Anda di halaman 1dari 5

Filosofi makanan khas jawa tengah

1. Garang Asam Demak

Garang asem (ejaan bahasa jawa:garang asem) merupakan makanan tradisional khas Jawa
Tengah. Garang asem adalah masakan olahan ayam berkuah santan yang dimasak menggunakan
daun pisang dan didominasi oleh rasa asam dan pedas. Beberapa kota di provinsi Jawa Tengah
memiliki makanan tradisional ini. Antara lain Semarang, Demak, Kudus, Pati dan Pekalongan.

Garang asem biasa disajikan sebagai lauk pendamping nasi, ditambah dengan tusukan ayam
asam manis, tempe goreng, dan perkedel.

Resep garang Asem Demak


Bahan-bahan :

1. 1 ekor ayam potong (bersihkan, potong menjadi 20-25 bagian kecil).


2. 500 ml santan.
3. 1 btg serai (geprak lalu cacah halus).
4. 6 lbr daun salam.
5. 7 bh belimbing wuluh.
6. 12 bh cabai merah (potong kecil-kecil).
7. 7 bh tomat. (iris tipis).
8. 3 cm lengkuas (iris-irsi).
9. Merica bubuk secukupnya.
10. Garam secukupnya.
11. Gula secukupnya.
12. Daun pisang secukupnya (untuk membungkus).

Bumbu-bumbu yang dihaluskan :

1. 7 siung bawang merah.


2. 4 siung bawang putih.
3. ½ sdt garam.
4. ½ sdt merica bubuk.
5. 3 btr kemiri (sangrai).

Cara membuat garang asem :

1. Mula-mula haluskan semua bumbu yang dihaluskan, kemudian masukkan bumbu yang
sudah dihaluskan tadi kedalam potongan ayam lalu aduk merata.
2. Selanjutnya masukkan pula santan, serai, daun salam, belimbing wuluh, cabai merah,
tomat, lengkuas, merica, garam, dan gula secukupnya lalu aduk kembali secara merata.
Kemudian diamkan kurang lebih 30 menit agar bumbu meresap kedalam ayam.
3. Setelah itu, ambil daun pisang lalu bungkus untuk setiap 4-5 potong ayam dengan daun
pisang.
4. Kemudian kukus ayam yang sudah dibungkus daun pisang tadi selama kurang lebih 45
menit hingga ayam matang dan empuk.
5. Terakhir angkat dan sajikan garang asem diatas piring saji.
2. Mie Ongklok

Mie Ongklok adalah salah satu makanan khas dari propinsi Jawa Tengah tepatnya
Kabupaten Wonosobo. Pemberian nama Mie Ongklok bukan semata-mata karena nama
pembuat pertama kali atau nama jalan atau nama daerah/wilayah lho sobat.

Sebenarnya, Ongklok adalah semacam keranjang kecil dari anyaman bambu yang sering
dipakai untuk membantu proses perebusan mie tersebut di Wonosobo. Itu sebabnya mie ini
dikenal dengan nama Mie Ongklok.

Mie Ongklok diolah juga dengan cara direbus. Mie ini dibuat dengan racikan khusus yakni
menggunakan kol, potongan daun kucai, dan kuah kental berkanji yang disebut dengan Loh.

Loh inilah yang menjadi khas dari Mie Ongklok ini. Bumbu yang digunakan juga sangat
sederhana. Hanya dengan bumbu dasar dan tanpa penyedap rasa, rasa dan baunya sungguh
menggiurkan. Selain itu, secara sekilas penampilan Mie Ongklok mirip dengan mie godog
Jawa namun kuahnya sedikit lebih kental.

Resep Mie Ongklok


Bahan :

 1 bungkus Mie kuning


 1 lembar Kubis atau kol ( diiris halus )
 50 gram Tauge

Bahan Saus Mie Ongklok :

 100 gram Ayam fillet ( diiris tipis )


 3 butir Bakso sapi ( diiris halus )
 1 siung Bawang putih
 2 sdm Saus tiram
 2 sdm Kecap manis bango
 1 sdt Tepung maizena
 Garam secukupnya
 Lada putih bubuk secukupnya
 Minyak goreng secukupnya
 Air secukupnya

Bahan Pelengkap Mie Ongklok :

 Bawang merah goreng


 Sate sapi manis
 Mendoan
Cara Membuat Mie Ongklok :

1. Pertama-tama rebus mie , kubis dan tauge hingga empuk, tiriskan lalu tata di atas
mangkok saji
2. Selanjutnya tumis bawang putih hingga harum, kemudian masukkan ayam dan bakso
yang sudah anda siapkan tadi. tambahkan kecap manis bango, saus tiram, garam dan lada
putih bubuk secukupnya
3. Setelah itu beri sedikit air, masak hingga ayam empuk dan matang, lalu kentalkan dengan
tepung maizena.
4. Terakhir siram kuah kental diatas mie dan sayuran yang sudah anda rebus tadi.
5. Resep Mie Ongklok Enak Khas Wonosobo siap untuk disajikan selagi hangat dengan
ditaburi bawang merah goreng diatasnya, beserta bahan pelengkap.

3. Sejarah Nasi Grombyang Pemalang


Makanan khas daerah kabupaten Pemalang ini yang mirip dengan soto dan rawon
namanya grombyang, kenapa disebut grombyang? karena penyajian dari makanan popular di
daerah pemalang ber-grombyang-grombyang, airnya yang lebih banyak daripada isinya yang
berkesang berenang dan bergrombyang-grombyang (bergoyang-goyang) inilah yang disebut
dengan grombyang Pemalang.
B.     Sekilas Tentang Nasi Grombyang Khas Pemalang
Berkunjung ke Pemalang wajib hukumnya untuk berwisata kuliner grombyang khas
pemalang ini, rasanya yang segar gurih sedap membuat lidah ini dimanjakan apalagi bila
disantap hangat-hangat rasanya begitu “iccikiwiiirrrr”. Isi dari nasi grombyang ini tentunya
terdiri dari nasi, irisan daging kerbau dan kuah, disajikan dalam mangkuk kecil dan dilengkapi
dengan sate kerbau.
Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Namun menurut
penuturan para orang tua di Pemalang, makanan khas nasi grombyang sudah ada sejak tahun
1960-an. Pada waktu itu penjual nasi grombyang menjual dagangannya secara tidak menetap,
tetapi berkeliling kampung. Penjual nasi grombyang di Pemalang banyak sekali terdapat di pojok
alun – alun, pinggir jalan, sekitar terminal, dll
Sayangnya untuk makanan khas grombyang ini tidak bias dinikmati oleh semua
kalangan, harganya yang berkisar 10rb-15rb hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah
keatas. Naming dengan harga yang sedemikian saya yakin lidah anda akan terpuaskan oleh rasa
dari nasi grombyang tersebut. Jadi jangan lupa jika berkesepatan berkunjung ke Pemalang wajib
berwisata kuliner khas Pemalang.
3. SEJARAH JENANG Kudus
 

Cerita yang berkembang terkait sejarah Jenang Kudus tidak lepas dari kisah Mbah Dempok
Soponyono dengan cucunya. Suatu hari Mbah Dempok sedang bermain burung di tepi
Sungai dengan cucunya, tiba-tiba cucu mbah Dempok tercebur dan hanyut terbawa arus
Sungai. Meskipun berhasil diselamatkan oleh Mbah Dempok, namun si bocah tersebut
diganggu oleh Banaspati yaitu makhluk yang mendiami sungai yang memiliki rambut api.
Ketika dikonsultasikan kepada Kanjeng Sunan Kudus, dikatakan bahwa anak tersebut sudah
meninggal dunia. Namun Syekh Jangkung atau dikenal dengan nama “Saridin” mengatakan
bahwa anak tersebut masih hidup. Anak tersebut hanyalah mati suri. Akhirnya Saridin
meminta kepada kepada ibu-ibu untuk membuatkan bubur dari gamping untuk
membangunkan anak tersebut.

AntaraFoto.com
Singkat cerita, akhirnya daerah yang menjadi tempat hanyutnya cucu mbah Dempok tersebut
disabda oleh kanjeng Sunan Kudus menjadi nama sebuah desa yang sekarang dikenal
dengan nama Desa Kaliputu. Kali dalam bahasa jawa bermakna Sungai, dengan Putu artinya
adalah cucu. Kaliputu adalah Sungai dimana cucu Mbah Dempok hanyut hingga mengalami
mati (suri). Dan karena cucu tersebut memakan bubur (Jenang) yang terbuat dari Gamping
maka daerah kaliputu disabda oleh Sunan Kudus ”Suk nek ono rejaning jaman wong
Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya lebih kurang, jika suatu saat kelak sumber kehidupan
warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Masyarakat disekitar Kaliputu
akan mendapatkan rizqi dari makanan yang bernama Jenang tersebut. Mitos tersebut juga
menginspirasi masyarakat Kaliputu untuk mengembangkan industry Jenang Kaliputu
menjadi pekerjaan yang dapat menafkahi keluarga serta memberdayakan masyarakat sekitar
rumah mereka. Hingga pada saat ini Jenang Kaliputu berkembang pesat dengan nama
Jenang Kudus dan merambah pasar Internasonal seperti Malaysia, Singapura, Brunei,
Hongkong, bahkan Saudai Arabia.

4. 5. Getuk Goreng

Getuk goreng adalah penganan khas Sokaraja yang manis dan gurih, dibuat dari singkong dan
dibumbui gula kelapa. Getuk goreng ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1918 oleh
Sanpirngad, seorang penjual nasi keliling di daerah Sokaraja. Pada saat itu getuk yang dijual
tidak laku, sehingga dia mencari akal agar getuk tersebut masih bisa dikonsumsi. Kemudian,
getuk yang tidak habis dijual pada hari itu dia goreng dan dijual lagi. Ternyata, makanan baru
tersebut digemari oleh para pembeli. Saat ini getuk goreng dapat dengan mudah ditemui di
sepanjang jalan di Sokaraja. Getuk yang digoreng juga bukan lagi getuk yang tidak laku dijual,
melainkan sengaja dibuat untuk digoreng.

Anda mungkin juga menyukai