Anda di halaman 1dari 4

LASIPO, Produk Home Industry Kripik Pisang Tanpa Bahan Pengawet di Desa Cengklik

Sragen
Mutia Purna Ratri (A510170144), Dara Prasmamia (A510170152), Hanifan Fajarani (A510170159)
Program Studi Pendidikan Sekolah dasar, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

Pengembangan industri dalam pembangunan dilihat sebagai usaha untuk meningkatkan


mutu sumber daya manusia (antara lain dengan meningkatkan produktivitasnya) dan
kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan daya produksi lainnya.
Satu sama lain hal itu harus disertai oleh usaha untuk memperluas ruang lingkup bidang jenis
kegiatan manusia. Salah satu komoditi tanaman pangan yang mampu mendukung berdirinya
beberapa industri adalah buah pisang. Pisang mempunyai daya guna yang luas karena
selain sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan juga sebagai konsumsi rumah tangga
(Vinny Makarawung, 2017). Desa Cengklik merupakan salah satu desa yang terdapat di
kabupaten Sragen. Mayoritas ibu-ibu di desa tersebut belum memiliki pekerjaan sehingga
mereka hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya, sedangkan penghasilan yang di dapat
oleh suaminya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu
beberapa ibu-ibu memiliki inisiatif untuk mendirikan usaha industri rumahan keripik pisang
untuk menambah penghasilan. Keripik pisang adalah produk makanan ringan yang dibuat dari
irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan
(SNI 01-4315-1996)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah kami lakukan, jenis pisang yang
digunakan dalam usaha industri keripik pisang di Desa Cengklik yaitu pisang bawen. Pisang
bawen dipilih karena jenis pisang tersebut membuat keripik menjadi empuk dan renyah, pisang
yang di gunakan yaitu pisang mentah karena pisang mentah membuat hasil keripik berwarna
kuning keemasan dan rasanya tidak asam. Home industry keripik pisang ini di dirikan oleh 3
orang ibu-ibu warga Desa Cengklik dalam usaha untuk menambah pendapatan. Home industry
ini diberi nama LASIPO yang memiliki arti dari gabungan 3 nama ibu-ibu tersebut yaitu Lastri,
Kasi, dan Poniyem. Dalam proses pembuatannya bahan-bahan yang digunakan masih alami dan
tidak menggunakan bahan kimia ataupun bahan pengawet. Varian rasa yang di buat dalam home
industry keripik pisang LASIPO yaitu manis, asin, dan original. Untuk varian manis sendiri
dibuat menggunakan campuran gula yang telah di cairkan lalu di goreng bersamaan dengan
kripik pisang tersebut, sedangkan varian asin keripik di goreng dengan margarin dan garam
secara bersamaan. Dalam penjualannya konsumen lebih menyukai varian manis daripada asin
dan original sehingga keripik pisang LASIPO lebih banyak memproduksi varian manis daripada
asin dan original. Keripik LASIPO sendiri sudah memiliki pelanggan tetap dari luar daerah
seperti Purwodadi dan Semarang. Walaupun mereka sudah memiliki pelanggan tetap mereka
masih menjual produk keirpik pisang LASIPO secara langsung seperti menjualnya melalui
media sosial dan menitipkannya ke pedagang di pasar Gemolong.
Alasan mereka memilih usaha keripik pisang yaitu karena mereka gemar memakan
keripik pisang sebagai cemilan, sehingga pada akhirnya mereka berinisiatif membuat usaha
keripik pisang sendiri bersama dengan kelompok ibu-ibu lainnya. Bahan dasar pengolahan
kerpik pisang ini menggunakan pisang bawen yang mana setiap seminggu dua kali disetorkan
dari petani asal Purwodadi ke lokasi produksi keripik pisang. Setiap pengiriman pisang mentah
sebanyak 15-16 tundun. Modal awal yang digunakan hanya sebesar Rp 180.000,00 yang
diperoleh dari iuran antar kelompok anggota usaha. Sedangkan untuk omset yang didapatkan
sekitar Rp 3.500.000,00/minggu. Pembagian hasil dilakukan setiap habis penjalan bersih produk
keripik pisangnya. Produk keripik pisang ini terdiri dari beberapa ukuran, antara lain terdapat
kemasan kecil seharga Rp 1.000,00, ukuran 1,7 ons seharga Rp 5.000,00, ukuran 1/2 kg seharga
Rp 17.500,00, dan ada ukuran 1 kg seharga Rp 35.000,00.
Proses pembuatan keripik pisang:
1. Diawali dengan mengupas buah pisang yang masih mentah menggunakan pisau.
2. Kemudian pisang dicuci sebanyak dua kali.
3. Panaskan minya di wajan, setelah panas pisang dipotong menggunakan alat pemotong
(pasah) yang langsung dilakukan di atas penggorengan.

4. Goreng pisang sampai berubah warna kekuningan lalu ditiriskan.


5. Selanjutnya proses pemberian rasa dengan cara memasukkan kembali keripik pisang ke
minyak panas kemudian disiram dengan cairan rasa (manis atau gurih), goreng sebentar lalu
ditiriskan.

6. Kemudian kemasi keripik pisang yang sudah dingin dan sesuai varian ukuran lalu kemasan
dipress menggunakan alat.
Perbedaan keripik pisang buatan kelompok ibu-ibu di Desa Cengklik dengan keripik
pisang buatan tempat lain yaitu keripik pisang dibuat menggunakan bahan yang alami dan tanpa
pengawet. Selain itu proses pemotongannya dimana disini pemotongan pisang dilakukan dengan
memotong langsung di atas wajan panas, sedangkan biasanya di tempat lain pisang dipotong
terlebih dahulu setelah itu baru di goreng. Kelebihan membuat keripik pisang dari pisang bawen
yaitu keripik ini tidak mudah mlempem. Keripik pisang ini bisa tahan selama 2 minggu.
Jam kerja dilakukan dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00, untuk liburnya fleksible jika
ada kegiatan desa atau acara keluarga bisa izin libur. Rencana usaha ke depannya yaitu akan
menambah jumlah karyawan karena jumlah pesanan meningkat, apalagi di masa pandemi saat ini
banyak orang yang di rumah saja dan cocok yang gemar makan camilan. Sementara belum ada
rencana untuk menambah produk maupun varian rasa keripik pisang, namun apabila konsumen
ada yang meminta untuk membuat varian rasa lain, ibu-ibu ini siap untuk membuatkan.

Daftar Pustaka
BSN. 2007. Standar Mutu Keripik Pisang SNI No. 01-4315-2001. Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
Vinny Makarawung, P. A. P. dan C. B. D. P. (2017). Analisis Nilai Tambah Buah Pisang
Menjadi Keripik Pisang Pada Industri Rumah Tangga Di Desa Dimembe Kecamatan
Dimembe. Agri-SosioEkonomi Unsrat, 13(2), 83–90.

Anda mungkin juga menyukai