Anda di halaman 1dari 8

Fritata Italia

Bahan:
100 gr bawang Bombay, cincang
5 bh bawang putih, cincang
100 gr paprika merah, cincang
300 gr smoked chicken, cincang
1 sdt lada hitam
1 sdt garam
1 sdt chicken powder
12 btr telur
2 sdm parsley, cincang
50 gr keju parut
5 sdm minyak goreng

Cara membuatnya:
panaskan minyak goreng, tumis bawang putih hingga harum, tambahkan bawang
Bombay, aduk rata.
Masukan smoked chicken, lada hitam, garam dan chickcen powder. Aduk rata. Matikan
api.
Dalam wadah lain, kocok lepas telur, tambahkan keju parut dan parsley cincang. sisihkan
Siapkan cetakan muffin, beri adonan tumis separohnya. Tuangi adonan telur hingga
penuh.
Panggang dalam oven suhu 200C, hingga matang.

Kacang Bawang Santan

Bahan:
1 kg kacang tanah kupas
500 ml santan kental
10 siung bawang putih, iris tipis, goreng, sisihkan.
5 siung bawang putih
2 sdm garam

Cara membuat:
- haluskan 5 siung bawang putih dan garam, sisihkan.
- Masak santan hingga mendidih, masukkan bumbu halus, aduk rata, matikan api.
- Tuang kacang tanah, biarkan terendam hingga santan dingin.
- Tiriskan dan goreng dalam minyak sayur banyak yg sudah panas, aduk-aduk spy
matang rata.
- Angkat , tiriskan, lalu tuang dalam nampan atau tampah yg dialasi kertas serap
(missal kertas merang, atau tissue towel), taburi bawang putih goreng. Aduk rata.
- Biarkan hingga dingin, lalu segera kemas dalam toples rapat ..
Sus Kering
Versi I

Bahan:
225ml air
100 gr margarine
110 gr tepung terigu
1 sdt Baking powder (BP)
50 gr keju parmesan (optional)
3 btr telur

Cara membuatnya:
- masak air dan mentega hingga mendidih
- masukkan tepung terigu, aduk hingga kalis, angkat, dinginkan
- masukkan telur satu persatu sambil dikocok hingga rata, masukkan pula BP aduk rata.
- Masukkan adonan kedalam plastik segitiga, semprotkan diatas loyang yang sudah dioles
mentega.

*****

Versi II

Sumber: Inong Haris

Bahan:
150 gr terigu
1/2 sdt baking powder
275 ml susu segar
125 gr margarin
1/2 sdt garam halus
5 btr telur

Cara membuat :
- Rebus susu, margarin dan garam sampai mendidih dengan api sedang, jaga jangan
sampai cairan susunya pecah.
- Dengan api kecil, masukkan tepung sedikit demi sedikit ke dalam adonan, lalu aduk rata
sampai adonan kalis, matikan kompor, dinginkan adonan.
- Mixer adonan yang sudah dingin, masukkan telur satu persatu, aduk rata.
- Masukkan adonan dalam semprotan, cetak kecil-kecil di cetakan yang sudah diolesi
mentega dan ditaburi tepung. Panaskan oven lebih dulu lalu panggang kue +/- 20 menit
hingga matang.

Sus kering nggak cukup dipanggang begitu aja. Perlu di angin anginkan dulu, lalu
dipanggang sekali lagi dengan api nggak terlalu besar, kira kira 10-15 menit, sehingga sus
benar benar garing renyah, nggak ada yang lembek.
Bisnis Camilan Renyah, Peluang Usaha Dengan
Peminat Bejibun

Bisnis makanan ringan alias cemilan ternyata menggiurkan untuk dicicipi. Permintaan
yang datang dari berbagai penjuru membuat bisnis ini bisa menjadi ladang rezeki empuk.
Salah satu penikmatnya adalah para pengemas ulang makanan ringan.

Mengudap camilan memang mengasyikkan. Selain bisa mengganjal perut, ngemil juga
membuat aktivitas lebih menyenangkan. Apalagi, mengemil bisa dilakukan kapan dan di
mana saja. Anda bisa mengunyah camilan ringan nan renyah ini sebagai teman menonton
televisi, bioskop, bahkan saat bekerja sekalipun.

Bagi banyak orang, mengemil sudah seperti candu dan menjadi kebiasaan yang sulit
mereka tinggalkan. Itu sebabnya bisnis camilan ringan tak pernah mati dan kehilangan
penggemar. Anda yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya pasti sudah akrab dengan
camilan bermerek dagang Kriuk yang popularitasnya begitu kondang itu.

Distribusi makanan ringan itu sudah menembus ke mana-mana, bahkan masuk ke


gedung-gedung perkantoran. Produk yang dijual pun beragam, mungkin sampai ratusan
jenis, dan beraneka rasa: mulai dari kerupuk, keripik, kue kering, hingga kacang-
kacangan.

Lantaran memiliki banyak penggemar, bisnis penjualan segala macam camilan ini
semakin semarak. Salah satu penikmat rezeki camilan ini adalah para pengemas ulang
(repacking) makanan ringan yang sekarang lagi booming.

Berbagai jenis snack repacking dengan puluhan merek kini membanjiri pasar. Sejatinya,
ini adalah produk camilan buatan industri rumah tangga yang dibeli secara bal-balan atau
curah. Nah, oleh para pelaku bisnis penganan repacking, snack dari industri rumah tangga
itu lalu dibungkus ulang dengan berbagai merek. Selain Kriuk, merek lain yang beredar
saat ini antara lain Nyus, Kremez, dan Naima Snack.

Pasar besar walau jumlah pemain bejibun, bagi para pelakunya bisnis ini teramat cerah.
Penikmat camilan berasal dari segala kalangan dan usia. Persaingan memang sudah
ketat, tapi pasarnya memang cukup besar, kata Roslan Siburian, pemilik snack
repacking dengan merek Kremez di Tangerang, Banten.

Roslan memulai usaha mengemas ulang camilan sejak 1995. Dari bisnis itu dia bisa
meraup omzet hingga Rp 6 juta per hari. Saat tanggal muda atau pas hari libur, omzetnya
melambung hingga Rp 10 juta per hari. Laba bersih saya Rp 1 juta per hari, ujar
Roslan.

Helmi Muhammad, pemilik makanan ringan repacking dengan merek Naima Snack di
Malang, Jawa Timur, juga merasakan renyahnya bisnis ini. Kini omzet yang ia peroleh
bisa mencapai Rp 10 juta per minggu. Laba bersih saya kurang lebih 30% dari omzet,
kata Helmi yang memulai usaha ini sejak 2006 silam.

Kesuksesan bukan hanya mengayomi mereka yang sudah berkecimpung lama di bisnis
ini. Mereka yang terbilang pendatang baru pun ikut memetik hasil tak kalah memuaskan.
Contohnya Surono, pemilik snack repacking dengan merek Nyus di Cipondoh,
Tangerang, Banten. Baru dua bulan terjun ke bisnis ini, omzetnya kini sudah mencapai
Rp 400.000 sampai Rp 1 juta per hari. Untuk pendatang baru, ini bisa dibilang
lumayan, ujar dia.

Tertarik mengikuti jejak mereka? Sekilas, menggulirkan bisnis ini memang terlihat
gampang. Anda hanya tinggal mencari pasokan camilan lalu mengemasnya dengan
bungkus yang sudah diberi label sendiri. Tapi, sebelum melangkah, sebaiknya Anda
mencermati beberapa hal berikut ini.

Bahan baku
Mengawali bisnis snack repacking tidak susah. Yang jelas, kata Surono, jika ingin
menjajal usaha ini, Anda mesti punya pemasok tetap sehingga Anda tak perlu repot
berbelanja camilan. Surono sendiri membeli aneka produk camilan dari para produsen
camilan di Jabotabek dan Jawa Barat. Namun, Surono tidak berhubungan langsung
dengan para produsen itu.

Dia membeli camilan dari pedagang pengumpul (pengepul) yang memasok barang ke
gudang penyimpanan di daerah Joglo, Jakarta Barat. Saya beli dari pengepul itu, ujar
Surono.

Seminggu sekali ia membeli camilan sebanyak 20 bal. Setiap bal berbobot tiga sampai
lima kilogram (kg). Harga camilan berkisar Rp 51.000 hingga
Rp 400.000 per bal, tergantung dari jenis makanannya.

Camilan yang dia beli beragam jenisnya. Ada keripik, kacang, kerupuk, dan permen.
Oleh Surono, snack buatan industri rumahan itu dia kemas ulang dan diberi merek Nyus.

Ia mengemasnya untuk harga eceran Rp 3.000 per bungkus. Di level distributor dan agen,
harga jual berkisar Rp 2.000Rp 2.500 per bungkus.

Lain halnya dengan Roslan. Ia membeli camilan langsung dari para produsen di Jakarta
dan Jawa Barat. Setiap dua hari sekali, ia membeli camilan sebanyak 100 bal200 bal.

Camilan itu dia kemas ulang menjadi sekitar 6.000 bungkus dan diberi merek Kremez.
Penganan ringan yang sudah dikemas ini ludes terjual dalam dua hari. Sama halnya Nyus,
snack Kremez dijual dengan harga eceran Rp 3.000 per bungkus. Sementara itu, harga di
tingkat distributor dan agen Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per bungkus.

Roslan mengaku tak bisa membeli camilan lebih dari 100 bal200 bal setiap kali belanja.
Sebab, camilan tidak bisa disimpan terlalu lama. Roslan menyarankan, camilan disimpan
di tempat sejuk. Supaya tidak cepat rusak, ujar dia.

Helmi juga membatasi belanja camilan. Saban minggu, ia membeli 250 kg300 kg
camilan. Menurut Helmi, camilan sebanyak itu hanya bisa memenuhi kebutuhan selama
seminggu. Tidak bisa terlalu banyak karena snack tak bisa disimpan lama, kata dia.

Oleh Helmi, camilan sebanyak itu dikemas ulang menjadi 9.000 bungkus. Dalam
seminggu, 9.000 bungkus ini bisa habis terjual. Harga per bungkus antara Rp 500Rp
1.500.

Variasi produk
Untuk menarik minat pembeli, variasi camilan memiliki peran penting. Roslan
menyarankan, sebaiknya variasi camilan dibuat sebanyak mungkin. Pasar camilan yang
besar tak akan berarti jika tidak kreatif menjual produk yang berbeda jenis dan rasa, kata
Roslan.

Menurut Roslan, produk yang bervariasi membuat konsumen menjadi lebih leluasa
menentukan pilihan. Rasa penasaran orang pun tergugah untuk mencobanya satu demi
satu.

Roslan sendiri sudah menyediakan pilihan camilan hingga 200 item, seperti salai pisang,
kelanting, kerupuk, hingga kacang-kacangan.
Adapun Helmi menjajakan beraneka ragam camilan. Saat ini, Helmi memasarkan 25
macam camilan, di antaranya kacang telur, kacang polong, pilus, opak, bijaran, melinjo,
dan aneka biskuit.

Agar penganan yang dipasarkan kian bervariasi, mereka harus getol berburu camilan
hingga ke luar kota. Roslan, contohnya, selain berburu camilan di daerah Jakarta, juga
rajin menyambangi produsen camilan di Jawa Barat, seperti Bandung, Ciamis, dan
Cirebon.

Langkah serupa juga ditempuh Helmi. Selain di Malang sendiri, ia juga berburu camilan
hingga ke Surabaya dan Jawa Barat. Berbeda dengan Surono. Pria ini mengaku hanya
membeli camilan dari pengepul di Joglo, Jakarta Barat. Dari situ saja saya sudah dapat
100 item camilan, tutur dia.

Kemasan dan pemasaran


Meski terlihat sepele, soal kemasan juga menjadi kunci penting untuk menunjang
penjualan. Kemasan bukan cuma harus menarik, tapi juga andal secara fisik. Umumnya,
para pelaku bisnis ini sangat memperhatikan kemasan, apalagi mereka menjual dengan
merek sendiri. Untuk kemasan, Helmi menyiapkan plastik bening atau oriented
polystyrene (OPP). Pembeli bisa lihat isinya dan yakin kualitasnya, katanya.

Helmi membeli plastik dari pabrik. Untuk mencetak merek, ia membawa plastik itu ke
tukang sablon. Biaya sablon Rp 50 per bungkus. Setelah disablon, kemasan pun siap
pakai. Untuk merekatkan plastik, ia menggunakan alat khusus yang disebut filler. Harga
alat ini Rp 250.000 sampai Rp 300.000 per unit.

Roslan juga sangat memperhatikan masalah kemasan. Ia telah memiliki langganan


pemasok plastik. Plastik yang dia pesan sudah langsung disablon dengan merek Kremez.

Plastik kemasan itu terdiri dalam berbagai ukuran, mulai dari 15 sentimeter (cm) sampai
35 cm. Plastik itu dia beli dengan harga Rp 15.000 per kg.

Untuk urusan pemasaran, baik Roslan maupun Helmi punya cara berbeda-beda. Helmi,
memasarkan camilan dengan menitipkannya di toko atau warung. Kini ada 1.600 toko
dan warung yang bermitra dengan Helmi. Dengan mitra sebanyak itu, ia bisa
memasarkan 1.500 2.000 bungkus snack per hari. Ia menerapkan sistem komisi bagi
toko rekanan. Komisinya Rp 200 per bungkus bagi pemilik toko, kata dia.

Sementara itu, Roslan lebih mengandalkan pembeli yang datang ke tokonya. Umumnya,
para pembeli adalah para distributor yang akan menjual lagi snack mereknya itu. Di
tempat ini, distributor bebas memilih snack yang mereka minati.

Berani bertaruh, sebagian dari Anda pasti doyan ngemil. Selain memanjakan lidah,
memakan camilan juga membantu mengusir rasa bosan. Selain itu, kacang bisa mengusir
stres. Apalagi, aktivitas mengudap makanan kecil ini bisa dilakukan kapan dan di mana
saja. Anda bisa melakukannya sambil bekerja di kantor, atau di saat ngobrol dengan
teman.

Kebiasaan ngemil ini membuat pasar makanan camilan semakin semarak. Anda bisa
menjumpai pelbagai camilan, seperti keripik, kacang, dan kerupuk, dengan mudah di
pasar atau supermarket. Meski penjualnya sudah banyak, camilan ini tetap laris manis.

Tak heran, peluang bisnis makanan camilan juga semakin merekah. Tak hanya pemain
besar, pemain kecil pun turut menikmati rezeki ini. Salah satunya adalah Budi Utoyo
yang menggarap makanan cepat saji dengan bendera usaha Clup-Clup sejak tahun 2004.

Clup-Clup menggunakan konsep cepat saji lantaran proses menggarapnya tinggal


mencelupkan makanan ke minyak goreng. Bisa juga tinggal mencelupkannya ke air
mendidih alias direbus. Lewat konsep ini, Budi membidik konsumen yang sukangemil
makanan sehat.

Clup-Clup menjajakan makanan berbahan baku seafood, seperti ikan, udang, cumi, dan
kepiting. Bentuk penyajiannya cukup unik. Aneka menu ditusukan lidi sehingga mirip
sate.

Untuk mengembangkan bisnisnya, sejak tahun 2004, Budi membuat konsep kemitraan.
Saat ini, Clup-Clup sudah memiliki 35 gerai yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Makassar,
Medan, Bali, Lombok, Palembang, Banjarmasin, dan Lombok.
"Prosedur menjadi mitra cukup mudah dan cepat," ujar Budi. Syaratnya, calon mitra
cukup membayar biaya kemitraan sebesar Rp 17,5 juta untuk kerja sama selama lima
tahun.

Biaya sebesar ini mencakup pembelian gerobak dan aneka peralatan masak, seperti
kompor, tabung gas, dan genset mini. Tak ketinggalan, Clup Clup juga memberi pelatihan
bagi karyawan si mitra. Namun, mitra tetap diwajibkan membayar biaya royalti sebesar 5
persen dari total omzet bulanan. "Kalau pendapatan mitra kurang dari Rp 7 juta per
bulan, saya membebaskan mereka dari biaya ini," kata Budi.

Modal balik empat bulan

Dalam menjalankan usahanya, mitra perlu merogoh kocek Rp 1 juta-Rp 2 juta lagi untuk
membeli bahan baku dari pusat untuk kebutuhan sebulan yang cukup untuk 300-400
porsi.

Meski begitu, jika jarak dan waktu menjadi hambatan, Budi membebaskan mitra
membeli bahan baku sendiri. "Misalnya, karena lokasi mitra di Makassar, mereka tidak
mungkin beli bahan baku ke kami. Tapi, sebagian besar bahan baku mitra bisa kami
pasok," ujarnya.

Dalam hitungan Budi, mitra akan balik modal dalam tempo empat sampai delapan bulan.
"Balik modalnya cukup cepat, hanya butuh waktu sekitar enam bulan. Dengan asumsi,
mitra mampu menghasilkan omzet minimal Rp 300.000 per hari, mereka bisa balik modal
hanya dalam empat bulan," ajar Budi.

Dari usaha ini, marjin keuntungan mitra mencapai 30 persen. Menurut Budi, gerai Clup
Clup yang dikelolanya berhasil membukukan omzet minimal Rp 300.000 per hari, atau
Rp 9 juta per bulan. "Kala sedang ramai, omzetnya bisa mencapai Rp 500.000 per hari.
Itu pun di luar pesanan khusus untuk ulang tahun dan pesta," ujar Budi. (fn/kn/km)

kacang bawang
Bahan:

1 kg kacang tanah kupas


2 ltr air mendidih, tuit-tuit
2 sdm garam
5 bh bawang putih, iris tipis, goreng.
1 ltr minyak goreng
Cara membuat:

Taruh kacang dalam baskom, siram dengan air mendidih, biarkan terendam hingga air
menjadi hangat kuku, tiriskan.
Panaskan minyak dengan api sedang, goreng kacang hingga kuning kecoklatan, angkat,
tiriskan.
Panas-panas taburi kacang dengan garam, aduk rata, tambahkan bawang putih goreng,
aduk rata.
Dinginkan, kemas dalam toples rapat.

Anda mungkin juga menyukai