Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama

“Gaya Elit, Ekonomi Sulit”


Ada sebuah kisah, yang menceritakan sebuah keluarga sederhana yang tinggal di sebuah
desa terpencil. Desa ini terletak jauh dari kota dan bisa dikatakan sebagai desa yang
kesulitan akan ekonomi. Termasuk keluarga yang satu ini, hidup dengan sederhana tetapi
memiliki beberapa masalah yang sangat sulit mereka selesaikan. Tentang pemenuhan
kebutuhan dan anak mereka yang tidak bisa hidup dengan kehidupan yang sederhana ini.

Pagi-pagi sekali Pak Tama, sebagai kepala keluarga, yang berprofesi sebagai petani di
desanya, sedang menyiapkan alat-alat pertanian yang akan di bawa ke sawah.

Pak Tama : “ Cangkul sudah, celurit sudah, hmm apa lagi yaa? “ (menyiapkan alat sambal
mengingat ingat)

Tak lama dari itu, Bu Tanti sebagai istri dating danndan bertanya kepada sang suami yang
terlihat kebingungan

Bu Tanti : “ Ada apa pak?, kok kelihatannya sedang kebingungan? Sedang mencari apa? “

Pak Tama : “ Ini lho bu!, bapak lagi nyiapain alat, mau kesawah. Tapi lupa apa yang harus
bapak bawa.”

Bu Tanti : “ Emm cangkul sudah?”

Pak Tama : “ Sudah”

Bu Tanti : “Celurit?”

Pak Tama : “ Itu juga sudah”

Bu Tanti : “Capil?”

Pak Tama : “Nah, itu dia yang terlupa. Sebentar bu, bapak ambil dulu.”

(pergi mengambil capil)

Setelah Pak Tama kembali, Pak Tama berpamitan kepada sang istri tersayang.

Pak Tama : “Bu, bapak pamit mau pergi ke sawah, ibu jaga rumah yaa, jangan lupa anaknya
dibangunkan, tidak baik anak gadis bangun siang.”

Bu Tanti : “ Iya pak! Bapak hati-hati ya, kalua pulang tidak usah mampir-mampir lho!”
( sambil bersalaman)
Pak Tama : “ Siap bu!, lagian kalua lama-lama diluar rumah malah kangen.”

Bu Tanti : “ Aduh sudah-sudah, keburu siang pak”

Pak Tama :”Ya sudah, Assalamu’alaikum”

Bu Tanti : “Wa’alaikumsalam, nanti siang nya biar dianatar Kiki aja ya pak”

Pak Tama : “Siap bu”

Setelah kepergian Pak Tama, Bu Tanti pergi ke kamar anaknya Kiki, anak semata
wayangnya yang sangat membangkang.

Bu Tanti : “KIKII!!, sudah jam berapa ini kok belum bangun”

(Kiki tetap tertidur)

Bu Tanti : “Heii ayo bangun! Anak gadis kok bangunnnya siang sekali”

Kiki : (terbangun) “Aduh, apasih berisik banget tau.”

Bu Tanti : (geleng-geleng kepala) “Ayo bangun, bantu ibu bersih–bersih rumah “

Kiki : ” Ih apaan sih bu, baru juga bangun kok sudah sudah dijadikan babu! mager bu
mending tidur” (mengambil guling dan mengubah posisi tidur)

Bu Tanti : “ Kamu ini! Sudah gadis kok malas, bagun!! Gadis lain sudah bangun dari tadi
bantu ibunya, dan di jam segini pun para gadis sudah madi, sudah bersih, lah kamu?!
Sudah-sudah cepat mandi sana!!”

Kiki : ”Cerewet banget sih, iya iya ini aku berdiri!! (menggerutu keluar kamar)

Melihat kelakuan buruk anknya , Bu Tanti hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan
mengelus dada.

Bu Tanti : “Punya anak satu kok kayak gini sikapnya, padahal tidak ada yang mengajarinya
seperti ini.”

Siang pun tiba, Bu Tnti menyiapkan bekal untuk suaminya yang sudah bekerja di sawah,
lalu menyuruh Kiki untuk mengantarkannya.

Bu Tanti : “ Nah kalo gini kan enak bawanya , nak tolong antarkan ini ke sawah untuk
bapak!”

Kiki : ”Ku kira kita kan bersama…

Begitu banyak yang sama..


Latarku dan latarmu..”

Bu Tanti : “ Nak! 2x (jalan nyamperin Kiki). Dari tadi dipanggil kok tidak jawab telinganya
kemana?”

Kiki asyik dengan HandPhone

Bu Tanti : “ Oh.. makanya tuli, telinganya di sumpet toh (sambal menarik headseat)

Kiki : ” Ih apasih bu, ini tuh lagi trend, anak orang kaya sering pake ginian, ganggu aja”

Bu Tanti : “atagfirullah ki... mulutmu tidak bisa sopan sedikit? Sana antar untuk bapakmu,
tidak usah bantah atau ibuk suruh bapak sita HP mu itu.”

Kiki : ” Iya-iya ini bu, ini loh otw.”

Bu Tanti : “OTW? Apa iu nak?”

Kiki : ”OMG! NOLEP BANGET MAK KUU! (menepuk jidat) otw itu Bahasa gaulnya berangkat
bu.. sudah? Mana makanannya?”

Bu Tanti : “Ini, hati-hati dijalan”

Kiki : ”Baik bu, byee (berjalan keluar)”

“ hari libur bukannya jalan’’ ke mall healing, malah disuruh panas’’an ke sawah awas
aja ada kodok’’ ( menggerutu)

Kiki berangkat ke sawah mengenakan pakainan yang sangat heboh, membuat waga
sekitar memandang keheranan. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang melihatnya hingga
ingin tertawa.

Atha :’’Anjirr tu cewek cakep broo!! Tapi norak banget dandanannya’’

Putra :’’Heh mulutnya di jaga bro’’

Dewi :’’Tau tuh asal ngomong aja’’

Julia :’’Guyss? Dia bisa bantu kita deh kayaknya’’

Atha :’’Gila lo yang ada ancur semua tugas kita’’

Dewi & Putra :’’Setuju sama Julia’’

Atha :’’Anjir ngikut ae lahh’’


Julia :’’Yaudah kuyy’’

Setelah kita sampai di area sawah Kiki menginjak sesuatu dan berakhir dengan teriakan
yang melengking khas ala Kiki.

Kiki :’’Aaaa.. Apa itu!! ( mau jatoh)’’

Putra :’’Eh, hati-hati’’ (noloning) (Kiki noleh)

Kiki :’’Ah ini mimpi bukan sih? Pangeran di tengah sawah’’

Putra :’’Maaf’’

Kiki :’’Oh gpp ko, aku yang minta maaf, btw makasih ya’’ (salting)

Anda mungkin juga menyukai