Anda di halaman 1dari 12

PEMEROLEHAN- PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PMATANGSIANTAR


Tahun Ajaran 2022/2023

Disusun oleh:
Lerista Permatasari Siringoringo (2001020022)

Dosen Pengampu: Drs.Ronald Hasibuan,M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR
2022/2023
1. Kemukakan ciri-ciri bahwa seseorang memiliki bakat bahasa.
2. Apakah alat ukur seseorang memiliki bakat bahasa?
3. Apakah yang dimaksud dengan motivasi?
4. Apakah ada sumbangan motivasi terhadap hasil belajar bahasa kedua?
Jelaskan dan motivasi yang mana yang lebih sangkil untuk jangka pendek?
Mengapa? Uraikan.
5. Gaya belajar seperti apa yang cocok untuk pemerolehan dan gaya belajar
seperti apa pula yang sesuai untuk belajar? Mengapa?
6. Kemukakan signifikansi B1 (bahasa pertama) siswa dalam proses penguasaan
B2 (bahasa kedua).
7. Apakah yang dimaksud dengan motivasi instrumental dan motivasi integratif?
Apakah alat ukur Saudara mengenali motivasi instrumental dan motivasi
integratif? Uraikan.
8. Apakah usia berpengaruh terhadap urutan pemerolehan? Jelaskan.
9. Dari bahan variabel individu yaitu materi motivasi, motivasi mana yang lebih
bertahan lama pada diri seseorang untuk mempelajari bahasa kedua dan
mengapa? Jelaskan.
[22.13, 31/1/2023] Lerista Siringoringo: 10. Bagaimana Saudara mengenal pembelajar yang
bergaya belajar independensi
lapangan dan yang bergaya belajar dependen lapangan? Jelaskan.
11. Kemukakan perbedaan kesalahan berbahasa (error) dengan kekeliruan
(mistake).
12. A. Apa kesimpulan yang Saudara rumuskan dari peristiwa kesalahan
berbahasa?
B. Haruskah kesalahan berbahasa siswa dikoreksi? Jelaskan.
13. Bagaima proses pemerolehan bahasa kedua berlangsung menurut pandangan
behaviorisme, Nativisme LAD (Kognitivisme) dan Bialystok? Jelaskan.
14. Prinsip apa yang Saudara pertimbangkan untuk melakukan perbaikan
kesalahan berbahasa kedua (misalnya bahasa Indonesia) siswa?Uraikan.
15. Bagaimana langkah-langkah perlakuan menganalisis ksalahan berbahasa
kedua siswa? Jelaskan.
16. Seberapa signifikan faktor kepribadian Saudara pahami sebagai calon guru
(bahasa Indonesia)?
17. Bagaimana Saudara mengoptimalkan kehadiran konteks pemerolehan
(acquisition) di dalam kelas bahasa? Jelaskan.
18. Menurut Saudara, lingkungan bahasa yang bagaimana yang sangat efektif
untuk menopang kemampuan berbahasa (implicit knowledge) dan lingkungan
bahasa yang bagaimana yang optimal mendukung kemampuan kebahasaan
(Explicit linguistic knowledge).
19. Kemukakan 3 istilah yang dikenal untuk menyebut kesalahan berbahasa,
kemukakan juga ahli yang menamakannya.
20. Apa implikasi yang Saudara pahami dari materi pemerolehan-pembelajaran
bahasa kedua dimana Saudara sebagai calon guru atau tutor bahasa Indonesia
di sekolah atau di tempat lain? Jelaskan.

Jawaban:
1. Menurut Carrol, 1962: 128-130
Ciri-ciri bahwa seseorang memiliki bakat bahasa meliputi menunjukkan Kemampuan-
kemampuan seperti berikut ini:
- Kemampuan mengkofe fonetik
- Kepekaan gramatis
- Kemampuan belajar bahasa secara induktif ( belajar sendiri)
- Kemampuan mengingat
2. Menurut Pimsleur (1966:182) membedakan tiga komponen yang berkaitan dengan bakat
bahasa atau alat ukur seseorang memiliki bakat bahasa, yaitu:
1. Intelegensia verbal, yaitu kemampuan mengenal kata dan kemampuan berpikir secara
analitis berkaitan dengan bahan verbal
2. Motivasi belajar bahasa
3. Kemampuan auditoris (lancar dalam berbicara)
3. Menurut Hilgard dkk. 1978:28 Motivasi adalah faktor-faktor yang mendorong tingkah laku
dan memberikan arah kepada tingkah laku itu. Dengar arti Motivasi yaitu sesuatu dorongan
untuk berbuat atau mencapai suatu tujuan
4. Motivasi dalam belajar B2 menurut Gardner dan Lambert, 1972:2) adalah motivasi
instrumental dan integratif. Seorang siswa disebut termotivasi secara instrumental jika
maksud belajar bahasanya menggambarkan nilai kegunaan dari pencapaian Linguistik, seperti
maju dalam pekerjaan. Sekarang dikatakan termotivasi integratif jika ia mau belajar tentang
masyarakat budaya lain karena ia tertarik akan masyarakat itu secara pikiran terbuka, sampai
titik akhirnya bisa diterima sebagai anggota kelompok itu.
Temuan Gardner dan Lambert (1972) dan Cooper dan Fishman (dalam Hamied, 1987:101)
menunjukkan hal serupa dan menyimpulkan bahwa motivasi instrumental lebih sangkil dari
pada motivasi integratif.
5.
6. Pemerolehan bahasa pertama (B1) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa
kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih
mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya.
Pemerolehan bahasa kedua terjadi jika seseorang memperoleh bahasa setelah menguasai
bahasa pertama atau merupakan proses seseorang mengembangkan keterampilan
menggunakan bahasa kedua atau bahasa asing. Menurut Vygotsky (dalam Rusyini, 2008),
pemerolehan bahasa pertama diperoleh dari interaksi anak dengan lingkungannya.
pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua dikemukakan oleh Krashen.dalam bukunya
itu ia mengemukakan bahwa peserta didik memperoleh bahasa kedua dengan jalan menerima
masukan atau input dari pesan-pesan yang sampai dan dipahami maknanya. Menurut
hipotesis ini, peserta didik atau pembelajar memperoleh bahasa kedua hanya dengan satu
cara, yaitu dengan cara mengerti serta memahami makna pesan yang disampaikn kepadanya.
Peserta didik dapat berbahasa kedua karena telah mendapat masukan yang memadai dan
dapat dipahami maknannya. Itulah sebabnya, meningkatkan kemampuan peserta didik
bergantung pada bertambahnya masukan ke dalam benaknya. Artinya, penguasaan bahasa
kedua adalah suatu proses keberlangsungan yang berkaitan dengan persoalan masukan
bahasa. Selama dalam proses inilah bahasa pertama berperan menentukan tingkat penguasaan
peserta didik terhadap bahasa kedua.
7. Motivasi Instrumental adakah Keinginan belajar suatu bahasa karena bahasa itu berguna
untuk tujuan instrumental tertentu seperti mendapatkan pekerjaan, membaca koran, atau lulus
tes.
Motivasi integratif adalah keinginan belajar bahasa agar bisa berkomunikasi dengan orang
dari budaya lain yang menggunakan bahasa itu.
Alat ukur saya mengenali motivasi instrumental yaitu Pada saat anak belajar karena ingin
mendapat Hadiah
Dan pada motivasi integratif yaitu yang dimiliki oleh pelajar untuk mencapai keinginannya
berupa menjadi bagian dari masyarakat bahasa target tersebut, budaya, dan berintegrasi
dalam komunitas bahasa target tersebut.
8.Usia sangat berpengaruh terhadap urutan pemerolehan
Faktor Usia dalam Pemerolehan B2
· Usia Anak-anak (0-11 tahun)
Dalam usia ini merupakan The Critical Period Hypothesis yaitu periode dimana penguasaan
bahasa terjadi secara alami dan dilakukan tanpa sengaja. Pada proses ini anak menemukan
bunyi atau kalimat yang didengarnya tanpa ada perasaan takut salah. Penfield dan Roberts
(1959) berpendapat bahwa usia maksimum untuk penguasaan bahasa yang efektif biasanya
berkisar antara dua sampai sebelas tahun. Selama periode ini otak masih lentur, tetapi bila
sudah memasuki masa pubertas, maka elastisitas ini akan berangsur-angsur hilang. Hal ini
bisa terjadi, disebabkan oleh lateralisasi fungsi bahasa di otak sebelah kiri yaitu kapasitas
neurology dalam memahami dan memproduksi bahasa yang biasanya melibatkan otak bagian
kiri dan kanan.
Penfield dan Roberts (1959) ahli neurologi yang berargumentasi bahwa kemempuan anak
lebih besar untuk belajar bahasa dapat dijelaskan dengan plastisitas yang lebih besar dari otak
anak tersebut. Plastisitas otak ditemukan berkurang manakala usia bertambah. (Hamied:82).
Menurut Panfield dan Roberts (1959) menampilkan bukti bahwa anak-anak mempunyai
kapasitas menonjol untuk mempelajari kembali ketrampilan bahasa setelah kecelakaan atau
penyakit yang merusak bidang ujaran dalam hemisfer serebral dominan biasanya hemisfer
sebelah kiri.
• Usia anak-anak (0-11 tahun)
Dalam usia ini merupakan The Critical Period Hypothesis yaitu periode dimana penguasaan
bahasa terjadi secara alami dan dilakukan tanpa sengaja. Pada proses ini anak menemukan
bunyi atau kalimat yang didengarnya tanpa ada perasaan takut salah. Penfield dan Roberts
(1959) berpendapat bahwa usia maksimum untuk penguasaan bahasa yang efektif biasanya
berkisar antara dua sampai sebelas tahun. Selama periode ini otak masih lentur, tetapi bila
sudah memasuki masa pubertas, maka elastisitas ini akan berangsur-angsur hilang. Hal ini
bisa terjadi, disebabkan oleh lateralisasi fungsi bahasa di otak sebelah kiri yaitu kapasitas
neurology dalam memahami dan memproduksi bahasa yang biasanya melibatkan otak bagian
kiri dan kanan.
o Selama periode ini otak masih lentur
o Kelenturan dalam otot-otot alat bicara
o Memiliki kelebihan dalam segi afektif
o Pada umur anak-anak pada umumnya mereka memiliki motivasi integrative yang kuat
untuk belajar bahasa.
o Unggul dalam faktor psikomotor,
o Pada usia anak-anak ini mereka cenderung lemah dalam morfologi dan sintaksis
karena mereka tidak memiliki banyak pengalaman berbahasa.
• Usia remaja (12-18 tahun)
Dalam usia ini seseorang telah memasuki masa pubertas. Saat masuk masa pubertas, maka
kinerja otak menurun karena dengan bertambahnya usia maka berkurang pula elastisitas otak.
Hal ini diperkuat dengan Hamied:82 yaitu plastisitas otak ditemukan berkurang manakala
usia bertambah. Pada masa pubertas literalisasi fungsi bahasa ke otak dominan telah selesai.
Hal ini mengakibatkan hilangnya plastisitas bagian otak yang diperlukan dalam belajar
bahasa secara ilmiah. Oleh karena itu setelh pubertas bahasa harus diajarkan melalui usaha
sadar namun tetap diusahakan sealamiah mungkin dan pada saat itu pengaruh aksen bahasa
pertama anak sering tidak dapat diatasi dengan mudah.
o Sudah meliputi masa pubertas.
o Pada usia ini pikiran dibentuk untuk resmi operasional.
• Usia dewasa (+19 tahun)
Sebagian besar masyarakat umum meyakini bahwa anak-anak lebih cepat daripada orang
dewasa dalam pemerolehan bahasa kedua, terutama hubungannya dengan pencapaian hasil
akhir. Belajar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi beberapa
penelitian yang dilakukan mengenai hal ini menunjukkan bahwa dalam beberapa hal justru
pebelajar dewasa yang lebih berhasil ketimbang anak-anak. Mereka yang belajar bahasa
kedua setelah dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian
mengenai hal ini menunjukkan bahwa hanya masalah aksen yang mereka tidak mampu
merubah aksen mereka seperti penutur asli.
o Memiliki pengalaman berbahasa yang lebih banyak.
o Berhasil dalam bidang morfologi dan sintaksis.
o Dalam segi kognitif orang dewasa tetap memiliki kemampuan memahami bahasa.
o Memiliki keuntungan dalam segi afektif.
o Sudah meliputi masa pubertas.
- Lemah dalam segi psikomotorik.
9. Menurut saya Motivasi yg lebih bertahan lama pada diri seseorang untuk mempelajari
bahasa kedua ialah Motivasi Intrinsik.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi dari dalam diri seseorang, yg arti nya Motivasi tersebut
tertanam dalam diri seseorang, karena ada dalam diri setiap individu ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan
oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar. Maka Motivasi tersebut sangat mendukung
seseorang untuk mempelajari bahasa kedua.
10. Saya mengenal pembelajar yang bergaya belajar independensi ialah dari ciri-ciri yaitu:
Pertama, Memiliki orientasi yang bersifat impersonl; relience on internal frame of reference
in processing information. Atau orientasi yang tidak manusiawi; mereka cenderung
individualistik dan kurang sadar akan hal-hal yang menyentuh orang lain.
Kedua, ialah berpersepsi analitik, artinya cenderung mempersiapkan butir relevan tertentu di
lapangan sebagai bagian yang berlainan dari lapangan sekelilingnya secara keseluruhan,
dibandingkan secara terpadu dalam lapangan itu (perceivesba field in terms of its component
parts; parts are distinguish from background).
Ketiga, adalah not so sicially aware, "kurang memiliki keterampilan secara interpersonal atau
hubungan-hubungan yang bersifat sosial (lihat Ellis, 1986 dan Hamied, 1978).
Dan Saya mengenal pembelajar yang bergaya belajar dependen lapangan ialah melihat
bahwasanya orang yang dependen terhadap lapangan cenderung berpersepsi global;
persepsinya cenderung didominasi lapangan secara total sehingga bagian-bagian yang
tersemat dalam lapangan itu tidak mudah terpersepsikan. Menurut Hamied, 1978:93)
ditemukan bahwa orang yang dependen terhadap lapangan cenderung menunjukkan orientasi
sosial yang kuat, mereka biasa nya lebih empatik dan lebih perseptif tentang perasaan orang
lain.
11. Perbedaan Kesalahan berbahasa (eror) dengan kekeliruan (mistake):
Kesalahan berbahasa yaitu penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku atau ketidaktahuan atas kaidah bahasa yang dipelajari
Sedangkan Kekeliruan bahasa yaitu penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah
bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang sebagai suatu pelanggaran
berbahasa atau Kelupaan atas kaidah bahasa yg dipelajari.
12. A. Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai
unitkebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistemkaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yangmenyimpang dari sistem
ejaan dan tanda baca.
Saya dapat simpulkan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat
pada ujaran atau tulisan. Kesalahantersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau
komposisi yang menyimpangdari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa
orang dewasa. Hal itu dapat diketahui bahwa kesalahan adalah penyimpangan norma-norma
bahasayang telah ditetapkan dalam penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa ini
dapatdilakukan oleh siapa saja. Kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran
bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa
tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus
dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak
terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.
B. Menurut saya kesalahan berbahasa dalam pemerolehan tidak perlu dikoreksi dan pada
kesalahan berbahasa dalam pembelajaran perlu dikoreksi. Karena pada pemerolehan
berlamgsung secara alamiah tanpa terkait dengan orang lain, sedangkan pada pembelajaran
terkait dengan seseorang yang mengajarkannya.
13. -Proses pemerolehan bahasa kedua berlangsung menurut Behaviorisme yaitu pendekatan
ini menyatakan bahwa manusia selaku pembelajar dalam perkembangan bahasa nya di bentuk
oleh alam sekitarnya atau lingkungannya. Pandangan ini bertolak belakang dari bahwa pada
awalnya manusia tidak memiliki pengertian apa-apa. Pengertian atau kemampuan berbahasa
barulah terbentuk setelah ia mendapat kontak dari lingkungannya. Mempelajari bahasa
menurut behavioristik ini berlangsung melalui prinsip reinforcement atas stimulus linguistik,
yang dikenal dengan konsep operant-conditioning. Bahasa merupakan suatu proses hasil
belajar melalui pengalaman. Skinner dalam bukunya Behavior (1957) mengemukakan bahwa
belajar bahasa merupakan masalah stimulus, respon, ulangan, dan ganjaran (reward). Model
behavioristik ini juga meyakini bahwa penguasaan bahasa adalah proses pembentukan
kebiasaan (habit formation) (Dulay dan Burt, 1974:129; McLlaughin, 1978: 20).
Pembentukan kebiasaan itu berlangsung melalui mekanisme stimulus, respon, dan penguatan.
-Proses pemerolehan bahasa kedua berlangsung menurut Nativisme LAD menurut Chomsky
(1956) dan Lennerberg (1966) menekankan spekalusi rasional tentang proses mental yang
dialami pembelajar pada saat berlangsung proses penguasaan bahasa. Menurut Chomsky
bahwa kemampuan berbahasa manusia bukanlah karena hasil pembentukan stimulus dan
respon maupun penguatan. Akan tetapi, karena manusia telah diperlengkapi seperangkat alat
belajar bahasa, yaitu LAD (language acuistion device) yang dibawa sejak lahir. Dengan LAD
atau APB ( alat pemerolehan bahasa) inilah pembelajar dapat bersikap dan bertindak aktif
dan kreatif selama proses penguasaan bahasa berlangsung. Greenberg (1966); Wolfe (1967);
dan Wardhaugh (1970) sebagai pakar yang mengikuti aliran nativis ini mengemukakan
hipotesisnya berkaitan dengan LAD ini, yaitu:
1.Manusia sejak lahir telah dibekali kapasistas (innate capacity) untuk belajar bahasa
2.Bahasa bersifat universal atau semesta.
Dengan hipotesis ini dinyatakan bahwa setiap orang yang lahir secara normal akan dapat
berbahasa, dan setiap orang yang telah menguasai bahasa pertamanya juga akan dapat
menguasai bahasa kedua atau bahasa lain di luar bahasa pertamanya.
Berkaitan dengan LAD nativis ini, Crystal (1979: 170) berpandapat bahwa LAD tidak berisi
bahasa tertentu, karena LAD tidak berhubungan langsung dengan bahasa tertentu. Seiring
dengan ini, bahasa apa yang menjadi data linguistik primernya pasti dihipotesiskan.
Berikutnya ialah bahwa LaD pada dasarnya adalah mesin pengolah bahasa yang terdapat di
dalam struktur kejiwaan pembelajar, sehingga dengan demikian, pembelajar siap menerima
data linguistik apa pun. Dengan perkata lain, tidak ada data bahasa tertentu yang
diistimewakan oleh LAD untuk dihipotesiskan. Nativis tegas menolak pemerolehan bahasa
(bahasa kedua) seperti dijelaskan oleh aliran behaviorisme. Kaum nativis berpendapat ujaran
anak bukan tiruan dari apa yang didengarnya dari orang tua nya atau sekitar anak.
-Proses pemerolehan bahasa kedua berlangsung menurut pandangan Bialystok
untuk ,menunjukkan proses belajar bahasa kedua. Bialystok menggambarkan model belajar
bahasa berdasarkan tiga umsur utama, yaitu, input, knowledge, dan output (Croft, 1980: 201;
Kamaruddin, 1989: 172; Baradja, 1990: 22).
Yang termasuk input ialah pengalaman menghadapi bahasa oleh seseorang yang belajar
bahasa (language exposure), yang dibedakan ke dalam tiga jenis knowledge. Ketiga jenis
knowledge itu ialah explicit linguistic knowledge, implicit linguistic knowledge, dan other
knowledge.
Explicit linguistic knowledge atau pengetahuan kebahasaan secara ekspilit diperkaya melalui
pemajanan secara formal, seperti pengajaran bahasa di kelas, membaca buku teks yang
berkaitan dengan seluk beluk (gramatika) bahasa. Implicit linguistic knowledge atau
pengetahuan kebahasa secara implisit ini diisi melalui pemajan secara informal, atau alamiah,
misalnya pengalaman berkomunikasi dalam bahasa yang sedang dipelajari, tetapi bukan yang
memuat seluk-beluk bahasa. Sedangkan other knowledge ini atau pengetahuan lain diisi
melalui kegiatan membaca pengetahuan-pengetahuan yang bermacam-macam, seperti
sosiologi, antropologi, sejarah, biologi,dan sebagainya yang ditulis dengan bahasa yang
sedang dipelajari.
Model teoritik ini merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur saling berkaitan.
Didalamnya ada proses dan strategi di dalam belajar bahasa. Kaitan antara pemajanan bahasa
sebagai input dengan pengetahuan yang berupa pengetahuan eksplisit, pengetahuan implisit,
dan pengetahuan lain melalui proses dan strategi melahirkan keluaran (output) yang berupa
reaksi, baik oral maupun tulis (Croft, 1980:201;Kamaruddin, 1989:173;Baradja, 1990:24).

14.
15. Langkah-langkah perlakuan menganalisis kesalahan berbahasa kedua siswa:
- Mengidentifikasi kesalahan siswa
- Mendeskripsikan kesalahan siswa
- Menjelaskan kesalahan tersebut
- Pengklasifikasian kesalahan siswa
16. Menurut saya faktor kepribadian sangat berpengaruh sebagai calon guru karena
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk bisa
dipenuhi setiap calon guru maupun guru yang mengajar di sekolah/madrasah agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Memang, kompetensi kepribadian bukan bagian dari bahan
yang akan dan harus diajarkan para guru pada para siswa mereka, tapi merupakan kekuatan
yang harus dimiliki setiap guru, agar dapat menghantarkan para siswanya menjadi orang-
orang cerdas. Guru pintar tidak akan terlalu bermanfaat jika tidak memiliki komitmen untuk
mengajar dengan baik. Komitmen untuk mengajar, membimbing dan mendampingi para
siswanya belajar, merupakan bagian dari kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian
juga harus dilengkapi dengan kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya, dia harus
mampu mengembangkan dua karakterisitik interaksi guru dengan lingkungannya melalui dua
budaya.
Faktor kepribadian terbagi menjadi dua yaitu kepribadian introvert dan ekstrovert.
Kepribadian yang introvert adalah kepribadian yang suka menyendiri, pendiam, pemalu, dan
tidak suka bergaul. Faktor ekstrovert adalah kepribadian yang ramah, banyak bicara, dan suka
bergaul. Bagaimana guru bisa berkomunikasi dengan orang tua siswa, jika berkepribadian
sangat tertutup atau lebih suka menyendiri, introvert, dan tidak menyukai berkomunikasi
dengan orang lain, padahal perkembangan siswanya harus disampaikan pada orang tuanya,
pada kepala sekolah, atau pada pada walinya. Oleh karena itu sebagai calon guru kepribadian
ekstrovert lah yang lebih baik dari pada kepribadian introvert.
17.Menguasai bahasa kedua melalui pemerolehan berlangsung secara alamiah; artinya
pembelajar bahasa kedua tidak disungguhi kaidah-kaidah bahasa, akan tetapi penguasaan
bahasa kedua diciptakan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat komunikatif. Pemerolehan
bahasa kedua juga merupakan disiplin ilmu yang dikhususkan untuk mempelajari proses itu.
Menurut saya mengoptimalkan konteks pemerolehan di dalam kelas bahasa yaitu:
-Mengingat, yaitu mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa
atau belajar apapun.
-Meniru, berarti mencontohkan secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan
anak tidak selalu berupa pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya. Di
satu sisi, anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tuturan yang lebih rumit.
Di sisi lain secara bersamaan anak pun membangun suatu sistem bahasa yang kemungkinan
dia mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk dan jumlah yang tidak berbatas.
-Mengalami langsung, yaitu mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang
nyata. Anak menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun
sewaktu sendirian. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus memperoleh
tanggapan dari mitra bicaranya. Dari tanggapan yang diperolehnya, secara tidak sadar anak
memperoleh masukan tentang kewajaran dan ketepatan perilaku berbahasanya, dan dalam
waktu yang sama juga si anak mendapat masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra
berbicaranya.
-Bermain, yaitu kegiatan yang sangat penting untuk mendorong pengembangan kemampuan
berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa, sebagai
penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak, atau anak dalam bermainn
rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau pasien atau sebagai guru atau murid dalam
bermain disekolahan.
18. Menurut saya lingkungan bahasa yang sangat efektif untuk menopang kemampuan
berbahasa (implicit knowledge) yaitu lingkungan informal, misalnya pengalaman
berkomunikasi dalam bahasa yang sedang dipelajari, tetapi bukan yang memuat seluk beluk
bahasa. Dan lingkungan bahasa yang optimal mendukung kemampuan kebahasaanan (explicit
linguistic knowledge) yaitu lingkungan formal karena dalam lingkungan formal para
pembelajar dibimbing dan diarahkan pada guru untuk dapat menguasai sistem-sistem atau
kaidah-kaidah maupun aturan- aturan bahasa yang dipelajari. Seperti pengajaran bahasa di
kelas, membaca teks yang berkaitan dengan seluk-beluk bahasa (gramatika) bahasa .
19.Tiga istilah yang dikenal untuk menyebut kesalahan berbahasa dan ahli yang
menamakannya:
1.Selinker (1972) dari ”interlingual”. Ini mengacu pada keterpisahan sistem pembelajar
bahasa kedua yang memiliki status menengah struktural antara pen2inguisticdan pembelajar
bahasa sasaran. Sejumlah istilah telah diciptakan untuk menggambarkan perspektif yang
menekankan legitimasi sistem bahasa kedua pembelajar.
2.Corder (1971) menggunakan istilah ”dialek istimewa” atau ”bahasa pembelajar” (1978)
3.Nemser (1971) menyebutnya ”sistem perkiraan”.
20.Implikasi yang dapat saya pahami dari materi pemerolehan-pembelajaran bahasa kedua
yaitu bahwa Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa
mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan
kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang
bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama
mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak
selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi. Kedua,
untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar
bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat
mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-
orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah
hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan
bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu
proses yang amat kuat pada orang dewasa.
Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu:
1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang
anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
2. Pemerolehan secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.
3. Pemerolehan bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran
mengetahui bahasa kedua,
4. Pemerolehan mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat
pengetahuan secara eksplisit,
5. Pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong
sekali.
Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua
secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin adalah pemerolehan bahasa kedua yang
diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung
pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru
sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang
terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada
keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri.
Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting
dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam
komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Pemerolehan Bahasa Kedua
1. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka,
melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
2. Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau
proses belajar.
3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal
dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada
bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
5. Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu
berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia
prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
6. Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa
Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui
proses belajar formal; jika didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat
melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.

Anda mungkin juga menyukai