Berkat kerja kerasnya, kue bingka kini sudah menjadi salah satu jajanan khas Kota Batam.
Banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang membeli kue bingka. "Sekarang kue
bingka sudah lumayan dikenal hingga ke luar Batam," katanya.
Popularitas kue ini bahkan sudah sampai di Singapura. Selain dibawa turis Singapura yang
melancong ke Batam, ia juga pernah memperkenalkan langsung kue ini dengan mengikuti
pameran kuliner di Negeri Singa tersebut.Produk kue bingka buatannya bisa diterima pasar
karena sudah dimodifikasi sesuai dengan selera masyarakat modern. Aslinya, kue berbahan baku
santan yang dibuat berbentuk bunga matahari segi delapan ini hanya memiliki satu varian rasa.
Yakni, rasa pandan yang dibuat manis dan paling lama tahan satu hari.
Tapi, di tangannya, kue bingka kini hadir dengan 12 varian rasa, seperti keju, stroberi, buah naga,
kiwi, wijen, durian, mochacino, hingga blueberry. Dengan pilihan rasa yang kian variatif, kue
bingka kini semakin diterima pasar. Padahal sebelumnya, kue ini hampir punah. Kalaupun ada,
paling hanya dijual di pasar-pasar tradisional. "Saya bereksperimen mengembangkan varian rasa
kue ini dengan dibantu keluarga," ujarnya.
Selain kue bingka, ia juga memproduksi makanan khas daerah Batam lainnya. Di antaranya kek,
sejenis kue blackforest tapi berbahan dasar pisang. Ia berharap, semua kue buatannya tetap bisa
menjadi rujukan oleh-oleh khas Batam bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.
Berkat usahanya ini, ia pun diganjar sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya adalah pemenang
terbaik 1 Wirausaha Muda Mandiri Bidang Usaha Boga Mandiri 2010, UMKM Kreatif versi
Kadin Provinsi Kepulauan Riau 2010, The Best Entrepreneur of The Years 2011 oleh Indonesia
Community Center. Prestasi lain yang didapatnya adalah The Indonesian Small & Medium
Business & Entrepreneur Award (ISMBEA) 2012.
Sukses yang diraih Rosnendya Wisnu Wardhana tidak didapat dalam waktu sekejap. Perlu waktu
dan kerja keras agar bisa sukses seperti sekarang. Beberapa kali, ia mengalami jatuh bangun
dalam menjalankan usaha. Sebelum merintis usaha Kue Bingka Bakar Nay@dam, Wisnu pernah
mencoba menjalankan usaha cuci motor dan mobil, cuci helm, hingga membuka gerai
angkringan. "Karena pengelolaannya tidak fokus, Alhamdulillah semua usaha ini akhirnya
tutup," ujarnya.
Tetapi, hal itu tidak membuatnya putus asa. Belajar dari pengalaman, ia mencoba bangkit
kembali dan fokus di satu jenis usaha.
Hal itulah yang dilakukannya saat merintis usaha pembuatan kue khas Batam, seperti kue bingka
dan kue bilis. Ia merintis usaha ini di awal tahun 2009 dengan modal awal Rp 5 juta. Modal yang
tak seberapa itu dipakainya buat membeli bahan baku, mixer, dan Loyang cetakan kue. Sisanya
dipakai buat menyewa sebuah konter berukuran 2x3 meter di kawasan Pasar Mega Legenda,
Batam. Ia sengaja memilih konter terkecil karena modalnya sudah habis buat yang lain. "Karena
konter kecil biaya sewanya hanya sekitar Rp 390.000 per bulan," ujarnya.
Awalnya, ia hanya menjual aneka jajanan pasar, seperti kerupuk ikan, keripik talas, hingga keladi
pedas. Berbagai camilan itu cukup sering dijual di pasar-pasar Batam saat itu. Setelah hampir
dua bulan berjalan, ia kemudian memutuskan untuk membuat kue bingka bakar. Di awal-awal
berjualan, kuenya belum begitu laris. Dalam sehari paling hanya 15 loyang kue bingka yang laku
terjual. "Saya ingat saat itu harganya Rp 8.000 per loyang," ujarnya.
Namun, saat itu, ia sudah bertekad ingin menjadikan kue bingka bakar sebagai oleh-oleh khas
Batam. Ia pun gencar memasarkan produknya ke sejumlah acara, baik di tingkat kelurahan,
kecamatan, atau provinsi. Seperti acara penyuluhan keluarga berencana maupun perhelatan
mushabaqoh tilawatil quran (MTQ) tingkat provinsi. Lambat laun, upayanya itu mulai
membuahkan hasil. Pada Agustus 2009, Pemerintah Kota Batam mengajaknya untuk ikut serta
dalam acara Asia Food Festival di Singapura. Setelah mengikuti acara itu, kue buatannya
semakin dikenal masyarakat, baik warga Batam maupun wisatawan yang datang.
Ia mengaku, saat itu masih minder bila ada wisatawan yang mendatangi gerainya. "Karena masih
kecil sekali, seperti konter pulsa begitu kok," katanya.
Baru di tahun 2010, ia memindahkan lokasi usahanya ke sebuah ruko yang lebih luas. Selain
luas, lokasi baru ini juga lebih rapi dan bersih. Setelah pindah ke ruko inilah usahanya semakin
berkembang. Namun, butuh perjuangan bagi Wisnu untuk memindahkan usahanya ke ruko
tersebut. Soalnya, ruko itu dibeli dengan cara mencari pinjaman ke bank. Untuk keperluan itu, ia
terpaksa menjaminkan surat keputusan (SK) pengangkatan pegawai negeri sipil (PNS) milik
istrinya ke bank tersebut.
Maklum, mengandalkan omzetnya dari berjualan di pasar belum cukup. "Saat itu omzet bulanan