Pria yang selalu berpenampilan rapi ini sebagai perintis dalam membuat jam tangan dari
bahan kayu. Ia mampu melihat setiap peluang usaha yang ada dan gigih dalam
memperjuangkan usahanya. Sehingga ia sukses dalam bisnisnya tersebut. Dimana setiap
bulan, ia mampu menjual sampai 500 jam tangan kayunya.
Jika ditilik ke belakang, sebelum memulai usaha jam tangan kayu merek Matoa, pria yang
murah senyum ini merupakan seorang karyawan swasta. Lulusan SMAN 2 Bandung ini telah
menjalani berbagai pekerjaan di sejumlah perusahaan. Namun, ia lebih banyak ditempatkan
sebagai marketing. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah Head of Marketing
Communication di sebuah perusahaan kue. Sehingga ia sangat mengetahui betul ilmu tentang
pemasaran.
Ternyata pria yang ramah ini memiliki latar belakang pendidikan yang tidak begitu tinggi.
Dimana ia sering berpindah-pindah sekolah hingga tak mendapat gelar sarjana. Namun, pria
yang berkulit putih ini menyadari pentingnya pendidikan dalam kehidupan seseorang.
Menurutnya, memperoleh ilmu bukan hanya di bangku sekolah tapi bisa di dapat dari
pengalaman dan orang lain. Yang penting mau belajar.
Sementara itu, alasan Lucky memulai usaha jam tangan kayu berawal dari tantangan mantan
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal yang menantang pengusaha
muda Indonesia untuk membuat produk dalam negeri yang berkelas internasional seperti jam
tangan dari bahan baku kayu. Menurut Dino Patti Djalal, jam tangan dari bahan baku kayu
akan laris manis di pasar dalam negeri dan internasional disebabkan orisinalitas unik, alami
dan beda. Kebetulan Lucky mempunyai jam tangan kayu yang dibelinya dari Amerika
Serikat. Sehingga ia termotivasi membuat jam serupa.