Anda di halaman 1dari 3

Kerajinan Tangan Aluminium Bali Laris Manis di Eropa

Bisnis.com, JAKARTA - Bali memiliki keindahan alam, budaya, tradisi dan hasil industri
kerajinan tangan (handicraft) yang beraneka ragam.  Salah satu pengusaha kerajinan tangan
berbahan baku alumunium di Denpasar, Bali adalah Ni Nyoman Santi Astiti. Ada sekitar 10
jenis barang mampu dibuat sesuai pesanan maupun kreasi sendiri. Beberapa contoh kerajinan
tangan yang dihasilkan, mulai dari alat sembah yang seperti Bokor dan Banten hingga
pernak-pernik seperti tempat tissue, tempat permen hingga celengan.  Tidak heran apabila
bentuk hiasan dan fungsi inilah yang menjadi daya tarik pasar lokal, hingga bisa menembus
pasar Eropa. Sebab, produknya tak hanya menghasilkan karya-karya unik, tapi juga multi
fungsi, di mana produk yang dihasilkan punya manfaat, buka hanya sekedar sebagai pajangan
belaka dari setiap karya yang dilahirkan.

Pemilik Bali Anugrah Aluminium Handicraft ini mengaku ratusan hingga ribuan jenis
karya sudah dihasilkan selama ini, berbagai ukuran yang diminta oleh para customer juga
mampu dia kabulkan yang sesuai dengan permintaan. “Kita bisa produksi 50-100 perhari.
Sedangkan yang besar bisa 50 barang per hari. Jadi, kalau perbulan tinggal kita kalikan saja,
artinya sampai ribuan ya,” ujar Ni Nyoman Santi Astiti pada Bisnis.com, Senin (12/9/2022).
Memulai Usaha Bermodalkan Potensi Diri Ni Nyoman Santi Astiti mengaku, bisnisnya ini
dimulai sejak tahun 2005 yang berawal dari ketidaksengajaan atas tangan terampil sang
suami. Awal, kita dipercaya mengerjakan alat sembahyang, seperti Bokor,” jelasnya.  Produk
bokor alumunium di Menyali mampu menyediakan arena lapang kerja baru bagi masyarakat
desa yang mayoritas kehidupan mereka diisi bersama aktivitas pertanian dan perkebunan.

Kategori dan ukuran masing-masing kerajinan bokor aluminium ini tidak sama dari
yang paling mungil sampai yang paling besar, faktor ini disesuaikan dengan pihak yang
memesan. Motif dari masing-masing kerajinan bokor alumunium pun tidak sama, karenanya
makin menambah keindahan kerajinan aluminium ini. Proses pengerjaan dan pemberian
motif dari kerajinan bokor alumunium ini tidak memanfaatkan cetakan tapi dibuat secara
tradisional menggunakan tangan. Wujud motif yang dipahat terhadap aluminium ini pada
umumnya menggunakan perangkat sederhana seperti palu, paku dan alat-alat yang lain.
Mulai dari alat sembahyang tersebut, kini bisnisnya telah menginjak usia 17 tahun.
Saat ini, Bali Anugrah tidak hanya melayani alat upacara adat saja, tapi telah
berkembang dalam membuat alat perlengkapan sehari-hari yang digunakan di rumah ataupun
juga di hotel dan restaurant berupa tempat sampah, tempat tissu, bingkai foto dan masih
banyak lagi.  “Untuk pelanggan, kita banyak menerima pesanan dari hotel daerah Canggu,
Nusa Dua, perusahaan pribadi hingga beberapa event yang memerlukan kotak souvenir, kita
sediakan. Produk kita juga sudah ke luar pulau Bali, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur,” jelasnya. 

Bersama 4 orang pekerjanya, kini Ni Nyoman Santi Astiti saling bahu-membahu


dalam menghasilkan pesanan yang terus merambah ke negara lain, seperti Australia dan
Inggris. “Biasanya mereka memesan tempat kue dan beberapa kotak perhiasan. Alasan
mengapa kerajinan aluminium ini laris di pasaran Eropa, karena pengirimannya ini terbilang
mudah dan murah, tidak sesulit mengurus dokumen pengiriman untuk bahan dasar besi, ini
membuat mereka lebih merasa praktis untuk membeli produk aluminium” ungkapnya. 
Meski, produknya telah menjangkau pasar luar negeri. Tapi, harga yang ditawarkan tetap
relatif murah, mulai dari Rp3.000 sampai Rp300.000, mengingat proses pembuatan masih
dengan cara manual. Ini menjadi suatu strategi dari Ni Nyoman Santi Astiti dalam merespons
persaingan dunia usaha, di mana sebagai pelaku usaha harus menerima persaiangan secara
sehat. Bagi dia, dengan memiliki banyak pengalaman kerja bersama banyak pihak, sudah
menjadi suatu keuntungan yang sangat besar. Adanya repeat order juga menjadi suatu
indikasi bahwa produknya diterima oleh pasar dan dia makin tertarik untuk terus
mengembangkan bisnis ini, dari segi desain yang terus diupdate guna memanjakan setiap
pandangan mata konsumen. 

Berkat kejeliannya dalam membaca peluang serta kebutuhan yang diminati pasar, tak
heran apabila bisnis Bali Anugrah selalu banjir orderan.  Menurut Ni Nyoman Santi Astiti,
untuk memasarkan produk usaha supaya lancar, tentu harus memiliki cara tersendiri dalam
proses penjualan. Selain harus cermat dalam menentukan harga. Hal lainnya yang harus
diketahui adalah soal kualitas. Produk bisnis memang selalu menajdi tumpuan sebelum
closing. Maka Ni Nyoman selalu menyesuaikan kualitas yang benar-benar bagus. Prinsip ada
harga ada kualitas, selalu dia terapkan dalam bisnisnya agar meminimalisir kekecewaan
pelanggan. Tak hanya itu, melakukan kolaborasi juga menjadi hal yang penting bagi Ni
Nyoman untuk menciptakan kepuasan pelanggan. “Biasa, pelanggan itu butuh waktu cepat.
Padahal, kerajinan itu kan butuh jarak waktu yang lumayan lama ya. Jadinya, kita harus
pintar-pintar me-manage sumber daya manusia, Saya biasanya ikut memberdayakan usaha
sekitar untuk membantu saya dalam menyelesaikan pesanan,” jelasnya.

Bahkan, terkadang dengan seringnya berkolaborasi dengan usaha sekitar, dia merasa
makin punya peluang untuk memperluas target pasarnya. “Tiap usaha apalagi kerajinan
tangan itu, punya sesuatu yang jadi keunikannya. Sehingga, untuk saat ini saya selalu
memberikan opsi kepada calon customer banyak contoh produk, agar mereka bisa memilih
secara leluasa. Misal produk saya keunikannya ini dan produk usaha-usaha lainnya seperti
ini, tinggal pilih dan cara ini terbukti efektif,” tutupnya.
Setelah membaca kisah sukses pengusaha kerajinan untuk pasar global tersebut, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Jenis kerajinan apa yang dikembangkan oleh Ni Nyoman Santi Astiti?
2. Bagaimana cara Ni Nyoman Santi Astiti mengembangkan usaha kerajinan tersebut?
3. Sifat apa saja yang dimiliki oleh Ni Nyoman Santi Astiti sehingga bisa berhasil
menjadi pengusaha kerajinan yang sukses?
4. Pembelajaran apa yang dapat diambil dari kisah sukses Ni Nyoman Santi Astiti?

Anda mungkin juga menyukai