Video 1: Seorang anak bernama Video: Bapak, Ibu, dan Nita Video: Nita menghampiri Bapak
Nita baru pulang kerja diminta terakhir berkumpul di ruang dan ibu yang sedang berbicara di
tolong oleh Ibunya untuk keluarga untuk menonton televisi. ruang tamu. Nita mengatakan hal
mengambilkan segelas air minum. Di tengah-tengah film, Ibu yang ingin disampaikannya
menanyakan anak-anaknya yang dengan hati-hati. Ibu tidak setuju.
Audio: lain dan meminta untuk bertemu Setelah Nita dan Bapak
Nita: “Aku pulang bu, mereka. Nita berdalih bahwa meyakinkan Ibu, Ibu akhirnya
assalamualaikum.” [Sambil anak-anak yang lain sibuk dan menyetujui dengan berat hati.
mencium tangan ibunya] tidak dapat menemui Ibu dan
Ibu: “Waalaikumsalam Nak.” Bapak. Audio:
Nita: “Aku ke dalam dulu ya bu, Nita: “Pak, Bu, aku mau
mau istirahat bentar.” Audio: ngomong”
Ibu: “Oh ya sudah Nak, nanti Ibu: “Nak, gimana kabar Bapak: “Iya”
tolong sekalian ambilin Ibu air kakak-kakakmu Nak?” Nita: “Aku dapat kerjaan baru,
minum ya nak.” Nita: “Mereka kabarnya baik sih tapi bukan disini, di Jakarta, dan
Nita: [Mengangguk] “Bentar ya Bu.” aku mau ga mau harus ninggalin
bu.” Ibu: “Cobalah ajak mereka Bapak sama Ibu”
Ibu: “Iya.”
Nita: “Bu ini tehnya.”
Ibu: “Iya, makasih ya Nak.” sesekali kesini. Ibu sudah lama Ibu: “Yah, berarti nanti kita hanya
Nita: “Aku kamar dulu ya bu.” tidak bertemu sama mereka Nak.” berdua doang dong Nak.”
Ibu: “Iya.” Nita: “Nggak bisa, Bu. Mereka Bapak: “Emang kerjaan kamu
sibuk sih sama pekerjaannya.” yang sekarang kenapa?”
Video 2: Nita sedang mengingat Bapak: “Bapak dan Ibu kan Nita: “Kerjaanku yang baru ini
Ibunya yang sering meminta sudah tua, udah lama juga ga lebih baik dari yang sekarang,
tolong kepadanya. bertemu mereka Nak. Tolong lah Pak. Bapak taukan cita-cita aku
Audio: kamu usahakan, masa kami sudah dari kecil? Dan kerjaan aku yang
Narasi Nita: Aku Nita. Anak tua tidak ada yang jenguk?” baru ini bisa bantu aku raih
terakhir dari tiga bersaudara. Ibu Nita: “Tapi, aku nggak tahu, Pak. cita-cita aku.”
kami berusia 70 tahun. Kondisi Mereka sibuk sama keluarganya Bapak: “Ya sudah kalau begitu.
fisik dan kesehatan Ibu tidak sendiri.” Kamu raih cita-cita kamu ya, Nak.
begitu baik karena penyakit yang Ibu: “Cobalah hubungi mereka Jadi orang sukses, Bapak dukung
dimilikinya, sehingga Ibu sesekali, ajak mereka kesini.” kamu.”
membutuhkan bantuanku dan Nita: “Aku usahakan deh ya Bu.” Ibu: “Ibu ndak setuju. Nanti kalau
Bapak. Nita pergi, ya nanti kita kesepian
[Nita flashback sedikit] dong di rumah.”
Ibu: “Nita, tolong ambilkan Bapak: “Ya Ibu jangan gitu dong.
kacamata ibu ya Nita!” Ini kan untuk kebaikan Nita.
Ibu: “Nita, tolong tutup pintu Lagipula kan Ibu ngga sendiri,
belakang Nita!” masih ada Bapak ada disini. Ibu
Ibu: “Nita, tolong ambilkan ibu jangan khawatir yah.
obat Nita!” Nita: “Iya Bu, nanti aku usahain
Narasi Nita: Ibu juga sering kali untuk pulang kok ke Solo
merasa kesepian dan terus sesekali.”
menanyakan kedua kakakku yang Ibu: “Bener ya Nit?”
tidak lagi tinggal bersama kami Nita: “Bener Bu, janji!”
4. Scene keempat 5. Scene kelima 6. Scene keenam
Video: Bapak dan Ibu mengantar Video: Bapak dan Ibu mengobrol, Video: Bapak dan Ibu sedang
Nita ke depan rumah. Nita pamit menonton televisi bersama, makan berjalan-jalan di taman, Ibu
kepada Bapak dan Ibunya. Ibu bersama. Setiap hari dilalui berjalan dengan dituntun oleh
sempat lupa dimana Nita akan dengan hanya dengan berdua. Bapak.
bekerja. Ibu, Bapak, dan Nita
Audio: Audio:
berpelukan sebagai tanda
Narasi Nita: Semenjak aku pergi, [Saat sedang mengelilingi taman,
perpisahan.
Ibu selalu menghabiskan waktu Ibu duduk dibangku taman]
Audio: bersama Bapak. Bapak lah yang Ibu: “Ga enak ya pak jadi tua.
Nita: “Pak, Bu, aku pergi dulu ya. selalu ada disamping Ibu ketika Kesehatan kita menurun,
Bapak sama Ibu baik-baik disini. Ibu membutuhkan segala hal. anak-anak juga pada pergi dari
Terus jaga kesehatannya dan rumah. Sekarang kita kesepian
jangan lupa makan. Terus Ibu, berdua doang di rumah.”
obatnya juga jangan lupa Bapak: “Iya Bu, tapi kan hidup
diminum.” terus berjalan, kita semakin tua,
Bapak: “Iya, nanti Bapak ingatkan anak-anak sudah punya kehidupan
Ibu untuk minum obat. Kamu juga sendiri, jadi kita nikmatin aja
baik-baik disana ya Nak.” waktu tua kita.”
Ibu: “Kamu kerja dimana, Nak?” Ibu: “Sebenernya Ibu sedih banget
Bapak: “Di Jakarta, Bu.” ditinggal sama anak-anak kita,
Ibu: “Oh, iya ya. Ibu lupa.” tapi untungnya ada Bapak yang
Nita: “Yaudah, aku pergi dulu ya selalu nemenin Ibu, makasih yaa
Bu. Assalamu’alaikum.” Pak.”
Bapak: “Waalaikumussalam.” Bapak: “Ibu Ibu, kayak baru nikah
Ibu: “Baik-baik ya Nak” kemaren sore aja pake makasih.
Nita: “Iya” Sama-sama Ibu. Ibu mau pulang
apa mau lanjut jalan?”
Ibu: “Pulang aja deh, Pak”
Audio:
[Ibu membolak-balikkan album
foto di pangkuannya. Ibu
tersenyum haru melihat semua
foto-foto yang tersimpan]
[Rani dan Nita mengetuk pintu
kamar Ibu dan membuka pelan
pintunya]
Rani: “Ibu, ayo sudah ditunggu.”
[Rani dan Nita tersenyum, dan
berjalan pelan menghampiri Ibu.
Mereka duduk di sebelah Ibu
yang menatap foto keluarga
mereka]
Rani: “Ibu kangen Bapak, ya?”
Ibu: “Iya… Ibu kangen diomeli
Bapak kalau nggak mau minum
obat.”
[Ketiganya terkekeh]
Nita: “Aku juga, Bu. Aku kangen
saat Bapak jahili Ibu sampe Ibu
kesel.”
[Ibu tertawa kecil. Nita
tersenyum]
Nita: “Bapak itu pahlawan sekali,
ya, Bu? Bapak serba bisa bantu
aku kalau ada masalah apapun.”
Ibu: “Bapak juga pahlawan bagi
Ibu. Bapak jadi alasan Ibu buat
bangkit pas Bapak tiada. Bapak
yang buat Ibu sakit, tapi Bapak
juga jadi penyembuh buat Ibu.”
[Nita tersenyum dan mengelus
pundak Ibu]
Ibu: “Terima kasih juga sama
Rani, Nita, dan Sari, Ibu jadi
punya alasan untuk berjuang.
Terima kasih ya, Nak, sudah sabar
menghadapi Ibu.”
Rani: “Ibu, terima kasih karena
sudah berjuang, sudah berusaha,
dan sudah menerima. Bu, kami
hanya punya Ibu untuk bersandar.
Ini semua kami lakukan karena
rasa sayang kami pada Ibu.”
[Ibu terharu]
Ibu: “Terima kasih, Nak.”
[Berpelukan]
Nita: “Sudah, Bu, jangan sedih.
Itu Kak Sari sudah datang, tuh.”
[Sari masuk ke dalam kamar]
Sari: “Ibu, Sari pulang!”
[Closing Scene]
(Narasi Nita: Ini adalah kisah
kami, kisah Ibu, dan kisah Bapak.
Banyak sekali tantangan,
kesulitan, dan cobaan yang kami
hadapi. Namun, kehadiran kami
saling melengkapi. Kami menjadi
pilar yang menguatkan satu sama
lain. Bapak dan Ibu adalah alasan
utama kami tetap berdiri)
(Narasi Ibu: Saya tidak
terpikirkan akan kata bahagia,
ketika orang yang paling saya
sayangi meninggalkan hidup saya.
Namun, kata bahagia adalah
satu-satunya kata yang dapat saya
katakan sekarang. Kehadiran
anak-anak yang memperhatikan
saya kembali membuat saya dapat
menerima kepergian suami saya
dan mengobati kerinduan saya
padanya. Mereka adalah alasan
saya bertahan ketika saya sudah
hampir menyerah.)
B. TEORI
a) Erik Erikson : Integrity vs Despair
Seorang ibu yang berusia 70 tahun mengalami keputusasaan di masa tuanya karena suaminya yang meninggal dan
anak-anaknya yang tidak lagi tinggal bersamanya.
b) Loneliness (Empty nest)
Loneliness adalah pertanda hilangnya identitas sosial merasa kehilangan atau berkurangnya relasi sosial.
Faktor pengaruh: Ditinggalkan oleh semua anaknya, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, seperti pasangan hidup.
Ibu merasakan kesepian yang disebabkan oleh ketidakhadiran anak-anaknya di rumah, hanya si anak bungsu, dan
ketiadaan sang suami–Bapak–memperparah keadaan Ibu.
c) Tugas Perkembangan Masa Dewasa Akhir
● Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
● Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
● Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu
d) Perkembangan Kognitif
[Pragmatika Kognitif] “Perangkat lunak” berbasis budaya dari pikiran. Meliputi keterampilan membaca, menulis,
pemahaman bacaan karena pengaruh yang kuat dari budaya.
e) Life Expectancy
Perbedaan Gender: Wanita hidup lebih lama dari pria, karena beberapa faktor, seperti gaya hidup
f) Kehidupan Pernikahan
● Kebanyakan merasa puas dengan pernikahan, khususnya wanita
● Kaburnya peran gender di masa lansia lansia, laki-laki menjadi less masculine/more feminine
g) Religiusitas
Berdoa dan meditasi menurunkan insiden kematian pada orang-orang lanjut usia karena dapat mengurangi stres dan
mengurangi produksi hormon stres seperti adrenalin. Berkurangnya hormon stress dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh (McCullough dkk, 2000).
C. KONTRIBUSI ANGGOTA