Anda di halaman 1dari 17

1.

PERJALANAN CUPANG
SEBAGAI KOMODITAS BISNIS
A. Antara Cupang Adu dan Cupang Hias
Banyak masyarakat sudah mengenal ikan cupang. Namun, banyak diantaranya
yang tidak mengetahui hal-hal yang menyangkut ikan cupang. Umumnya masyarakat
hanya berpendapat bahwa cupang merupakan jenis cupang hias yang dapat di adu.
Memang orang awam mengenal cupang sebagai ikan laga. Padahal dikalangan
ilmuan, antara cupang adu dengan cupang hias merupakan jenis dua ikan yang berbeda
walaupun masih satu famili, yaitu Anabantidae.
Literatur yang mengulas ikan hias, baik didalam maupun diluar negeri,
menyebutkan cupang hias merupakan anggota dari marga

Trichopsis. Orang sering

menamai ikan ini dengan sebutan talking gourami atau croaking gourami. Sifatnya
tenang dan tidak pernah mau diadu. Sejak tahun 60-an, cupang hias ini hanya dikenal
sebagai ikan hias biasa, tidak berbeda dengan guppy (Poecilia reticula), black molly
(Poecilia latipian ), atau maskoki (Carassius auratus).
Sepuluh tahun sejak orang mengenal cupang hias, yaitu tahun 70-an, importir ikan
hias memasukkan jenis cupang lain ke Indonesia. Jenis cupang ini ada yang bersirip
panjang dan ada yang bersirip pendek. Cupang bersirip panjang dinamakan slayer hanya
dijadikan cupang hias di Akuarium.
Sementara cupang bersirip pendek merupakan ikan laga yang juga dikenal dengan
nama dagang cupang adu bangkok. Ikan ini sangat agresif dan suka berkelahi dengan
sesamanya. Oleh karena suka berkelahi maka ikan ini menjadi populer dengan nama
fighting fish. Hanya dalam waktu singkat sejak diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun
70-an, cupang adu bangkok ini digemari orang. Pada era tahun 80-an, importir
memasukan cupang hias dan cupang adu. Cupang adu baru ini ternyata lebih jago
dibanding cupang adu bangkok. Cupang baru ini didatangkan dari Singapura sehingga
dikenal dengan sebutan cupang adu singapura.
Era tahun 80-an itu pun di Jakarta dikenal jenis cupang lain yang warna tubuh dan
siripnya merah. Ikan ini didatangkan ke Jakarta dari daerah Sumatera bagian timur

sehigga disebut cupang bagan api. Namun, keganasan cupang bagan api saat berkelahi
tidak sehebat cupang adu singapura. Akhirnya, lambat laun cupang bagan api dilupakan
orang.
Hingga pertengahan tahun 90-an, cupang adu singapura merajai arena pertarungan
ikan cupang. Akibatnya, harga cupang ini pun melambung tinggi. Penangkar yang pada
awalnya menangkar cupang adu bangkok segera beralih ke bisnis penangkaran cupang
adu singapura. Hanya saja, penangkar ini banyak menemui kesulitan, terutama dengan
pengadaan induk dari spesies aslinya. Akhirnya penangkar tetap menggunakan induk
betina cupang adu bangkok dalam upayanya memperoleh benih cupang. Itulah sebabnya
hingga saat ini banyak dijumpai varietas-varietas baru dari cupang adu sebagai akibat dari
perkawinan silang antar spesies.

B. Daya Tarik Cupang Adu


Hobi mengadu cupang ibarat orang yang suka mengadu ayam. Jalannya
pertarungan yang diiringi dengan aturan main pasti menimbulkan rasa tegang
penontonnya. Kepuasan akan tercapai kalau cupang jagoannya memenangkan
pertarungan. Diskusi mengenai jalannya pertarungan, gaya bertarung, dan cara
melatihnya untuk menjadi jagoan merupakan topik menarik bagi penggemar cupang adu.
Daya tarik menjadi kian besar takala cupang adu benar-benar dipersiapkan untuk
menjadi petarung andal. Untuk memperoleh cupang jagoan ternyata tidak hanya sekedar
mengandalkan ukuran tubuh, spesies, dan harga, tetapi juga harus melalui proses latihan.
Proses latihan dimulai sejak anak cupang berumur 3 bulan. Lama latihan sekitar 4 bulan.
Upaya mendapatkan cupang adu jagoan merupakan rangkaian proses yang sangat
menarik untuk diamati. Mulai dari memilih jenis, menyeleksi burayak, hingga melatihnya
setiap hari dengan berbagai metode memerlukan ketekunan dan pengetahuan.
Kegiatan menarik lain di seputar cupang adu adalah melatihnya agar menjadi
petarung andal. Tahapan pelatihan cupang adu tidak hanya sekedar diletakkan dalam
tabung plastik jantur, lalu disuruh naik-turun. Teknik itu terlalu sederhana karena hanya
dapat memperpanjang kekuatan napas cupang adu. Untuk itu, pelatihan tersebut masih
harus ditambah dengan diet ketat dan pemberian bahan kimia. Pemberian bahan kimia ini
bertujuan untuk memperkuat gigi dan sisik ikan. Ada pula metode khusus untuk

mempertinggi daya tahan tubuh dan memperkuat mental sehingga ikan cupang tidak
mudah menyerah.
Bagi penangkar dan penjual, daya tarik utama cupang adu adalah tingkat harga
jualnya yang tinggi. Penggemarnya yang sangat beragam, dari anak kecil sampai dewasa
dengan berbagai kelas ekonomi dan sosial, menyebabkan peluangnya sangat terbuka.
Untuk anak-anak, biasanya cupang seharga Rp1.000,00-Rp5.000,00 per ekor. Untuk
dewasa dari kalangan ke bawah, kualitasnya lebih ditingkatkan dengan harga yang juga
sedikit lebih mahal. Sementara untuk penggemar kalangan ekonomi tinggi, cupang dari
luar negeri merupakan peluang usaha yang menarik.
Ditinjau dari peralatannya, yang perlu disediakan tidaklah terlalu banyak. Hanya
dengan toples kecil dari kaca atau plastik, cupang adu ini sudah bisa dijajakan di piggiran
jalan dan pasar. Perawatannya tidak terlalu sulit. Makanannya hanya kutu air yang mudah
di budidayakan dan jentik nyamuk. Sementara pergantian air agar ikan tetap sehat hanya
setiap tiga hari.

C. Prospek Bisnis dan Jalur Tata Niaga


Apabila ingin dibuatkan segmentasi ,bisnis cupang dapat dibagi menjadi dua
yaitu pembenihan dan pembesaran. Mereka yang memilih pembenihan sangat berharap
pada penjualan burayak. Umumnya burayak dipelihara dalam satu kolam (lubuk) yang
sempit dengan populasi 60-70 ekor. Hanya dalam waktu dua bulan, burayak cupang
sudah bisa dijual dengan harga cukup lumayan, yaitu Rp100.000,00-Rp200.000,00 per
kolam. Harga burayak ini semakin mahal jika induk pejantan burayak tersebut dikenal
sebagai jagoan.
Burayak dapat djual pada mereka yang memilih segmen usaha pembesaran.
Selang tiga bulan dipelihara, harga jualnya pun meningkat, mulai dari Rp1.000,00Rp10.000,00 per ekor. Dari segi bisnis, usaha pembesaran cupang adu ini sungguh
menarik. Hanya dengan kolam seluas 3 m2 sudah bisa diperoleh keuntungan hampir
setengah juta rupiah. Itu pun sudah diperhitungkan mortalitas (tingkat kematian) sebesar
20% dari total populasi cupang adu yang berjumlah 150 ekor/kolam. Modal investasi
untuk segmen usaha ini pun relatif kecil, hanya sekitar Rp500.000,00.
Sempitnya lahan yang dipakai sangat memungkinkan usaha ini dilakukan

di halaman rumah. Modal investasi tersebut sudah termasuk biaya pembuatan kolam dari
bahan batu bata dan semen. Bahan kolam ini pun masih bisa di modifikasi dengan hanya
menggunakan kotak kayu bekas. Bagian bawah dan keempat sisi kotak ini hanya dialasi
dengan plastik , bisa transparan atau berwarna. Asalkan tidak ada bagian yang bocor atau
tidak ada benda tajam, kotak kayu tersebut sudah memadai untuk membesarkan cupang
selama tiga bulan.
Jalur perdagangan cupang adu relatif pendek dan umumnya pelaku di dalam jalur
tersebut sudah saling mengenal. Produsen burayak, misalnya,memperoleh induk dari
imprortir atau dari pengusaha pembesaran. Burayak yang dihasilkan dijual ke peternak
pembesaran. Ini pun kalau produsen burayak tidak berminat untuk membesarkan sendiri.
Sementara itu hasil dari peternak pembesaran ini dijual ke eksportir untuk selanjutnya
dikirim ke luar negeri. Ada juga peternak pembesaran yang mengirimkan produksinya
langsung ke eksportir.
Tidak hanya diserap pasar lokal, cupang adu pun malahan berpeluang
besar untuk pasar luar negeri. Indonesia menguasai 90% pasoakan ikan hias dunia dengan
puluhan jenis ikan. Sebagian besar ikan hias memang di ekspor ke singapura untuk
kemudian di ekspor ke Amerika, Eropa, dan Australia. Meskipun demikian, ada beberapa
eksportir yang sanggup mengirmkan langsung ke berbagai belahan dunia tanpa perantara
singapura. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 300 jenis ikan hias yang diperdagangkan ke
pelosok dunia, termasuk cupang adu. Sayangnya tidak ada catatan pasti tentang volume
dan nilai jual khusus untuk cupang adu. Namun, dari pengamatan terhadap sejumlah
eksportir ikan hias di Indonesia, cupang adu merupakan salah satu jenis ikan yang secara
teratur di ekspor kemancanegara. Jumlahnya memang tidak fantastis karena biasanya
cupang adu hanya menjadi pelengkap agar cukup banyak ragam ikan hias yang di ekspor.
Meskipun hanya sebagai pelengkap, namun hal itu sudah cukup untuk
menyatakan kesanggupan mengekspor. Untuk ekspor ini tentu ada keterikatan untuk
menjaga kontinuitas pasokan. jika tidak, kepercayaan pembeli luar negeri bisa lenyap.
Itulah sebabnya eksportir tetap saja memerlukan pasokan cupang adu secara teratur.
Apa penyebab terjadinya fluktuasi harga cupang adu diluar negeri ? Munculnya
fluktuasi harga karena terjadi perubahan cuaca di luar negeri. Di musim panas saat warga
di daerah beriklim empat musim berlibur, permintaan ikan hias turun drastis. Namun,

begitu musim panas berlalu, perlahan-lahan permintaannya menanjak dan mencapai


puncaknya pada musim dingin.
Pola fluktuansi tersebut selalu terjadi setiap tahun di Amerika Serikat dan Eropa
yang merupakan tujuan ekspor ikan hias terbesar di dunia.
Amerika Serikat, misalnya permintaannya berfluktuasi dengan pola yang dapat
diprediksi secara agak pasti. Pada JanuariMaret, permintaan ikan hias meningkat tajam.
Pada April, bisnis ikan hias masih tetap sebagus maret karena musim dingin masih tetap
berlangsung. Seandainya musim panas datang lebih cepat, permintaan bulan April ini
akan mulai menurun hingga Juni
Pada JuliSeptember, permintaan kembali mulai meningkat dan akan semakin
baik pada OktaberDesember karena sedang musim dingin. Biasanya di akhir tahun,
musim libur di Amerika Serikat sangat banyak, seperti libur Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan pengamatan waktu libur ini ternyata sangat berpengaruh terhadap pemintaan
ikan hias. Jika libur tersebut jatuh pada hari minggu, pemintaan hanya turun sedikit.
Namun, jika hari libur bukan pada hari minggu atau pertengahan minggu, permintaan
ikan hias merosot dua kali lipat.
Kebiasaan yang terjadi di negara tujuan ekspor ikan hias perlu diketahui secara
jelas oleh penangkar maupun eksportir cupang adu. Dengan mengetahui kebiasaan
tersebut maka dapat diatur produksi cupang adu. Pengaturan ini sangat diperlukan agar
produksinya tidak terlalu berlimpah saat permintaan turun. Hal ini secara otomatis akan
menjaga turunnya harga. Oleh karena itu, kontinuitas tetap dipertahankan, tetapi volume
produksi diatur sesuai prediksi permintaan pasar.

2. PAKAN CUPANG ADU


A. Pakan Alami
Pakan alami berarti pakan yang berasal dari alam tanpa proses lanjutan. Sebagai
hewan diurnal (aktif pada siang hari), cupang adu giat mencari pakan mulai matahari
terbit sampai terbenam.
1. Jenis pakan alami
a. Infusoria
Infusoria merupakan pakan alami yang sangat baik untuk anak ikan pada awal
kehidupannya. Kehadirannya di dalam air tidak mungkin terlihat jika hanya sendiri.
Namun kenyataannya infusoria ini lebih sering hidup berkelompok dengan sesamanya
sehingga mudah terlihat. Gerombolan infusoria tersebut berwarna putih bagaikan susu.
Kalau warna putih tersebut mulai berubah bening, berarti populasi jasad renik tersebut
sudah mulai berkurang.
Infusoria merupakan pakan yang paling awal yang diberikan pada cupang adu,
yaitu sejak burayak berumur dibawah dua minggu. Pemberiannya dilakukan hingga ikan
berumur 3 bulan. Pemberian infusoria pada burayak dilakukan dengan menuangkan air
dari ember yang dipakai untuk mengkultur infusoria ke kolam cupang. Penambahan
infusoria dilakukan berdasarkan jumlahnya di air. Bila air di kolam cupang sudah tampak
bening, infusoria perlu ditambah lagi. Seandainya air masih tetap berwarna putih susu,
infusoria jangan ditambah. Bahkan kalau muncul bau seperti sayuran busuk, justru air
yang mengandung infusoria harus diencerkan. Caranya dengan menuangkan air
secukupnya ke kolam cupang sampai baunya hilang.
b. Kutu air
Kutu air biasanya diambil dari air tergenang yang belum diketahui kebersihannya.
Bisa saja air tersebut mengandung bibit penyakit. Oleh karena itu, untuk mencegah
terjangkitnya penyakit maka kutu air harus beberapa kali dibersihkan sebelum diberikan
pada cupang adu.
6

Kutu air yang baru diambil dari alam disimpan dahulu dalam ember atau baskom
berisi air bersih. Permukaan ditutup dengan daun kering. Setelah tiga jam, daun
keringnya diambil dan diganti oleh daun kering baru. Biasanya kutu air yang tidak layak
konsumsi akan melekat pada daun. Setalah dua kali pergantian daun, seluruh kutu air
mangembang di air layak dimakan oleh cupang adu.
Kutu air yang mengembang tersebut memang menjadi pilihan. Sementara kutu air
yang terpendam di dasar dikhawatirkan membawa bibit penyakit jamur (Ichtyophthirius
multifiliis). Kutu air ini diberikan dengan cara tersedia setiap saat. Kutu air ini harus
tersedia setiap saat agar cupang tidak bertarung memperebutkan pakan. Pemberiannya
sejak ikan berumur seminggu sampai tiga bulan.
c. Jentik nyamuk
Seperti juga kutu air, jentik atau larva nyamuk (cuk) pun biasanya diambil dari air
yang tergenang dan belum di ketahui kebersihannya. Untuk itu, jentik nyamuk tersebut
harus dibersihkan beberapa kali sebelum diberikan ke ikan. Hal ini di maksudkan agar
kuman penyakit yang mungkin terbawa oleh jentik nyamuk dapat tercuci.
Jentik nyamuk yang bebas kuman penyakit di peroleh dengan cara
dimasukkan ke dalam baskom berisi air bersih. Setelah itu, jentik nyamuk tersebut
diserok kembali dengan saringan berlubang sedikit kasar. Semua kotoran dan jentik
berukuran besar yang terikut dalam serok dibuang. Setelah dilakukan beberapa kali
penyaringan maka yang tersisa dalam baskom hanyalah jentik nyamuk yang berukuran
kecil atau halus. Lalu, air yang tertinggal dalam baskom tersebut dibiarkan beberapa saat
sampai jentik nyamuk berkumpul di permukaan air. Selanjutnya secara, perlahan-lahan
kumpulan jentik nyamuk tersebut diambil dan dipindahkan ke dalam baskom atau ember
yang sudah diisikan air bersih.
Jentik nyamuk yang halus ini diberikan sebagai pakan tambahan setelah burayak
cupang adu berusia 3-4 bulan. Setelah berumur empat bulan, anak ikan atau cupang muda
diberikan jentik nyamuk yang berukuran besar atau kasar
Mendapatkan jentik nyamuk kasar ini pun tetap harus melalui proses
pembersihan dan pemilihan sebelum dijadikan santapan ikan cupang. Setalah diambil
dari alam, jentik nyamuk dicuci dari lumpur atau kotoran yang melekat. pencucian ini

dilakukan pada air yang mengalir. Setelah terlihat bersih, jentik nyamuk dimasukan ke
dalam ember berdiameter 30-35 cm yang sudah diisi penuh dengan air. Lalu, dipilih
jentik nyamuk yang berbentuk panjang sebagai makanan cupang muda, sedangkan yang
pendek dan bengkok dibuang. Jentik nyamuk besar yang pangkal ekornya terdapat bulubulu halus pun harus dibuang karena kepalanya keras sehingga dapat merusak gigi
cupang muda.
Memilih jentik nyamuk yang baik sangat mudah. Setelah dimasukkan dalam
ember dan didiamkan beberapa saat, jentik nyamuk yang bengkok akan naik paling awal
ke permukaan air. Saat itulah jentik nyamuk bengkok tersebut segera diserok dengan
saringan berlubang kasar agar air cepat keluar. Gerakan menyerok pun harus cukup cepat
karena gerakan naik-turun jentik nyamuk bengkok ini cepat. Penyerokan dilakukan
berulang kali sampai yang tertinggal di dalam ember sudah tidak tampak yang bengkok.
Jentik nyamuk ini pun sudah dapat langsung diberikan pada cupang muda.
Waktu pemberian jentik nyamuk sebaiknya dilakukan secara teratur agar cupang
muda tidak berkembang biak terlalu cepat. Waktu pemberian yang paling tepat adalah
antara pukul 7.00-8.00 dan pukul 16.00-17.00. Pemberiannya harus sampai cupang adu
tampak kenyang.
d. Cacing sutera
Cacing sutera tidak pernah diberikan kepada cupang adu hasil pengkaran. Ini
disebabkan cacing sutera dapat membuat cupang cepat besar. Padahal setiap penangkar
mengharapkan cupang peliharaannya kuntet akibat pertumbuhannya terhambat. Jika
cupang cepat besar dan gemuk, sisiknya menjadi lunak dan mudah lepas serta gerakannya
menjadi lambat.
2. Mengultur sendiri pakan alami

a. Infusoria
Infusoria yang cocok untuk burayak cupang dapat dikulturkan dengan mudah.
Alat yang disediakan hanya berupa ember berisi air bersih. Ke dalam ember tersebut
dimasukan daun kol, daun pisang, jerami, dan sedikit air kolam. Air kolam pasti

mengandung infusoria. Namun, air tersebut jangan diambil dari koalm bekas tempat
hidup ikan sakit.
Sementara penggunaan daun sebagai media kultur dimaksudkan agar pH air
sesuai dengan kebutuhan cupang. Penyesuaian pH air sangat diperlukan karena air di
masukkan ke kolam yang mengandung infusoria. Daun kol ber-pH 7, kulit pepaya
matang yang mendekati busuk ber-pH 5, serta jerami ber-pH 7,5. Ketiga jenis daun
tersebut tidak perlu digunakan seluruhnya, cukup salah satunya saja. Daun yang
digunakan perlu dibungkus agar tidak berserakan. Setelah itu, ember ditutup dengan
kassa.
Selang 3-4 hari, akan muncul lapisan putih seperti awan didalam air. Lapisan
putih itulah yang merupakan jutaan infusoria yang tidak terlihat mata bila hanya sendiri.
Umur infusoria ini hanya tujuh hari. Oleh karena itu, setelah tujuh hari infusoria harus di
kulturkan lagi.
b. Kutu air
mengkulturkan kutu air dapat dilakukan dalam bak semen setinggi minimal 60
cm yang sudah diisi dengan air. Ke dalam kolam ini dimasukkan sedikit pupuk kandang
ayam. Setelah dibiarkan selama 3-5 hari, taburkan bibit kutu air yang diambil dari alam.
Jumlahnya sekitar satu kantung plastik kecil.
Seminggu kemudian, kutu air sudah dapat di panen. Cara panennya cukup dengan
menyerok kutu air yang mengambang. Umumnya kutu air akan turun ke dasar kolam
kalau kolamnya terkena sinar matahari. Untuk itu, sebaiknya bak ditutup agar suasana di
dalamnya menjadi gelap sehingga kutu air mau naik ke permukaan. Dengan demikian,
panen kutu air akan menjadi mudah. Air kolam untuk mengultur kutu air tidak perlu
diganti selama sebulan.

B. Pakan Buatan
Pakan buatan sebenarnya tidak lazim diberikan kepada burayak, anak ikan
maupun cupang adu muda. Namun, pakan buatan ini dapat menjadi alternatif saat pakan
alami sulit diperoleh. Sulitnya memperoleh pakan alami terutama karena cuaca. Saat

musim hujan sulit mencari genangan air sehingga kutu air dan jentik nyamuk sulit
diperoleh. Sebaiknya saat musim kemarau, seluruh genangan air menguap sehingga kutu
air dan jentik nyamuk tidak dapat diperoleh. Pada kondisi seperti ini pakan buatan sangat
diperlukan.
Pakan buatan sebenarnya dibuat dari bahan pakan alami. Sebagai contoh, tubifex
form merupakan pakan buatan berbahan baku cacing sutera yang diproses secara
fermentasi. Pakan buatan lainnya dapat berupa pelet dari udang atau ikan yang
dicampur powder sebagai penguat, nutrisi seperti vitamin B 12 dan mineral MgSO 4
sebagai penguat metabolisme ikan.
Pakan buatan harus dilunakkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ikan. Hal
ini, dimaksudkan agar pakan tersebut mengambang di permukaan air dan empuk. Dosis
pemberian disesuaikan dengan umur ikan. Sisa pakan buatan harus dibuang karena dapat
mengotori air. Oksigen terlarut akan berkurang karena pembusukan sisa pakan tersebut.
Untuk mendapatkan pakan buatan, tidak harus dengan cara membeli yang siap
pakai, tetapi dapat dibuat sendiri. Bahan yang diperlukan hanya berupa 5-10 ekor udang,
tergantung jumlah cupang adu yang dipelihara. Seekor udang seukuran jari kelingking
orang dewasa cukup untuk konsumsi 20 ekor cupang dewasa sekali makan.
Udang tersebut dikupas kulit dan kepalanya, lalu dagingnya dikukus sampai
matang. Setelah matang, daging udang ditumbuk sampai sangat halus, dimasukan ke
kantung plastik, dan disimpan dalam lemari es atau tempat tertutup agar tidak dimakan
semut.
Kalau akan diberikan ke burayak, udang direndam dahulu dalam air selama
sekitar setangah menit agar menjadi lunak kembali. Sedikit udang diletakkan pada
serokan berlubang halus yang terbuat dari kain kelambu. Udang berikut serokan
direndam kedalam wadah tempat burayak. Serokan digoyang-goyang sehingga tampak
larutan keruh keluar dari serokan. Larutan itulah yang dipakai sebagai pakan yang baik
untuk burayak sampai usia sebulan.
Untuk burayak umur 2-3 bulan, daging udang di saring dengan serokan berlubang
lebih besar. Sementara untuk anak ikan, daging udang ini tidak perlu di saring. Pakan
buatan tersebut dapat tahan disimpan selama tiga hari didalam lemari es. Daging udang
sangat baik diberikan pada cupang karena senyawa karoten yang terkandung di dalamnya

10

dapat menjadikan warna sisik ikan cermelang. Sementara senyawa kitinnya dapat
membantu memperkuat sisik dan gigi ikan cupang adu.
Pemberian pakan buatan pada cupang adu harus langsung habis dikonsumsi ikan.
Sisa pakan hanya akan memperkeruh air untuk pemeliharaan cupang adu. Residunya
akan mengurangi oksigen terlarut di dalam air. Bila daging udang yang dikeluarkan dari
lemari es tidak habis diberikan ke cupang, sisanya dapat disimpan lagi. Namun, udang
tersebut harus dihaluskan dahulu kalau akan diberikan lagi ke cupang.

C. Pemberian Pakan
Berapa jenis yang diberikan dan berapa jumlah masing-masing jenisnya
merupakan persoalan klasik. Sampai sekarang tidak ada kepastian jawaban karena terlalu
banyak faktor yang mempengaruhinya
Kendatipun demikian, ada beberapa hal yang sering dijadikan patokan umum.
Pemberiannya dilakukan 2-3 kali sehari dalam jumlah tertentu hingga ikan menghabiskan
dalam waktu 10-15 menit. Kalau toleransi waktu menghabiskan pakan tersebut
terlampaui maka jumlah pakan yang diberikan perlu di kurangi.
Di alam, cupang adu akan memakan sebanyak mungkin pakan yang dijumpainya.
Ini disebabkan cupang adu tersebut tidak tahu pasti kapan lagi akan menemukan pakan.
Berdasarkan pengalaman alami tersebut maka secara naluri cupang adu akan makan
sebanyak-banyaknya sampai kenyang.
Pada cupang adu yang di pelihara tentu berlainan dengan yang hidup di alam.
Naluri makan sampai kenyang harus dibatasi. Sisa pakan dan kotoran cupang adu akan
mengotori air sehingga kualitasnya turun drastis. Air yang kualitasnya sangat rendah
dapat membahayakan kesehatan ikan.
Memberi pakan sampai ikan tampak kenyang bukanlah hal yang baik. Ini
disebabkan cupang adu akan selalu tampak lapar dan sepanjang hari seakan berusaha
mencari pakan. Suatu kesalahan fatal bila pemilik cupang adu bila setiap kali menengok
peliharaannya untuk memberikannya pakan agar naluri alamiah ikan tersebut terpenuhi.
Cupang yang kelaparan justru adalah cupang yang sehat.

11

3. MEMPEROLEH CALON
CUPANG ADU JAGOAN
Sebagian besar penggemar cupang adu lebih suka membesarkan burayak daripada
peminjahan sendiri. Untuk meminjahkan sendiri, ada kendala besar berupa ketersediaan
induk unggul. Induk dianggap unggul seandainya pernah menjadi juara karena daya tahan
saat bertarungkan sudah teruji.
Cupang adu impor diakui kehebatannya sehigga sering dijadikan induk. Namun,
sedikit sekali penangkar yang mengkawinkan cupang adu dengan menggunakan induk
impor. Untuk memperoleh cupang adu impor yang benar-benar bagus, diperlukan biaya
relatif cukup besar karena harus didatangkan dari luar negeri. Umumnya hanya penagkar
bermodal besar saja yang sekali order dapat memasukan sekitar 4-5 jenis cupang adu
impor.
Namun, ada juga penakar yang suka mengkawinkan cupang adu antarspesies
sehingga muncul beragam varietas. Beberapa contoh adalah albino, three colour, dan
bagan. Cupang adu tersebut merupakan hasil perkawinan silang.

A. Persiapan Sarana Pemijahan


Memijahkan cupang tidak terlalu sulit. Ikan tahan hidup di air kekurangan
oksigen ini mampu berkembang biak meskipun tempat tinggalnya sempit. Hanya dengan
lahan seluas 50m2 sudah memadai untuk menangkar cupang adu.

1. Bak semen
Di kalangan penakar, bak semen untuk memijahkan cupang adu ini sering disebut
lubuk. Dalam satu bak hanya untuk pemijahan sepasang induk. Umumnya anak-anak
cupang adu jantan yang dibesarkan bersama-sama didalam satu lubuk relatif bisa damai.
Untuk peminjahan cupang adu, diperlukan bak semen berukuran 100cm X 100cm.
Bagian dalam bak perlu disekat menjadi kamar terpisah. Masing-masing kamar yang

12

rata-rata berukuran 30cm X 30cm berisi sepasang cupang. Sekat ini pun terbuat dari
dinding semen.
Dinding bak diusahakan tidak ada pori-porinya. Pori-pori pada dinding dapat
meremberkan air. Untuk itu, seluruh dinding bak perlu disemen dan dinding harus licin,
agar bebas dari pori-pori
Bak yang baru selesai dibuat jangan langsung digunakan, biarkan dahulu hingga
bau semen hilang. Untuk menghilangkan bau semen, bak direndam dahulu dengan air
selama seminggu, lalu dikuras. Setelah dikuras, bak kembali diisi air baru dan dibiarkan
selama seminggu, lalu dikuras. Selanjutnya bak dibiarkan tidak diisi air selama tiga hari.
2. Akuarium
Akuarium untuk meminjahkan cupang adu sangat berbeda-beda tergantung
penangkarnya. Ada penangkar yang memakai ukuran 40cm X 60cm dan ada pula yang
hanya 20cm X 40cm. Dengan ukuran tersebut maka ketebalan kaca cukup 2mm. Ini
disebabkan volume air dalam akuarium hanya sekitar lima liter.

B. Persiapan Induk
Untuk memijahkan cupang adu calon jagoan, induk sehat tidaklah cukup. Para
penangkar selalu berusaha mencari pejantan yang sudah diketahui keandalannya di arena
Pertarungan. Keandalannya tersebut meliputi gaya bertarung dan kekuatan. Sebagai
contoh, betta smaragdina selalu di incar penangkar karena tahan pukulan dan mampu
bertarung sampai mati. Apalagi kalau cupang adu tersebut dikawinkan dengan betina
spesies betta imbellis varietas lokal, keturunannya terbukti sering menjadi juara di arena
pertarungan.
Untuk dijadikan induk, jantan cupang adu tersebut perlu dicarikan pasangan
kawinnya. Kriteria cupang adu betina untuk induk antara lain matang kelamin atau
umurnya sudah di atas lima bulan. Betina ini pun sebaiknya di pilih dari lubuk yang
pernah menghasilkan cupang jantan jagoan. Dan induk cupang adu juga harus sehat, ciri
induk yang sehat tampak dari fisiknya, yaitu tidak ada serangan penyakit dan ukuran
tubuhnya minimal 3cm.

13

Sebelum dikawinkan, cupang jantan dan betina harus dipelihara dahulu ditempat
terpisah. Jika mereka sudah siap memijah, barulah keduanya dimasukkan dalam bak
pemijahan. Ciri induk jantan sudah siap memijah adalah pada penutup insang tampak
warna merah atau hijau menyala dan ikan sudah membuat gelembung-gelembug udara.
Sementara ciri induk betina siap kawin adalah perutnya tampak besar, warna tubuhnya
pucat, dan tingkah lakunya jinak.
Cupang adu termasuk jenis ikan yang pilih-pilih pasangan. Belum tentu jantan
dan betina yang dijodohkan benar-benar mau kawin. Kalau setelah empat hari
dijodohkan, tetapi tidak terjadi perkawinan maka keduanya memang tidak jodoh. Untuk
itu, diperlukan calon betina cadangan untuk menggantikan betina yang tidak mau kawin.

C. Proses Pemijahan
Umumnya cupang adu termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung pada
saat ingin kawin. Untuk itu, di dalam bak atau akuarium peminjahan perlu disediakan
daun segar sebagai tempat cupang jantan menempelkan gelembung udaranya. Daun segar
dapat berupa tanaman air berdaun lebar seperti eceng gondok dan kiamang.
Setelah itu, cupang jantan dapat dimasukkan ke bak pemijahan. Bila memang
sudah siap kawin, cupang jantan tersebut akan segera menempelkan gelembunggelembung udara ke daun. Cupang betina yang siap berpijah dapat dimasukkan ke bak
pemijahan. Apabila jumlah gelembung udara di daun sudah cukup banyak.
Cupang jantan yang sedang mencari pasangan akan segera menghampiri betina.
Lalu, betina diajak mendekati gelembung-gelembung udara, di peluk sehingga keduanya
seakan menempel dan tidak bergerak. Beberapa saat kemudian, telur keluar dari tubuh
betina dan segera dibuahi oleh jantan. Telur-telur tersebut ditangkap oleh mulut cupang
jantan, lalu ditempelkan ke gelembung-gelembung udara. Sementara cupang betina hanya
diam saja. Penempelan telur dilakukan dengan cara disemburkan dari mulut.
Setelah telur ditempelkan ke gelembung udara, induk jantan kembali mendekati
induk betina untuk kawin lagi. Demikian seterusnya proses kawin tersebut dilakukan
berulang-ulang hingga sekitar 3-4 jam. Biasanya jumlah telur yang dihasilkan sekitar
100-150 butir. Perkawinan akan selesai jika induk betina sudah berhenti mengeluarkan
telur atau induk jantan mengusir betinanya. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk

14

mengangkat induk betina. Bila tidak segera diangkat, induk betina akan terus diserang
dan dilukai oleh induk jantan dan induk betina akan memakan telurnya.
Induk betina yang baru saja dikawinkan diistirahatkan di tempat atau bak terpisah.
Induk betina tersebut sudah siap dikawnkan lagi setelah dirawat selama 2-3 miggu dalam
bak tepisah. Pada saat induk betina beristirahat, induk jantan akan menjaga telurnya
hingga menetas setelah tiga hari.
Saat baru menetas, larva cupang adu membawa kunig telur sebagai cadangan
makanan sebelum sanggup memakan pakan yang disediakan. Pada tahap awal kehidupan
tersebut, mungkin saja larva cupang jatuh ke dasar bak dan tidak sanggup lagi kembali ke
sarangnya (gelembung udara) karena belum bisa berenang. Larva tersebut dipunguti
dengan tekun oleh mulut jantan, lalu dikembalikan ke sarangnya. Induk jantan dapat
dipisahkan setelah gelembung udara habis. Saat itu larva sudah bisa berenang. Pada 3-4
hari pertama, larva cupang diberi infusoria, kemudian kutu air.

D. Perawatan Burayak
Banyak orang yang enggan melakukan pemijahan sendiri karena kesulitan
mencari induk unggul. Mereka umumnya memilih membeli burayak untuk dibesarkan.
Burayak merupakan ikan umur 1-3 bulan atau 3-12mm. Burayak yang dipilih sesuai
dengan tipe cupang adu yang akan dipeliharanya.
Pada bulan pertama, burayak cupang diberi kutu air yang tersedia setiap saat.
Pada bulan kedua, burayak ini sudah bisa disebut anak cupang. Pada umur dua bulan
inilah ikan diseleksi perkembangannya. Ikan yang pertumbuhannya jelek dipindahkan ke
kolam kosong. Waktu yang tepat melakukan penyeleksian adalah sore hari setelah ikan
diberi pakan. Pemindahannya harus serentak dalam satu hari agar perkelahian dapat
dicegah. Selanjutnya, ikan diberi pakan tambahan berupa jentik nyamuk bertubuh
panjang. Pakan ini diberikan sampai ikan siap dijual.

E. Pembesaran Anak Cupang Adu


Pembesaran dilakukan setelah burayak dipelihara selama sebulan. Biasanya pada
umur tersebut anak cupang sudah tumbuh sirip.

15

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran cupang adu adalah
sebagai berikut.
1. Wadah pembesaran
wadah pembesaran (lubuk) dapat berupa bak semen, akuarium, atau yang alas dan
keempat sisinya dilapisi plastik. Dari ketiga jenis wadah ini, kotak kayu berplastik lebih
sering digunakan karena biayanya murah.
Bila ingin menggunakan kotak kayu tingginya tergantung selera dan kebutuhan,
biasanya minimal 50cm. Panjang dan lebarnyapun tidak pasti. Setelah dibentuk, kotak
kayu dilapisi dengan plastik dan siap digunakan.
Apa pun jenis wadah pembesaran yang digunakan, ukurannya memang sangat
bervariasi karena tergantung populasi cupang. Untuk anak cupang berjumlah hingga
100 ekor, ukuran wadah pembesar ini sebaiknya memiliki panjang 60cm, lebar 30cm dan
tinggi 30cm. Tinggi air maksimal 25cm.
Wadah pembesaran diletakan ditempat ternaung, tetapi masih memperoleh cahaya
matahari. Usahakan agar wadah pembesar ini tidak terkena curah hujan karena suhu air
bisa turun drastis. Bila suhu air turun drastis maka ikan yang masih rawan penyakit ini
bisa mati.
2. Pemindahan anak cupang adu
Sebelum anak cupang dipindahkan, wadah pembesaran harus diisi dengan air. Air
tersebut harus sudah diendapkan terlebih dahulu. Air ledeng dapat saja digunakan asalkan
diendapkan dahulu semalam dan diberi aerasi agar gas beracun didalamnya bisa keluar.
Air sumur pun perlu diberi perlakuan serupa.
Anak cupang adu dipindahakan dari bak pemijahan ke wadah pembesaran setelah
berumur sebulan. Biasanya pada umur tersebut anak cupang adu sudah tumbuh sirip.
Namun, diantara anak cupang adu tersebut pasti ada yang pertumbuhannya bongsor dan
ada yang lambat. Untuk itu, sebelum dipindahkan anak cupang adu tersebut harus
diseleksi terlebih dahulu. Ikan yang berukuran sama dimasukkan dalam wadah yang
sama. Biasanya untuk memisahkannya, diperlukan tiga buah pembesaran. Pengambilan
anak ikan tersebut dilakukan dengan serokan.

16

3. Pemberian pakan
Cupang adu tidak mau di beri pelet sehingga pakan yang cocok untuknya hanya
kutu air dan jentik nyamuk. Pemberiannya cukup dua hari kali sehari, pagi dan sore,
secara bergantian antara kutu air dan jentik nyamuk. Ukuran jentik nyamuk yang
beragam diberikan sesuai umur ikan. Kalau anak ikan cupang adu masih kecil, jentik
nyamuknya pun berukuran kecil, demikian sebaliknya kalau berukuran besar.
Untuk memperkecil kemungkinan munculnya nitrit yang melebihi ambang batas
toleransi, jumlah pakan tidak boleh terlalu banyak. Pakan yang diberikan harus habis
dalam waktu dibawah 15 menit.
4. Pergantian air
Air di dalam wadah pembesaran tidak boleh dibiarkan terlalu kotor agar tidak
muncul senyawa-senyawa kimia berbahaya. Air kotor dapat memicu munculnya penyakit
white spot, yaitu bintik putih di tubuh ikan.
Kalau penyakit ini tidak segara diobati, cupang adu bisa mati. Kotornya air ini
lebih banyak disebabkan oleh sisa pakan dan kotoran ikan. Untuk itu, sisa pakan dan
kotoran tersebut harus secara teratur dibuang. Menjaga agar air selalu bersih merupakan
keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bila air terlihat kotor, sesegera mungkin
kotorannya dibersihkan dan airnya diganti dengan air yang baru.
Membuang kotoran dan sisa pakan dalam air dilakukan dengan cara menyifon,
yaitu menyedot menggunakan selang. Selang untuk menyifon berukuran diameter
maksimum 0,5 inchi dengan panjang yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah air yang
dibuang harus tidak lebih dari separuhnya. Air yang dibuang tersebut pun harus segara
diganti dengan air yang baru. Namun, air pengganti tersebut harus sudah diendapkan
terlebih dahulu selama semalam. Tujuannya agar suhu air tidak berubah drastis.
Saat melakukan pembersihan air kolam tersebut sekaligus harus diperhatikan
kesehatan ikannya. Ikan yang sakit atau mati sesegera mungkin disingkirkan. Biasanya
tingkat kematian (mortatitas) yang muncul pada tahapan pembesaran anak cupang adu ini
berkisar 5%.

17

Anda mungkin juga menyukai