Anda di halaman 1dari 9

BAB III

NASKAH
A. Peran
1. Narator :
2. Pak Amin (Suami ibu Mingkem) :
3. Kepala Desa :
4. Pak Abdul :
5. Bu Sur (istri pak Abdul) :
6. Bu Kori :
7. Bu Sita :
8. Bu Tiwi (ibu hamil) :
9. Perawat 1 :
10. Perawat 2 :
11. Perawat 3 :
12. Bu RT :
13. Rita (anak bu RT) :

B. Skenario
Di desa suka maju mayoritas ibu hamil melakukan persalian di bidan terdekat,
karena tidak mau pergi jauh-jauh ke rumah sakit untuk melakuakan persalinan. Pada
suatu ketika ada seorang ibu hamil dengan resiko tinggi melakukan persalinan di
rumah dengan bantuan bidan tanpa mengetahui resiko yang akan terjadi. Ibu tersebut
bernama ibu Mingkem, ibu Mingkempun melakukan persalinan di rumah dengan
peralatan seadanya dan berakibat terjadinya perdarahan pada saat persalinan dan
mengakibatkan ibu Mingkem meninggal dunia.
Hal tersebut membuat warga jadi geger. Kepala desa pada saat itu tidak berada
di desa tersebut karena tugas di luar. Pada saat kepala desa pulang itu bertepatan
sudah 1 minggu sejak kejadian tersebut terjadi di desa suka maju, kepala desa pun
lagsung menuju rumah ibu Mingkem bertemu dengan suaminya untuk menyampaikan
turut berduka cita dan menanyakan kronologis kejadian tersebut..

Suasana di Rumah ibu Mingkem.....


Kepala Desa : "Tok tok tok (sambil mengetuk pintu). Asalamualikum pak"

Pak Amin : "Waalikumsalam. Eh pak kades.. Mari pak silahkan masuk" (sambil
membuka pintu).

Kepala Desa : "Baik terimakasih pak"

Pak Amin : "Silahkan duduk pak kades"

Kepala Desa : "Iya pak. Sebelumnya saya turut berduka cita pak atas meninggalnya ibu
Mingkem. Bapak yang sabar pak, harus Ikhlas. Insyaallah ada hikmah
dibalik semua ini pak"
Pak Amin : “Iya pak, insyaallah saya ikhlas” (Sambil meneteskan air mata).

Kepala Desa : “Iya pak, saya paham apa yang di rasakan bapak. Maaf pak sebelumnya
saya boleh bertanya sesuatu?”

Pak Amin : “Iya silahkan pak, kalo ada sesuatu yang ingin di tanyakan..”
Kepala Desa : “Jadi kronologi kejadiannya itu bagaimana pak? Kok bisa sampai
menyebabkan ibu Mingkem meninggal?”
Pak Amin : "Jadi begini pak, waktu itu istri saya mau melahirkan dan istri saya pada
saat itu merasakan kesakitan. Nah akhirnya saya memanggil bidan
terdekat untuk membantu istri saya melahirkan dirumah karena kalo ke
rumah sakit sangat jauh sehingga hanya menggunakan peralatan seadanya.
Selang beberapa waktu, akhirnya anak saya lahir tetapi tiba-tiba istri saya
pendarahan sehingga kehilangan banyak darah. Nah disitu istri saya
langsung menghembuskan nafas terakhirnya. Saya sangat menyesal sekali
pak karena tidak membawa istri saya kerumah sakit saja" (sambil
menunjukkan wajah menyesal).
Kepala Desa : "Sudah sudah pak. Ikhlaskan. Istri bapak sudah tenang, sekarang tinggal
tugas bapak yang harus membesarkan anak bapak dengan baik".
Pak Amin : “Baik pak”.
Kepala Desa : "Kalo begitu saya pamit dulu ya pak. Assalamualaikum" (sambil berjabat
tangan).
Pak Amin : “Waalaikumsalam. Terimakasih pak".

Kepala Desapun pergi meninggalkan rumah pak Amin.


Lain halnya di sebuah rumah terdapat pasangan suami istri bernama Bu Sur dan
Pak Abdul yang sedang berbincang-bincang. Bu Sur yang hamil 9 bulan, khawatir
akan kejadian yang menimba keluarga pak Amin.
Suasana dirumah Bu Sur..
Bu Sur : "Masss"
Pak Abdul : "Iya dekk, ada apa?" (sambil memegang tangan istrinya)
Bu Sur : "Aku takut mass"
Pak Abdul : "Lho dek takut kenapa?"
Bu Sur : "Sebentar lagi aku kan lahiran mas, aku takut seperti keluarga pak Amin
yang istrinya itu meninggal"
Pak Abdul : "Dek, tenang saja. Nggak usah takut.. kan ada mas Abdul yang selalu
ngejagain" (sambil mengelus perut istrinya)
Bu Sur : "Tapi aku tetep aja khawatirr"
Pak Abdul : "Mas janji dek, besok kalo kamu lahiran tidak akan ke bidan yang
fasilitasnya hanya seadanya saja. Kalo perlu mas akan bawa ke rumah
sakit. (Sambil menenangkan istrinya)".
Bu Sur : "Bener ya mas"
Pak Abdul : "Iyaa. Kamu kan belahan jiwaku dan kamu juga ibu dari anak-anakku"
(sambil tersenyum).
Bu Sur "Ah kamu mas bisa ajaa" (dengan tersipu malu).
Pak Abdul : "Yaudah dek ini kan sudah malam, mas juga sudah ngantuk. Mending
kita tidur aja yuk dek"
Bu Sur : "Iya mas"

Keesokan harinya, Bu Sur bertemu dengan ibu-ibu lainnya yang sedang menunggu
penjual sayur yang lewat.
Dipinggir jalan..
Bu Kori : "Eh bu Surr, mau belanja juga nih"
Bu Sur : "Iya bu"
Bu Sita : "Aduhh ini penjual sayurnya mana sihh"
Bu Tiwi : "Iya ini"

Tidak lama kemudian penjual sayur yang bernama bu Say lewat sambil membawa
dagangannyaa..
Bu Say : "Yur sayurrr".
Bu Sita : "Bu say, sayurrr. Akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga”.
Bu Tiwi : “Iya nih bu Say. Tumben lama banget”.
Bu Say : “Iya ibu-ibu. Tadi di sana rame pembeli”.
Bu Kori : “Oh iyaa bu, udah pada denger belum tentang keluarganya pak Amin?”.
Bu Sita : “Yang meninggal setelah melahirkan itu yaa”.
Bu Kori : “Iya yang itu. Kok bisa sih”.
Bu Tiwi : “Saya denger-denger nih ya bu katanya tuh bu Mingkem mengalami
pendarahan setelah melahirkan dan tidak dibawa kerumah sakit waktu
melahirkan”.
Bu Say : “Kasihan sekali ya. Bagaimana nasib anaknya?”
Bu Sita : “Katanya sih pak Amin ingin merawatnya sendiri”
Bu Say : “Wah alhamdulillah lah kalo begitu”
Bu Kori : “Bu Sur, jangan sampe kayak gitu yaa”
Bu Sur : “Ah bu Kori nih bikin saya takut. Apalagi sebentar lagi kan saya mau
lahiran”
Bu Tiwi : “Saya juga jadi was-was nih. Saya juga lagi hamil”

Tidak lama kemudian, lewatlah Bu RT yang akan mengantarkan anaknya..


Bu Tiwi : “Bu RT” (sambil memanggil bu RT)
Bu RT : “Iya bu..(sambil menghampiri ibu-ibu yang sedang berbelanja). Wahh
ibu-ibu ini lagi ngomongin apa sih kok kayaknya heboh banget?”
Bu Tiwi : “Ini lho bu lagi ngomongin warga kita yang meninggal karena
perdarahan kemarin itu. Apalagi ini bu Sur sebentar lagi mau lahiran”.
Bu Sur : “Iya nih bu, bagaimana ini? Saya takut sekali”
Bu RT : “Sudah-sudah bu, jangan khawatir. Hal itu tidak akan terjadi lagi. Oh
iyaa saya juga ingin memberitahu ibu-ibu semua kalo di desa kita ini akan
ada penyuluhuhan dari Puskesmas Achmad Yani”
Bu Sita : “Wah kapan tuh bu acaranya?”
Bu RT : “Acaranya besok tanggal 18 Maret 2020 jam 10.00 pagi di pendopo balai
raya. Nahh ibu-ibu diharap untuk hadir yaa karena ini sangat penting
apalagi bagi ibu-ibu yang sedang hamil”.
Bu Tiwi : “Baik bu. Kami akan hadir”.
Rita : “Bu, ayoo berangkat sekolahh. Nanti aku terlambat gimana? Nanti kalo
dikasih hukuman sama bu guru gimana?”(sambil menarik-narik tangan ibu
RT).
Bu RT : “Iya Rita, sebentar yaa.”
Rita : “Ah ibu gitu”
Bu RT : “Iya-iya. Yaudah ibu-ibu saya pamit dulu yaa mau nganter anak sekolah
ini”.
Bu Kori : “Iya bu RT. Hati-hati yaa”
Bu RT : “Baik bu” (pergi meninggalkan ibu-ibu”

Ibu-ibu pun kembali kerumah masing-masing. Keesokan harinya pada saat


hari penyuluhan. Wargapun mulai berdatangan.
Suasana di balai raya..
Kepala desa : “Selamat pagi bapak-bapak, ibu-ibu.”
Semua : “Selamat pagi pak.”
Kepala desa : “Terimakasih kepada seluruh warga yang sudah bersedia untuk hadir di
balai raya ini untuk mengikuti sosialisasi atau penyuluhan dari Puskesmas
Achmad Yani dan saya juga berterimakasih kepada petugas penyuluhan.
Langsung saja untuk mempersingkat waktu, saya persilahkan kepada
mbak-mbak perawat”.
Perawat 1 : “Baik, assalamualaikum Wr. Wb”
Semua : “Waalaikumsalam Wr. Wb”
Perawat 1 : “Terimakasih kepada bapak kepala desa dan juga terimakasih kepada
seluruh warga yang sudah hadir di acara ini. Perkenalkan saya perawat ...,
rekan saya perawat ... dan perawat .... dari Puskesmas Achmad yani.
Tujuan kami disini saya akan memberikan penyuluhan mengenai
perdarahan setelah melahirkan karena menurut data yang kami peroleh, di
desa ini baru saja terjadi peristiwa tersebut. Nah langsung saja untuk
mempersingkat waktu, akan dijelaskan oleh perawat ...
Perawat 2 : “Nah jadi perdarahan setelah melahirkan itu perdarahan yang terjadi
setelah bayi lahir. Kira-kira darah yang dikeluarkan melebihi 600 ml
dalam 24 jam atau kondisi dimana saat plasenta atau ari-ari tertahan di
rahim. Hal ini juga dapat mempengaruhi tekanan darah perempuan setelah
melahirkan. Sebelum saya melanjutkan materi selanjutnya, apakah ada
yang ingin ditanyakan?”
Bu Kori : “Saya mbak. Untuk waktu terjadinya perdarahan kapan mbak?”
Perawat 2 : “Baik pertanyaan yang bagus ya bu.. nah kalo perdarahan primer itu
dalam 24 jam setelah anak lahir. Sedangkan untuk perdarahan sekunder itu
biasanya setelah 24 jam atau 5 -15 hari setelah melahirkan.
Perawat 2 : “Baik ibu-ibu bapak bapak selanjutnya saya akan menjelaskan apa sih
yang menyebabkan perdarahan tersebut? Apakah ada yang tau?”
Warga : “Belum mbak”.
Perawat 2 : “Jadi perdarahan ini dapat disebabkan karena :
1. Tidak adanya kontraksi pada rahim yang tepat setelah ari-ari
terlepas. Hal ini dapat disebabkan karena kelelahan dan tidak bisa
berkontraksi.
2. Trauma. Karena melahirkan dapat menyebabkan terjadinya
kehilangan darah yang sangat banyak.
3. Plasenta atau ari-ari yang tidak normal. Bisa diartikan penempelan
ari-ari yang tidak normal di dinding rahim. Dapat disebabkan karena
umur ibu yang sudah lanjut, riwayat melahirkan cesar.
4. Gangguan koagulasi atau pembekuan darah. Ini juga dapat
meningkatkan risiko perdarahan.
Bu Sur : “Mbak, kalo yang bisa mempengaruhi perdarahannya itu apa saja?”
Perawat 3 : “Jadi begini ada beberapa fakor yang bisa mempengaruhi seperti :
1. Partus/persalinan yang lama. Persalinan berlangsung lebih dari
24 jam pada primi dan 18 jam pada multi. Akan menyebabkan
kelainan kontraksi yang kekuatannya tidak adekuat untuk
mendorong janin keluar.
2. Paritas. Atau dapat dikatakan jumlah dan banyaknya persalinan
yang pernah dialami ibu. Jumlah melahirkan yang aman antara 2-3
anak.
3. Peregangan uterus/rahim. Peregangan yang berlebihan dapat
disebabkan karena kehamilan ganda atau makrosemia (bayi
memiliki ukuran yang besar) sehingga mengakibatkan rahim tidak
mampu berkontraksi segera setalah plasenta lahir.
Perawat 3 : “Selanjutnya untuk penanganannya sendiri ada beberapa ya pak, bu,
seperti:
1. Ligasi ateri. Merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mengkontrol perdarahan postpartum.
2. Pemberian uterotenik. Uterotonik dapat meningkatkan kontraksi
uterus untuk mencegah atoni dan mempercepat lepas nya plasenta.
3. Pemijatan uteri. Pemijatan uteri dapat dilakukan untuk merangsang
uterus agar berkontraksi dengan baik dan kuat.
4. Kompresi bimanual. Kompresi bimanual merupakan tindakan yang
efektif untuk mengendalikan perdarahan, misalnya perdarahan yang
diakibatkan oleh atonia uteri.
5. Transfusi darah. Transfusi darah dilakukan pada ibu perdarahan post
partum apabila pemerian cairan intravena telah mencapai batas dan
tidak memberikan respon yang memadai.
6. Pemberian faktor pembekuan darah”.
Nah bapak-bapak, ibu-ibu apakah ada yang ingin ditanyakan?
Pak Abdul : “Saya mbak. Oh iya untuk pencegahannya bagaimana ya?”
Perawat 3 : “Pada kasus perdarahan postpartum pada ibu dapat dicegah dengan
manajemen aktif kala III dengan prinsip penatalaksanaan kala III:
1. Segera jepit dan potong tali pusat.
2. Pemberian uteno-tonika sebelum plasenta lahir, utenitonika yang
dianjurkan adalah oksitosin 10 IU secara intramuskular.
3. Penanganan tali pusat terkendali, yang dilakukan untuk membantu
proses melahirkan plasenta.
4. Masase uterus setelah plasenta lahir, dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan atonia uteri dan untuk menunjang kontraksi uterus yang
baik.
Perawat 1 : “Jadi bagaimana bapak, ibu? Apakah sudah jelas dengan apa yang
disampaikan oleh rekan saya tadi?”
Semua : “Sudah mbak”.
Perawat 1 : “Nah jadi sudah tidak khawatir lagi ya mengenai perdarahan ini”
Bu Sur : “Tidak mbak”.
Perawat 1 : “Kalau sudah jelas. Saya mau review sebentar tentang apa yang kita
bicarakan tadi ya pak bu, saya mau tanya apa saja penyebab dari
perdarahan setelah melahirkan?”
Bu Sita : “Saya mbak. Jadi perdarahan setelah melahirkan bisa disebabkan karena
tidak adanya kontraksi di rahim setelah ari-ari terlepas, trauma, ari-ari
tidak normal, dan pembekuan darah”.
Perawat 1 : “Wah tepat sekali bu. Baik sebelum saya mengakhiri acara ini saya akan
membagikan leflet (sambil membagikan leaflet)”.
Perawat 1 : “Cukup sekian dari saya, waktu dan tempat kami kembalikan kepada pak
Kepala desa”.
Kepala desa : “Terimakasih kepada mbak-mbak perawat dari RS Achmad Yani yang
telah memberikan penyuluhan pada hari ini dan terimakasih juga kepada
warga yang sudah hadir. Cukup sekian untuk acara pada hari ini, semoga
ilmu yang didapatkan hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.”
Semua : “Waalaikumsalam Wr. Wb.”
Akhirnya merekapun pulang kerumah masing-masing dengan memperoleh
pengetahuan yang telah didapat dari penyuluhan. Bu Sur dan bu Tiwipun juga sudah
tidak khawatir dengan kejadian itu. Selang beberapa waktu, akhirnya Bu Sur
melahirkan anaknya dan tidak mengalami perdarahan. Bu Sur dan suaminya pun
hidup bahagia.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai