Pagi-pagi sekali Pak Tama, sebagai kepala keluarga, yang berprofesi sebagai petani di
desanya, sedang menyiapkan alat-alat pertanian yang akan di bawa ke sawah.
Pak Tama : “ Cangkul sudah, celurit sudah, hmm apa lagi yaa? “ (menyiapkan alat sambal
mengingat ingat)
Tak lama dari itu, Bu Tanti sebagai istri dating danndan bertanya kepada sang suami yang
terlihat kebingungan
Bu Tanti : “ Ada apa pak?, kok kelihatannya sedang kebingungan? Sedang mencari apa? “
Pak Tama : “ Ini lho bu!, bapak lagi nyiapain alat, mau kesawah. Tapi lupa apa yang harus
bapak bawa.”
Bu Tanti : “Celurit?”
Bu Tanti : “Capil?”
Pak Tama : “Nah, itu dia yang terlupa. Sebentar bu, bapak ambil dulu.”
Setelah Pak Tama kembali, Pak Tama berpamitan kepada sang istri tersayang.
Pak Tama : “Bu, bapak pamit mau pergi ke sawah, ibu jaga rumah yaa, jangan lupa anaknya
dibangunkan, tidak baik anak gadis bangun siang.”
Bu Tanti : “ Iya pak! Bapak hati-hati ya, kalua pulang tidak usah mampir-mampir lho!”
( sambil bersalaman)
Pak Tama : “ Siap bu!, lagian kalua lama-lama diluar rumah malah kangen.”
Bu Tanti : “Wa’alaikumsalam, nanti siang nya biar dianatar Kiki aja ya pak”
Setelah kepergian Pak Tama, Bu Tanti pergi ke kamar anaknya Kiki, anak semata
wayangnya yang sangat membangkang.
Bu Tanti : “Heii ayo bangun! Anak gadis kok bangunnnya siang sekali”
Kiki : ” Ih apaan sih bu, baru juga bangun kok sudah sudah dijadikan babu! mager bu
mending tidur” (mengambil guling dan mengubah posisi tidur)
Bu Tanti : “ Kamu ini! Sudah gadis kok malas, bagun!! Gadis lain sudah bangun dari tadi
bantu ibunya, dan di jam segini pun para gadis sudah madi, sudah bersih, lah kamu?!
Sudah-sudah cepat mandi sana!!”
Kiki : ”Cerewet banget sih, iya iya ini aku berdiri!! (menggerutu keluar kamar)
Melihat kelakuan buruk anknya , Bu Tanti hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan
mengelus dada.
Bu Tanti : “Punya anak satu kok kayak gini sikapnya, padahal tidak ada yang mengajarinya
seperti ini.”
Siang pun tiba, Bu Tnti menyiapkan bekal untuk suaminya yang sudah bekerja di sawah,
lalu menyuruh Kiki untuk mengantarkannya.
Bu Tanti : “ Nah kalo gini kan enak bawanya , nak tolong antarkan ini ke sawah untuk
bapak!”
Bu Tanti : “ Nak! 2x (jalan nyamperin Kiki). Dari tadi dipanggil kok tidak jawab telinganya
kemana?”
Bu Tanti : “ Oh.. makanya tuli, telinganya di sumpet toh (sambal menarik headseat)
Kiki : ” Ih apasih bu, ini tuh lagi trend, anak orang kaya sering pake ginian, ganggu aja”
Bu Tanti : “atagfirullah ki... mulutmu tidak bisa sopan sedikit? Sana antar untuk bapakmu,
tidak usah bantah atau ibuk suruh bapak sita HP mu itu.”
Kiki : ”OMG! NOLEP BANGET MAK KUU! (menepuk jidat) otw itu Bahasa gaulnya berangkat
bu.. sudah? Mana makanannya?”
“ hari libur bukannya jalan’’ ke mall healing, malah disuruh panas’’an ke sawah awas
aja ada kodok’’ ( menggerutu)
Kiki berangkat ke sawah mengenakan pakainan yang sangat heboh, membuat waga
sekitar memandang keheranan. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang melihatnya hingga
ingin tertawa.
Setelah kita sampai di area sawah Kiki menginjak sesuatu dan berakhir dengan teriakan
yang melengking khas ala Kiki.
Putra :’’Maaf’’
Kiki :’’Oh gpp ko, aku yang minta maaf, btw makasih ya’’ (salting)