Anda di halaman 1dari 24

Analisis Drama "Pada Suatu Hari" karya Arifin C.

Noer

1.      SINOPSIS
sepasang suami istri yang sudah memasuki masa tua dan baru saja menggelar acara ulang
tahun pernikahan mereka. Sejak muda mereka selalu bahagia dan selalu menjadi pasangan yang
romantis hingga pada masa tua. Sampai di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun
mereka. Si kakek ingin mendengarkan si nenek menyanyi, karena dahulunya si nenek jago
menyanyi, kakek ingin mendengarkan suara si nenek. Tak lama kemudian datang seorang janda
seksi (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman pasangan tua itu (nenek dan kakek), nyonya
Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek karena tidak
bisa hadir diacara yang mereka gelar itu. Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang
nenek tahu nyonya Wenas tidak diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang
tahun pernikahan mereka. Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi
penyebab utama kemarahan nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang merasa kesal,
bertambah kesal karena seketika Joni (pembantu rumah tangga) memberikan minuman susu
dingin yang diketahui bahwa minuman itu adalah kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang,
nenek saat itu juga meminta bercerai kepada kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar
dimaafkan dan agar nenek menarik kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang
telah dilontarkannya.
Nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba datang Nita (anak tertua nenek dan
kakek) berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya terdiam mendengan dan melihat
pertengkaran nenek dan kakek. Dan Novia adik Nita datang dengan membawa pakaian-
pakaiannya. Novia yang ternyata juga sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita) karena
cemburu berlebih kepada pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya rusak.
Nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara tiba-tiba, dan memikirkan
kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak ada masalah apapun nenek menasehati
Novia agar tidak bercerai dengan kakek. Akhirnya masalah di antara nenek dan kakek terhapus
begitu saja karena anaknya Novia. Dan di akhir cerita, anak-anak novia di bawa pergi oleh vita
ketika anak-anaknya sedang bermain di kolam bersama Joni.
2.      Flot
a.      Eksposisi
Cerita ini di awali dengan kisah nenek dan kakek yang sedang saling memandang di mulai dari
mereka seperti sepasang kekasih, menjadi pengantin dengan berlatar di sofa ruang tamu
rumahnya. Dengan bukti dialog sebagai berikut :
Kakek     : Sekarang kau nyanyi.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek     : Seperti dulu.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek     :Nyanyi seperti dulu.
Nenek     : Malu
Kakek     : Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek    : Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek     : Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah
mengejek kau lagi.
Nenek    : Saya tidak mau menyanyi.
Kakek     : Kapanpun?
Nenek    : Kapanpun.
Kakek     : Juga untuk saya.
Nenek    : Juga untuk kau.
Kakek     : Sama sekali?
Nenek    : Sama sekali.

b.      Komplikasi
Awal permasalahan dimulai ketika Nyonya Wenas datang berkunjung ke rumah nenek dan kakek
yang membuat nenek merasa cemburu dan marah kepada kakek. Sampai nenek memutuskan
untuk ingin bercerai dengan kakek.
                                Pesuruh :               Ada tamu, nyonya besar.
                                Nenek    :               Siapa?
                                Pesuruh  :               Nyonya Wenas, nyonya.
 Nenek    :               (Melirik pada Kakek) Nyonya janda itu (kepada pesuruh)
Sebentar saya kedepan.
                                Pesuruh exit.
                                Nenek    :               Kau surati dia?
                                Kakek    :               Tidak.
                                Nenek    :               Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
                                Kakek    :               Saya tidak tahu.
                                Nenek    :               Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
                               
c.       Klimaks
Puncak masalah terjadi ketika anak-anak kakek dan nenek datang berkunjung untuk
mengutarakan masalahnya. Terutama Novia anak kedua nenek dan kakek yang menceritakan
keluh kesahnya dan ingin bercerai dengan Vita suaminya. Pada saat itu masalah semakin rumit.
Kakek       : Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal
Ibumu.
Novia        : Pak…..
Kakek       : Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia        : Anak-anak.
Kakek       : Mana mereka?
Novia        : Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek       :(Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau
kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan
berlarut-larut.
Novia        : Soal apa pak?
Nita          : Ibu Purik. Ibu marah.
Novia        : Kenapa?
Kakek       : Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak
bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman
kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia        : Bapak tidak mau mengalah?
Kakek       : Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah
malah.
Novia        : Buang saja kaktus itu.
Nita          : Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek       : Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumucemburu dan
minta cerai.
Novia        : Minta cerai?
Kakek       : Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga
diselesaikan surat-suratnya.
Novia        : Ibu?
Nita          : Ya, seperti kau sekarang.
Kakek       : Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai?
Dari siapa?
Nita          : Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek       : Kau dan ibumu memang satu jiwa.
D.    Penyelesaian
Ketika Novia berkata bahwa Novia akan meminta cerai kepada Vita, saat itu nenek
tersadar bahwa bercerai adalah bukan hal yang baik. Maka dari itu, nenek mengingatkan Novia
untuk tidak mengambil keputusan secara mendadak dan menarik kembali apa yang
dikatakannya. Seketika itu pula, Novia mulai tersadar. Bahwa masih ada anaknya yang harus
diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
Nenek       :Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau
kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita          :Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta
sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek       :Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang
dibenihkan setan cemburu.
Kakek       :Apa kira surat talak itu cek?
Nenek       :Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia,
tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek       :Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa
sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek       :Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek       :Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam?
Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek       :Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek       :Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek       :Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek       :Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia
bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek       :Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita
yang manjur.
Kakek       :Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan
tenang.
Nita          :Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia
dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan
itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya
dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?

E.     KataStrope
Katastrope cerita dalam drama ini berakhir sedih dan meninggalkan tanda tanya besar,
sebab suami novia belum menghadap kakek dan nenek tentang masalah perceraiannya dengan
novia.
3.      Tokoh dan Penokohan
a.       Kakek                                : Kakek dalam cerita ini adalah sebagai tokoh utama yang memiliki
sifat bijak, penyayang dan sulit ditebak. Terlihat ketika Nyonya Wenas datang berkunjung dan
terdapat beberapa rahasia yang masih disimpan oleh kakek.
b.      Nenek                                : terdapat dua tokoh utama yang saya dapati dalam cerpen ini. Nenek
sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pencemburu, bijak, juga penyayang terhadap anak-
anaknya.
c.       Nyonya Wenas                  : Tokoh nyonya Wenas sebagai pemeran pengganggu di sini, sangat
bisa membuat konflik di antara kakek dan nenek. Tidak begitu banyak karakter nyonya Wenas
yang saya dapat dari keterbacaan saya karena nyonya Wenas hanya ditunjukan pada beberapa
sekuen untuk menimbulkan konflik. Namun, di sana terlihat nyonya Wenas yang sedikit centil
mungkin dikarenakan nyonya Wenas adalah janda dan mantan kekasih kakek juga.
d.      Novia                                : Anak kedua nenek dan kakek ini sifatnya tidak jauh dengan nenek
(ibunya), Novia terlalu cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi
setelahnya. Tetapi Novia juga memiliki sifat yang penyayang.
e.       Nita                                   : Nita tidak jauh halnya dengan ayahnya, Nita memiliki sifat yang
bijak. Karena Nita hanya pemeran pembantu, karakter Nita hanya sedikit yang ditunjukkan.
f.       Pesuruh                             : amanat, jujur dan lalai
g.      Arba, Sopir                        : amanat dan jujur
4.      Dialog
Kakek dan nenek mempunyai konflik setelah nyonya wenas datang ke acara ulang tahun
pernikahan mereka. Karena si kakek membahas masa lalaunya dengan nyonya wenas.
Kakek                   :Kenapa kau diam begitu?
Nenek                   : diam saja.
Kakek                   : Kenapa kau begitu diam?
Nenek                   : Kau juga begitu.
Kakek                   :Kenapa?
Nenek                   : Kau juga kenapa?
Kakek                   : Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan
kata-kata seru.
Nenek                   : Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-
bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.
Kakek                   : Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya
hubungan percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil
menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga
tokoh itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek                   : Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau
bahkan sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman
kesukaannya begitu dia datang.
Kakek                   : Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek                   : Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda
itu datang.
Kakek                   : Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek                   :Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi
ketika kau menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
5.      Latar/setting
Tempat          : Latar tempat yang digunakan pada cerita pendek tersebut adalah
bertempat di sebuah ruang tamu rumah
Waktu           : Sedangkan, latar waktu tidak begitu tampak sehingga saya tidak
begitu tahu latar waktu yang dipakai. Tapi menurut pemikiran saya waktu yang dipakai adalah
pada siang hari pada hari libur.
Suasana         : Terdapat suasana keceriaan dan kebahagiaan ketika nenek dan
kakek sedang bercengkrama di ruang tamu rumahnya pada awal cerita. Kemudian suasana itu
seketika menjadi berubah pada saat Nyonya Wenas hadir di rumah mereka, suasana menjadi
sangat dingin terlihat beberapa kekesalan pada diri nenek, sehingga membuat nenek ingin
bercerai dari kakek.
6.      Tema 
Tema Pokok                : Kekeluargaan
Tema Penunjang          :

7.      Amanat
Drama yang diciptakan Arifin ini sangat mempunyai pesan moral yang tinggi, menyikapi
banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi dewasa ini yang  didasari oleh perasaan cemburu,
hal sepele yang tentunya tidak perlu lagi ada dalam kalimat rumahtangga. Banyak asumsi yang
mengatakan, bahwa sebuah pernikahan ibarat seperti sebuah mainan saja oleh sebagian besar
orang yang tentunya tidak memiliki keseriusan dalam menjalani bahtera rumah tangganya. Peran
seorang saudara atau orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah pernikahan, namun
apakah yang terjadi jika tidak ada orang tua atau pun saudara? Apakah perceraian akan tetap
terjadi.
Kuncinya adalah pada diri kita, sebagai manusia tentu bersinggungan dengan orang jelas
terjadi, namun bagai mana kita menyikapi akan hal yang tentunya tidak perlu kita rasakan
kepada orang-orang yang kita sayangi. Pikirkan lah dalam segalah hal yang akan terjadi jika
sebuah perceraian terjadi, terlebih jika dalam rumah tangga itu telah memiliki  anak yan tidak
tahu pasti tentang masalah yang dialami kedua orang tuanya. Beban psikis tentunya akan benar –
benar dirasakan oleh anak walau secara fisik mereka tidak memperlihatkan itu semua. Yang
paling serius adalah sebuah tindakan yang tidak tepat saat memilih jalan.
8.      Interpretasi kehidupan
Berdasarkan hasil analisis saya, drama ini sangant menginterpretasikan keh
TEMA : Kekeluargaan
PARA TOKOH DAN PENOKOHAN:
Nenek             : pencemburu, penyindir, penasehat, romantis dan keras kepala.
         “Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.”
         “Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.”
         “Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.”
         “Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.”
         “Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua (Menangis)
Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya begitu dia datang.”
         “Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.”
Kakek             : jujur, penasehat, dan romantis
         “Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya selalu mengkhayalkan adegan
ciuman secara amat terperinci.”
         “Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal kepada nyonya itu.”
         “Katakan bidadariku apa yang……..”
Pesuruh          : amanat, jujur dan lalai
         “Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya
datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.”
         “Terus terang sudah dua kali, nyonya.”
         “Ayo lita nonton ikan.”
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.
Janda, NyonyaWenas           : Penyindir dan penggoda
         “Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya juga ikut sakit. Saya agak
senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.”
         “Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.”
Arba, Sopir    : amanat dan jujur
         munculSopirArbamembawabeberapakoperdantasmeletakkan di sana, tidak lama
kemudianmunculNoviadengananak-anaknya, MelidanFeri.
         “Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui
saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri pulang.”
Novia              : pencemburu, berburuk sangka dan keras kepala
         “Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.”
         “Ibu, saya cemburu.”
         “Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan saya    melihat tingkah
Vita terhadap pasiennya yang pura-pura sakit itu.?”
Nita                 : penasehat
         “Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu
yang lucu itu. Meli dan Feri.”
         “Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak
sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau
minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujur sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-
prasangkamu sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan
perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?”
Meli    
Feri    
Vita
Icih     

AMANAT
Drama yang diciptakan Arifin ini sangat mempunyai pesan moral yang tinggi, menyikapi
banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi dewasa ini yang  didasari oleh perasaan cemburu,
hal sepele yang tentunya tidak perlu lagi ada dalam kalimat rumahtangga. Banyak asumsi yang
mengatakan, bahwa sebuah pernikahan ibarat seperti sebuah mainan saja oleh sebagian besar
orang yang tentunya tidak memiliki keseriusan dalam menjalani bahtera rumah tangganya. Peran
seorang saudara atau orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah pernikahan, namun
apakah yang terjadi jika tidak ada orang tua atau pun saudara? Apakah perceraian akan tetap
terjadi.
Kuncinya adalah pada diri kita, sebagai manusia tentu bersinggungan dengan orang jelas
terjadi, namun bagai mana kita menyikapi akan hal yang tentunya tidak perlu kita rasakan
kepada orang-orang yang kita sayangi. Pikirkan lah dalam segalah hal yang akan terjadi jika
sebuah perceraian terjadi, terlebih jika dalam rumah tangga itu telah memiliki  anak yan tidak
tahu pasti tentang masalah yang dialami kedua orang tuanya. Beban psikis tentunya akan benar –
benar dirasakan oleh anak walau secara fisik mereka tidak memperlihatkan itu semua. Yang
paling serius adalah sebuah tindakan yang tidak tepat saat memilih jalan.
Dari hari demi hari perceraian banyak terjadi, mulai dari rasa cemburu yang belum tentu
kebenarannya, dengan emosi saat menyelesaikan, yang ada hanyalah saling baku lontar
kejelekan pasangan, lalu bagai mana dengan ucapan-ucapan manis mereka sebelum menikah?
Apakah mereka akan menjilat lagi itu semua. Setidaknya bukan hanya diperuntukan bagi yang
sudah menikah saja. Kita yang belum menikah tentunya bisa menjadi modal dasar kita untuk
lebih siap dan hati-hati dalam memilih seorang pasangan hidup. Tidak hanya manis dimuka, tapi
cobalah menjadikan hidupmu manis disetiap waktuanya. Agar kata-kata perceraian tidak lagi
terucap di kemuadian hari.
Jika kita mengintip kisah cinta di novel yang dimana didalamnya terdapat sebuah cinta
yang begitu setianya hingga melahirkan keluarga yang begitu bahagia, alangkah indahnya dan
bahagia kita melihat itu, tidakkah kita ingin seperti dalam cerita itu? Menjalani hidup dengan
perasaan saling percaya, hingga maut yang memisahkan keduanya.
Pengarang mengharapkan adanya kesadaran dari individu tentang cara untuk menanggapi
sebuah permasalahan dalam rumah tangga, harus dengan pemikiran yang mantap sebelum
memutuskan suatu keputusan, kita dilatih menahan sebuah emosi dalam menyelesaikan
persoalan. Banyak dari sebuah hubungan termasuk dalam rumah tangga yang mengalami
kebuntuan dalam memecahkan masalahnya,

Biografi  ARIFIN C. NOER

Arifin C. Noer Lahir tanggal 10 maret 1941, dari keluarga tukang sate di Cierbon, Jawa
Barat. Ia meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta. Slah seorang Sutradara Teater
terkemuka ini juga handal sebagai penulis drama. Karya-karya monumentalnya seperti :  Kapai-
kapai, Sumur Tanpa Dasar, Mega-mega, Dalam bayangan Tuhan dan lain-lain, banyak
dipentaskan oleh berbagai kelompok Teater, baik di dalam maupun di luar Negri. Kariernya
sebagai penulis lakon dimulai sejak menjadi mahasiswa di Surakarta. Ketika itu ia aktif dalam
group Teater Muslim pimpinan Muhamad Dipenogoro, dan ia pun dikenal pernah bergabung
dengan Rendra.
Sebagai penulis naskah dan sutradara Teater, Arifin merupakan fenomena yang menarik
dalam khasanah perkembangan teater modernIndonesia. Selain giat mengembangkan apa apa
yang disebutnya teater eksperimental, Arifin juga menjadikan kekayaan teater tradisi Indonesia
sebagai sumber kreativitas. Maka, tak ayal banyak pengamat yang mengatakan bahwa teater
Arifin adalah teater modern Indonesia yang meng- Indonesia.

Dunia film mulai dirintisnya dengan menjadi suradara film yang Suci Sang Primadonna
pada tahun 1977, setelah sebelumnya ia dikenal sebagai penulis skenario. Dengan modal bakat
menyutradarai dan menulis naskah yang luar biasa, dunia Filmpun memberi prestasi dengan
menyabet piala Citra diantaranya lewat Film : Taxi dan Serangan Fajar. Film-filmnya, selain
menarik secara tematik dan artistik juga ada yang sangat digemari masyarakat, yaitu :
Pemberontakan G. 30. S. PKI dan Taxi. Adapun Film-filmnya yang lain adalah: Yuyun Pasien
Rumah Sakit Jiwa, Harmonikaku, Biarkan Bulan Itu, Bibir Mer dan sinetron antara lain : Sebuah
Pintu Sebuah Kalbu, Bulan Dalam Baskom dan Keris.

Selain sebagai penulis naskah dan sutradara teater dalam film, Arifin C. Noer adalah
pendiri Teater Ketjil, pemikir kesenian dan sarjana sosial. Ia menerima SEA Writer Award dari
Thailand serta menjadi penceramah dan memberikan workshop teater di dalam maupun luar
negri. Pada tahun 1972, ia menerima anugerah seni dari pemerintah Republik Indonesia.

ANALISIS NASKAH DRAMA PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C NOOR

1.      Sinopsis
Cerpen ini bercerita tentang sepasang suami istri yang sudah memasuki masa tua dan
baru saja menggelar acara ulang tahun pernikahan mereka. Sejak muda sampai saat itu mereka
selalu bahagia dan selalu menjadi pasangan yang romantis. Sampai di suatu hari setelah
tergelarnya acara ulang tahun mereka. Datang seorang janda seksi (Nyonya Wenas) berkunjung
ke kediaman pasangan tua itu (nenek dan kakek), nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud
untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar
itu. Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas tidak
diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan mereka. Nyonya
Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi penyebab utama kemarahan nenek
kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni
(pembantu rumah tangga) memberikan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman itu
adalah kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, nenek saat itu juga meminta bercerai
kepada kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar dimaafkan dan agar nenek menarik
kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang telah dilontarkannya.
Nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba datang Nita (anak tertua nenek dan
kakek) berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya terdiam mendengan dan melihat
pertengkaran nenek dan kakek. Dan Novia adik Nita datang dengan membawa pakaian-
pakaiannya. Novia yang ternyata juga sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita) karena
cemburu berlebih kepada pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya rusak.
Nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara tiba-tiba, dan memikirkan
kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak ada masalah apapun nenek menasehati
Novia agar tidak bercerai dengan kakek. Akhirnya masalah di antara nenek dan kakek terhapus
begitu saja karena anaknya Novia. Dan di akhir cerita, anak-anak novia di bawa pergi oleh vita
ketika anak-anaknya sedang bermain di kolam bersama Joni.

2.      Alur
Alur yang disajikan pada cerpen Pada Suatu Hari ini bersifat maju. Karena, terlihat di
awal cerita yang menceritakan nenek dan kakek ketika masih muda, lalu menikah, mempunyai
anak, lalu tua. Hingga akhirnya menceritakan masalah yang ada dalam keluarga mereka sampai
datang masalah baru dengan anaknya Novia.
3.      Struktur Dramatik
a.      Eksposisi
Cerita ini di awali dengan kisah nenek dan kakek yang sedang saling memandang di
mulai dari mereka seperti sepasang kekasi, menjadi pengantin dengan berlatar di sofa ruang tamu
rumahnya.
b.      Komplikasi
Awal permasalahan dimulai ketika Nyonya Wenas datang berkunjung ke rumah nenek
dan kakek yang membuat nenek merasa cemburu dan marah kepada kakek. Sampai nenek
memutuskan untuk ingin bercerai dengan kakek.
c.       Klimaks
Puncak masalah terjadi ketika anak-anak kakek dan nenek datang berkunjung untuk
mengutarakan masalahnya. Terutama Novia anak kedua nenek dan kakek yang menceritakan
keluh kesahnya dan ingin bercerai dengan Vita suaminya. Pada saat itu masalah semakin rumit.
d.      Resolusi
Ketika Novia berkata bahwa Novia akan meminta cerai kepada Vita, saat itu nenek
tersadar bahwa bercerai adalah bukan hal yang baik. Maka dari itu, nenek mengingatkan Novia
untuk tidak mengambil keputusan secara mendadak dan menarik kembali apa yang
dikatakannya. Seketika itu pula, Novia mulai tersadar. Bahwa masih ada anaknya yang harus
diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
e.       Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari cerpen ini adalah kisah cinta nenek dan kakek
yang tak terpisahkan sekalipun sudah beberapa kali cobaan menghampiri rumah tangga mereka.
Nenek dan Kakek yang selalu memikirkan keadaan anak-anak dan cucunya.
4.      Tokoh Cerita / Karakter
Pada cerita pendek tersebut terdapat beberapa tokoh di antaranya:
a.      Kakek                    : menurut keterbacaan saya, Kakek dalam cerpen ini adalah
sebagai tokoh utama yang memiliki sifat bijak, penyayang dan sulit ditebak. Terlihat ketika
Nyonya Wenas datang berkunjung dan terdapat beberapa rahasia yang masih disimpan oleh
kakek.
b.      Nenek                    : terdapat dua tokoh utama yang saya dapati dalam cerpen ini.
Nenek sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pencemburu, bijak, juga penyayang terhadap
anak-anaknya.
c.       Nyonya Wenas        : Tokoh nyonya Wenas sebagai pemeran pengganggu di sini,
sangat bisa membuat konflik di antara kakek dan nenek. Tidak begitu banyak karakter nyonya
Wenas yang saya dapat dari keterbacaan saya karena nyonya Wenas hanya ditunjukan pada
beberapa sekuen untuk menimbulkan konflik. Namun, di sana terlihat nyonya Wenas yang
sedikit centil mungkin dikarenakan nyonya Wenas adalah janda dan mantan kekasih kakek juga.
d.      Novia                     : Anak kedua nenek dan kakek ini sifatnya tidak jauh dengan
nenek (ibunya), Novia terlalu cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan apa yang akan
terjadi setelahnya. Tetapi Novia juga memiliki sifat yang penyayang.
e.       Nita                       : Nita tidak jauh halnya dengan ayahnya, Nita memiliki sifat
yang bijak. Karena Nita hanya pemeran pembantu, karakter Nita hanya sedikit yang ditunjukkan.
5.      Bahasa
Bahasa yang digunakan pada cerpen Pada Suatu Hari ini menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti mungkin karena latar waktu yang dipakai adalah waktu di zaman sekarang.
Sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti makna dari cerpen tersebut.
6.      Tema
Tema pada cerpen ini adalah tentang kekeluargaan. Bagaimana kisah sebuah keluarga
yang saling membantu satu sama lain, dan pasangan nenek dan kakek yang tetap romantis
sekalipun banyak kaktus yang menghampiri pernikahan mereka.
7.      Dorongan / Motivasi
Ada beberapa dorongan moral yang terdapat pada cerita ini, diantaranya adalah
bagaimana kita harus mempertahankan rumah tangga. Karena belakangan ini marak sekali
terjadinya perceraian hanya karena hal sepele. Banyak pasangan yang mempermaikan
pernikahan. Selain itu, cerpen ini juga memberikan motivasi kepada kita selaku pembaca untuk
berbicara baik dan sopan terhadap orang tua. Belakangan ini banyak sekali anak yang sudah
tidak melihat tempat pada siapa ia berbicara, karena termakan oleh sinetron-sinetron picisan
yang bisa merusak moral dan tata bahasa generasi muda sekarang.

8.      Latar
Latar tempat yang digunakan pada cerita pendek tersebut adalah bertempat di sebuah
ruang tamu rumah. Sedangkan, latar waktu tidak begitu tampak sehingga saya tidak begitu tahu
latar waktu yang dipakai. Tapi menurut pemikiran saya waktu yang dipakai adalah pada siang
hari pada hari libur. Banyak suasana tercipta pada cerpen tersebut. Terdapat suasana keceriaan
dan kebahagiaan ketika nenek dan kakek sedang bercengkrama di ruang tamu rumahnya pada
awal cerita. Kemudian suasana itu seketika menjadi berubah pada saat Nyonya Wenas hadir di
rumah mereka, suasana menjadi sangat dingin terlihat beberapa kekesalan pada diri nenek,
sehingga membuat nenek ingin bercerai dari kakek. Kesedihan diperparah kembali dengan
datangnya Novia yang membawa cerita mengenai rumah tangganya yang diujung tanduk.
Ketegangan terjadi ketika Novia mengetahui kedua anaknya diculik oleh ayahnya sendiri. Di
akhir cerita tidak tampak jelas bagaimana suasana yang ada pada cerita tersebut.
Analisis Dialog Tokoh dan Hubungan Antar Tokoh
 dalam Naskah  Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noor
Sandro Tyas 110212404932

PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Sastra pada dasarnya merupakan jelmaan dari kehidupan nyata manusia.
Memahami satra hampir sama nilainya dengan memahami hidup orang yang melahirkan
sastra. Karya sastra yang dikategorikan menjadi prosa, puisi dan naskah drama mempunyai jiwa
tersendiri dalam aplikasinya. Tidak seperti puisi dan prosa, naskah drama perlu diaplikasikan
bersama orang yang menjadi tokoh lain dalam sebuah pementasan meskipun dalam
kenyataannya ada pementasan naskah drama yang dilakukan sendiri. Sastra dianggap sebagai hal
yang istimewa karena perpaduan imajinasi, kreativitas, kecakapan, pengetahuan, serta wawasan
yang luas.
            Dari ketiga jenis karya sastra ini, drama merupakan karya sastra yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Drama terlahir dari penulis yang terinspirasi oleh realita dari
kehidupan masyarakat sekitar penulis, baik dari pengalaman penulis sendiri maupun pengalaman
orang lain. Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas
berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu seperti dekor,
kostum, rias, lampu, musik, serta disaksikan oleh penonoton.
            Drama yang termasuk sastra modern terbentuk dari beberapa unsur yang saling
berkaitan dan saling mendukung. Unsur-unsur pembentuk drama ada dua, yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Adapun kajian yang menjadi fokus pada makalah ini adalah tentang “Dialog
Antar Tokoh dan Hubungan Antar  Tokoh dalam Naskah Drama Karya Arifin C. Noer”. Hal
penting dilakukannya kajian terhadap unsur-unsur pembentuk drama yaitu untuk mengetahui
pesan yang hendak disampaikan pengarang dalam naskah drama, dan akan terwujud setelah
nantinya menelaah satu persatu unsur drama serta ditariknya kesimpulan dari kajian ini.

Rumusan Masalah
            Makalah ini akan membahas masalah-masalah berkaitan dengan naskah drama
berkaitan dengan dialog tokoh dan karakternya. Berikut rumusan masalah:  
            a. apakah isi naskah drama Pada Suatu Hari?
            b. bagaimana karakter tokoh dilihat dari dialognya?
            c. bagaimana hubungan antar tokoh berdasar dialognya?

Tujuan Penulisan
            Makalah ini diharapkan dapat memberi pengertian pembaca tentang naskah drama
Karya Arifin C. Noer. Secara terperinci, beriut tujuan penulisan makalah ini:
            a. mengetahui isi naskah drama Pada Suatu Hari
            b. mengetahui karakter tokoh dari dialognya
            c. mengetahui hubungan antar tokoh berdasarkan dialognya.

Isi Naskah Drama Pada Suatu Hari

Naskah Drama Pada Suatu Hari ini mengisahkan kehidupan keluarga besar dengan semua
masalahnya. Kecemburuan, kebersamaan, dan saling melengkapi. Secara sederhana pengarang
menggambarkan masalah dalam keluarga menjadi sebuah alur cerita yang menarik untuk di
sajikan dalam sebuah pementasan drama.
Seorang kakek, sekaligus seorang ayah bagi anak an cucunya menyimpan masa lalu yang
tidak bisa disembunyikan bahkan hingga tua, yakni masa lalunya dengan kekasihnya
terdahulu. Masa lalu itu terkenang dengan menyimpan sebuah jenis tanaman kaktus di dalam
kamar mandi keluarga tersebut.  Sementara itu, si nenek yang ingin mengenag masa-masa indah
bersama suaminya tidak dapat terpuaskan karena si kakek tidak bersedia mendendangkan sebuah
lagu untuknya. Gambaran lagu dan penolakan dalam naskah drama ini menunjukkan betapa
adanya penolakan batin dari sepasang kakek-nenek ini semenjak perkenalan hingga saat ini.
Pergolakan bain yang terjadi pada keuanya sukar diakhiri karena sudah erlalu tua untuk
memisahkan diri, ada anggapan dan perasaan tidak enak terhadap anak dan cucunya.
Pertimbangan anak dan cucu menjadikan pasangan ini menyembunyikan masalahnya.
Karakter Tokoh Berdasar Dialognya
            Naskah drama tersusun atas dialog-dialog yang bertujauna mengutarakan
pendapat tokoh dan menentukan jalan cerita. Dalam naskah drama diciptakan tokoh-tokoh
pembawa dialog disertai dengan karakternya, begitupun dengan naskah drama ini dilengkapi
dengan dialog antar tokoh dan monolognya. berikut dialog tokoh dan sifat tokoh dilihat dari
dialognya:
a.       Si Kakek
Tokoh Kakek dalam cerita ini menunjukkan berbagai sifat jika dilihat dari peristiwa yang
menimpanya. Sifat penyayang dan romantis ditunjukkan dari diskripsi dan dialog pertamanya
dengan si nenek seperti berikut:
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu
saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan
pemudi. Setelah mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling
memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin,
malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..

TIGA
Kakek     :   Sekarang kau nyanyi.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek     :   Seperti dulu.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek     : Nyanyi seperti dulu.
Nenek    :   Malu
Kakek     :   Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek    :   Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek     :   Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek    :   Saya tidak mau menyanyi.
Kakek     :   Kapanpun?
Nenek    :   Kapanpun.
Kakek     :   Juga untuk saya.
Nenek    :   Juga untuk kau.
Kakek     :   Sama sekali?
Nenek    :   Sama sekali.

            Penggambaran penyayang dan romantis tersebut dapat dijadiakn bukti sifat si


kakek. namun, sifat tersebut muncul ketika hubungannya dengan si nenek dalam keadaan baik.
Sisi lain si kakek ditunjukkan dengan sifatnya yang tidak tegas, sifat tersebut didasari dari rasa
bersalahnya karena telah membuat isterinya marah. sifat si kakek yang lain yakni tidak mudah
melupakan kenangan masa lalu. sifat ini ditunjukkan dengan menyimpan kaktus masa lalunya di
kakus, mengingat minuman kesukaan mantan kekasihnya dan kebiasaanya menyirami bunga
seperti masa lalu seperti kutipan dialog tokoh lain yakni Wenas yang tak lain adalah masa
lalunya dengan pembantu berikut:

Janda      :   (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh :   Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya
tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda      :   Nanti dulu.
Pesuruh :   Ya, nyonya?
Janda      :   Tuan besar masih suka…
Pesuruh :   Menyirami kaktus?
Janda      :   Ya?
Pesuruh :   Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh bunga sekarang, setiap pagi
dan sore. Memang tengah malam seringkali diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di
dalam kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
b.      Si Nenek
Sifat manja dan tidak mau mengalah kental dengan tokoh si nenek. Hal seperti inilah
yang menjadikan sebuah naskah dialog dan drama menjadi menarik, yakni perpaduan antara
berbagai karakter tokohnya. Sifat manja dan tak mau mengalah si nenek ditunjukkan dari dialog
bersama suaminya berikut:
Nenek    :               Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya
sakit
                                    Nenek     :               Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau
kau tidak mau juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.
                Nenek         :           Kalu begitu, kau tak saya maafkan.

c.       Wenas
Wenas dalam naskah ini berperan sebagai wanita pengganggu, tentu saja sikapnya genit
dan agak manja. Usaha Wenas untuk memengaruhi rumah tangga si kakek berhasil ketika ia
berhasil membuat suasana panas dalam rumah tangga si kakek. sikap genit wenas ditunjukkan
dalam kutipan dialognya sebagai berikut:
Janda      :   Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut, malah sangat amat
lembut. Onda selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga saya kira ia tidak pernah memakai
tanda seru selama hidupnya.
Janda      :   (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Janda      :   Alangkah sejuknya susu panas ini.
Janda      :               Tua dan tidak tua tetap saja ama, kaktus, misalnya.

                Dari kutipan dialog di atas ditunjukkan Wenas berusaha memuji si kakek di


hadapan si nenek dan menggunakan istilah genit dengan tingkah genit pula. Siakpnya yang ingin
memperkeruh suasana dalam keluarga si kakek terlihat ketika ia membahas masalah kaktus yang
sebelumnya diributkan dengan si nenek karena dianggap memanasi hubungan kakek dan nenek.
           
d.      tokoh lain
Dalam naskah ini tokoh lain dianggap sebagai pelengkap peran, berarti hadirnya sebagai
pelengkap jalannya cerita. seperti kedua pembantu si kakek yakni Joni dan Nita tidak ada
penerobosan sifat sebagai pembantu yakni patuh kepada majikannya. Sementaara itu tokoh lain
yakni Novia bersifat seperti ibunya dan  Nita memiliki pemikiran yang lebih dewasa.

2.3 Hubungan Antar Tokoh Berdasar Dialognya


Analisis ini menunjukkan adanya dialog tokoh yang berkaitan dengan karakter. Selain itu
ada kaitannya dialog yang disampaikan tokoh dengan tokoh lain karena setiap lawan bicara
tokoh dianggap memiliki tingkatan yang berbeda. Misalnya, ungkapan seorang majikan terhadap
pembantunya akan berbeda denga ungkapan seorang suami kepada isterinya. Kajian ini lah yang
diharapkan dapat menjadikan pemahaman pembaca mengenai naskah drama ini lebih luas.
Dialog Kakek terhapap Nenek:
Awal adegan dalam naskah drama digambarkan sepasang kakek-nenek bercengkerama
mengenang masa lalu.  Sikap kakek dan nenek dapat dilihat dari cara ucap dan pemulihan kata si
kakek seperti berikut:
Kakek    :   Sekarang kau nyanyi.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek    :   Seperti dulu.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek    : Nyanyi seperti dulu.
Nenek    :   Malu
Kakek    :   Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek    :   Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek    :   Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Kutipan dialog antara kakek dan nenek di atas menunjukkan hubungan manja dan
kerekaan dalam rumah tangga hingga tua. Ajakan si kakek untuk bernyanyi adalah usahanya
untuk mengenang masa lalu bersama isterinya. Sementara tolakan daro isterinya karena merasa
sudah tua dan merasa suaranya tidak sebagus dahulu yang dihina oleh suaminya. Gambaran
hubungan suami-isteri dalam rumah tangga seperti ini banyak dijumpai dalam kehidupan nyata.
Gambaran tersebut merupakan sebuah awal drama, dengan alur maju dan datar pengarang
melukiskan ceritanya sejak awal kebahagiaan danmenyimpan cerita selanjutnya untuk
menumbuhkan imajinasi pembaca.
Selanjutnya, dalam sebuah karya sastra, dalam hal ini drama terdapat konflik permulaan
yang mendasari masalah dalam sebuah naskah. Ditunjukkan dengan sikap kakek terhadap nenek
dan sebaliknya.
Kakek    :   Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau
menyanyi.
Nenek    :   Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada
gunanya. Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek    :   Mati saya tidak bahagia karena kau tidak maumenyanyi. Ini memang salah
saya. Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti bahwa saya memang sangat memainkan kau,
tentu kau bisa memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya akan
menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang menyanyikan sebuah lagu di telinga
saya.
            Proses masuknya masalah dalam naskah drama secara halus oleh pengarang unuk
memperindah karya tulis. Hal ini diperlukan agar merangsang pembaca untuk mengalir
mengikuti gaya tulisannya. Berawal dari dialog yang menunjukkan kemesraan hubungan suami-
isteri dilanjutkan dengan sedikit adu argumen dari kedua tokoh. “Kau kejam. Saya sangat sedih.
Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau menyanyi”. Perkataan si kakek tersebut sebenarnya
adalah bujukan kepada si nenek untuk menyanyikan sebuah lagu. Namun, si nenek yang jengah
dengan bujukan tersebut marah dan menunjukkan emosinya dengan mengulass masa lalu si
kakek dengan wanita lain. Akhirnya, si kakek mengalah dan menyanyikan sebait lagu untuk
meredam kemarahan si nenek. Dari gambaran tersebut ditarik pengetahuan bahwa ternyata si
kaket mudah merasa bersalah, sementara si nenek bersikap manja kepada suaminya.
            Sikap terhadap tokoh lain semacam ini tentunya tergantung pada timbal balik
tokoh kepada tokoh lain. Misalnya saja dalam kehidupan sehari-hari kita akan bersikap ramah
ika sedang berbahagia dan sebaliknya, atau kita akan bersikap tidak baik jika orang lain tidak
baik terhadap kita. Gambaran sederhana seperti itulah yang diluruskan dan ditekankan agar
pembaca naskah maupun pementas drama mudah mengimajinasikannya. Untuk mengetahui hal
tersebut dalam naskah,
berikut kutipan konflik antara si kakek dan nenek dan karakternya ketika sedang
berkonflik:
                                Pesuruh :               Ada tamu, nyonya besar.
                                Nenek    :               Siapa?
                                Pesuruh  :               Nyonya Wenas, nyonya.
                                Nenek    :               (Melirik pada Kakek) Nyonya janda itu (kepada
pesuruh) Sebentar saya ke                                    depan.
                                Pesuruh exit.
                                Nenek    :               Kau surati dia?
                                Kakek    :               Tidak.
                                Nenek    :               Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang
pesta kita?
                                Kakek    :               Saya tidak tahu.
                                Nenek    :               Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
                               
                                Ketika pesuruh memberitahu bahwa ada tamu, sikap si nenek
terhadap pesuruh berbeda dengan sikapnya kepada si kakek. Dengan melontarkan pertanyaan
/siapa?/ menunjukkan bahwa bahasa dan intonasi yang berbeda dalam sebuah drama menentukan
tingkatannya. Kalimat tanya tersebut tentunya diucapkan dengan intonasi berbeda jika si nenek
berbicara dengan orang yang berbeda pula. Lalu, nampak jawaban pesuruh / Nyonya Wenas,
nyonya / menunjukkan rasa hormat terhadap majikannya. Konflik sesungguhnya muncul ketika
si nenek mengetahui bahwa yang datang adalah Wenas, masa lalu si kakek. Timbullah rasa
cemburu dan dianggap mengganggu pesta berduanya. Si nenek keluar dan mengatakan bahwa ia
sakit merupakan luapan amarah dan rasa ingin diperhatikan karena cintanya terhadap si kakek
yang tidak ingin didekati oleh wanita lain.

                        Nenek    :Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami saya


juga heran                                      kenapa nyonya tidak datang kemudian.
                                Janda     :Kami sakit.
                                Nenek    :Kami? Maksud nyonya….
                                Janda     :Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing
saya juga ikut sakit. Saya agak         senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak
parah sakitnya.
                                Nenek    :Kasihan. Sayang. (Heran suaminya tidak ada). Dimana kau?
Dia tadi disini. Sebentar,   nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)

            Sikap nenek terhadap Wenas ditunjukkan dengan sopan sekalipun dengan


perasaan marah dan cemburu. Ungkapan sopan tersebut telihat dibuat buat untuk menutupi
perasaan cemburunya. Terkadang naluri tersebut muncul dalam perasaan manusia ketika harus
marah namun harus tampak menyenangkan. Ungkapan kemarahan yang tersembunyi si nenek
tertuang ketika memenggil suaminya dengan kata /kau/ dan /onda/.
            Tokoh lain dalam naskah drama yakni Wenas, pesuruh, Nita, Bustami, dan Novia
dalam naskah ini menerik untuk dikaji satu per satu.  Wenas, si janda yang dianggap
mengganggu bersikap manja kepada suami orang. Hal inilah yang menjadikan timbal balik sikap
orang lain terhadap sikapnya. Sikap manja si janda kepada suami si nenek didasari masa lalunya
yang tidak bisa dilupakannya. Dibuktikan dengan pertanyaan si janda kepada pesuruh dalam
rumah tersebut seperti berikut:
                       
                                Janda     :               Siapa yang memilih minuman ini?
                                Pesuruh  :               Saya sendiri, nyonya, kenapa?
                                Janda     :               Ini memang kesukaan saya.
                               
                                Janda     :               (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu
saya suka minuman ini?
                                Pesuruh  :               Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya
kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat
minum nyonya.
                               
                                Janda     :               Tuan besar masih suka…
                                Pesuruh  :               Menyirami kaktus?
                                Janda     :               Ya?
                                Pesuruh  :               Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh
bunga sekarang, setiap pagi dan sore. Memang tengah malam seringkali diam-diam ia menyirami
kaktus yang ditaruh di dalam kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
                               
               
            Pesuruh yang membuatkan minuman kesukaan Wenas mengetahui minuman
kesukaannya karena tuannya sering menceritakan hal tersebut kepada pembantunya. Dari sinilah
terbukti adanya hubungan tersembunyi yang disembunyikan si kakek kepada isterinya.
Sementara, dari dialog di atas terbukti bahwa kaktus pemberian Wenas masih dipelihara dengan
baik oleh si kakek. Benih-benih konflik halus seperti ini dijelaskan dengan halus sehingga tak
kentara oleh pembaca jika tidak dianalisis dengan cermat.
            Selain hal di atas, penulis menunjukkan mula permasalahan pada diri Wenas.
Kedatangan Wenas ke rumah pasangan suami-isteri tersebut tidak lain adalah untuk mengusik
ketenangan hubungan rumah tangga yang baru saja menunaikan pesta perkawinan. kejadian
tersebut dibuktikan dari kutipan satu kalimat monolog  dari Wenas sebagai berikut:
                        Sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi dirinya.
                                Janda      :               Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?

            Ada hal menarik dalam naskah drama ini, yakni trik pura-pura lupa yang
dilakukan oleh si kekek ketika ditemukan dengan Wenas. Penulis bukan, tanpa maksud
menengahkan masalah ini dalam naskah, tujuannya adalah menunjukkan adanya hubungan masa
lalu antara si kakek dengan Wenas yang tersembunyi. Masa lalu keduanya dilampirkan tersirat
untuk selanjutnya menentukan jalan cerita naskah drama. Contoh kutipan amnesia sesaat si
kakek:
                        Nenek    :               Selamat datang, nyonya.
                                Janda      :               Selamat atas….
                                Kakek     :               Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
                                Nenek    :               Kau pelupa benar.
                                Kakek     :               Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya
Mangandaralam.
                                Nenek    :               Sayang, ini nyonya Wenas.
                                Kakek     :               Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami
nyonya?
            Langkah masalah selanjutnya dikisahkan dengan perang bisu antara si kakek dan
nenek. Lantaran si nenek cemburu tak tertolong. Si kakek berusaha membujuk agar melupakan
masalah segala masalah dirinya dengan Wenas. Dalam naskah ini kecemburuan si nenek
terlupakan oleh masalah yang timbul dari anaknya, Novia yang mengalami masalah sama dengan
hubungan si kakek-nenek. Novia tidak betah hidup bersama suaminya yang seorang dokter dan
dianggap kerap bermesraan dengan pasian yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya.
Berawal dari masalah inilah perteangkaran si kakek dan nenek mereda, bahkan keduanya
menasehati anaknya untuk tidak bercerai dan memikirkan kedua anaknya. Secara tidak langsung
si kakek dan nenek merasa tertohok dengan kejadian tersebut. Kemarahan Novia dan itikadnya
untuk menceraikan suaminya mirip dengan peristiwa yang dialaminya. Si nenek berpikir bahwa
ia masih memunyai orang tersayang yang hidup disampingnya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pasangan tersebut yakni untuk mempertahankan
keutuhan rumah tangga tidak mudah, namun untuk melepaskan sebuah jalinan keluarga juga
memerlukan pertimbangan kanan dan kiri. fenomena kawin-cerai ayng populer di kalangan artis
saat ini dijadikan contoh oleh masyarakat laus, sehinggaa tanpa pikir panjang sebuah hubungan
rumah tangga dapat dipisahkan hanya karena massalah sepele dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai