yang paling bikin gue penasaran adalah
pandangan matanya yang memperlihatkan hasrat bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua
ngobrol kesana kemari … dan akhirnya gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih
kuliah di suatu perguruan tinggi di daerah Kalibata.

Nggak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat mike, “Dancing
time, guys !!”. Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue nggak tahan juga akhirnya …
gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia seorang pe-disco yang hot, gerakan-gerakan
tubuhnya bener-bener membangkitkan kejantanan gue. Beberapa kali buah dadanya di tempel
dan digoyang-goyangkan di dada gue dengan sengaja, seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam
kita berjoget, akhirnya kita mutusin untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia
nyahut dengan nakal, “Gimana kalau whisky cola aja ?”. Wah, gile juga nih cewek … abis kita
minum-minum, ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan Vinda langsung narik gue
balik melantai. Dia langsung meluk gue … buah dadanya langsung terhimpit diantara kita
berdua, dan membuat kemaluan gue menegang. Gue pikir si Vinda pasti ngerasa juga nih ….
Akhirnya gue beraniin nyium belakang telinganya dan gue terusin ke lehernya, udah itu tangan
kanan gue meremas dengan pelan pantatnya yang berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat.
Gerakan itu gue ulang beberapa kali, dan terasa desah nafasnya makin keras … akhirnya Vinda
nggak tahan, bibir gue langsung di kulumnya … gue ngerasain lidah kita beradu. Buat makin
ngerangsang, gue gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.

Lagi enak-enaknya kita ciuman, tahu-tahu musik di balikin lagi jadi disco … bubar deh,
rangsangan-rangsangan yang gue buat tadi. Sementara gue sama Vinda nge-slow dance, rupanya
makin banyak minuman keras yang beredar. Nggak lama ada seorang cewek naik ke atas meja
dan ngejoget dengan gerakan-gerakan yang hot, dan lagi-lagi Elena berteriak lewat mikenya DJ,
“It’s free time … hey, Finny … show your naked body !”. Dan cewek yang lagi joget diatas meja
tadi langsung ngelepasin blusnya dan disusul dengan BHnya, cowok-cowok langsung bertepuk-
tangan dan bersuit-suit, sementara cewek-ceweknya berteriak histeris. Beberapa diantara mereka
langsung mengadakan gerakan-gerakan sex foreplay. Dalam hati gue berteriak, “Damn, ini yang
dimaksud sama Ferry tadi !”.

Akhirnya perhatian gue balik ke Vinda lagi, yang sebelumnya gue peluk dari belakang … gue
cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus dan tangan gue mulai masuk
ke balik kaosnya mencari buah dadanya. Waktu gue mulai meremas buah dadanya, Vinda cuma
menggeliat senang di pelukan gue, dan dia berusaha masukin tangannya ke celana gue. Sesaat
kemudian, dia berbisik, “Ndra, fuck me please … gue udah nggak tahan nih !”, udah itu si Vinda
narik gue ke salah satu kamar di lantai dua.

Begitu pintu ketutup, Vinda langsung meluk dan bibirnya langsung melumat bibir gue dan
tangannya langsung ngelepasin ikat pinggang dan celana gue, setelah itu dengan nggak sabar dia
melorotin celana dalam gue. Akhirnya kontol gue yang udah berdiri dari tadi nongol keluar dan
Vinda dengan sigap menggenggam kontol gue dan diarahin ke mulutnya. Dalam sekejap kontol
gue setengahnya udah masuk mulutnya, sementara itu gue ngelepasin kemeja dan gue ngerasain
nikmatnya kontol dihisap dan diemut. Sambil ngebungkuk, gue ngebukain kaos sama BHnya
Vinda, ternyata badannya bener bener putih mulus, teteknya bulat penuh dengan puting yang
berwarna merah tua dan si Vinda masih ngemut dan ngisep kontol gue dengan bernafsu.

Setelah gue pikir dia cukup ngisepin kontol gue, si Vinda gue bimbing dan gue celentangkan di
ranjang. Sesudah itu gue bukain rok dan celana dalamnya, gue ngeliat bibir kemaluannya tidak
ditutupi jembut sama sekali. Ketika jari gue mulai masuk ke vaginanya, gue ngerasa vaginanya
mulai basah. Sementara itu, mulut dan lidah gue mulai bermain-main di teteknya, putingnya
adalah sasaran yang menggairahkan dan tangan gue yang satu nggak ketinggalan mulai
ngeremas-remas teteknya yang mulai mengeras. Si Vinda cuma mendesah-desah dan menggeliat
merasakan nikmatnya jari dan kecupan gue, tangannya cuma bisa menarik-narik rambut gue.

Pelan-pelan jari gue bergerak makin dalam dan akhirnya tersentuhlah clitorisnya, langsung aja si
Vinda mendesah, “Uhghh, Ndra … lagii, emmhh” dan bibir gue ngerasain teteknya makin
tegang. Kecupan dan jilatan lidah gue akhirnya menjelajahi kedua teteknya dan lembah
diantaranya, dan jari-jari gue tetap ngemainin clitorisnya yang membuat Vinda makin
menggelinjang-gelinjang dan desahannya makin keras, “Ohhh, Ndra …. Ufhh, oohhh”.
Memeknya terasa makin basah dan bibir vaginanya makin menggembung, tanda nafsu birahinya
makin menggelora.

Akhirnya, gue ngambil posisi 69, kontol gue jatuh diatas mulutnya dan mulut gue mulai bekerja
dengan mengecup bibir vaginanya. Makin lama gue tambah kekuatan kecupan gue, makin lama
dan makin kuat, sekali-kali lidah gue mendesak masuk kesisi dalam dari vaginanya. Si Vinda
hanya bisa menggelinjang dan mengangkat pinggulnya, karena mulutnya lagi sibuk ngisep
kontol gue. Nggak lama dia ngelepasin kontol gue dan ngejerit, “Ndra, fuck me .. please, gue
nggak tahan lagi, please !”. Gue putar badan dan Vinda langsung ngebuka selangkangannya,
dengan dua jari gue buka memeknya yang sudah menggembung itu dan gue gesek-gesekan
kepala kontol gue ke bibir vaginanya bagian dalam. Si Vinda makin menggelinjang dan
mendesah-desah, setelah itu gue masukin setengah kontol gue ke memeknya dan gue goyang
maju mundur tapi gue jaga cuma setengah kontol gue yang masuk. Nggak lama Vinda ngejerit
lagi, “Ndra … ayo masukin kontol elo semuanya … yang dalem Ndra …”. Tapi gue cuekin aja
permintaannya itu, karena gue pingin ngebuat dia makin terangsang. Cuma kepala kontol gue
yang bersenggolan sama selaput dara dan kadang-kadang gue ngerasain clitorisnya di ujung
kontol gue, sementara itu goyangan gue makin cepat dan membuat Vinda makin terangsang. Si
Vinda makin nggak tahan untuk dientot, “Indra … ayo dong … entot gue …emmhh, masukin
yang dalem Ndra …” bujuknya manja. “Ok, kalau elo mau ngerasain panjangnya kontol gue, kita
ganti posisi aja”.

Udah itu, gue ngambil posisi duduk selonjor dan si Vinda gue suruh berjongkok menghadap ke
gue. Langsung aja kontol gue digenggamnya dan diarahin ke memeknya, udah itu dia
ngedudukin pinggul gue dan kontol gue langsung terbenam di memeknya yang basah lembab itu.
“Ok, Vin … sekarang elo goyang pelan pelan naik turun, gimana ?” dan dia nyahut, “Ndra,
kontol elo bener-bener fit di memek gue … emmm, ufhhh “. Terusnya Vinda bergerak naik turun
seperti orang naik kuda, gesekan kontol gue dan memeknya memberikan kenikmatan yang luar
biasa, makin lama gerakannya makin cepat dan desahannya juga makin keras, “Oghhh ….
Ohhhh, emmm ….. ufghh”. Dan gue juga ngerasain kontol gue dialirin cairan vagina yang makin
banyak. Sementara itu, tangan gue mengelus-elus punggungnya dan meremas teteknya, gerakan
teteknya yang seirama dengan naik turun badannya benar benar sensual. Kurang lebih setengah
jam si Vinda berkuda diatas kontol gue, dia ngejerit kecil, “Ndra … ughhhh …. gue orgasme ….
Ohhh, ohhh” dan tiba tiba aja badannya menegang dan dijatuhkannya ke badan gue, dan gue juga
ngerasain kontol gue bener bener basah sama cairan vagina.

Si Vinda gue rebahin di pinggir ranjang dan gue berdiri di atas lutut gue, setelah itu gue buka
kedua pahanya yang putih itu dan gue masukin lagi kontol gue ke memeknya. Gue senderin
kedua kaki Vinda ke badan gue dan sambil meganin kedua kakinya, gue mulai ngegoyangin
pinggul gue maju mundur. Gue bilang ke Vinda, “Sekarang giliran gue …”. Awalnya gue
goyang dengan lambat dan makin lama makin cepat, gue ngerasain kenikmatan yang diberikan
memeknya si Vinda. Sementara itu, si Vinda cuma bisa melenguh, “Uhhhg … ohhhh … lagi
Ndra … uufhh” dan meremas-remas teteknya sendiri sambil menggelinjang-gelinjang. Nggak
lama, gue turunin frekuensi goyangan gue … jadi gue bisa sambil nyiumin betisnya Vinda.
“Ndra … ohhg, masukin yang dalem … uuhhhpp” dan gue sahutin, “OK, sekarang lingkarin kaki
elo di pinggang gue, gue akan tancepin dalem-dalem kontol gue”. Si Vinda nurut dan gue tarik
kontol gue pelan-pelan setelah itu gue masukin lagi secepat mungkin dengan tenaga penuh, jadi
gue masukin kontol gue dengan sentakan-sentakan bertenaga. Vinda cuma bisa menjerit setiap
kali kontol gue memasuki memeknya, “Oohhh … uuhhhpp ….. uuhhhpp … Ndra … lagiii …
ohhh … gilaa … ouchh … “. Kedua tangannya merenggut seprei keras-keras, karena dia
merasakan sedikit rasa sakit yang bercampur kenikmatan yang luar biasa, dan Vinda
memejamkan matanya, suatu tanda dia bener-bener menikmati kontol gue. Nggak lama
kemudian gue ngerasain kedua pahanya menegang dan menjepit pinggang gue dengan keras,
demikian juga dengan badannya yang menegang dan punggungnya terangkat dari tempat tidur,
membuat teteknya makin menonjol. Akhirnya dia menjerit lagi, “Ouchhh … Ndra …. Gue
orgasm lagi …. Ouchh” dan gue rebahin badan gue di atas badannya sambil gue ciumin leher,
telinga dan teteknya yang menggelembung keras. Kemudian gue suruh dia untuk terlentang di
tengah ranjang.

Sambil gue remas teteknya, gue bisikin dia, “Satu session lagi yaa …” dan dia menyahut, “Elo
bener-bener ngebuat gue gila Ndra”. Dengan lutut gue, gue buka lagi kedua pahanya dan untuk
ke sekian kalinya kontol gue masuk lagi di memeknya. Gue rebahin badan gue menimpa
badannya Vinda dan gue ngerasain kedua teteknya di dada gue, sementara itu kedua tangan
Vinda memeluk tubuh gue dengan erat. Gue cium bibirnya, sehingga kita kembali merasakan
lidah-lidah yang beradu dan gue mulai menggoyangkan pinggul gue naik turun. Dua puluh menit
kemudian, Vinda mulai menggelinjang dengan liar di bawah badan gue dan gue merasakan
kenikmatan yang lain yaitu tetek-teteknya makin bergesekan dengan dada gue. Setelah itu gue
makin mempercepat goyangan dan Vinda mulai mendesah-desah lagi, “Ohhg …. Ufhhp”, nggak
lama kemudian dia menjerit, “Ndra, gue mau orgasm lagi … ouchhh”. Terus gue bilang, “Tahan
bentar Vin, gue juga mau keluar nih” dan makin gue percepat goyangan gue. Akhirnya Vinda
menjerit kecil, “Ndra …. Gue orgasm … ohhh” dan guepun nggak tahan lagi. Badan kita berdua
menegang dan untuk meredam jeritan Vinda, gue bungkam bibirnya dengan ciuman. Setelah itu
gue merasakan gerakan air mani di dalam kontol gue yang berarti sebentar lagi air mani gue
menyembur keluar dan dengan sigap gue keluarin kontol gue dari memeknya Vinda.

Akhirnya air mani gue muncrat keluar tepat di atas dada Vinda dan dia membantu ngurutin
kontol gue, supaya tidak ada mani yang ketinggalan. Kemudian Vinda mulai menjilati kontol gue
dan akhirnya diemut untuk dibersihkan. Setelah itu kita berdua tidur berpelukan kelelahan
dengan rasa puas yang tak segera hilang.

Minggu siang, kita berdua kembali ke Jakarta dan gue menghabiskan malam Senin itu di
apartemen Vinda di bilangan Prapanca. Kita berdua bersetubuh lagi dengan nafsu yang
menggelora. Karena Senin itu gue harus kerja, gue tinggalin Vinda yang masih tidur telanjang
dengan pulas.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai