Kecil
Budidaya ikan lele menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat untuk dijadikan mata pencaharian.
Selain banyak digemari masyarakat cara pemeliharaannya pun tak sulit.
Legiman, warga Kampung Sukarsa, Banjaran, Bandung adalah salah seorang yang memiliki usaha
budidaya ikan lele sejak tahun 2008. Awalnya, proses pembesaran usaha lelenya belum
membuahkan hasil karena banyak bibit lele yang mati.
Sejak itu, Legiman berinisiatif memanfaaatkan ikan lele yang masih kecil dan mengolahnya menjadi
keripik lele kecil. Ternyata keripik lele kecil kreasinya banyak diminati masyarakat.
Legiman pun kini fokus menjalani usaha keripik lele goreng kecil ini. Kini usaha itu telah dilakoninya
sekitar 5 bulan.
Legiman saat ini bekerjasama dengan pihak. Seorang warga bernama Upi sangat tertarik dengan
usaha yang dilakoni Legiman. Ia melihat melihat besarnya potensi makanan ringan Lele Gokil.
Upi mengemas ulang (repackage) tampilan luar serta rebranding nama produk menjadi Lele Goil
atau lele goreng kecil-kecil. Saat ini pendistribusian lele gokil sudah cukup berkembang di kota
Bandung dan sedang memperluas penjualan ke pulau Bali. (mnc)
lele tersebut. Bagi Ibu Elisabeth yang memiliki basic seorang perawat, faktor kesehatan menjadi
hal utama dalam menghasilkan produk-produknya. Oleh karena itu penggunaan bahan-bahan
alami juga menjadi prioritas kelompok ketika memproduksi olahan masakannya.
Proses pemasaran produk juga menjadi kendala tersendiri bagi kelompok Artha Mina dalam
memasarkan produknya. Berbagai hal tekait dengan pemasaran sudah pernah dijalankan oleh
kelompok Artha Mina. kelompok Artha Mina sedikit banyak terbantu dengan seringnya ikut
pameran-pameran baik yang diselenggarakan skala lokal maupun regional. Dan menurut Ibu
Elisabeth, dari beberapa kali mereka ikut pameran, produk aneka olahan lelenya termasuk laku
keras. Sehingga, sampai saat ini beliau masih tetap optimis untuk tetap bertahan dengan
produksinya dibantu oleh dua orang rekannya.
Siang ini, ruangan INTAI dipenuhi oleh BMI yang rela berdesak-desakan mendengarkan sang
pembicara menyampaikan wejangan-wejangannya. Ada apakah gerangan disana? Ternyata
IPIT (Ikatan Pekerja Indonesia di Taiwan) sedang mengadakan seminar kewirausahaan untuk
bekal bagi para BMI agar tidak kembali bekerja ke luar negri sepulang dari tanah rantau.
Seminar kali ini menyajikan 2 topik yang berbeda, topik pertama adalah Keuangan Merdeka
yang dibimbing Pak Julius Dermawan, dan topik kedua adalah Ternak lele dan Nila oleh Pak
Dedi Fazriansyah.
Secara umum, visi dalam seminar ini adalah keuangan merdeka. Dalam kehidupan sehari-hari,
berapapun besarnya gaji seseorang, tak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup. Dan jika ingin
menjadi orang kaya, seseorang harus punya mental dan cara berpikir layaknya orang kaya.
Terdapat 6 cara yang dapat membuat seseorang menjadi bermental kaya yang Pak Julius
rumuskan dengan formula A-B-A-B-A-B (Amal-Bayar-Aman-Bunga_AlMirats-Bebas):
1.
Amal
Wajib: amal sesuai kepercayaan(misal di Islam ZIS) dan sukarela dengan prinsip 3T (Teliti,
terpercaya, terus-terusan
1.
Bayar
Aman
Lindungilah kebutuhan pokok: sandang, papan dan pangan, barulah berinvestasi, dan
berinvestasilah di yang beresiko rendah dan tinggi, jangan di bank.
1.
Bunga
Jangan sembarangan menaruh duit, taruhlah di tempat yang bisa memberikan kepastian dan
sesuai kemampuan
1.
Al-Mirats
Rencanakan pewarisan/transfer kekayaan anda. Ini lebih baik dikonsultasikan, mana cara yang
tepat. Sebab dengan begitu, warisan bisa bertambah.
1.
Bebas
Setelah memenuhi 5 hal di atas, barulah kita gunakan uang tersebut untuk kebutuhan kita. Jadi
paradigmanya adalah :
Pendapatan-Rencana = Pengeluaran, bukan Pendapatan-Pengeluaran=Tabungan
Seusai materi pertama disampaikan, materi kedua disampaikan oleh Pak Dedi selaku
pengusaha lele sekaligus mahasiswa program PhD National Taiwan Ocean University (NTOU).
Pak dedi mengawali seminarnya dengan menjelaskan alasan mengapa bisnis ikan cukup
menjanjikan dan sebagai pemula kita disarankan untuk membuka bisnis lele.
Menurut pengalaman Pak Dedi, bisnis lele mudah dan tidak beresiko tinggi, dan dewasa ini lele
sering menjadi makanan alternatif pengganti daging. Selain itu, harganya dapat bersaing
dengan harga daging di pasaran, lele pun bergizi serta memiliki pangsa pasar yang terbuka
luas.
Dalam usaha lele, terdapat beberapa segmen, diantaranya Pembenihan/pemijahanPendederan-pembesaran-Pendistribusian-Pengolahan. Untuk menjalankan usaha lele, kita bisa
mengikuti serangkaian proses berikut:Pilih segmen->Analisa usaha->belajar tekniknya>Siapkan alat dan bahan->Mulai!->Impas->untung->perluas usaha->Bikin Jaringan->Jadi
konglomerat.
Selanjutnya, Pak Dedi memaparkan cerita keberhasilan berbagai orang, yang memulai usaha
ini dari yang paling sederhana hingga akhirnya sukses. Pak Dedi pun mepaparkan tentang
perbedaan dan keunggulan lele dan Nila. Pembudidayaan lele dapat cepat memetik hasilnya,
tangguh, lele pun dapat makan apa saja (sehingga untuk pakan lele tidak terlalu sulit), dan lele
bisa diolah jadi beraneka ragam produk. Pembudidayaan nila pun dapat cepat memetik
hasilnya, mudah dipelihara, rasanya enak, serta prospek ekspor filletnya besar. Salah satu
informasi penting yang didapat dari pak dedi adalah Amerika dan Eropa marah-marah karena
dewasa ini fillet semakin jarang dikirim oleh Indonesia sebab peternak lebih memilih melepas
langsung ke pasar saat daging filletnya belum ada, karena pengusaha lele ingin cepat untung.
Tempat pengelolaan ikan lele pun tidak terlalu merepotkan, bahkan tempat memelihara lele
dapat dibuat dari bak terpal. Keuntungan bak terpal ini adalah murah, mudah dirawat, ikannya
bersih dan berkualitas. Tak luput pak dedi pun melakukan demonstrasi pembuatan bak terpal
untuk memelihara lele. Dan jika kita ingin membeli bak terpal ini, kita dapat bilang kalau kita
ingin membeli terpal ikan.
Secara teknis, Sebelum menaburkan benih, air pet dibiarkan selama 1-3 hari di bak dan
diaerasi. Pakan ikan dapat berupa pelet, yang besarnya tergantung ukuran ikan. Ikan pun harus
diberi makan hingga kenyang, yaitu sampai pelet tidak dikerubungi lagi oleh lele. Jika lele tidak
makan sampai kenyang, maka para pengusaha harus siap menonton pertunjukan kanibalisasi
lele. Pengeluaran untuk pakan lele ini menghabiskan 70-80% total biaya, sehingga lebih baik
jika pakan lele dibuat sendiri atau didapat dari jaringan/kelompok agar lebih murah.
Pemeliharaannya berupa pergantian air, 2 bulan pertama 1 bulan 1x, dan setelahnya 2 minggu
sekali. Kemudian penyiphonan air. Setelah itu, pemilik tinggal memantau perkembangannya
dan jangan malas (malas ngasih makan, malas membersihkan, malas ganti air) karena malas
ini faktor utama kegagalanan. Usaha ini pun bisa diiringi usaha pengolahan ikan (pembuatan
pecel lele, dsb).
Di akhir sesi, pak Dedi menunjukkan ke peserta seekor lele Taiwan yang berukuran sepanjang
lengan orang dewasa. Makanan lele Taiwan adalah sisa pemotongan ayam, terutama usunya
yang dijadikan pelet oleh pemiliknya. Selain itu, Pak Dedi pun menyarankan untuk beternak lele
di air payau karena lele yang hidup di air payau memiliki kualitas daging yang lebih baik.
Mari tumbuhkan niat berwirausaha, karena sebagian besar pintu rizki adalah dari berwirausaha.
Rasulullah pun seorang pedagang yang giat dan jujur. Hilangkan sifat malas yang melekat pada
diri dan jangan melupakan sedekah agar rizki semakin lancar.