Anda di halaman 1dari 12

Psikologi Perkembangan – Kelompok 6

● Salwa Nisrina Afifah -1801622117


● Vivi Ariantika - 1801622118
● Nasywa Kamila Putri - 1801622122
● Syarifah ‘Arasy Bunayya - 1801622125

TEMPLATE STORYBOARD – MASA DEWASA AKHIR & KEMATIAN


A. STORYBOARD
1. Scene pertama 2. Scene kedua 3. Scene ketiga

Video 1: Seorang anak bernama Video: Bapak, Ibu, dan Nita Video: Nita menghampiri Bapak
Nita baru pulang kerja diminta terakhir berkumpul di ruang dan ibu yang sedang berbicara di
tolong oleh Ibunya untuk keluarga untuk menonton televisi. ruang tamu. Nita mengatakan hal
mengambilkan segelas air minum. Di tengah-tengah film, Ibu yang ingin disampaikannya
menanyakan anak-anaknya yang dengan hati-hati. Ibu tidak setuju.
Audio: lain dan meminta untuk bertemu Setelah Nita dan Bapak
Nita: “Aku pulang bu, mereka. Nita berdalih bahwa meyakinkan Ibu, Ibu akhirnya
assalamualaikum.” [Sambil anak-anak yang lain sibuk dan menyetujui dengan berat hati.
mencium tangan ibunya] tidak dapat menemui Ibu dan
Ibu: “Waalaikumsalam Nak.” Bapak. Audio:
Nita: “Aku ke dalam dulu ya bu, Nita: “Pak, Bu, aku mau
mau istirahat bentar.” Audio: ngomong”
Ibu: “Oh ya sudah Nak, nanti Ibu: “Nak, gimana kabar Bapak: “Iya”
tolong sekalian ambilin Ibu air kakak-kakakmu Nak?” Nita: “Aku dapat kerjaan baru,
minum ya nak.” Nita: “Mereka kabarnya baik sih tapi bukan disini, di Jakarta, dan
Nita: [Mengangguk] “Bentar ya Bu.” aku mau ga mau harus ninggalin
bu.” Ibu: “Cobalah ajak mereka Bapak sama Ibu”
Ibu: “Iya.”
Nita: “Bu ini tehnya.”
Ibu: “Iya, makasih ya Nak.” sesekali kesini. Ibu sudah lama Ibu: “Yah, berarti nanti kita hanya
Nita: “Aku kamar dulu ya bu.” tidak bertemu sama mereka Nak.” berdua doang dong Nak.”
Ibu: “Iya.” Nita: “Nggak bisa, Bu. Mereka Bapak: “Emang kerjaan kamu
sibuk sih sama pekerjaannya.” yang sekarang kenapa?”
Video 2: Nita sedang mengingat Bapak: “Bapak dan Ibu kan Nita: “Kerjaanku yang baru ini
Ibunya yang sering meminta sudah tua, udah lama juga ga lebih baik dari yang sekarang,
tolong kepadanya. bertemu mereka Nak. Tolong lah Pak. Bapak taukan cita-cita aku
Audio: kamu usahakan, masa kami sudah dari kecil? Dan kerjaan aku yang
Narasi Nita: Aku Nita. Anak tua tidak ada yang jenguk?” baru ini bisa bantu aku raih
terakhir dari tiga bersaudara. Ibu Nita: “Tapi, aku nggak tahu, Pak. cita-cita aku.”
kami berusia 70 tahun. Kondisi Mereka sibuk sama keluarganya Bapak: “Ya sudah kalau begitu.
fisik dan kesehatan Ibu tidak sendiri.” Kamu raih cita-cita kamu ya, Nak.
begitu baik karena penyakit yang Ibu: “Cobalah hubungi mereka Jadi orang sukses, Bapak dukung
dimilikinya, sehingga Ibu sesekali, ajak mereka kesini.” kamu.”
membutuhkan bantuanku dan Nita: “Aku usahakan deh ya Bu.” Ibu: “Ibu ndak setuju. Nanti kalau
Bapak. Nita pergi, ya nanti kita kesepian
[Nita flashback sedikit] dong di rumah.”
Ibu: “Nita, tolong ambilkan Bapak: “Ya Ibu jangan gitu dong.
kacamata ibu ya Nita!” Ini kan untuk kebaikan Nita.
Ibu: “Nita, tolong tutup pintu Lagipula kan Ibu ngga sendiri,
belakang Nita!” masih ada Bapak ada disini. Ibu
Ibu: “Nita, tolong ambilkan ibu jangan khawatir yah.
obat Nita!” Nita: “Iya Bu, nanti aku usahain
Narasi Nita: Ibu juga sering kali untuk pulang kok ke Solo
merasa kesepian dan terus sesekali.”
menanyakan kedua kakakku yang Ibu: “Bener ya Nit?”
tidak lagi tinggal bersama kami Nita: “Bener Bu, janji!”
4. Scene keempat 5. Scene kelima 6. Scene keenam
Video: Bapak dan Ibu mengantar Video: Bapak dan Ibu mengobrol, Video: Bapak dan Ibu sedang
Nita ke depan rumah. Nita pamit menonton televisi bersama, makan berjalan-jalan di taman, Ibu
kepada Bapak dan Ibunya. Ibu bersama. Setiap hari dilalui berjalan dengan dituntun oleh
sempat lupa dimana Nita akan dengan hanya dengan berdua. Bapak.
bekerja. Ibu, Bapak, dan Nita
Audio: Audio:
berpelukan sebagai tanda
Narasi Nita: Semenjak aku pergi, [Saat sedang mengelilingi taman,
perpisahan.
Ibu selalu menghabiskan waktu Ibu duduk dibangku taman]
Audio: bersama Bapak. Bapak lah yang Ibu: “Ga enak ya pak jadi tua.
Nita: “Pak, Bu, aku pergi dulu ya. selalu ada disamping Ibu ketika Kesehatan kita menurun,
Bapak sama Ibu baik-baik disini. Ibu membutuhkan segala hal. anak-anak juga pada pergi dari
Terus jaga kesehatannya dan rumah. Sekarang kita kesepian
jangan lupa makan. Terus Ibu, berdua doang di rumah.”
obatnya juga jangan lupa Bapak: “Iya Bu, tapi kan hidup
diminum.” terus berjalan, kita semakin tua,
Bapak: “Iya, nanti Bapak ingatkan anak-anak sudah punya kehidupan
Ibu untuk minum obat. Kamu juga sendiri, jadi kita nikmatin aja
baik-baik disana ya Nak.” waktu tua kita.”
Ibu: “Kamu kerja dimana, Nak?” Ibu: “Sebenernya Ibu sedih banget
Bapak: “Di Jakarta, Bu.” ditinggal sama anak-anak kita,
Ibu: “Oh, iya ya. Ibu lupa.” tapi untungnya ada Bapak yang
Nita: “Yaudah, aku pergi dulu ya selalu nemenin Ibu, makasih yaa
Bu. Assalamu’alaikum.” Pak.”
Bapak: “Waalaikumussalam.” Bapak: “Ibu Ibu, kayak baru nikah
Ibu: “Baik-baik ya Nak” kemaren sore aja pake makasih.
Nita: “Iya” Sama-sama Ibu. Ibu mau pulang
apa mau lanjut jalan?”
Ibu: “Pulang aja deh, Pak”

7. Scene ketujuh 8. Scene kedelapan 9. Scene kesembilan


Video 1: Bapak dan Ibu sampai Video: Sari dan Rani pulang ke Video: Ibu merenung dan menatap
rumah. Saat di rumah Ibu rumah Ibu karena kepergian dengan kosong ke arah jendela.
meminta Bapak untuk Bapak yang tiba-tiba. Sari, Rani, Pakaian yang sering digunakan
mengambilkannya makanan. Saat dan Nita memeluk dan duduk oleh Bapak ada di pangkuan Ibu.
Bapak sedang mengambil bersama Ibu yang menangis Nita masuk ke kamar Ibu untuk
makanan untuk Ibu, terdengar dengan perasaan yang sangat membujuk Ibu makan.
suara piring yang jatuh, lalu Ibu terpukul karena Bapak yang telah Audio:
segera menuju ke dapur.” tiada. Narasi Nita: Semenjak kepergian
Audio: Bapak, Ibu menjadi murung dan
Audio:
Ibu: “Oh iya Bapak, Ibu lupa menutup diri. Ibu enggan untuk
Narasi Nita: Bapak meninggalkan
belum sholat!” makan dan minum obat sehingga
kami secara tiba tiba. Kami semua
Bapak: “Kan tadi Ibu sudah kondisi kesehatan Ibu memburuk.
merasa terpukul dengan kepergian
sholat, yang belum itu makan, Nita: “Bu, ayo makan dulu. Ibu
Bapak, terutama ibu.
Ibu.” belum makan, lho, dari pagi.”
Ibu: “Oiya ya Pak. Yaudah tolong (Ibu tidak menjawab)
ambilkan Ibu makan ya Pak.” Nita: “Sedikiiit saja, Bu.”
Bapak: “Yaudah Ibu duduk aja, (Masih tidak menjawab)
biar Bapak yang ambil.” [Nita menghela napas]
[Suara pecahan piring]
Nita: “Yasudah, makanannya aku
Ibu: “Bapak? Bapak?”
taroh di meja ya, Bu. Kalau mau
Video 2: Ibu menemukan Bapak makan, panggil aku saja ya, Bu.”
sudah tergeletak tidak sadarkan
diri di dapur. Bapak meninggal Ibu: “Nita… Bapak kemana yaa,
karena serangan jantung. Nita?”
[Nita kaget dan kebingungan dan
Audio: memanggil Kak Rani yang sedang
Ibu: “Bapak! Bapak!” menunggu di depan pintu]
Ibu: “Bapak! Bapak! Bapak, Nita: “Kak…”
bangun Bapak! Bapak! Bapak [Rani masuk ke dalam kamar dan
bangun!” duduk di sebelah Ibu]
Rani: “Bu, aku tahu Ibu sedih
karena kehilangan Bapak. Aku,
Kak Sari, dan Nita juga
sama-sama sedih. Tapi, Bu,
jangan begini terus. Kesehatan Ibu
tetap yang paling penting.
Anak-anak Ibu selalu ada buat
Ibu. Ibu nggak sendirian, kok.
Bapak sudah bahagia di atas sana.
Jaga kesehatan yaa, Bu, biar
Bapak nggak sedih. Bapak, kan,
suka marah kalau Ibu nggak
minum obat. Jadi, Ibu harus
makan, ya? Kalau udah mau
makan, panggil aku, ya. Abis itu
kita minum obat.”
10. Scene Kesepuluh 11. Scene Kesebelas 12. Scene Keduabelas
Video:
Video: Video: Ibu menghabiskan waktu
1. Ibu keluar dari kamar dan
Berkat segala perhatian dan kasih bersama anak-anaknya. Ibu
tiba-tiba berhenti, beberapa
sayang yang dicurahkan oleh meminum obat seperti bagaimana
langkah dari pintu. Ibu terlihat
anak-anaknya, Ibu mulai perlahan ketika Bapak menemani Ibu
kebingungan dan
dapat menerima kepergian Bapak meminum obat. Ibu juga
celingak-celinguk. Setelah ditanya
dari sisinya. Sari, Rani, dan berkomunikasi secara rutin
oleh Rani, Ibu diam sebentar,
Nita-lah yang mengisi dengan Sari. Ibu semakin
menjawab pertanyaan Rani, dan
kekosongan yang Ibu rasakan. Ibu mendekatkan diri pada Allah Swt.
kembali masuk ke kamar. Rani
mulai bersosialisasi dengan untuk memohon ketenangan diri
hanya menatap dengan bingung
tetangga di sekitar rumah Ibu. dan melantunkan doa-doa pada
pada Ibu yang lupa.
Bapak.
Audio: Narasi Nita: Kami menetap disini
Rani: “Bu, Ibu mau kemana?” untuk memberikan perhatian lebih Audio:
Ibu: “Ibu juga lupa mau pada Ibu atas kesedihan Narasi Nita: Perlahan-lahan,
kemana.” mendalam yang dialaminya. senyum Ibu kembali. Ibu mulai
Seiring berjalannya waktu, ibu bersosialisasi dan berkegiatan
2. Video: Nita mengajak Ibu mulaiu beraktivitas seperti dulu seperti semula. Ibu juga mulai
untuk meminum obat, namun Ibu dan menerima kepergian Bapak. menerima kepergian Bapak.
tetap menolak karena kesedihan
yang masih Ibu rasakan. 1. Video: Rani menemui Ibu yang
Audio: duduk di teras dan mengajak Ibu
Nita: “Ibu, minum obat dulu, untuk jalan sore.
yuk.” Audio:
Ibu: “Ibu maunya sama Bapak Rani: “Bu, jalan sore, yuk, di
aja.” depan.”
Ibu: “Boleh, Ibu juga sudah lama
tidak keluar rumah.”
3. Video: Nita, lagi-lagi,
mengajak Ibu untuk makan meski 2. Video: Ibu mulai menerima
Ibu tetap bersikeras menolak makanan yang disuguhkan oleh
makanannya. Nita, meski sedikit demi sedikit.
Audio: Namun, perubahan Ibu sungguh
Nita: “Ibu, minum obat dulu, terlihat berkat kehadiran
yuk.” anak-anaknya.
Ibu: “Ibu maunya sama Bapak Nita: “Bu, makan dulu, yuk. Aku
aja.” udah siapin, lho, ini. Sayang kalau
nggak dimakan. Sedikit saja, Bu.”
4. Video: Rani duduk
Ibu: “Yasudah, sedikit saja, ya.”
menghampiri Ibu dan mengajak
Ibu untuk berjalan sore keluar
rumah, seperti apa yang biasanya 3. Video: Rani mengajak Ibu
Bapak lakukan. untuk pergi ke dokter karena
Audio: terdapat masalah yang muncul
Rani: “Bu, kita jalan sore keluar, pada Ibu, dan itu membuat
yuk.” anak-anak Ibu khawatir.
Ibu: Ibu disini aja, di rumah.” Rani: “Bu, kita ke dokter, yuk.
Cek kesehatan Ibu ya.”
Ibu: “Yasudah, Ibu ikutin kamu
saja.”

4. Video: Nita tahu bahwa Ibu


perlu aktivitas kecil agar Ibu
dapat lebih sering bergerak dan
beraktivitas. Oleh karena itu, Nita
mengajak Ibu untuk belajar
merajut pada tetangganya,
sekaligus melatih Ibu untuk
bersosialisasi.

5. Video: Ibu sedang belajar


merajut bersama tetangganya, Bu
Herman. Mereka terlibat
perbincangan kecil.
Bu Herman: “Bu, besok ada
pengajian, lho, di rumah Bu RT.
Mau ikut, Bu?”
Ibu: “Boleh, emang jam berapa?”
Bu Herman: “Abis Ashar.”
Ibu: “Oh, yasudah boleh.”

13. Scene Ketigabelas

Video: Ibu mulai menerima dan


menyesuaikan diri dengan
kepergian pasangan hidupnya. Ibu
sudah bisa bersosialisasi dan
menjalin hubungan yang baik
dengan anak-anaknya.

Audio:
[Ibu membolak-balikkan album
foto di pangkuannya. Ibu
tersenyum haru melihat semua
foto-foto yang tersimpan]
[Rani dan Nita mengetuk pintu
kamar Ibu dan membuka pelan
pintunya]
Rani: “Ibu, ayo sudah ditunggu.”
[Rani dan Nita tersenyum, dan
berjalan pelan menghampiri Ibu.
Mereka duduk di sebelah Ibu
yang menatap foto keluarga
mereka]
Rani: “Ibu kangen Bapak, ya?”
Ibu: “Iya… Ibu kangen diomeli
Bapak kalau nggak mau minum
obat.”
[Ketiganya terkekeh]
Nita: “Aku juga, Bu. Aku kangen
saat Bapak jahili Ibu sampe Ibu
kesel.”
[Ibu tertawa kecil. Nita
tersenyum]
Nita: “Bapak itu pahlawan sekali,
ya, Bu? Bapak serba bisa bantu
aku kalau ada masalah apapun.”
Ibu: “Bapak juga pahlawan bagi
Ibu. Bapak jadi alasan Ibu buat
bangkit pas Bapak tiada. Bapak
yang buat Ibu sakit, tapi Bapak
juga jadi penyembuh buat Ibu.”
[Nita tersenyum dan mengelus
pundak Ibu]
Ibu: “Terima kasih juga sama
Rani, Nita, dan Sari, Ibu jadi
punya alasan untuk berjuang.
Terima kasih ya, Nak, sudah sabar
menghadapi Ibu.”
Rani: “Ibu, terima kasih karena
sudah berjuang, sudah berusaha,
dan sudah menerima. Bu, kami
hanya punya Ibu untuk bersandar.
Ini semua kami lakukan karena
rasa sayang kami pada Ibu.”
[Ibu terharu]
Ibu: “Terima kasih, Nak.”
[Berpelukan]
Nita: “Sudah, Bu, jangan sedih.
Itu Kak Sari sudah datang, tuh.”
[Sari masuk ke dalam kamar]
Sari: “Ibu, Sari pulang!”

[Closing Scene]
(Narasi Nita: Ini adalah kisah
kami, kisah Ibu, dan kisah Bapak.
Banyak sekali tantangan,
kesulitan, dan cobaan yang kami
hadapi. Namun, kehadiran kami
saling melengkapi. Kami menjadi
pilar yang menguatkan satu sama
lain. Bapak dan Ibu adalah alasan
utama kami tetap berdiri)
(Narasi Ibu: Saya tidak
terpikirkan akan kata bahagia,
ketika orang yang paling saya
sayangi meninggalkan hidup saya.
Namun, kata bahagia adalah
satu-satunya kata yang dapat saya
katakan sekarang. Kehadiran
anak-anak yang memperhatikan
saya kembali membuat saya dapat
menerima kepergian suami saya
dan mengobati kerinduan saya
padanya. Mereka adalah alasan
saya bertahan ketika saya sudah
hampir menyerah.)

B. TEORI
a) Erik Erikson : Integrity vs Despair
Seorang ibu yang berusia 70 tahun mengalami keputusasaan di masa tuanya karena suaminya yang meninggal dan
anak-anaknya yang tidak lagi tinggal bersamanya.
b) Loneliness (Empty nest)
Loneliness adalah pertanda hilangnya identitas sosial merasa kehilangan atau berkurangnya relasi sosial.
Faktor pengaruh: Ditinggalkan oleh semua anaknya, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, seperti pasangan hidup.
Ibu merasakan kesepian yang disebabkan oleh ketidakhadiran anak-anaknya di rumah, hanya si anak bungsu, dan
ketiadaan sang suami–Bapak–memperparah keadaan Ibu.
c) Tugas Perkembangan Masa Dewasa Akhir
● Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
● Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
● Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu
d) Perkembangan Kognitif
[Pragmatika Kognitif] “Perangkat lunak” berbasis budaya dari pikiran. Meliputi keterampilan membaca, menulis,
pemahaman bacaan karena pengaruh yang kuat dari budaya.
e) Life Expectancy
Perbedaan Gender: Wanita hidup lebih lama dari pria, karena beberapa faktor, seperti gaya hidup
f) Kehidupan Pernikahan
● Kebanyakan merasa puas dengan pernikahan, khususnya wanita
● Kaburnya peran gender di masa lansia lansia, laki-laki menjadi less masculine/more feminine
g) Religiusitas
Berdoa dan meditasi menurunkan insiden kematian pada orang-orang lanjut usia karena dapat mengurangi stres dan
mengurangi produksi hormon stres seperti adrenalin. Berkurangnya hormon stress dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh (McCullough dkk, 2000).

C. KONTRIBUSI ANGGOTA

a) Salwa Nisrina Afifah c) Nasywa Kamila Putri


● Berperan sebagai Ibu ● Berperan sebagai Nita
● Menyusun alur cerita ● Menyusun alur cerita
● Memberi ide cerita ● Memberi ide cerita
● Membagi peran ● Membagi peran
● Menyusun storyboard dan naskah ● Menyusun storyboard dan naskah
b) Vivi Ariantika ● Perekam suara
● Berperan sebagai Rani d) Syarifah ‘Arasy Bunayya
● Menyusun alur cerita ● Berperan sebagai Bapak dan Sari
● Memberi ide cerita ● Menyusun alur cerita
● Membagi peran ● Memberi ide cerita
● Mengedit video ● Membagi peran
● Penata rias ● Mengedit video

Anda mungkin juga menyukai