Anda di halaman 1dari 7

Lele Gokil, Keripik Lele Goreng

Kecil
Budidaya ikan lele menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat untuk dijadikan mata pencaharian.
Selain banyak digemari masyarakat cara pemeliharaannya pun tak sulit.
Legiman, warga Kampung Sukarsa, Banjaran, Bandung adalah salah seorang yang memiliki usaha
budidaya ikan lele sejak tahun 2008. Awalnya, proses pembesaran usaha lelenya belum
membuahkan hasil karena banyak bibit lele yang mati.
Sejak itu, Legiman berinisiatif memanfaaatkan ikan lele yang masih kecil dan mengolahnya menjadi
keripik lele kecil. Ternyata keripik lele kecil kreasinya banyak diminati masyarakat.
Legiman pun kini fokus menjalani usaha keripik lele goreng kecil ini. Kini usaha itu telah dilakoninya
sekitar 5 bulan.
Legiman saat ini bekerjasama dengan pihak. Seorang warga bernama Upi sangat tertarik dengan
usaha yang dilakoni Legiman. Ia melihat melihat besarnya potensi makanan ringan Lele Gokil.
Upi mengemas ulang (repackage) tampilan luar serta rebranding nama produk menjadi Lele Goil
atau lele goreng kecil-kecil. Saat ini pendistribusian lele gokil sudah cukup berkembang di kota
Bandung dan sedang memperluas penjualan ke pulau Bali. (mnc)

Menjaring laba dari camilan lele balita


JAKARTA. Selalu ada peluang untuk berkreasi di bidang makanan. Contohnya yang dilakukan
Fauzi Rahman dari Bandung ini. Ia membuat lele crispy yang bahan bakunya adalah anak lele
yang masih relatif kecil atau lele baby, yaitu yang berumur sekitar dua bulan, sehingga
panjangnya tidak lebih dari 5 cm.
Ini jelas merupakan khazanah baru di bidang olahan lele. Selama ini, olahan lele yang sering kita
jumpai adalah lele goreng pecel lele, kerupuk dan abon.
Fauzi membuat tiga pilihan rasa lele renyah, yaitu original, daun jeruk, dan rasa piza. Juga
terdapat tiga level kepedasan. Panganan ini dinamai Lele Gokil alias lele goreng kecil.
Cara yang dilakukan Fauzi tidak rumit. Lele baby terlebih dahulu dibersihkan isi perut dan
tulangnya. Lalu, diberi bumbu khusus. Setelah bumbu meresap, lele dilumuri tepung, dan
digoreng hingga garing.
Perlu juga dicatat, Fauzi hanya menggunakan lele baby organik yang didatangkan langsung dari
Majalaya, Jawa Barat. "Lele baby organik tidak diberi pakan pelet atau limbah, pakannya hanya
tumbuh-tumbuhan. Jadi lele tidak bau dan lebih bersih," klaimnya.
Ternyata respons konsumen bagus. Tiap bulan ia bisa menjual 8 kuintal Lele Gokil. Omzet yang
ia peroleh dari bisnis lele crispy ini bisa mencapai Rp 25 juta hingga Rp 30 juta tiap bulan.
Karena itu, ia berkesimpulan, usaha lele baby crispy ini punya prospek bagus. Bahkan
permintaannya terus naik.
Pebisnis lain yang juga mengolah lele baby menjadi camilan crispy adalah Rindra Iman
Lesmana. Pria yang berdomisili di Kediri, Jawa Timur ini bahkan sudah menggeluti bisnis olahan
lele sejak 2010. Maklum, Kediri memang menjadi salah satu sentra budidaya lele.
Awalnya, ia membuat olahan semacam kerupuk dari lele dewasa. Hingga akhirnya, setahun
terakhir ini membuat kreasi terbaru berupa lele garing atau yang ia sebut Baby Crispy. "Supaya
pasar tidak bosan, saya berinisiatif membuat olahan ikan lele yang beda dari yang lain," tutur
Rindra.
Ia menyebut baby, karena lele yang digunakan masih seukuran jari telunjuk orang dewasa.
Menurutnya, produk ini cukup menjanjikan, karena tak perlu menunggu sampai usia lele
mencapai dewasa untuk siap diolah. Saban bulan, Rindra bisa meraup omzet Rp 7 juta, dengan
laba bersih 30%.

Abon LeleQu Tawarkan Bisnis Beromset 5 Juta Per Bulan


Memang gampang-gampang susah dalam memilih usaha sampingan. Anda harus bisa
memilih mana yang sekiranya cocok dan menghasilkan profit besar. Mungkin bisa menjadi
referensi bagi Anda adalah membuka usaha di bidang makanan. Namun, tak jarang bila ingin
produknya dilirik banyak orang Anda harus memilih sesuatu yang bersifat unik, kreatif, dan
berinovasi tinggi. Nah jika Anda mencoba menjadi agen atau reseller abon LeleQu tak ada
salahnya tuh. LeleQuadalah abon lele dari sebuah merk bisnis makanan yang menggunakan
bahan dasarnya ikan lele.
Perluasan makanan ini tak hanya untuk dan sekedar dipasarkan saja, melainkan menjadi salah
satu sarana dalam melestarikan beraneka ragamnya warisan kuliner nusantara. Warteg dan
bawang adalah maskot yang telah kita tahun dan LeleQu ingin menjadi salah satu makanan
khas juga dari Tegal.
Nopi Sugianto adalah sang pemilik LeleQu. Dia itu hanyalah salah seorang petani lele dari
Tegal. Ketika menjalani sebagai seorang petani lele tak jarang dirinya menemui banyak kendala
dengan tidak meratanya pertumbuhan dari ikan lele tersebut dimana terkadang ada yang
berukuran besar dan ada juga yang kecil. Ikan lele yang berukuran 14-15 cm adalah yang laku
dijual. Dia beserta komunitas petani lele yang berada di Tegal pada mulanya bingung terhadap
ikan-ikan lele mereka yang sudah tidak laku dijual lagi. Nah ikan lele yang tidak laku dijual itulah
yang diolah menjadi abon lele.
Pada Juni 2011 Nopi mendirikan usaha abon lele dengan merek LeleQu dengan modal awal
dari pinjaman PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) sebesar Rp 10 juta. Dia
mendapatkan omset per bulan sekitar Rp 3 juta Rp 5 juta dengan modal awal sebesar Rp 10
juta tersebut.
Saat ini LeleQu telah mempunyai dua rasa, yaitu rasa asli (original) dan rasa pedas dengan
kemasan berukuran 100 gram dan 250 gram dan dibanderol dengan masing-masing harga
sebesar Rp 25 ribu dan Rp 60 ribu.
Untuk saat ini LeleQu dipasarkan melalui delapan agen yang tersebar di Jakarta Selatan,
Jakarta Barat, Jakarta Timur, Tangerang, Bogor, Purwokerto, Banyumas dan Tegal sendiri
sebagai basisnya.
Dengan modal sebesar Rp 10 juta Anda bisa menjadi reseller atau agen LeleQu dengan
menghubungi langsung ke daerah-daerah yang sudah menjadi agen LeleQu. Nopi telah
mendapatkan keuntungan sebesar 20 persen dari program marketing berbasis reseller ini.
LeleQu bisa menjadi peluang usaha yang baru dan menarik bagi Anda. Siapa mau??

Bisnis Kerupuk Lele Ibu Elisabeth


Bisnis olahan lele cukup menarik. Kendati tampak sepele, hasilnya bisa menggelegar jika Anda
serius menggeluti bisnis ini. Harga lele cenderung stabil karena pasokan melimpah. Jadi Anda
tak perlu khawatir soal suplai bahan baku. Jika sudah mendapat pemasok lele, Anda harus
memikirkan mengenai pilihan produk. Ikan lele bisa diolah menjadi bermacam-macam produk
karena tidak beraroma amis seperti ikan laut. Sejauh ini, makanan olahan berbahan baku lele
yang beredar di pasar meliputi abon, keripik, dan nugget lele. Jika belum punya ide sendiri,
Anda bisa memilih salah satu dari sekian banyak jenis makanan olahan lele itu.
Keripik Lele adalah hasil olahan alternatif dari ikan lele, yang biasanya dimasak dengan kuah
santan atau digoreng dan disajikan dengan sambal terasi. Kerenyahan Rambak/Keripik Lele bisa
menjadi nilai jual tersendiri yang bisa mendatangkan keuntungan yang lumayan. Contohnya
adalah terdapat salah satu produsen kerupuk lele di Daerah Pakem Sleman Yogyakarta.
Mereka adalah kelompok Artha Mina yang saat ini beranggotakan 3 orang yang berhasil
mengembangkan diversifikasi produk ikan lele menjadi berbagai produk lain yang bernilai jual
lebih. Berawal dari usaha yang dikembangkan oleh rekan-rekannya, saat ini kelompok Artha
Mina menjadi satu-satunya kelompok yang masih bertahan memproduksi aneka olahan
masakan berbahan lele. Salah satu pendirinya ialah Ibu Elisabeth. Awal mula pemikiran dari
usaha ini adalah mereka berfikir,kalau udang dan tengiri saja bisa dijadikan kerupuk mengapa
lele tidak bisa,padahal sama-sama ikan.
Usaha yang telah dijalankan kelompok Artha Mina sejak tahun 2008 itu pernah mengalami
masa jayanya sekitar tahun 2008 dan 2009. Seiring dengan makin menurunnya tingkat
ekonomi dan konsumsi masyarakat, penjualan produk olahan lele pun mengalami penurunan
drastis. Namun, kelompok Artha Mina masih bertahan memproduksi olahan lele tersebut karena
menurutnya ikan lele termasuk ikan yang mudah didapat dan murah harganya. Ikan lele juga
lebih unggul dibandingkan dengan produk hewani lainnya,ikan ini kaya akan Leusin dan Lisin.
Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk
perombakan dan pembentukan protein. Ikan lele juga merupakan penyuplai protein yang baik.
Dalam satu porsi lele, tersedia 15,6 gr protein yang akan memenuhi semua kebutuhan asam
amino yang dibutuhkan tubuh. Kualitas asam amino yang diberikan ikan lele adalah kualitas
yang baik untuk membangun masa otot dan membangun meningkatkan fungsi kekebalan
tubuh.
Proses produksi kerupuk lele tidaklah mudah,butuh waktu kurang lebih dua hari untuk
menghasilkan kerupuk mentah kering yang berkualitas. Lamanya waktu produksi juga
bergantung pada sinar matahari. Dan yang menjadi keunggulan dari kerupuk lele produksi Artha
Mina, semua bagian dari lele digunakan sebagai bahannya termasuk duri dan kepala dari ikan

lele tersebut. Bagi Ibu Elisabeth yang memiliki basic seorang perawat, faktor kesehatan menjadi
hal utama dalam menghasilkan produk-produknya. Oleh karena itu penggunaan bahan-bahan
alami juga menjadi prioritas kelompok ketika memproduksi olahan masakannya.
Proses pemasaran produk juga menjadi kendala tersendiri bagi kelompok Artha Mina dalam
memasarkan produknya. Berbagai hal tekait dengan pemasaran sudah pernah dijalankan oleh
kelompok Artha Mina. kelompok Artha Mina sedikit banyak terbantu dengan seringnya ikut
pameran-pameran baik yang diselenggarakan skala lokal maupun regional. Dan menurut Ibu
Elisabeth, dari beberapa kali mereka ikut pameran, produk aneka olahan lelenya termasuk laku
keras. Sehingga, sampai saat ini beliau masih tetap optimis untuk tetap bertahan dengan
produksinya dibantu oleh dua orang rekannya.

Memerdekakan keuangan dan menjadikan lele sebagai


penyambung hidup

Siang ini, ruangan INTAI dipenuhi oleh BMI yang rela berdesak-desakan mendengarkan sang
pembicara menyampaikan wejangan-wejangannya. Ada apakah gerangan disana? Ternyata
IPIT (Ikatan Pekerja Indonesia di Taiwan) sedang mengadakan seminar kewirausahaan untuk
bekal bagi para BMI agar tidak kembali bekerja ke luar negri sepulang dari tanah rantau.
Seminar kali ini menyajikan 2 topik yang berbeda, topik pertama adalah Keuangan Merdeka
yang dibimbing Pak Julius Dermawan, dan topik kedua adalah Ternak lele dan Nila oleh Pak
Dedi Fazriansyah.
Secara umum, visi dalam seminar ini adalah keuangan merdeka. Dalam kehidupan sehari-hari,
berapapun besarnya gaji seseorang, tak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup. Dan jika ingin
menjadi orang kaya, seseorang harus punya mental dan cara berpikir layaknya orang kaya.
Terdapat 6 cara yang dapat membuat seseorang menjadi bermental kaya yang Pak Julius
rumuskan dengan formula A-B-A-B-A-B (Amal-Bayar-Aman-Bunga_AlMirats-Bebas):
1.

Amal

Wajib: amal sesuai kepercayaan(misal di Islam ZIS) dan sukarela dengan prinsip 3T (Teliti,
terpercaya, terus-terusan
1.

Bayar

Selalulah mendahulukan untuk membayar utang dan tanggungan


1.

Aman

Lindungilah kebutuhan pokok: sandang, papan dan pangan, barulah berinvestasi, dan
berinvestasilah di yang beresiko rendah dan tinggi, jangan di bank.
1.

Bunga

Jangan sembarangan menaruh duit, taruhlah di tempat yang bisa memberikan kepastian dan
sesuai kemampuan
1.

Al-Mirats

Rencanakan pewarisan/transfer kekayaan anda. Ini lebih baik dikonsultasikan, mana cara yang
tepat. Sebab dengan begitu, warisan bisa bertambah.
1.

Bebas

Setelah memenuhi 5 hal di atas, barulah kita gunakan uang tersebut untuk kebutuhan kita. Jadi
paradigmanya adalah :
Pendapatan-Rencana = Pengeluaran, bukan Pendapatan-Pengeluaran=Tabungan
Seusai materi pertama disampaikan, materi kedua disampaikan oleh Pak Dedi selaku
pengusaha lele sekaligus mahasiswa program PhD National Taiwan Ocean University (NTOU).
Pak dedi mengawali seminarnya dengan menjelaskan alasan mengapa bisnis ikan cukup
menjanjikan dan sebagai pemula kita disarankan untuk membuka bisnis lele.
Menurut pengalaman Pak Dedi, bisnis lele mudah dan tidak beresiko tinggi, dan dewasa ini lele
sering menjadi makanan alternatif pengganti daging. Selain itu, harganya dapat bersaing
dengan harga daging di pasaran, lele pun bergizi serta memiliki pangsa pasar yang terbuka
luas.
Dalam usaha lele, terdapat beberapa segmen, diantaranya Pembenihan/pemijahanPendederan-pembesaran-Pendistribusian-Pengolahan. Untuk menjalankan usaha lele, kita bisa
mengikuti serangkaian proses berikut:Pilih segmen->Analisa usaha->belajar tekniknya>Siapkan alat dan bahan->Mulai!->Impas->untung->perluas usaha->Bikin Jaringan->Jadi
konglomerat.
Selanjutnya, Pak Dedi memaparkan cerita keberhasilan berbagai orang, yang memulai usaha
ini dari yang paling sederhana hingga akhirnya sukses. Pak Dedi pun mepaparkan tentang
perbedaan dan keunggulan lele dan Nila. Pembudidayaan lele dapat cepat memetik hasilnya,
tangguh, lele pun dapat makan apa saja (sehingga untuk pakan lele tidak terlalu sulit), dan lele
bisa diolah jadi beraneka ragam produk. Pembudidayaan nila pun dapat cepat memetik
hasilnya, mudah dipelihara, rasanya enak, serta prospek ekspor filletnya besar. Salah satu
informasi penting yang didapat dari pak dedi adalah Amerika dan Eropa marah-marah karena
dewasa ini fillet semakin jarang dikirim oleh Indonesia sebab peternak lebih memilih melepas
langsung ke pasar saat daging filletnya belum ada, karena pengusaha lele ingin cepat untung.
Tempat pengelolaan ikan lele pun tidak terlalu merepotkan, bahkan tempat memelihara lele
dapat dibuat dari bak terpal. Keuntungan bak terpal ini adalah murah, mudah dirawat, ikannya
bersih dan berkualitas. Tak luput pak dedi pun melakukan demonstrasi pembuatan bak terpal
untuk memelihara lele. Dan jika kita ingin membeli bak terpal ini, kita dapat bilang kalau kita
ingin membeli terpal ikan.
Secara teknis, Sebelum menaburkan benih, air pet dibiarkan selama 1-3 hari di bak dan
diaerasi. Pakan ikan dapat berupa pelet, yang besarnya tergantung ukuran ikan. Ikan pun harus

diberi makan hingga kenyang, yaitu sampai pelet tidak dikerubungi lagi oleh lele. Jika lele tidak
makan sampai kenyang, maka para pengusaha harus siap menonton pertunjukan kanibalisasi
lele. Pengeluaran untuk pakan lele ini menghabiskan 70-80% total biaya, sehingga lebih baik
jika pakan lele dibuat sendiri atau didapat dari jaringan/kelompok agar lebih murah.
Pemeliharaannya berupa pergantian air, 2 bulan pertama 1 bulan 1x, dan setelahnya 2 minggu
sekali. Kemudian penyiphonan air. Setelah itu, pemilik tinggal memantau perkembangannya
dan jangan malas (malas ngasih makan, malas membersihkan, malas ganti air) karena malas
ini faktor utama kegagalanan. Usaha ini pun bisa diiringi usaha pengolahan ikan (pembuatan
pecel lele, dsb).
Di akhir sesi, pak Dedi menunjukkan ke peserta seekor lele Taiwan yang berukuran sepanjang
lengan orang dewasa. Makanan lele Taiwan adalah sisa pemotongan ayam, terutama usunya
yang dijadikan pelet oleh pemiliknya. Selain itu, Pak Dedi pun menyarankan untuk beternak lele
di air payau karena lele yang hidup di air payau memiliki kualitas daging yang lebih baik.
Mari tumbuhkan niat berwirausaha, karena sebagian besar pintu rizki adalah dari berwirausaha.
Rasulullah pun seorang pedagang yang giat dan jujur. Hilangkan sifat malas yang melekat pada
diri dan jangan melupakan sedekah agar rizki semakin lancar.

Anda mungkin juga menyukai