Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS INSPIRASI DARI KACAMATA MANAJEMEN

Film Dokumenter Inspiratif Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru, Bogor.


“Belajar Usaha Home Industry”

NAMA KELOMPOK : 1. APRILIA TRI HANDAYANI_B200210437


2. QOIRINA AYU AL SANDI_B200210459
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Film documenter ini bercerita tentang kehidupan masyarakat di Desa Tegalwaru,Ciampea,
Bogor, yang sebagian besar berprofesi sebagai pengusaha industry rumahan. Film ini akan
mengubah sudut pandang anda dalam membangun sebuah usaha. Tidak hanya bisa sukses
untuk diri sendiri tetapi juga bisa berkontribusi mensukseskan orang lain dan menjadi lebih
bermanfaat dengan prinsip Social Enterpreuneur. Kampung bisnis ini adalah satu-satunya
yang ada di Indonesia, dengan berbagai jenis UKM yang jumlahnya mencapai puluhan UKM
di satu desa ini. Tak ayal banyak dari warganya yang memiliki pendapatan yang mapan dan
pengangguran seakan lenyap dari desa ini. Seni bisnis tidak hanya dapat dipraktekkan oleh
orang-orang berdasi dan orang-orang sarjana saja, buktinya warga Desa Tegalwaru dapat
mematahkan asumsi tersebut. Dengan modal yang terbatas dan dengan ilmu bisnis yang
cukup membuat industry rumahan Desa Tegalwaru berdiri yang kini produknya sudah
menembus pasar internasional. Tak tanggung-tanggung Desa Tegalwaru juga dinobatkan
sebagai Desa Wisata oleh Pemerintah Bogor. Sudah Nampak jelas bahwa Pemerintah Bogor
mendukung sepenuhnya Desa Industri ini dengan menjadikan desa ini sebagai desa wisata,
supaya dengan mudah diakses oleh public dan UKM dapat dengan mudah mendapat pangsa
pasar yang menjanjikan. UKM di des aini tidak bekerja secara individual, melainkan secara
berkelompok dengan terdapat bermacam UKM seperi UKM Tas, UKM Gendang, UKM
Wayang, UKM Kue Basah, UKM Hasil Bambu, UKM Pandai Besi, UKM Perikanan dan
masih banyak lagi lainya.

System semacam ini sangat perlu dikembangkan di desa-desa lainya di Indonesia, dengan
harapan banyak desa memiliki penghasilan besar yang secara jelas penghasilan ini berasal
dari UKM para warga desa tersebut. Atau bisa saja UKM di Desa Tegalwaru ini
dikembangkan menjadi industry yang bertaraf besar semacam pabrik bukan lagi industry
rumahan. Sudah sepantasnya desa-desa di Indonesia berubah dari desa agrarian murni
menjadi desa semi industry yang tetap mengoprasikan sawah atau ladang tapi dengan di
sokong oleh industry atau UKM.

B.Tujuan
Adapun tujuan dari analisis kali ini.

1. Sebagai sumber inspiratif bagi pemula dalam dunia bisnis


2. Mengulik apa saja rahasia UKM yang sukses
3. Membantu seseorang dalam mencari inspirasi dalam berbinis
4. Membantu seseorang dalam mencapai tingkat Analisa dalam berbisnis

C. Manfaatuntuk penulis

1. Untuk Penulis
• Dapat menambah wawasan dan pengalaman
• Lebih terasah dalam pembuatan laporan ataupun karya tulis lainya
• Menyelesaikan hingga memecahkan masalah
• Dapat memahami bagaimana pengelolaan UKM berdasarkan ilmu bisnis

2. Untuk Pembaca
 Dapat dijadikan referensi dalam pendirian UKM
 Sebagai gambaran industry rumahan yang ada di Indonesia
 Dapat memiliki motivasi untuk mendirikan bisnisnya sendiri

INSPIRASI-INSPIRASI BISNIS
Dari Desa Tegalwaru ini terdapat banyak inspirasi-inspirasi yang didapatkan, sebagai
wisata bisnis pertama di Indonesia sudah banyak sekali orang yang datang untuk mencari
inspirasi bahkan training sekaligus.

Di RW 01 banyak ditemui perajin anyaman bambu dan bilik. Lalu, di RW 02 terdapat


perajin pandai besi dan golok ukir. Sementara itu, di RW 03 banyak warga yang memilih
menggarap lahannya dengan tanaman obat, buah, dan tanaman hias. Di RW 04 bisa
disaksikan berbagai industri pembuatan selai kelapa dan pembiakan ikan patin. Dari limbah
industri selai kelapa tersebut, beberapa aneka usaha bisa dihasilkan seperti briket arang, nata
de coco, dan aksesori.

Menuju lokasi selanjutnya, RW 05, dapat ditemui peternakan sapi, domba, dan kelinci.
Produk peternakan itu juga cukup beragam mulai yoghurt, makanan kaleng kambing guling,
hingga sop kambing. Selain itu, ada perajin kasur dan buah potong. Lalu, di RW 06 ada budi
daya tanaman DAS (daerah aliran sungai). Di wilayah tersebut, mayoritas warganya
berprofesi pedagang dan tukang bangunan. Hampir setiap bulan Desa Tegalwaru menerima
kunjungan tamu dari berbagai kota. Itu terjadi berkat kerja keras yang ditunjukkan
penggagasnya, Tatiek Kancaniati. Tatiek adalah warga asli desa itu. Namun, Tatiek pernah
tinggal di Depok untuk belajar social entrepreneur leader di Yayasan Dompet Dhuafa pada
2008.

Tatiek menggunakan desanya sendiri untuk objek riset saat mengikuti pelatihan. Sebab,
warga desanya gemar berbisnis, namun tidak mampu mengembangkan bisnisnya. Selain itu,
dia menemukan banyak persoalan di industri-industri rumahan di kampungnya. Misalnya, ada
pabrik selai kelapa, tapi air kelapanya bau dan dagingnya tidak termanfaatkan. Padahal, itu
bisa dibikin nata de coco. Mayoritas juga terkendala pemasaran produk. Karena itu,
keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Akibatnya, usaha yang digeluti warga tidak
maju-maju. Karena problem-problem itulah, perempuan 39 tahun tersebut mulai bergerak.
Awalnya dia merangkul ibu-ibu di kampungnya. Apalagi, dia mengetahui banyak perempuan
di kampungnya yang menikah muda dan tak jarang menjadi janda di usia belia. Karena itu,
Tatiek pun mesti memutar otak untuk memberdayakan mereka. Akhirnya Tatiek merelakan
salah satu lahannya untuk uji coba budi daya bambu. Dari lahan itu, ibu-ibu pembuat besek
bisa memanfaatkan bambu dengan gratis. Selain itu, alumnus Fakultas Pertanian IPB tersebut
membikin sejumlah pelatihan. ”Saya bikin pelatihan nugget tempe dan sulam pita. Setiap
bulan saya keliling ke RT-RT untuk memberikan pelatihan. Saya juga membentuk kelompok
pinjaman lunak,” ungkap istri Herman Budianto itu.

Pelatihan tersebut terus berlanjut dan makin banyak peminatnya. Tepat pada bulan
Ramadan setahun berikutnya, Tatiek menggelar kegiatan pelatihan yang diberi nama
Ngabuburit Kreatif di kediamannya. Pelatihan berlangsung sekitar tiga pekan. Peminatnya
mulai meluas, tidak hanya dari Desa Tegalwaru. ”Pelatihannya macam-macam. Bikin pernak-
pernik clay, sulam pita, sampai monte akrilik. Kami selang-seling tiga hari sekali,” katanya.
Kegiatan Ngabuburit Kreatif itu terus berlangsung hingga 2010. Kegiatan tersebut dinilai
sukses menumbuhkan minat wirausaha kaum perempuan di kampungnya. Alhasil, banyak
pihak yang ingin kegiatan tersebut diteruskan. Dari situ, tercetuslah ide untuk
memberdayakan Desa Tegalwaru sesuai dengan potensi yang dimiliki. Tatiek bersama ibu-
ibu lalu mencetuskan desa itu sebagai tujuan wisata dengan konsep kampung wisata bisnis.
Sebagai langkah awal, Tatiek menggandeng 20 UKM di desanya untuk mengisi Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru. Namun, jumlah industri rumahan yang tertarik terus bertambah.
Kini lebih dari 35 UKM tergabung di kampung wisata bisnis tersebut.

Meski tampak berhasil, sejumlah kendala dihadapi Tatiek sejak awal pendirian
kampung wisata itu. Misalnya, banyak UKM yang ternyata tidak sehat secara bisnis. Karena
itu, dia pun mesti mendampingi dan memberikan pelatihan intensif agar bisnisnya bisa sehat
dan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Tatiek juga dituduh mengambil keuntungan
pribadi lewat Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. ”Saya difitnah. Orang-orang itu bilang
saya mengklaim semua produk UKM punya saya pribadi, bukan kampung bisnis. Tapi, saya
biarkan saja,” kenangnya. Tentu saja Tatiek tidak diam saja. Dia tetap menjaga silaturahmi
dengan para pejabat desa, tokoh masyarakat, dan warga di kampungnya. Dia kerap
mengadakan presentasi untuk menjelaskan konsep kampung bisnis tersebut. ”Saya juga
sering mengadakan coaching supaya warga paham, ini semua buat mereka. Bukan untuk
saya. Alhamdulillah, lambat laun mereka bisa merasakan manfaatnya, produk mereka makin
dikenal dan daya belinya meningkat,” paparnya.
Untuk memasarkan produk kampungnya, Tatiek membuat website
www.kampoengwisatabisnistegalw aru.blogspot.com dan situs jejaring sosial Facebook. Dia
juga membuatkan software jual beli secara online serta melayani pembelian dengan delivery
order. Dari berbagai upaya itulah, Tegalwaru akhirnya dikenal sebagai kampung wisata bisnis
UKM. Bersama dengan teman-temannya, dia juga membuat kaus bertulisan Kampung Wisata
Bisnis Tegalwaru. Foto-foto aktivitas mereka lalu diunggah di Facebook atau website.
”Responsnya cepat dan banyak. Banyak yang tertarik ingin berwisata di desa saya. Itu
kemudian benar-benar terjadi sampai saat ini,” ujarnya.

Beberapa kali televisi swasta menayangkan wisata bisnis Desa Tegalwaru.


Narasumbernya tidak hanya Tatiek sebagai perintis kampung wisata bisnis itu, tapi juga
lurah, camat, dan para tokoh masyarakat setempat. ”Itu pula yang membuat Pak Lurah dan
Pak Camat yakin bahwa yang saya lakukan selama ini benar-benar ingin memberdayakan
desa ini, bukan untuk kepentingan pribadi saya,” tutur dia. Jumlah kunjungan di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru terus meningkat. Dalam sebulan, Tatiek bisa menerima hingga
sepuluh kunjungan dari berbagai daerah di Indonesia. Untung, warga ikut antusias
menyambut para tamu itu. ”Mereka semangat sekali, ada yang jadi tukang parkir, melayani
tamu, dan lainnya,” ujar dia.

Bukan hanya itu. Income industri rumahan warga Desa Tegalwaru juga meningkat
signifikan. Kini omzet UKM di desa tersebut bisa mencapai Rp 2 miliar. ”Alhamdulillah,
gerakan ini bisa memberdayakan banyak orang, memberikan kebahagiaan bagi warga di sini.
Tapi, tentu saja, mereka harus bisa mempertahankan mutu produk dengan rutin mengikuti
pelatihan,” imbuhnya.
KAJIAN TEORI
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang secara harfiah bisa
diartikan sebagai “pemberkuasaan”, yang bisa berarti pemberian atau peningkatan
“kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged).

Berdasarkan kutipan dari buku Abu Huraerah terdapat beberapa definisi lain dari para ahli
tentang pemberdayaan, yang pertama adalah menurut Jim Ife yang menyatakan
empowerment “aims to increase the power of disadvantaged” atau meningkatkan kekuasaan
orang-orang lemah atau tidak beruntung . Sedangkan menurut Swift dan Levine mengatakan
pemberdayaan menunjuk pada usaha “realocation of power” melalui pengubahan struktur
sosial. Sementara itu Rappaport mengungkapkan pemberdayaan adalah suatu cara dimana
rakyat mampu menguasai (berkuasa) atas kehidupannya. Selanjutnya Craig dan Mayo
mengatakan bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan
terkait dengan konsep-konsep: kemandirian (self-help), partisipasi (participation), jaringan
kerja (networking), dan pemerataan (equity).

Jadi pemberdayaan adalah upaya menggali dan menggalang potensi yang ada dimasyarakat
secara praktis dan produktif untuk mencapai tujuan dengan pentransferan daya untuk mampu
melaksanakan yang ingin dicapai. Menurut Stewart yang dikutip oleh Syarif Makmur,
menyatakan bahwa memberdayakan orang lain pada hakikatnya adalah merupakan perubahan
budaya, penjelasanya adalah seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya tersebut
jika orang itu merasa berada dalam tekanan, lalu menyadari atau mengetahui sumber dari
tekanan tersebut, akan tetapi dalam praktiknya pemberdayaan tidak menghilangkan
kekuasaan melainkan hanya mengakibatkan perubahan-perubahan dalam cara
menggunakannya.Dalam setiap melakukan hal kegiatan perlu adanya pembaharuan atau
inovasi begitupun dengan melakukan pemberdayaan. Inovasi di sini bukan berarti
menemukan hal baru atau sesuatu yang baru, akan tetapi sesuatu yang yang sudah lama
dikenal, diterima, atau digunakan kemudian diterapkan kembali pada masa sekarang.

KESIMPULAN

Yayasan KUNTUM Indonesia telah melakukan pemberdayaan dengan aras mezzo yakni
ruang lingkup kelompok atau komunitas dengan UKM sebagai media intervensinya. Strategi
pemberdayaan ini dilakukan dengan cara menggali potensi-potensi yang ada di Desa
Tegalwaru dengan melalui berbagai peran fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat,
peran-peran teknis serta tahapan pemberdayaan diantaranya persiapan (engagement),
pengkajian (ssessment),perencanaan alternatif program atau kegiatan (Designing),
pemformulasian rencana aksi (Designing), pelaksanaan program atau kegiatan
(Implementasi), evaluasi (evaluation), terminasi (disengagement). Selanjutnya dikembangkan
dengan kemasan yang lebih baik yakni melalui serangkaian bentuk kegiatan antara lain
training entrepreneur, charity creatifity, dan outbond on the road. Dalam rangka
pemberdayaan masyarakat KUNTUM melakukan promosi terhadap UKM-UKM yang ada di
Tegalwaru melalui media sosial, program televisi, dan seminar. Strategi pemberdayaan
melalui promosi ini mampu meningkatan kesejahteraan yang tidak hanya dirasakan oleh para
pelaku usaha saja namun masyarakat Tegalwaru secara keseluruhan, diantaranya perubahan
sosial yang lebih baik, perbaikan keadaan psikologis, dan kebebasan dalam meningkatkan
status sosialnya di masyarakat. Pemberdayaan melalui promosi ini menjadikan sebuah
inovasi dalam dunia pemberdayaan yang mana sudah terlihat hasil positifnya bagi masyarakat
Tegalwaru.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.wisatabisnistegalwaru.com/

Edi Suharto, Membangun Masyasrakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:Refika


Aditama, 2005), h. 57

Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, (Bandung:Humaniora,


2008), cet Ke -1, h. 96

Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 51-52

Anda mungkin juga menyukai