Anda di halaman 1dari 3

Anto Suroto, Perajin Kulit Reptil Yang Sukses

Suroto terbilang sukses melakoni industri rumah


tangga kerajinan kulit reptil. Produk-produk yang dihasilkan
seperti tas, pakaian, aksesoris wanita, dan berbagai macam
kerajinan lainnya telah diekspor ke berbagai negara. Omzetnya
mencapai 20 – 30 ribu dolar per bulan, kendati hasil
kerajinannya tidak diproduksi dalam jumlah banyak.
Usaha Anto kian maju setelah mengikuti pembinaan dari
pemerintah dan Yayasn Dharma Bhakti Astra Manajemen.
Akses memasarkan produk ke luar negeri pun lebih mudah,
terutama ke Jepang. Juga korporasi dengan Departemen
Perdagangan untuk mengikuti pameran produk kerajinan tangan
di dalam maupun di luar negeri. Akibatnya, produk-produknya
dikenal banyak orang.
Lewat kesempatan itu, Anto kembali melakukan penetrasi pasar
ke Amerika Serikat, mulai dari Los Angeles, San Fransisco, sampai New York. Di Jepang
Anto pun memberanikan diri memasarkan produk melalui ekshibisi di Maruzen dan
Takashimaya Departement Store. Hasilnya cukup memuaskan, produknya diterima di pasar
internasional.
Anto yang berasal dari Medan mulai tertarik menggeluti usaha sejak berkenalan dan
membantu pengusaha kulit reptil asal Jepang. Ternyata kulit reptil bisa disulap menjadi
barang bernilai ekonomi tinggi. Usaha Anto dimulai dengan modal kecil pada tahun 1990.
Lambat laun usahanya mulai mandiri dan eksis dengan merk dagang
sendiri, Tasku dan Scano. Karena dinilai berpotensi, tahun 2000 Anto mendapat pembinaan
dari Badan Pengembang Ekspor Nasional di bawah pengendalian Menteri Perdagangan. Ia
juga dibina oleh Kementerian Koperasi, Dinas Perdagangan, sertaYayasan Dharma Bhakti
Astra. Dari pembinaan itu, Anto semakin mengetahui bagaimana meningkatkan
produktivitas, efisiensi kerja, dan pelatihan kepemimpinan.
Anto tak pernah absen mengikuti seminar dan pelatihan yang diadakan pemerintah untuk
Usaha Kecil Menengah. Tak jarang pula ia mengikutsertakan karyawannya supaya memiliki
keahlian mengelola dan mengembangkan perusahaan.
Rumah milik Anto Suroto yang terletak di kawasan Jalan Cempaka Putih Timur Nomor 17,
Jakarta Pusat menjadi pusat kerajinan dari kulit reptil. Dari kediaman berlantai tiga inilah
berbagai produk kerajinan dari kulit reptil diproduksi. Anto dibantu oleh sepuluh orang
karyawan untuk pengerjaan produksinya. Selain itu, Anto juga memiliki butik di kawasan
Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Naomi Susilowati Setiono
Setelah Dikeluarkan Dari Keluarga, Kemuadian Naomi Hengkang Ke Kabupaten Kudus. Di
Mana Pada Saat Itu Keadaan Cukup Sulit, Namun Beliau Sebagai Gadis Remaja Berani
Banting Tulang Untuk Mencukupi Kebutuhannya Sendiri. Buktinya Beliau Tidak Malu
Menekuni Pekerjaannya Sebagai Tukang Cuci Pakaian. Kemudian Ia Beralih Lagi Beberapa
Pekerjaan Hingga Pada Puncaknya Beliau Menemukan Jati Dirinya Sebagai Seorang
Pengusaha Yang Mandiri. Marilah Kita Ikuti Kisah Profil Pengusaha Sukses Indonesia Ini.
Sebelum Sukses Menjadi Pengusaha, Naomi Wanita Sederhana Ini Juga Pernah Menjalani
Hidupnya Sebagai Tukang Cuci Baju,
Pemotong Batang Rokok, Kernet Bus Antar
Kota Dan Akhirnyaa Menjadi Pengrajin
Batik Lasem.Kegetiran Hidup Tak
Menyurutkan Perjuangan Naomi Susilowati
Setiono (46) Dalam Menjalani
Kesehariannya. Dengan Berapi-Api, Wanita
Sederhana Ini Menuturkan Kisah Hidupnya
Yang Diawali Sebagai Tukang Cuci Baju,
Pemotong Batang Rokok, Kernet Bus
Antarkota, Dan Akhirnya Menjadi
Pengusaha Serta Perajin Batik Lasem.

Lucky, Pengusaha Sukses Jam Tangan Dari Kayu

Pria yang selalu berpenampilan rapi ini sebagai perintis dalam membuat jam tangan dari
bahan kayu. Ia mampu melihat setiap peluang usaha yang ada dan gigih dalam
memperjuangkan usahanya. Sehingga ia sukses dalam bisnisnya tersebut. Dimana setiap
bulan, ia mampu menjual sampai 500 jam tangan kayunya.
Jika ditilik ke belakang, sebelum memulai usaha jam tangan kayu merek Matoa, pria yang
murah senyum ini merupakan seorang karyawan swasta. Lulusan SMAN 2 Bandung ini telah
menjalani berbagai pekerjaan di sejumlah perusahaan. Namun, ia lebih banyak ditempatkan
sebagai marketing. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah Head of Marketing
Communication di sebuah perusahaan kue. Sehingga ia sangat mengetahui betul ilmu tentang
pemasaran.
Ternyata pria yang ramah ini memiliki latar belakang pendidikan yang tidak begitu tinggi.
Dimana ia sering berpindah-pindah sekolah hingga tak mendapat gelar sarjana. Namun, pria
yang berkulit putih ini menyadari pentingnya pendidikan dalam kehidupan seseorang.
Menurutnya, memperoleh ilmu bukan hanya di bangku sekolah tapi bisa di dapat dari
pengalaman dan orang lain. Yang penting mau belajar.
Sementara itu, alasan Lucky memulai usaha jam tangan kayu berawal dari tantangan mantan
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal yang menantang pengusaha
muda Indonesia untuk membuat produk dalam negeri yang berkelas internasional seperti jam
tangan dari bahan baku kayu. Menurut Dino Patti Djalal, jam tangan dari bahan baku kayu
akan laris manis di pasar dalam negeri dan internasional disebabkan orisinalitas unik, alami
dan beda. Kebetulan Lucky mempunyai jam tangan kayu yang dibelinya dari Amerika
Serikat. Sehingga ia termotivasi membuat jam serupa.

Anda mungkin juga menyukai