Anda di halaman 1dari 9

Naskah Roleplay Keperawatan Gerontik Immobilisasi dan Instabilisasi

Peran :
Mbah Wiranda (Lansia 1) : Wiranda R. D. P
Perawat 1 : Salsabilla Raisya Nugrahanti
Perawat 2 : Farid Enggal Dwiyanto
Perawat 3 : Neiska Galuh M. W.
Ny. Ana : Nia Ramadhani
Mbah Linda (Lansia 2) : Linda Masruroh
Mbah Citra (Lansia 2) : Citra Alifianti

Mbah Wiranda (68 tahun) tinggal di perumahan indah raya bersama 2 anak
perempuannya. Namun, anak kedua Mbah Wiranda berada di luar pulau untuk
bekerja, dan sekarang Mbah Wiranda hanya tinggal bersama anak pertamanya.
Mbah Wiranda saat ini tidak dapat menggerakan kedua kakinya, sehingga lebih
banyak bedrest daripada beraktivitas. Untuk melakukan ADL Mbah Wiranda
terkadang mengalami kesusahan, sehingga anak pertama Mbah Hutami harus
membantu merawat MbahWiranda.

Stage 1
Selama 4 bulan terakhir Mbah Wiranda tidak dapat menggerakan kedua kakinya
yang menjadikan Mbah Wiranda lebih banyak bedrest daripada beraktivitas
seperti biasanya.
Pagi hari di kediaman Mbah Hutami.
Mbah Wiranda : “nak,……nak,……”
Ny. Nia : “iya bu, sebentar saya sedang nyiapin barang buat ke kantor,
bentar aja.
Mbah Hutami pun memanggil lagi..
Mbah Wiranda : “Nduk..nduk..Tolong jikuk’e Ngombe nduk, ibu ngelak
banget kie.”
Ny Nia : “Inggih bu… sekedap maleh nggih, niki sekedap maleh
rampung.”
Mbah Wiranda : “Cepetan nduk, Ibu wes ngelak banget… “
Ny Nia : “Injih bu, sabar sebentar aja masa gak bisa, sekedap mawon.”

Mbah Wiranda mencoba meraih gelas yang berada di meja, di samping tempat
tidurnya. Dan tiba – tiba terdengar suara. Pyaaaarrrrr……
Ny Nia : (tergopoh – gopoh mendekati asal sumber)
“Astagfirullah Ibu, Ibu itu kan saya sudah bilang tunggu
sebentar, kok gag sabar sih. Akhirnya kulo maleh kan seng
repot.”
Mbah Wiranda : “Maaf nak, Ibu selalu nyusahin awakmu.”
Ny Nia : “Udah – udah gak usah minta maaf bu, sampun ngunjuk nopo
dereng wau?”
Mbah Wiranda : “Durung nak”.
Ny. Nia : “Yowis ini ibu ndang ngunjuk dulu tak bantu, habis ini kulo
tak bersihin pecahan gelasnya”.
Ny. Nia membersihkan pecahan gelas dan meninggalkan Mbah Wiranda
sendirian. Malam harinya saat Mbah Wiranda sedang tidur, Ny Ana menelfon
adiknya untuk berdiskusi terkait kondisi Mbah Wiranda.
Ny. Nia : “Halo assalammualaikum, dik gimana kabarnya?”, “oh
Alhamdulillah kalau baik”. “ jadi gini, mbak mau ngomongin
masalah kesehatan ibu, ini kan ibu kondisinya udah nggak
bisa jalan, jadi sekarang ibu lebih sering tiduran buat bedrest,
nah kamu tahu juga kan mbak juga kerja kalau pagi-sore, dan
ibu nggak ada yang jagain, dan kalau ngundurin diri eman,
kontrak mbak tinggal 2 bulan lagi, menurutmu gimana kalau
ibu sementara waktu kita titipin dipanti werdha dulu, sambil
nunggu mbak habis masa kerjanya? Oh ya udah kalau gitu,
besok mbak tak nyiapin keperluan ibu buat ke panti. Ya udah
jaga dirimu ya dik, assalamualaikum.”

Stage 2
Pagi harinya, mbah Wiranda dibawa ke panti werdha. Setelah 1 jam perjalanan,
mereka pun sampai di tempat tujuannya.
Ny. Nia : “Assalamu’alaikum……..” (sampai 2 kali)
Perawat 1 : “Wa’alaikum salam…… silahkan duduk….”
Ny. Nia : “Terima kasih ners…..”
Perawat 1 : “Ada yang bisa saya bantu bu…..???”
Ny. Nia : “Perkenalkan ners, nama saya Nia Ramadhani. Saya ingin
menitipkan ibu saya di sini. Ibu sudah didiagnosa kakinya
mengalami kelumpuhan 4 bulan yang lalu. Sudah 1 bulan ini
beliau hanya di atas tempat tidur. Saya ingin menitipkan ibu
saya hanya untuk 2 bulan saja, karena untuk saat ini saya
tidak bisa merawat ibu saya karena kerja, dan di rumah kami
hanya tinggal berdua saja”
Perawat 1 : “Sudah 5 bulan menderita mengalami kelumpuhan kaki dan
satu bulan bedrest?”
Ny. Nia : “Ya ners. Kami berharap, dengan tinggal di sini ibu dapat
lebih terurus.”
Perawat 1 : “Jadi, keluarga telah memutuskan untuk agar Bu Hutami
tinggal dan dirawat disini?”
Ny. Nia : “Ya ners. Kami sekeluarga sudah memutuskannya. Nanti
setelah masa kontrak kerja saya selesai, saya akan menjemput
ibu saya kembali.”
Perawat 1 : “Berarti ini hanya untuk 2 bulan saja ya bu. Kalau begitu ini
tolong diisi dulu bu” (menunjukkan form registrasi. Setelah
sekitar 20 menit melengkapi data dan segala biaya, Ny Nia
pun pulang.
Beberapa saat setelah itu Mbah Wiranda sudah berada di kamarnya yang baru,
dan menjalani pengkajian serta pemeriksaan dari perawatnya. Setelah diperiksa,
ternyata perawat menemukan ada luka-luka kecil di area punggungnya. Perawat
2 pun melaporkan hasil pemeriksaan kepada perawat 1 agar segera dapat
diputuskan mengenai pemberian tindakan.
Stage 3
Siang harinya.. ketika mbah Wiranda sedang berbaring diatas tempat tidur
dengan wajah kusam sambil meringis kesakitan, tiba-tiba terdengar ketukan
pintu, tok,, tok,, tok,,,,,,,
Mbah Linda : “assalamu’alaikum…. mbah Wiranda.”
Mbah Wiranda : “Waalaikumussalam.”
Mbah Linda : “Kenalne mbah, jenengku Linda, ki Citra,”
Mbah Citra : “Pripun kabar e mbah?”
Mbah Wiranda : “Gegerku kok rasane perih ya….”
Mbah Citra : “Piye gegere rak perih wong mbah WIranda gaweanne turuuu
terus ae maleh sampek enek luka luka e ng gegere sampean
mbah.”
Mbah Linda : “Wush,,, mbah Citra, kowe ki piye to mbah, wong
mbah’Wiranda ki turu terus sebabe de’e kena sikil e gak iso
diobahne. Dadi ra iso kakean gerak.”
Mbah Citra : “Ooh ngono to, lah aku rak ngerti. Tapi sakjane mestio gak
iso gerakne sikil kudune ojo turu mlumah terus mbah…..”
Mbah’Wiranda : “Iyo, ws 1 bulan aku turu mlumah ae, jarang aktivitas.”
Mbah Citra : “Ndi mbah Wir, aku pengen weruh gegermu..”
Mbah’ Wiranda : “iki lo (sambil meunjukkan punggungnya) deloken.”
Mbah Linda : “Wah,,kok lecet-lecet yo…”
Mbah Citra : “Lah mbah Linda desek pernah koyo kono kui……”
Mbah Linda : “Iyo mbah Wir, desek aku koyo awakmu…. makane aku
ngerti kuwi mesti loro kroso nggak kepenak, mbiyen pas loro,
tiap dino yo kerjaane kayak kowe ki tiduran terus dadine
lukane tambah parah. Abang-abang karo lecet-lecet plus
tambah ombo.”
Mbah Citra : “Oh berarti mbah Linda mbiyen lukane tambah gedi wae?”
Mbah Linda : “Iyo, tapi awed anak mantu aku di masuke ke panti., aku di
openi karo perawat-perawat ng kene, saben dino posisi turone
diubah terus. Ben cepet garing lukane.”
Mbah Citra : “Iyo mbah, makane mbah’ Wir, yen diopeni perawat-
perawat kudu iso miturut, ben cepat mantun.”
Mbah’Wiranda : “Iyo..”
Percakapan pun berlangsung seru. Dan Mbah Wiranda merasa memiliki keluarga
baru di panti.

Stage 4
Keesokan harinya, perawat akan melakukan perawatan luka dan latihan tirah
baring serta ROM ringan pada Mbah Wiranda untuk mencegah agar tidak
sampai terjadi decubitus.
Perawat 2 : “selamat pagi Mbah Wiranda. Kenalkan mbah, kulo ners
Farid, Sehat nggih mbah?
Mbah Wiranda : (menggeleng) “gegere perih.”
Perawat 2 : “Nggih, ndek wingi kulo tingali gegere wonten lecet-lecet e
mbah, mula niku niki kulo badhe ngobati lukanipun
jenengan…..mbah Wir purun nggih?”
Mbah’ Wiranda : (mengangguk)
Perawat 2 : “ngenten mbah, mangke 20 menit kulo kalih rencang kulo
badhe ngresiki lukanipun. Kalih mangke dipijit sekedik kedik
mbah wonten gegeripun. Posisinipun mbah Wir mangke
dimiringaken.”
Mbah’ Wiranda : “Loro ora?”
Perawat 2 : “sekedik perih mbah. Tapi..mbah tenang mawon, mangke
menawi sampun bibar diresiki, raosipun dados kepenak
mbah.”
Mbah Wiranda : “Iyo ners aku manut”
Perawat 2 : “mbah kulo obati nggih…..” (perawatpun memiringkan
posisi mbah Wiranda untuk memudahkan dalam perawatan)
Mbah’ Wiranda : “Aduh” (mengerang kesakitan)
Perawat 2 : “ sabar ya mbah…..ditahan rumiyin, sekedap mawon.”
Perawat pun mulai membersihkan luka di punggung Mbah Wiranda
menggunakan kassa yang dicelup pada NaCl dengan sekali usap. 5 menit
kemudian. Perawat selesai membersihkan.
Perawat 2 : “niki kulo oleskan salep mbah. Supados enggal mari..”
Mbah’ Wiranda : “iya. ners..”

Setelah itu, perawat memgoleskan salep antibiotic topical untuk merangsang


granulasi dengan menggunakan tangan kanan yang tetap dijaga steril. 5 menit
kemudian.
Perawat : “Niki sekalian kulo pijat nggih mbah..”
Mbah Wiranda : “Iyo ners”

Perawat memijat dengan menggunakan lotion di daerah sekitar luka untuk


menjaga sirkulasi darah. 5 menit kemudian.
Perawat 3 : “Sampun mbah. Kenalkan, kulo ners Neiska sing saiki akan
ngajari senam ben awak e gak nambah kaku mbah. Pertama
tangane ngetutne kayak sng tak contohi ya mbah.” (perawat
pun mengajarkan senam ROM ringan pada mbah Wiranda,
ketika senam sudah selesai, perawat melakukan tirah baring
pada mbah hut).
Perawat 3 : “mbah badan e tak miringaken kanan kiri nggih mbah, tujuan
e ben badanipun kulina digerakaen mboten kaku, mengke
nak kaku maleh saget nimbulaken luka koyok teng gegere
mbah hut sakniki.”
Mbah Wiranda : “berarti lukaku iki goro goro aku gak tau obah ya ners, Cuma
berbaring ae?”
Perawat 3 : “iyo mbah, mula niku sakniki tak miringaken awak e.”
Mbah Wiranda : “iyo ners.”
Perawat 3 : “Mbah posisinipun kados niki mawon nggih..Mangke 2 jam
malih..kulo mriki gantos posisinipun malih. Mengke nak
kemeng, jenengan sanjang perawat e nggih mbah”
Mbah Wiranda : “Iyo ners.”
Perawat 3 : “Kulo tinggal riyin nggih.”
Stage 5
Tiga bulan pun hampir berlalu, selama Mbah Wiranda di Panti, perawat selalu
melakukan pengobatan terhadap punggungnya dan melakukan aktifitas tirah
baring serta latihan ROM ringan pada Mbah Wiranda. Sekarang luka di
punggung Mbah Wiranda sudah selesai, dan Mbah Wiranda akan kembali
dirawat oleh keluarganya di rumah.
Ny. Nia : “Assalamualaikum ners….”
Perawat 1 : “Waalaikummusalam ibu Nia”
Ny. Nia : “bagaimana ners keadaan ibu saya hari ini?”
Perawat 1 : “alhamdulilah semakin membaik ibu, dan saat ini ibu
Wiranda sudah siap untuk dibawa keluarganya kembali ke
rumah. Namun sebelum menemui bu hut, ada beberapa yang
ingin saya sampaikan terkait bagaimana cara merawat ibu
wiranda dirumah nantinya.”
Ny. Nia : “baik ners”
Perawat 1 : “Jadi bu, ibu kan kemarin sudah tahu sendiri bahwa ibu
Wiranda sempat hampir mengalami luka decubitus diarea
punggungnya. Tapi Alhamdulillah saat ini sudah sembuh.
Nah untuk menghindari kejadian itu lagi, maka ketika di
rumah ibu ana perlu melakukan perubahan posisi tidur ibu
Wiranda setiap 2 jam sekali bu, kadang di miringkan ke
kanan, kadang ke kiri atau dibaringkan. Hal tersebut untuk
mencegah terjadinya luka diarea punggung karena posisi
yang stagnan, sehingga menimbulkan tekanan di punggung
bu Wiranda smpai menyebab luka di punggungnya.
Ny. Nia : “Baik ners, mungkin nanti ketika di rumah untuk membantu
saya merawat ibu saya, saya akan menyewa perawat home
care ners.”
Perawat 1 : “oh iya bu, itu justru sangat baik, namun ibu juga harus tetap
memberikan dukungan dalam perawatan ibu WIranda bu.
Karena perhatian dan dukungan dari keluarga terutama
anaknya itu sangat berpengaruh besar terhadap motivasi
kemandirian bu hutami nantinya.”
Ny. Nia : “iya ners baik, terimakasih ya ners sudah merawat ibu saya.”
Perawat 1 : “iya sama sama bu.”
Ny. Nia pun membawa ibu Wiranda kembali ke rumah dan merawat ibu Wiranda
bersama dengan perawat homecare di rumah

Anda mungkin juga menyukai