NASKAH
A. Peran
1. Narator :
2. Pak Amin (Suami ibu Mingkem) :
3. Kepala Desa :
4. Pak Abdul :
5. Bu Sur (istri pak Abdul) :
6. Bu Kori :
7. Bu Sita :
8. Bu Tiwi (ibu hamil) :
9. Perawat 1 :
10. Perawat 2 :
11. Perawat 3 :
12. Bu RT :
13. Rita (anak bu RT) :
B. Skenario
Di desa suka maju mayoritas ibu hamil melakukan persalian di bidan terdekat,
karena tidak mau pergi jauh-jauh ke rumah sakit untuk melakuakan persalinan. Pada
suatu ketika ada seorang ibu hamil dengan resiko tinggi melakukan persalinan di
rumah dengan bantuan bidan tanpa mengetahui resiko yang akan terjadi. Ibu tersebut
bernama ibu Mingkem, ibu Mingkempun melakukan persalinan di rumah dengan
peralatan seadanya dan berakibat terjadinya perdarahan pada saat persalinan dan
mengakibatkan ibu Mingkem meninggal dunia.
Hal tersebut membuat warga jadi geger. Kepala desa pada saat itu tidak berada
di desa tersebut karena tugas di luar. Pada saat kepala desa pulang itu bertepatan
sudah 1 minggu sejak kejadian tersebut terjadi di desa suka maju, kepala desa pun
lagsung menuju rumah ibu Mingkem bertemu dengan suaminya untuk menyampaikan
turut berduka cita dan menanyakan kronologis kejadian tersebut..
Pak Amin : "Waalikumsalam. Eh pak kades.. Mari pak silahkan masuk" (sambil
membuka pintu).
Kepala Desa : "Iya pak. Sebelumnya saya turut berduka cita pak atas meninggalnya ibu
Mingkem. Bapak yang sabar pak, harus Ikhlas. Insyaallah ada hikmah
dibalik semua ini pak"
Pak Amin : “Iya pak, insyaallah saya ikhlas” (Sambil meneteskan air mata).
Kepala Desa : “Iya pak, saya paham apa yang di rasakan bapak. Maaf pak sebelumnya
saya boleh bertanya sesuatu?”
Pak Amin : “Iya silahkan pak, kalo ada sesuatu yang ingin di tanyakan..”
Kepala Desa : “Jadi kronologi kejadiannya itu bagaimana pak? Kok bisa sampai
menyebabkan ibu Mingkem meninggal?”
Pak Amin : "Jadi begini pak, waktu itu istri saya mau melahirkan dan istri saya pada
saat itu merasakan kesakitan. Nah akhirnya saya memanggil bidan
terdekat untuk membantu istri saya melahirkan dirumah karena kalo ke
rumah sakit sangat jauh sehingga hanya menggunakan peralatan seadanya.
Selang beberapa waktu, akhirnya anak saya lahir tetapi tiba-tiba istri saya
pendarahan sehingga kehilangan banyak darah. Nah disitu istri saya
langsung menghembuskan nafas terakhirnya. Saya sangat menyesal sekali
pak karena tidak membawa istri saya kerumah sakit saja" (sambil
menunjukkan wajah menyesal).
Kepala Desa : "Sudah sudah pak. Ikhlaskan. Istri bapak sudah tenang, sekarang tinggal
tugas bapak yang harus membesarkan anak bapak dengan baik".
Pak Amin : “Baik pak”.
Kepala Desa : "Kalo begitu saya pamit dulu ya pak. Assalamualaikum" (sambil berjabat
tangan).
Pak Amin : “Waalaikumsalam. Terimakasih pak".
Keesokan harinya, Bu Sur bertemu dengan ibu-ibu lainnya yang sedang menunggu
penjual sayur yang lewat.
Dipinggir jalan..
Bu Kori : "Eh bu Surr, mau belanja juga nih"
Bu Sur : "Iya bu"
Bu Sita : "Aduhh ini penjual sayurnya mana sihh"
Bu Tiwi : "Iya ini"
Tidak lama kemudian penjual sayur yang bernama bu Say lewat sambil membawa
dagangannyaa..
Bu Say : "Yur sayurrr".
Bu Sita : "Bu say, sayurrr. Akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga”.
Bu Tiwi : “Iya nih bu Say. Tumben lama banget”.
Bu Say : “Iya ibu-ibu. Tadi di sana rame pembeli”.
Bu Kori : “Oh iyaa bu, udah pada denger belum tentang keluarganya pak Amin?”.
Bu Sita : “Yang meninggal setelah melahirkan itu yaa”.
Bu Kori : “Iya yang itu. Kok bisa sih”.
Bu Tiwi : “Saya denger-denger nih ya bu katanya tuh bu Mingkem mengalami
pendarahan setelah melahirkan dan tidak dibawa kerumah sakit waktu
melahirkan”.
Bu Say : “Kasihan sekali ya. Bagaimana nasib anaknya?”
Bu Sita : “Katanya sih pak Amin ingin merawatnya sendiri”
Bu Say : “Wah alhamdulillah lah kalo begitu”
Bu Kori : “Bu Sur, jangan sampe kayak gitu yaa”
Bu Sur : “Ah bu Kori nih bikin saya takut. Apalagi sebentar lagi kan saya mau
lahiran”
Bu Tiwi : “Saya juga jadi was-was nih. Saya juga lagi hamil”
TAMAT