Kisah pertama yang blog ini akan ceritakan adalah mengenai seorang pemuda bernama
Andi Nata. Pemuda kelahiran 7 januari 1989 ini mengambil jurusan teknik mesin di
Universitas Indonesia. Awal kisah mengapa ia bisa menjadi pengusaha kambing adalah
ketika ayahnya mengalami kecelakaan dan memerlukan biaya pengobatan yang cukup
besar yaitu Rp 30 juta. Ketika pertama masuk kuliah, ia mencoba mencari pekerjaan
dengan memberikan les kepada murid SMA, dan selama 3 bulan memberikan les, Andi
berhasil meraup penghasilan 12 juta rupiah, namun biaya itu dirasa masih kurang untuk
pengobatan ayahnya. Andi yang masih muda dan memiliki sifat mudah bergaul
membawanya pada seorang perternak kambing dari Jawa Tengah yang akhirnya
mengantarkan kisah sukses pengusaha muda Indonesia ini.
Ia memulai usahanya pada tahun 2008 dengan modal 8 juta rupiah yang ia dapatkan dari
pinjaman kepada kerabat. Dengan uang itu, Andi membeli 5 ekor kambing, 4 betina dan
1 jantan. Pengusaha kambing tersebut mengajari Andi tentang cara bagaimana berternak
kambing dan domba.Untuk meningkatkan usahanya itu, ia bekerjasama dengan
beberapa peternak di Garut, Cirebon, Wonosobo, dan di beberapa wilayah di pulau
Jawa. Ia mencoba melakukan cara pendekatan kekeluargaan untuk menumbuhkan rasa
saling percaya. Apalagi katanya, Andi sudah beberapa kali rugi sampai jutaan rupiah
karena dibohongi oleh beberapa petani rekannya. Pada awal usaha, beberapa anak
kambingnya ada yang mati. Sisa kambing lainnya kemudian dijual saat menjelang Idul
Adha. Kemudian hasil penjualan ia belikan kambing lagi, dan begitu seterusnya. Namun
memang kendala pasti ada, setiap bulan ada saja kambingnya yang mati, hingga
akhirnya ia mendapatkan pinjaman modal sebesar 80 juta dan membeli 100 ekor
kambing.
Seiring perjalanan usahanya itu, Andi sungguh jeli melihat peluang turunan usahanya
itu, yakni peluang di aqiqah catering, omsetnya bisa sampai miliaran rupiah, diakuinya,
rata-rata sektor aqiqah tidak punya ternak tapi omsetnya besar. Per bulan sekarang Andi
bisa menjual 100 ekor kambing, satu ekor berharga 1 juta dan marjin aqiqah itu 25%
bisa lebih besar dibanding dengan qurban. Andi mengaku ia tidak bisa memasak namun
karena kemauannya yang keras, hingga akhirnya bisnis ini berkembang hingga
beromzet ratusan juta rupiah per bulan
Selain kambing dan turunannya yaitu sate dan gulai, kini Andi merambah bisnis
lainnya, yaitu properti. Bisnis ini ia geluti dari tahun 2011, dari berita yang di tulis oleh
situs inspirasibangsa.com, Andi terlebih dahulu membeli rumah yang kemudian ia
renovasi dan dijual kembali, itulah sistem yang ia lakukan. Selain ketiga usaha nya itu,
ternyata Andi juga menekuni bisnis biro travel bersama Neno Warisman. Dikutip dari
inspirasibisnis.com, Andi memiliki kepemilikan saham 20% dari usaha bersama Neno
Warisman tersebut.
Andi mengakui, bisnis catering dan aqiqah itu masih berjalan, meskipun hasilnya masih
sulit berkembang, namun jika usaha itu dikembangkan, Andi merasa lebih repot karena
urusan mencari juru masak dan lain sebagainya. Maka dari itu, Andi merasa harus
mencari bisnis yang bisa berkembang dimana saja.
Prestasi :
#16. Digital Promosi: Kisah Andi Nata Pengusaha Muda Sukses Ternak
Domba (2013)
#17. DanaUsaha.net: Profil Usaha Sukses Aqiqah Andi Nata (2013)
#18. Indonesia Young Entrepreneurs: Asah Ilmu Kambing, Andi Nata jadi
Raja Aqiqah (2014)
#19. Rumah Enterpreneuer: Kisah Andi Nata "Pengusaha Muda Sukses
Ternak Domba" (2014)
#20. BangunInspirasi.com: Sukses Bisnis Jual Beli Domba Beromset
Puluhan Juta (2014)
#21. AnisKreatif.blogspot.com: Andi Nata dan Kata-Kata Miliknya (2014)
#22. Portal Gaul: Kisah Perjuangan Andi Nata Menjadi Pengusaha Muda
Sukses (2015)
#23. Mitra Investor: Kisah Sukses Andi Nata Pengusaha Ternak Kambing-
Domba (2015)
#24. Businessnthings: Kisah Pengusaha Kecil Jadi Sukses dan Terkenal
Andi Nata (2015)
#25. CaraBaikIndonesia.com: Siapa Bilang Domba dan Kambing Gak Bisa
Bikin Sukses? (2015)
#26. Readers Digest Indonesia: Rahasia Sukses Bisnis Raja Akikah (2015)
Sejarah
Saya (Andi Nata) memulai bisnis sejak masa kuliah di Universitas Indonesia
tahun 2007. Saya lahir di Cirebon, tanggal 7 Januari 1989, saya adalah
seorang anak sederhana dari keluarga sederhana, bapak saya bekerja
sebagai buruh tukang kayu di pabrik yang perhari bekerja Rp 30.000,- ibu
saya penjual nasi bungkus. Saya berjuang ketika mulai kuliah dan pada
saat yang bersamaan ayah saya mengalami kecelakaan kerja yang harus di
operasi tangannya yang membutuhkan biaya operasi yang cukup banyak.
Cerita Kuliah
Diterima sebagai kandidat peraih tiket khusus, menjadi mahasiswa
Universitas Indonesia membuat peluangku mengantongi Beastudi Etos
menipis. Sekolah melarang siswanya yang mendaftar dijalur khusus UI
yaitu Prestasidan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB), dulu dikenal
sebagai Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), menggandakan
pendaftaran Beastudi Etos dari Dompet Dhuafa.
Jalur PPKB bukan jalur yang menggratiskan semua ongkos kuliah. Karena
tidak gratis, saya, Andi Nata, berniat mendaftar beasiswa lain. Namun
sayang, justru harapan itu hampir sirna oleh hambatan birokrasi. Saya tak
menyerah. Saya meyakini beasiswa Dompet Dhuafa masih membuka
peluang bagi saya.
Hasil seleksi bukan syarat utama peserta dipilih Dompet Dhuafa. Syarat
utamanya adalah saya harus berhasil menjadi mahasiswa Universitas
Indonesia. Beastudi Etos dibuat dengan sasaran mahasiswa di 14 kampus.
Perguruan tinggi itu adalah Universitas Syah Kuala Aceh, Universtas
Sumatera Utara Medan, Andalas Padang, Universitas Indonesia, Institut
Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, dan Padjadjaran Bandung,
Diponegoro Semarang, Gadjah Mada Yogyakarta, Brawijaya Malang, Institut
Teknologi Surabaya, Airlangga Surabaya, Hasanuddin Makassar, dan
Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur.
Sisa sebesar itu tetap saja belum bisa saya lunasi langsung. Bekal ibu
hanya Rp 100 ribu ketika saya pamit berangkat kuliah. Saya tidak menuntut
lebih ke orang tua, karena saya memahami, kala itu keluarga sedang
ditimpa krisis keuangan karena ayah berhenti bekerja setelah
perusahaannya bangkrut. Kesadaran untuk tidak banyak menuntut juga
muncul sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Dengan adik yang
masih tiga orang, ayah dan ibu sudah terbebani banyak kebutuhan untuk
adik – adik saya. Saya pamit dengan menggenggam satu pesan ibu yang
paling saya ingat, “Jangan meninggalkan shalat tahajud.”
***
Syahdan, kuliah dimulai pada Agustus 2007. Program Beastudi Etos masih
pada tahap survey calon penerima. Padahal saya sangat berharap banyak
ketika mulai kuliah program Etos juga berjalan. Alasannya peraih Beastudi
Etos berhak tinggal di asrama. Karena belum dimulai saya tak punya
tempat tinggal. Saya tidak mungkin bisa menyewa indekos karena bekal
yang sedikit. Terpaksa saya menumpang tidur di kamar teman – teman
mahasiswa PPKB yang tinggal di Asrama UI. Selama dua pecan saya
berganti – ganti kamar tumpangan. Tujuannya agar tidak terlalu
mengganggu pemilik kamar.
Kesulitanku ini mengundang saran dari salah seorang alumni. Entah dari
mana dia tahu kondisiku saat itu. Selain saya medapatkan tawaran gratis
makan, saya juga diberikan saran untuk tinggal di Asrama Yayasan Mata Air
Biru yang dikelola alumni Fakultas Teknik UI. Saya diterima tinggal disana
selama dua tahun. Saya harus menempuh perjalanan sejauh empat
kilometer menuju kampus karena lokasi asrama yang jauh. Kendati lelah
saya bersyukur bisa mendapatkan tempat tinggal.
Setelah kembali ke kampus, dua bulan kuliah, pada akhir September 2007,
tiba lah saat yang ditunggu-tunggu. Beastudi Etos diumumkan, saya salah
satu peraihnya. Pemenang berhak mengantongi ongkos semester selama
satu tahun, asrama tempat tinggal, dan uang saku Rp 450 ribu per bulan
selam tiga tahun. Saya langsung sujud syukur.
Biaya operasi tak sanggup dibayar orang tuaku. Kondisi dua kakak juga
belum mapan betul secara ekonomi. Saya memberanikan diri meminjam
kepada pengurus Etos, teman kuliah, kakak angkatan, dan beragam pihak.
Walhasil, dana pinjaman terkumpul Rp 25 juta dan langsung dikirm ke
Cirebon.
Menginjak tahun ketiga, beasiswa Etos untuk ongkos per semester berakhir.
Beasiswa itu ada gantinya setelah meraih beasiswa program peningkatan
prestasi akademik hingga lulus. Beasiswa ini bak pintu masuk saya ke
dalam zona nyaman. Tidak dipungkiri serba berkecukupan menjadi harapan
banyak orang, apalagi mahasiwa. Ibaratnya urusan ongkos kuliah dan
ongkos sehari – hari sudah ada, tugasnya hanya belajar dan belajar.
Tapi bagi saya zona nyaman tak sepenuhnya nikmat. Barangkali sejak awal
kuliah saya sudah banyak benturan dengan masalah, maka sepertinay saya
rindu dengan masalah. Kendati tetap bekerja dengan mengajar privat,
ketidaknyamanan mulai membuncah. Untuk mengobati kegundahan, saya
memilih berbisnis.
Saya memilih beternak domba dengan modal dari berutang. Berutang tak
selamanya buruk, justru jika kita mampu menyikapinya dengan tepat,
berutang dapat mendorong pada sikap professional. Sikap professional itu
berupa disiplin, kerja keras, tumbuh dari kekhawatiran tidak bisa melunasi
utang.
Saya berutang Rp 8 juta dari beragam pihak. Dana itu untuk membeli lima
ekor domba terdiri dari satu jantan dan empat betina jenis domba Garut
yang diternakan di Cirebon. Saya meilih domba bukan tanpa perhitungan.
Pengalaman panitia Idul Adha, membuat saya tahu betul soal domba. Selain
tiu, kebutuhan daging akan terus, sehingga bisnis domba salah satu sector
strategis.
Tulisan dibawah: komitmen: (suka duka dijalani mau lama mau sebentar
dijalani, ditengah jalan mengecewakan atau menggembirakan dijalani)
Rasanya hidup harus terus dijalani kuliah dan bisnis, mau tidak mau, suka g
suka, YES I WILL DO IT, kalau mau sukses Sunnatullah harus kerja keras,
ada pengorbanan waktu tidur, pengorbanan waktu main dengan teman-
teman kuliah dan pengorbanan tenaga, fikiran dan uang untuk menuju
nasib yang lebih baik. Tiap malam tahajud dan merenung disaat lelap
malam dan lelah yang menghampiri tiap malam, paksa untuk bangun
malam mengangkat kedua tangan dan memohon hajat Mu, Ya Allah, apa
yang mau saya cari dalam hidup ya Allah, aku lelah ya Allah, semakin
mengejar dunia ibarat seperti mengejar bayang-bayang, semakin dikejar
semakin lari, semakin dikejar lagi semakin lari semakin jauh. Ya Allah
tolong tunjukkan usaha yang memang Engkau ridhoi ya Allah, jangan
sampai hamba tidak fokus kesana dan kemari g jelas, ini hamba Mu ya
Allah, butuh petunjuk Mu ya Allah. Tiap malam setiap aktifitas kuliah dan
mengajar saya bangun malam untuk tahajjud, bermohon kepada Allah,
Allah yang menggenggam langit dan Bumi, hamba yakin Allah akan
tunjukkan jalan. Dan Alhamdulillah Allah tunjukkan jalan yes, project
pertama saya adalah pas Idul Adha jualan hewan qurban tahun 2008, saya
hanya mengambil dari petani selisih margin dan saya bisa jual hewan
Qurban 60 ekor. Saya bisa mendapatkan 12 juta bersih, saya belikan motor
agar mudah untuk transportasi dan bisa silaturrahim. Kemudian Allah kasih
rizki, saya mendapatkan orderan domba garut untuk instansi dan dipercaya
untuk menyediakan 100 ekor domba garut. Woow, dapat rizki besar dari
Allah saya mendapatkan untung 40-50 juta yang itu saya gunakan untuk
modal untuk pengembangan bisnis. Nah, Tahun 2009 saya dipertemukan
dengan investor, masyaAllah hanya dengan izin Allah saja berawal dari
teman pengajian dan saya akhirnya diperkenalkan oleh sahabat saya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada sahabat saya, semoga Allah rahmati
selalu. Saya berbisnis tidak melulu modal, modal dan modal. Buktinya saya
mendapatkan investor untuk membuka lahan penggemukan domba, lahan
nya sudah disiapkan dan investor sudah menyiapkan dana 200-300 juta.
Subhanallah, hanya kebesaran Allah saja semua Allah yang kasih, saya
hanya menjalani, siap atau g menerima amanah uang sebesar itu? Padahal
saya masih kuliah, anak ingusan yang belum tau apa apa tapi saya ada
kemauan mau belajar dan mau sukses serta punya kesungguhan yang
besar saya mau merubah nasib saya, saya mau berubah dan saya ingin
punya kualitas hidup yang lebih baik.
Penggemukan Domba (Fattening)
Tahun 2009 pertengahan, saya menjalankan bisnis penggmukan domba
berpartner dengan investor saya. Saya menyenangi investor saya karena
satu visi dan satu misi. Orangnya royal, g pelit, tidak ingin menguasai dan
tidak berambisi berlebihan terhadap dunia, apa adanya dan mau
mengembangkan bisnis ini lebih maju dan untuk kebermanfaatan orang
lebih banyak lagi. Adapun teknologi yang kita lakukan yaitu tidak berpatok
dalam ilmu yang saya share, karena sampai hari ini pun saya masih terus
belajr dan belajar bagaimana supaya pakan lebih efisien dan menekan
biaya-biaya sehingga biaya operasional bisa ditekan dengan kualitas hasil
domba yang lebih baik. Nah, saya akan share untuk Untuk pemanfaatan
teknologi sendiri dalam “Penggemukan Domba Garut”, yaitu kita
menggunakan pakan alternatif. Pakan alternative yang kita gunakan adalah
pertama menggunaka ampas tahu ditambah kuning telur yang bertujuan
mempercepat pertumbuhan domba tersebut. Pakan alternative yang kedua
kita menggunakan susu sapi pada keadaaan beku, kemudian direbus
ditambah ampas tahu yang bertujuan agar kandungan daging domba lebih
berbobot. Pakan alternative yang ketiga kita gunakan adalah menggunakan
kacang kedelai atau kacang hijau, kemudian kacang kita rebus dan setelah
itu kita giling bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan. Untuk
penanganan penyakit itu sendiri, kita menggunakan jamu khusus sebelum
domba tersebut terkena penyakit. Resepnya adalah daun papaya ditambah
daun sirih ditambah daun kunyit sekaligus ditambah temulawak. Kunyit itu
sendiri merupakan obat yang berguna bagi pencernaan. Sedangkan untuk
temulawak itu sendiri untuk menambah nafsu makan. Semua resep tadi
kita jus, kemudian kita saring, kemudian diminumkan kepada domba
tersebut setiap satu minggu sekali atau dua minggu sekali bergantung pada
domba tersebut.
Gimana pemasarannya atau
marketingnya
Inti dalam melakukan pemasaran mudah dalam berbisnis. Banyak
silaturrahim, banyak berkunjung, banyak ikut seminar, misalnya siltuurahim
masjid; bayangkan kalau kita solat disatu masjid ada 20 orang saja, setiap
hari minimal kita berkunjung ke 2 masjid yang berbeda, 1 hari kita bisa
kenal 40 orang, bagaimana kalau per minggu 140 orang, bagaimana kalau
per bulan, setahun berapa orang yang kita kenal? Itu baru dari masjid
belum dari tempat -tempat yang lain. Kita juga bisa menggunakan media
online dan offline. Untuk media offline itu sendiri, saya bergabung dengan
komunitas ESQ, saya juga ikut bergabung dalam jaringan Enterpreneur
University, bergabung juga dengan komunitas Tangan Di Atas, komunitas
parenting dan jaringan lainnya. Untuk media online, kami membuat
website www.aqiqahjakarta.org, media facebook, media twitter, email atau
direct mail lainnya.Untuk pengembangan, kita mengadakan persatuan atau
paguyuban untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan petani
sehingga, petani-petani tidak dicurangi oleh para tengkulak.
“Maha baikNya Tuhan yang memberi berbagai – bagai rezeki untuk kita”
“Milikilah Tuhan, kita akan memiliki segala – galanya. Segala –galanya tidak
dimiliki pun tidak mengapa”
“Kalo kita ada hati perut, oksigen saja pun kita sudah terhutang budi
dengan Tuhan.”
“Walaupun dengan bisnis yang sama, Tuhan kasih rezeki masing – masing
untuk hambaNya”
“Jika Anda tidak sanggup menghadapi ‘resiko’ gagal atau ditolak, jangan iri
pada mereka yang hidupnya lebih enak. Mereka berkorban dan berjuang
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan”
“Hidup jangan dibikin susah, Tuhan sudah kasih kemudahan”
“Hidup jangan seperti topeng, penuh dengan kepalsuan, hidup apa adanya
saja”
Andi Nata merupakan salah satu pengusaha muda di Indonesia yang berhasil menambah
kisah sukses pengusaha muda Indonesia melalui bisnis yang ia mulai dari nol dan
sukses berkat domba – dombanya. Andi Nata baru berusia 24 tahun, tetapi omset yang
ia dapatkan bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Usaha domba yang ia geluti
dimulai pada tahun 2008 dengan modal uang Rp 8 juta yang ia pinjam dari kerabatnya.
Dengan uang pinjaman tersebut, Andi membeli lima ekor kambing, yaitu 4 kambing
betina dan 1 kambing jantan. Dari situlah kisah entrepreneurnya dimulai. Bisnis itu
sebenarnya dimulai ketika ayahnya mengalami kecelakaan dan memerlukan biaya
pengobatan yang cukup besar yaitu Rp 30 juta. Biaya pengobatan yang mahal tersebut
membuat Andi memutar otak untuk mendapatkan biaya untuk pengobatan ayahnya.
‘
Awal Bisnis Tidak Berjalan Mulus
Menurut kisah yang ia ceritakan, ketika ia baru saja masuk kuliah, Andi langsung
berusaha mencari pekerjaan dengan memberi les privat pada murid – murid SMA. Andi
membantu mereka belajar Matematika dan Fisika karena dua mata pelajaran itu yang ia
kuasai dengan baik. Selama 3 bulan memberi les, ia menghasilkan uang Rp 12 juta.
Tentu biaya tersebut tidak cukup untuk membiayai ayahnya. Andi yang masih muda dan
memiliki sifat mudah bergaul membawanya pada seorang perternak kambing dari Jawa
Tengah yang akhirnya mengantarkan kisah sukses pengusaha muda Indonesia ini. Ia
menjadi terinspirasi untuk menjadi pengusaha kambing yang sukses di Indonesia.
Pengusaha kambing tersebut mengajari Andi tentang cara bagaimana berternak kambing
dan domba. Dari peternak tersebut, Andi terinspirasi untuk menjadi peternak kambing
dan domba dan ingin mengukir kisah sukses pengusaha muda Indonesia seperti pebisnis
muda di Indonesia lainnya. Untuk meningkatkan usahanya itu, ia bekerjasama dengan
beberapa peternak di Garut, Cirebon, Wonosobo, dan di beberapa wilayah di pulau
Jawa. Ia mencoba melakukan pendekatan – pendekatan kekeluargaan untuk
menumbuhkan rasa saling percaya. Apalagi Andi sudah beberapa kali rugi sampai
jutaan rupiah karena dibohongi oleh beberapa petani rekannya. Andi hanya berusaha
untuk mengembangkan kambing – kambingnya. Pada awal usaha, beberapa anak
kambingnya ada yang mati. Sisa kambing lainnya kemudian dijual saat menjelang Idul
Adha. Kemudian hasil penjualan ia belikan kambing lagi, begitu seterusnya sehingga
membuat kisah usahanya terus berlanjut
Aqiqah adalah upacara perayaan islam untuk kelahiran seorang bayi dengan memotong
dan memasak kambing. Selama kelahiran bayi masih berlangsung, maka kebutuhan
Aqiqah tidak akan berhenti. Itulah yang mendasari usaha ini.
“Modal saya adalah menaklukan hati juru masak hebat dan modal promo sana sini”
begitu jelas Andi nata dalam mengisahkan usahanya ini. Memang karena tidak bisa
masak, Andi terpaksa berburu juru masak dan merekrutnya sebagai juru masak
usahanya. Tidak mudah namun nyatanya dengan sedikit kesabaran Andi berhasil
mendapatkan seorang juru masak handal.
Pada sisi lain keluarga Andi adalah peternak kambing sejak lama dan menjadi supplier
banyak usaha aqiqah. Pengalaman membuktikan permintaan kambin aqiqah memang
tinggi. Selain itu dengan memiliki supplier pribadi dari keluarga maka Andi tidak terlalu
repot mencari bahan baku aqiqah.
Satu lagi kelebihan usaha aqiqah Andi nata yang diberi nama RAJA AQIQAH ini
adalah pemakaian bahan utama berkualitas terbaik. Bahan bakunya bukan kambing
seperti pada umumnya, tapi daging domba hasil perkawinan silang Domba afrika
dengan Domba Garut. Dagingnya jauh lebih baik, tidak anyir, lebih empuk, lebih gurih
dan tidak tinggi kolesterol. Selain itu masakan yang bercita rasa tinggi juga menjadi
focus utama usaha ini.
Perhitungan potensi usaha menurut Andi sangat sederhana, berdasar survey kecil
kecilan yang dulu pernah Andi lakukan, Andi menemukan bahwa dalam satu ahri saja
terdapat 1000 Aqiqah yang diadakan. Seandainya Andi mampu merebut 2 % pasar saja,
itu sudah lumayan.Namun nyatanya bahan kini Andi kerepotan memenuhi permintaan
hingga membentuk kelompok kerja peternak di kawasan jawa barat sebagai penyangga
kebutuhann usaha aqiqah nya.
Kisah Andi Nata Menjadi Pengusaha Muda Yang Sukses
PortalGaul.me – Andi Nata, Ialah salah satu pengusaha muda Indonesia yang
konon telah berhasil mengukir kisah suksesnya menjadi seorang pengusaha
muda Indonesia melalui bisnis yang digelutinya, bisnisnya ia mulai dari nol dan
telah sukses dengan domba – domba yang dijadikannya sebagai objek
bisnisnya. Andi Nata usianya baru 24 tahun, tetapi dengan kehebatannya
omset yang ia raih bisa mencapai angka puluhan juta rupiah dalam setiap
bulannya. Andi memulai usaha dombanya tersebut pada tahun 2008 dengan
modal hanya meminjam uang dari kerabatnya senilai 8 juta Rupiah.
Andi pun membeli lima ekor kambing dari uang pinjaman tersebut, yang
diantaranya terdiri dari 4 ekor kambing betina dan 1 ekor kambing jantan.
berawal dari itulah kisah entrepreneurnya dimulai. Sebenarnya bisnis itu dimulai
ketika ayahnya mengalami kecelakaan yang memerlukan biaya pengobatan
yang terbilang cukup besar yaitu senilai 30 juta Rupiah. Biaya pengobatan yang
mahal tersebut membuat Andi pun mulai memutar otak untuk dapat membiayai
pengobatan ayahnya.
Awal Bisnis Tidak Berjalan Mulus
Menurut kisah yang pernah ia ceritakan, ketika baru saja ia memasuki kuliah,
Andi mencari cara untuk dapat bekerja, kemudian ia langsung memutuskan
untuk berusaha mencari pekerjaan dengan membuka les privat bagi murid –
murid SMA. Andi pun membantu mengajari mereka memahami pelajaran
Matematika dan Fisika, sebab dua mata pelajaran itulah yang paling ia kuasai
dengan baik. Dari uang les privat tersebut, ia mampu menghasilkan uang seniai
12 juta rupiah dan tentunya dari uang tersebut tidak lagi cukup untuk
membiayai pengobatan ayahnya.
Andi yang memiliki sifat mudah bergaul menuntunnya pada seorang perternak
kambing dari Jawa Tengah yang kemudian akhirnya telah mengantarkan kisah
sukses pengusaha muda Indonesia. Ia pun menjadi terinspirasi untuk
menjadikan dirinya sebagai pengusaha kambing yang tergolong sukses di
Indonesia.
Andi telah banyak belajar tentang cara bagaimana berternak kambing dan
domba oleh pengusaha kambing asal jawa tengah tersebut, hal itu yang
membuatnya terinspirasi untuk mengikuti langkah-langkah pengusaha tersebut
dengan menjadi peternak kambing dan domba, Ia ingin menciptakan kisah
sukses menjadi seorang pengusaha muda Indonesia seperti para pembisnis
muda lainnya di Indonesia. Demi meningkatkan usahanya tersebut, ia adakan
kerjasama dengan beberapa peternak di Cirebon, Wonosobo, Garut, dan di
beberapa wilayah lainnya di pulau Jawa. Ia melakukan pendekatan –
pendekatan kekeluargaan untuk dapat menumbuhkan rasa saling percaya
kepada mereka.
Belajar dari kasus yang pernah terjadi sebelumnya pernah beberapa kali
mengalami kerugiaan hingga jutaan rupiah karena telah dibohongi oleh
beberapa rekannya. Pada awal ia memulai usaha, ada beberapa anak
kambingnya yang mati, Sisanya kemudian ia jual ketika menjelang hari raya
Idul Adha. Kemudian hasil penjualan tersebut ia pakai untuk membeli kambing
lagi, seterusnya seperti itu sehingga kisah suksesnya menjadi terus berlanjut.
Kemampuannya dalam melobi adalah salah satu rahasia yang mampu
berperan dalam faktor kesuksesan pembisnis belia Indonesia ini. Menurutnya
pintar berinovasi saja tidak cukup untuk menjadi pengusaha tetapi juga harus
dapat menjalin relasi karena akan usahanya akan terasa percuma saja jika
tidak tidak dibarengi kedua hal tersebut.
Andi tak peduli dari siapa ia belajar, menyerap banyak ilmu dari sekitarnya.
Bahkan ia pernah mendapat inspirasi untuk memulai usaha katering yang
memerlukan sate atau gulai kambingnya dari seorang ibu-ibu penjual gulai.
Kisah Andi Nata ini adalah kisah sukses dari salah satu pengusaha muda
Indonesia yang merupakan kisah yang luar biasa inspiratif, khususnya bagi
kaum muda yang mau berusaha dan bekerja keras untuk dapat meraih
kesuksesan di masa mudanya.
Sejak Kuliah
Diakuinya sejak kuliah di UI, darah bisnis sudah melekat di dirinya. Andi mulai dari
jualan donat keliling kampus, donat kampung yang di box, lalu buka bimbel (bimbingan
belajar) selama setahun.
Kemudian Andi melihat potensi peternakan besar, peternak domba di Cirebon yang
sukses. Dari situ Andi mencoba jualan kambing dari peternak untuk kurban, “Itu nggak
ada modal tapi kepercayaan, saya jualin kambing mereka. Kemudian saya coba ternak
sendiri. Saya pinjam ke teman-teman buat modal Rp8 juta, bisa beli kambing jantan 4
betina 1, tiap tahun lahir dua ekor, dan tiap bulan mati satu. Karena saya belum punya
ilmunya, kemudian saya pinjam modal lagi dapat Rp 80 juta, itu bisa membeli 100 ekor
kambing,” kenangnya.
Seiring perjalanan usahanya itu, Andi sungguh jeli lihat peluang turunan usahanya itu,
yakni peluang di aqiqah catering, omsetnya bisa miliaran, diakuinya, rata-rata sektor
aqiqah tidak punya ternak tapi omsetnya besar. “Aqiqah catering itu jualnya langsung
jadi masakan kambing di box, kemudian dari sana saya belajar, jadilah Raja Aqiqah. Per
bulan sekarang bisa jual 100 ekor kambing, satu ekor itu hargnya Rp1 juta. Marjin
aqiqah itu 25% lebih besar dibanding dengan qurban,” tukasnya.