Anda di halaman 1dari 2

Cerita Sukses Pengusaha Asal Gianyar Ini Bawa Kerajinan Bali Menembus Pasar Dunia

BERITABALI.COM, GIANYAR. 
Ni Ketut Bakati Anggareni mendirikan usaha kerajinan barang rumah tangga berbahan dasar
kayu dengan nama “Bali Bakti Anggara” dirintisnya sejak 1997.

Perempuan yang biasa disapa Ayu merintis usaha sejak 23 tahun lalu dengan modal awal
hanya Rp50 juta. Dengan modal awal yang bersumber dari uang sendiri alias bukan
pinjaman, Ayu memproduksi hiasan dinding, meja kerja dan beberapa peralatan makan
seperti mangkuk dan gelas kayu. Produk yang diproduksinya bervariasi. Kerennya, produk-
produk tersebut sudah menembus pasar luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa dan Asia.

“Sekitar 60 persen market kami di Amerika Serikat, 30 persen di Eropa dan sisanya di Asia
termasuk pasar dalam negeri,” ujarnya dikutip dari Suara.com.

Aneka produk kerajinan tersebut dijual mulai dari US$2,5 hingga US$100 atau berkisar
Rp35.600 hingga Rp1,4 juta per-produk. Dalam kondisi normal, Ayu biasanya mampu
mengekspor sebanyak 30-100 kontainer dan meraup omzet hingga US$50 ribu atau setara
Rp710 juta per semester.

Bisnis skala UKM yang dijalankan Ayu banyak mempekerjakan perempuan. Ini bukan tanpa
maksud. Pasalnya, di daerahnya di Kelurahan Abianbase, Gianyar, Bali, banyak perempuan
yang sudah berkeluarga tetapi kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dia pun memutuskan
memberdayakan perempuan setempat, terutama dalam proses pengemasan.

Namun, pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia telah memberi dampak
signifikan pada usaha skala UMKM, termasuk “Bali Bakti Anggara”. Akibat permintaan
pasar yang lesu terdampak pandemi, Ayu harus melakukan sejumlah penyesuaian, termasuk
jumlah pekerja. Saat ini, dia hanya bisa mempekerjakan sekitar 23 orang, di mana 12 orang di
antaranya merupakan pekerja perempuan.

Perempuan berusia 49 tahun ini mengaku pernah mengalami masa sulit. Saat itu pada pada
2012 lalu, usahanya terimbas perubahan tren di masyarakat. Kerajinan kayunya selama ini
fokus pada kerajinan tradisional asli Bali yang banyak mengandung kreativitas ukiran.
Namun ternyata tren di pasaran saat itu berubah, dan ini memengaruhi usahanya.
“Kita sempat terlambat mengikuti tren tersebut. Kebetulan saat itu merupakan keuntungan
bagi usaha saya, saya mendapat bantuan dari Pemerintah Belanda dimana mereka memiliki
program untuk membina usaha kecil di negara berkembang, nah usaha saya terpilih,”
ungkapnya.

Kesempatan itu dimanfaatkan Ayu sebaik mungkin untuk belajar dan lebih mengasah lagi
kreativitas. Harapannya agar bisa menghasilkan produk-produk kerajinan kayu yang kekinian
mengikuti roda zaman. Berkat pembinaan dari Pemerintah Belanda selama setahun akhirnya
usaha kerajinannya normal kembali dan lebih berkembang.

Ayu menuturkan tantangan lain yang dihadapi adalah terkait shipping buyer payment (sistem
pembayaran dari pembeli). Pada masa pandemi Covid-19 seperti ini, masa tunggu menjadi
lebih lama yakni sekitar 60 hari dari biasanya 30 hari.

Setelah membaca kisah sukses pengusaha kerajinan untuk pasar global tersebut, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Jenis kerajinan apa yang dikembangkan oleh Ni Ketut Bakati?
2. Bagaimana cara Ni Ketut Bakati mengembangkan usaha kerajinan tersebut?
3. Sifat apa saja yang dimiliki oleh Ni Ketut Bakati sehingga bisa berhasil menjadi
pengusaha kerajinan yang sukses?
4. Pembelajaran apa yang dapat diambil dari kisah sukses Ni Ketut Bakati?

Anda mungkin juga menyukai