Anda di halaman 1dari 2

ES KRIM DAN KUE UNTUK WULAN

Matahari masih belum tampak di ufuk timur. Damar mengambil tasnya dan bergegas
mengeluarkan sepeda butut peninggalan ayahnya. Dengan tergesa-gesa ia mengayuh sepedanya
ke rumah Pak Dayat, untuk mengambil jatah koran yang ia loperkan.

Tiba-tiba ia menghentikan laju sepedanya, ia lupa membangunkan Wulan, adiknya. Ah, tidak
apalah, tidak sampai setengah jam sudah selesai, batinnya. Wulan pasti belum bangun. Damar
mengayuh sepedanya lagi, lebih lambat. Ia teringat ibu bapaknya yang telah meninggal setahun
yang lalu karena kecelakaan lalu lintas saat akan mengunjungi nenek di desa.

Tiba-tiba ada truk yang melaju kencang hingga menabrak bus yang di tumpangi ibu dan
bapaknya. Rem mobil truk sepertinya blong jadi sopir truk tidak bisa mengendalikan mobilnya.
Kedua orangtuanya meninggal saat itu di lokasi. Hingga saat itu Damar hidup berdua bersama
Wulan di rumah. Damar sebagai kakak bertanggung jawab untuk mengurus adik satu-satunya itu.
Damar terpaksa harus bekerja untuk bisa menafkahi dirinya dan adik satu-satunya itu. Hingga dia
bisa bekerja menjadi pengantar koran setiap pagi sebelum Damar berangkat ke sekolah.
Alhamdulillah ada tetangganya Pak Dayat yang baik hati mau menerima aku bekerja sebagai
pengantar koran.

Damar kembali mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Agar pekerjaan mengantar koran cepat
selesai. Setelah mengambil koran dan mengantarkannya ke rumah-rumah, Damar kembali ke
rumah. Dilihatnya Wulan sudah bangun dan telah mengenakan seragam. Tetapi wajah Wulan
terlihat sedih.  

“Wah, sudah cantik kok masih cemberut? Maafkan Kakak ya, tadi tidak sempat
membangunkan,” kata Damar sambil menarik handuk, siap-siap mandi.

“Kak, tahu tidak sekarang tanggal berapa?” tanya Wulan pelan.

Damar menatap kalender yang juga sedang dilihat oleh Wulan. “Tanggal 20 ya?”

“Kakak lupa ya hari ini hari apa?” tanya Wulan.

Damar terdiam sebentar, berpikir. “Sebentar ya, Kakak mandi dulu.” Sebenarnya Damar ingat
hari ini hari apa. Tetapi ia berpura-pura lupa.

Ia tahu hari ini adalah hari ulang tahun Wulan, hari ulang tahunnya tanpa ibu dan bapak. Dan
biasanya Wulan meminta dibelikan es krim dan kue ulang tahun kepada ibu. Dada Damar terasa
sesak. Ia belum punya uang sama sekali. Bayaran loper koran baru akan dibayarkan 3 hari lagi.
Begitu Damar keluar dari kamar mandi, “Oh Kakak ingat. Ulang tahun Wulan ya? Selamat ulang
tahun ya adikku sayang. Semoga sehat selalu dan tambah pintar.”

“Wulan ingin es krim sama kue ulang tahun Kak, yang biasanya Ibu belikan,” kata Wulan
merengek.

Damar terdiam sambil mengenakan seragamnya. Otaknya berputar-putar mencari alasan.

“Hmmm.. Nanti pulang sekolah kita beli es krim sama kuenya ya. Sekarang sekolah dulu.”

“Sungguh ya Kak?” kata Wulan sambil tersenyum.

Damar mengangguk pelan. Hari ini Wulan pulang lebih siang daripada Damar karena ada les.
Damar mengayuh sepedanya ke Rumah Pak Dayat. Ia sudah bertekad untuk meminta bayarannya
lebih awal.

Sesampainya di rumah Pak Dayat, ia berkata dengan sopan kenapa ia membutuhkan uang
tersebut. Dan Pak Dayat memberikannya.

“Ayo, beli es krim dan kue,” kata Damar ketika menjemput Wulan pulang sekolah.

“Maafkan Wulan, Kak. Wulan lupa kalau Kakak tidak punya uang. Wulan lupa kalau sudah
tidak ada ibu dan bapak lagi. Maafkan Wulan yang sudah menyusahkan Kakak,” kata Wulan
sambil menangis.

“Eh, kata siapa Kakak tidak punya uang. Ayo kita beli es krim dan kue-nya. Tapi jangan yang
mahal ya. Sisa uangnya buat beli beras,” kata Damar sambil memeluk adiknya.

“Terima kasih ya, Kak.” kata Wulan sambil tersenyum.

Damar memeluk erat-erat Wulan. “Sama-sama adik ku tersayang, kakak akan selalu menjaga dan
membahagiakan kamu selamanya”, jawab Damar. Damar dan Wulan saling berpelukan erat,
kebahagiaan aku yang tak terlupakan bersama adik ku satu-satunya walau sudah tidak ada ibu
dan bapak.

Anda mungkin juga menyukai