Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS LAPORAN SAMBAL GORENG UBI JALAR

A. Nama Peneliti:
Muallifa Hadi
B. Waktu Dan Tannggal penelitian:
Minggu 19 NOVEMBER 2017
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang usaha pembuatan sambal goreng.
2. Untuk mengetahui potensi produksi sambal goreng.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengolah ubi menjadi sambal
goreng.
4. Menambah pengetahuan mengenai usaha sambal goreng.
D. Metode Penelitian
Tempat : Jln. Buttu Dakka Kecamatan Wonomulyo Kab. Polewali Mandar.
E. Tujuan literatur
Sambal goreng adalah salah satu makanan yang disajikan pada acara-acara adat
budaya mandar seperti pernikahan, akekah, tahlilan, dll. Propinsi sulawesi barat yang
tepatnya Dikecamatan wonomulyo, Desa buttu dakka terdapat banyak pedagang
sambal goreng. Sambal ini terbuat dari ubi jalar yang diiris-iris dalam ukuran seperti
korek api yang kemudian digoreng. Pedagang ubi jalar hanya memasarkan original
karena masayarkat lebih suka mengolah sambal goreng mereka sendiri. Rasanya yang
manis dan teksturnya yang gurih membuat makanan ini sangat digemari banyak orang
sehingga pedagang-pedagang sambal goreng jarang mengalami sepi pelanggan.

Keuntungan yang dihasilkan dari usaha ini cukup meyakinkan, yaitu sebesar
Rp4.000.000.00,-/bulan. Namun, keuntungan tersebut dapat diperoleh dihari-hari besar
dan disaat ramai acara-acara saja. Adapun dihari biasa keuntungan yang diperoleh
kurang lebih sebesar Rp300.000.00,- ataupun Rp500.000,-/bulan.

Kegiatan praktek lapang ini sangat berhubungan dengan pelajari mata kuliah kami
(kewirausahaan) karena seorang ekonomi harus mengetahui bagaimana cara
berwirausaha. Oleh karena itu,kami mendapat tugas dari dosen berupa praktek lapang
kepengusaha ‘’sambal goreng’’ guna mengetahui kegiatan produksi dari sambal goreng
agar kami dapat memperoleh pelajaran bagaimana suka dukanya berwirausaha dan
dijadikan panutan baik untuk saat ini ataupun masa mendatang.

F. Analisis Biaya
Produksi setiap harinya biasa mencapai 8 hingga 10 karung ubi jalar. Pasokan ubi
jalar diperoleh cukup banyak yaitu: Masamba, Sengkang, Mamuju, Ba’babulo, dan
barru. Hal ini musim panen yang tidak menentu dikarenakan daerah yang satu maka
pak Nursam akan memasok dari daerah yang lain. Adapun harga ubi jalar yang dibeli
sebesar Rp5.000.000.00,- hingga Rp10.000.000.00.-.
Usaha ini juga memiliki karyawan yang dipekerjakan hanya keluarga terdekat saja
hingga usaha ini merupakan usaha keluarga. Walaupun demikian keluarga yang
dipekerjakan tetap diberi gaji sebesar Rp16.000.000.00.-/kurang untuk untuk
pengupasan dan pengirisan ubi. Sementara itu untuk proses penggorengan biasa
dilakukan sendiri oleh pak Nursam. Mengelola ubi jalar pun tidak sembarang, terdapat
tata cara pengolahan yaitu; jika ubi jalar dikupas dipagi hari maka malamnya ubi jalar
direndam menggunakan air dari pagi harinya dapat digoreng. Alat yang digunakan
berupa pisau, parut, kotak ubi, dan pengerut. Alat pengerut masih tradisional yaitu
menggunakan tungku dengan kayu bakar. Penggrengan mamakan waktu 3jam yaitu
pukul 07.00-10.00 menghabiskan 2 karung ubi jalar dan 3 jergen minyak . kayu yang
digunakan pun dibeli dari daerah lain. Harga dan pemasaran sambal goreng yang sudah
siap dipasarkan pun bervariasi yaitu; Rp150.000.00.-/kantong plastik besar,
Rp100.000.00,-/ kaleng, Rp50.000.00,-/setengah kaleng, dan Rp30.000.00,-/kantong
plastik kecil. Sambal goreng ini dapat bertahan selama 1 bulan selain dijual ditempat
usaha sendiri dipinggir jalan, sambal ini juga dipasarkan di pasar daerah Wonomulyo
dan Majene. Pembeli biasanya berasal dari berbagai

Anda mungkin juga menyukai