Anda di halaman 1dari 11

BISNIS PLAN

“KRIPIK TEMPE ”

KELOMPOK 6
Tio Samputra
Edy Prasetyo
Muhammdan
Profil Keripik Tempe

Kampung memang merupakan sentra keripik tempe


yang sudah cukup terkenal. Letaknya yang berada
di pusat kota membuat keberadaan sentra ini
cukup strategis. Kampung tepatnya terletak di
Kelurahan Pulumbangan. Di depan Kampung Sanan,
berdiri tegak sebuah gapura yang bertuliskan
“Sentra Industri Tempe Sanan”. Di kanan-kiri
gapura tersebut terdapat beberapa kios cantik dan
relatif baru yang menjajakkan keripik tempe hasil
produksi sentra tersebut.
Aspek Rencana Bisnis
Segi Teknis
Tempe sebenarnya merupakan produk andalan Kampung
Sanan. Rasa yang beraneka ragam memang merupakan
salah satu kreativitas para perajin keripik tempe Sanan
Malang. Rasa keripik yang sangat membosankan tentu
saja akan menurunkan minat pembeli. Awalnya, keripik
tempe Sanan memang cuma diproduksi dalam satu rasa,
yaitu gurih. Tapi ketika usaha keripik tempe di Sanan
semakin menggeliat, para perajin mulai membuat
berbagai inovasi rasa.
macam rasa. Ada keripik tempe rasa ayam bakar,
ayam kecap, ayam bawang, bumbu rujak, jagung manis,
pedas manis, dan sambal udang. Ada juga inovasi rasa
keripik tempe yang mencoba meniru rasa masakan luar
negeri. Contohnya, keripik tempe rasa beef barbeque,
jagung amerika, pepperoni, lada hitam, dan rasa pizza.
Selain punya aneka rasa unik, sentra keripik tempe
Sanan juga terkenal dengan kemasan produknya yang
inovatif. Beberapa perajin tempe di Sanan mengemas
keripik tempenya dalam kemasan aluminium foil. bila
mengemas keripik tempe dengan plastik biasa, keripik
tempe hanya sanggup bertahan tiga bulan. Sementara
jika menggunakan lembar aluminium, rasa dan
kerenyahan keripik tempe bisa tahan sampai enam
bulan.
Segi Pemasaran

Peningkatan permintaan dari berbagai kota memaksa


perajin harus melembur. , pesanan bisa naik hingga
300 persen sehingga persediaan tempe harus benar-
benar cukup. Tempe juga diproduksi sendiri sehingga
kualitasnya tetap terjamin, termasuk rasa. Menurut
Rudi, pada kondisi normal produksi keripik tempe
minimal 1.000 bungkus setiap bungkus seberat 250
gram. Namun menjelang Lebaran, produksi bisa
mencapai 2.160 bungkus. Sebanyak delapan perajin
memproduksi tempe lebih dari 2.000 bungkus setiap
hari.
Segi Sumber Daya Manusia

Di sentra Sanan sudah ada koperasi, yakni Primpopti


Bangkit Usaha. Mashuri, Sekretaris Primpopti Bangkit
Usaha, menuturkan, koperasi tersebut memang
merupakan wadah bagi para perajin, baik perajin
tempe maupun perajin keripik tempe. Namun, koperasi
tersebut hanya mengurusi masalah pasokan kedelai,
bukan masalah pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan ,bagi wirausaha keripik tempe di Sanan,
perlu mengikuti berbagai penyuluhan, pelatihan yang
menunjang kemampuan dan ketrampilan manajerial
sumber daya manusia dan operasional kerja yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang
produksi.
Segi Finansial

Rudi Adam mulai menekuni usahanya sejak tahun 2000


dengan modal Rp 1 juta. Kini, dibantu 14 orang
karyawannya, Rudi bisa memproduksi 1 kuintal keripik
tempe per hari. Ia menjual keripik tempenya seharga Rp
25.000 per kilogram (kg). Dengan harga segitu, dia bisa
meraup omzet sekitar Rp 67,5 juta per bulan dengan
keuntungan per hari sekitar Rp 400.000. Untuk saat ini,
harga jual keripik tempenya lebih mahal, yakni Rp 5.000
per bungkus untuk keripik tempe original dan Rp 6.500
per bungkus untuk keripik tempe rasa. Rudi mengaku,
saban hari ia bisa menjual 500-600 bungkus keripik tempe
dengan omzet sekitar Rp 4 juta per hari. Jadi, dalam
sebulan dia bisa membukukan omzet sekitar Rp 120 juta.
Banting harga demi memikat pelanggan

Dengan jumlah perajin yang semakin banyak, tingkat


produktivitas pun ikut meningkat, di sisi lain, jumlah
perajin yang banyak ini pun menimbulkan masalah yakni
mengenai persaingan harga. Persaingan harga keripik
tempe di tingkat perajin semakin tak sehat. Banyak
perajin rela membanting harga supaya omzet yang diraup
lebih besar. Rudi menjual keripik tempe dengan harga
yang cukup tinggi dibanding perajin keripik tempe yang
memiliki kios di dalam kampung. Dengan lokasi yang
strategis, dia memang bisa lebih mudah menjaring
pembeli. Jika ada konsumen yang mencari harga lebih
murah, ia selalu merekomendasikan konsumen menemui
para perajin di dalam kampung.
Untuk mengatasi hal itu, Rudi yang tidak ikut-ikutan
banting harga lebih memilih memasarkan keripik
tempenya ke luar daerah seperti ke Surabaya,
Kalimantan, Bali dan kota-kota lain. Bahkan kreipik
tempe merek “Burung Swari” ini sudah dipasarkan
di Amerika Serikat melalui pengusaha di Jakarta.
Menghadapi permasalahan perang harga tersebut,
Rudi dan beberapa temannya kini berencana
membuat sebuah paguyuban sebagai wadah bagi
para perajin keripik tempe Sanan. Dengan wadah
tersebut, diharapkan para perajin lebih guyub dan
rukun
SEKIAN....

TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai