DISUSUN OLEH:
LERISTA PERMATASARI SIRINGORINGO (2001020022)
YENI ANGGRIANI Br SIMANUNGKALIT (2001020028)
RISNOVE TIARA B. P SILABAN (2001020038)
WIDYA MISTIKA RAHAYU (2001020045)
TIOPMA SINAGA (2001020047)
MATA KULIAH:
KEWIRAUSAHAAN
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini membahas tentang “Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap
Keputusan Mahasiswa Menjadi Wirausahawan. Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas yang kami buat. Terutama ucapan terima kasih ditujukan
kepada dosen mata kuliah Kewirausahaan, Sotarduga Sihombing S.Pd., MM.
Adapun isi dari makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan kami, baik kemampuan mengolah konsepsi ataupun kemampuan
apersepsi. Sehingga harap dimaklumi apabila isi makalah kami banyak kekurangan, itu
sebabnya kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, dan menjadi tambahan
bagi khazanah ilmiah kita semua.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Kesiapan..................................................................................................................
B. Mata Kuliah Kewirausahaan....................................................................................
1. Pengertian Wirausaha........................................................................................
2. Pengertian Kewirausahaan................................................................................
3. Mata Kuliah Kewirausahaan..............................................................................
4. Pengertian minat kewirausahaan.......................................................................
5. Faktor-faktor yang mendukung seseorang menjadi kewirausahaan..................
6. Ciri-ciri minat berwirausaha..............................................................................
7. Pengaruh mata kuliah kewirausahaan terhadap minat berwirausahawaan........
8. Tujuan pendidikan kewirausahawan bagi mahasiswa.......................................
9. Hambatan dalam berwirausahawan...................................................................
...........................................................................................................................
10. Strategi menciptakan dan memulai usaha..........................................................
11. Strategi mengembangkan usaha........................................................................
3
12. Karakter mahasiswa wirausahawan...................................................................
...........................................................................................................................
BAB III................................................................................................................................
PENUTUP...........................................................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan semakin
banyak pula orang menganggur. Persaingan dalam mencari pekerjaan maka dirasakan
pentingnya dunia wirausaha. Persaingan dalam mencari pekerjaan yang tersedia saat
ini jumlahnya sangat terbatas sehingga tidak mampu lagi menampung sumber daya
manusia yang ada. Setiap orang saling berlomba mencari pekerjaan yang menjanjikan
hidup yang layak di masa yang akan datang. Mereka lebih tertarik bekerja sebagai
buruh atau pegawai dalam sebuah lembaga atau instansi tertentu. Penyebab kurangnya
minat masyarakat untuk membuka usaha sendiri(berwirausaha) yaitu munculnya
pandangan negatif terhadap profesi wirausaha. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah faktor psikologi yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka
kurang berminat terhadap profesi wirausaha antara lain: sikap agresif, ekspansif,
bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat,
pekerjaan rendah, dsb (Buchari, 2000: 2). Pandangan semacam ini dianut oleh
sebagian besar masyarakat termasuk para mahasiswa Peguruan Tinggi. Mereka tidak
tertarik dan tidak ingin terjun di bidang wirausaha, mereka lebih tertarik memilih
menjadi pegawai negeri apalagi sebagai lulusan Perguruan Tinggi. Mereka tidak
berani mengambil resiko untuk menjadi seorang wirausahawan.
5
didorong oleh kondisi persaingan yang sangat ketat di antara para pencari kerja.
Lowongan kerja mulai sempit. Posisi pegawai negeri kurang menarik ditambah lagi
dengan adanya policy zero growth oleh pemerintah di bidang kepegawaian (Buchari,
2000: 3). Dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas, kita ditantang
bukanhanya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja,melainkan
juga mampu membuka lapangan kerja baru. Selain pendekatan yang dilakukan oleh
pemerintah, Perguruan Tinggi (PT) pun memiliki peranan yang cukup penting dalam
membangkitkan motivasi mahasiswa untuk berwirausaha. Salah satu bentuk peran
serta Perguruan Tinggi adalah dengan memberikan mata kuliah (pelajaran) Pendidikan
Kewirausahaan yang praktis dan menarik dapat membangkitkan motivasi mahasiswa
untuk berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan yang diperoleh dan dimiliki akan
menjadi potensi atau modal utama untuk menjadi wirausaha yang berhasil. Setiap
mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam hal pemilihan bidang usaha
yang sesuai dengan keinginan, kemampuan, dan keahlian mereka.
6
modal untuk bekerja di sebuah instansi. Orang tua tidak melihat realita yang ada saat
ini yaitusemakin terbatasnya lapangan pekerjaan, pengangguran semakin bertambah,
baik yang berpendidikan rendah sampai Perguruan Tinggi. Ijazah S1 sudah menjadi
barang biasa dan seperti tidak ada artinya lagi. Hanya beberapa orang tua yang
memperbolehkan anaknya untuk terjun dalam duniawirausaha disebabkan mereka juga
seorang wirausaha sehingga anaklah yang akan melanjutkan usaha mereka yang sudah
ada. Berkaitan dengan hal-hal yang dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh mata kuliah kewirausahaan dan status sosialekonomi orang tua
terhadap kesiapan mahasiswa untuk mengambil keputusan menjadi
seorangwirausahawan
B. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
7
2. Untuk mengetahui apakah status sosial ekonomi orang tua berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kesiapan mahasiswa untuk menjadi wirausahawan
yang unggul.
3. Untuk mengetahui apakah mata kuliah kewirausahaan dan status sosial
ekonomi orang tua secara bersama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesiapan mahasiswa untuk menjadi wirausahawan yang unggul.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dan yang melakukannya yaitu:
1. Bagi penulis
Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam praktek
dan untuk menambah pengetahuan sejauh mana teori itu diterapkan.
2. Bagi Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi dan bahan pertimbangan
serta menambah pengetahuan akan pentingnya aspek-aspek kewirausahaan
dalam menghadapi perkembangan jaman yang semakin global dan penuh
tantangan.
3. Bagi Program Studi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
Progaram Studi dalam rangka meningkatkan mutu mata kuliah kewirausahaan.
4. Bagi Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bagian
informasi untuk lebih lanjut.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kesiapan
9
Sedangkan aspek fisiologis meliputi panca indera, otot-otot, koordinasi organ
tubuh yang berjalan dengan baik. Untuk menjadi seorang wirausahawan yang
unggul seseorang harus memiliki kesiapan berupa bekal pengetahuan dan bekal
keterampilan kewirausahaan. Beberapa bekal pengetahuan yang harus dimiliki
(Suryana, 2001: 59) yaitu:
1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada
disekitarnya.
10
Selain memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, seseorang yangingin terjun
dalam dunia wirausaha harus memiliki kemampuan seperti:
1. Pengertian Wirausaha
11
b. Menggunakan jiwa raganya sedemikian rupa sehingga bermanfaat besar bagi
dirinya
c. Tidak bersikap hanya menerima saja apa yang diberikan lingkungan
kepadanya.
d. Tidak meminta belas kasihan, bantuan dan fasilitas dari orang lain.
e. Mereka tidak mau menjual martabat dan keluarganya.
2. Pengertian Kewirausahaan
12
Pendidikan. Pengembangan jiwa kewirausahaan dapat dilakukan melalui Perguruan
Tinggi (PT) sebagai salah satu lembaga pendidikan. Peran universitas dalam
memotivasi para sarjananya untuk menjadi wirausahawan muda merupakan bagian
dari salah satu faktor pendorong pertumbuhankewirausahaan (Yohnson, 2003: 98).
Menurut Abdul Latief, tujuan dan manfaat pengembangan kewirausahaan di
Perguruan Tinggi (PT) pada intinya adalah untuk mengubah dan mempengaruhi pola
pikir kalangan berpendidikan tinggi agar lebih berorientasi kepada pengembangan
usaha mandiri sebagai salah satu alternatif lapangan kerja setelah mereka
menyelesaikan pendidikan tinggi (Soesatyo, 2002: 40). Pengembangan kewirausahaan
di lingkungan Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
(Soesatyo, 2002: 46-47):
a. Kuliah Kewirausahaan dalam bentuk mata kuliah wajib, Stadium General, mata
kuliah pilihan, dan studi kasus.
c. Penyusunan karya tulis, yaitu melalui laporan studi kasus, laporan studi banding,
laporan kerja praktik, karya alternatif mahasiswa, project proposal, business plan dan
skripsi. Gambaran umum mengenai kewirausahaan menurut Suryana (2006: 2),
menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti
kewirausahaan menurut Drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi
terciptanya peluang. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap,
dan perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: penuh percaya diri, memiliki inisiatif,
memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani mengambil
resiko dengan penuh perhitungan (Suryana, 2006: 3). Dalam hal ini Suryana (2006:
85) menyatakan bahwa sumber potensial dapat digali dengan cara: menciptakan
produk baru yang berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis produk dan proses
13
secara mendalam, dan mampu memperhitungkan risiko. Proses kewirausahaan diawali
dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari tantangan tersebut timbul
gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif, yang tidak lain adalah berfikir
kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan awal tadi teratasi dan terpecahkan.
Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu secara mikro
(sebagai penemu dan perencana) dan secara makro (berperan dalam menciptakan
kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yangberfungsi sebagai
mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara(Suryana, 2006: 4).
Dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud
(tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible)
seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral dan modal mental (Suryana,
2006: 5). Menurut pendapat Suryana (2006: 7) dalam dunia bisnis dikenal tiga cara
memasuki suatu usaha/bisnis, yaitu:
1) Merintis usaha baru sejak awal dengan menggunakan modal, ide, organisasi,
dan manajemen yang dirancang sendiri.
2) Membeli perusahaan yang sudah ada.
3) Kerja sama manajemen dan waralaba (franchising). Dalam merintis usaha baru,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: bidang dan jenis usaha
yang dimasuki, bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih, tempat usaha
yang akan dipilih, organisasi usaha yang akan digunakan, jaminan usaha yang
mungkin akan diperoleh, dan lingkungan usaha yang akan berpengaruh
(Suryana, 2006: 102). Pemilihan jenis usaha bergantung pada kebutuhan pasar
dan sumber-sumber yang tersedia. Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki
adalah (Suryana, 2006: 102-103):
14
4) Konstruksi, meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, dan
jalan raya.
4) Perdagangan, meliputi usaha perdagangan kecil, grosir, agen, dan ekspor-
impor.
• Jasa pramuwisata
• Jasa impresariat
• Penyediaan akomodasi
15
• Penyediaan angkutan wisata
a. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori,
konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
16
John M. Mempil (1993: 20) mengemukakan bahwa, nilai-nilai kewirausahaan meliputi
komitmen, resiko moderat, peluang, objektivitas, umpan balik, optimisme, uang, dan
proaktif dalam manajemen. Hal ini dipertegas berdasarkan pendapat Suryana (2006:
39) yang menyatakan bahwa nilai hakiki yang penting dari kewirausahaan meliputi:
b. Berorientasi pada tugas dan hasil: merupakan orang yang selalu mengutamakan
nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad
kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
c. Keberanian mengambil resiko: bergatung pada daya tarik setiap alternatif, siap
mengalami kerugian, kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
17
berisikan misi, usulan, operasional, rincian strategi, dan peluang usaha yang mungkin
diraih. Menurut Zimmerer (1993: 331) ada beberapa unsur yang harus ada dalam
perencanaan usaha, yaitu: ringkasan pelaksanaan, profil usaha, strategi usaha, produk
dan jasa, strategi pemasaran, analisis pesaing, ringkasan karyawan dan pemilik,
rencana operasional, datafinansial, proposal atau usulan pinjaman, dan jadwal
operasional.
Minat berwirausaha terdiri dari dua kata yaitu minat dan berwirausaha. Minat
adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tertentu tanpa ada
yang memberikan perintah. Biasanya minat selalu diiringi dengan perasaan suka
sehingga diperoleh sebuah kesenangan. Aktivitas atau kegiatan yang telah diminati
seseorang akan diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan perasaan senang.
Minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan
nilai.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pengalaman yang diperoleh seseorang. Jika dikaitkan ke dalam bidang kerja, teori
minat yang dikemukakan oleh Holland lebih sesuai. Holland mengatakan, minat
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat timbul karena adanya
unsur kebutuhan dari individu.8 Minat merupakan suatu dorongan atau keinginan
18
dalam diri seseorang pada objek tertentu. Berwirausaha berasal dari kata wirausaha
(entrepreneur) yang memiliki arti seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
melihat peluang dalam mencari dana dengan mengambil resiko yang ada demi
tercapainya kesejahteraan individu dan masyarakat. Wirausaha adalah orang-orang
yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari
padanya dan mengambil tidakan yang tepat.
Seorang yang memiliki minat berwirausaha memiliki karakter selalu tidak puas
dengan apa yang telah dicapainya dan terampil dalam memanfaatkan peluang untuk
mengembangkan usahanya, dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan. Wirausaha
dapat diartikan orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatanBerwirausaha dalam pandangan Islam adalah usaha yang
dilakukan manusia untuk mememperoleh pendapatan dan penghasilan atau rezeki
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan cara mengelola sumber
daya ekonomi secara efektif dan efesien. Jadi pengertian berwirausaha adalah tindakan
yang dilakukan seseorang yang memiliki kemampuan untuk berkreatifitas dan
berinovasi serta melihat peluang dalam menggunakan sumber daya yang ada sehingga
menghasilkan sebuah produk dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan dalam
hidupnya. Minat berwirausaha adalah ketertarikan seseorang untuk menciptakan suatu
usaha dengan melihat peluang yang ada disekitar dan berani mengambil risiko yang
kemungkinan terjadi dalam menjalankan usaha.
Seseorang yang berminat untuk berwirausaha akan terlihat pada tingkah laku yang
menunjukkan keinginannya yang timbul dari dalam diri dengan berani menanggung
resiko dan cepat tanggap dalam menangani peluang yang ada atau yang dimaksud
adalah orang–orang yang mau bekerja. Beberapa pengertian di atas menunjukkan inti
dari minat berwirausaha adalah dorongan dan ketertarikan seseorang untuk melakukan
tindakan yang inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumberdaya yang berupa
tenaga kerja, bahan mentah, dan modal untuk menghasilkan sebuah produk baru demi
tercapainya kesejahteraan individu dan masyarakat.
19
5. Faktor-Faktor yang Mendukung Seseorang Menjadi Wirausahawan
a. Fakor Individual atau Personal Merupakan fakor yang berasal dari pengaruh
pengalaman hidup seseorang dari kecil hingga dewasa, baik oleh lingkungan ataupun
keluarga, seperti:
20
tersebut disebabkan karena dalam persaingan di dunia pekerjaan tentu seseorang yang
memiliki pendidikan rendah akan kalah dengan orang yang memiliki pendidikan
tinggi. Perusahaan cenderung akan menyaring orang-orang yang berpendidikan tinggi
sebagai tenaga kerjanya dibandingkan dengan orang-orang yang memilili pendidikan
rendah.
e. Prestasi Pendidikan Rata-rata orang yang memiliki prestasi akademik yang tidak
tinggi memiliki keinginan yang kuat unttuk menjadi seorang pengusaha. Hal tersebut
didorong oleh suatu keadaan yang memaksa ia untuk berfikir bahwa menjadi
pengusaha adalah salah satu pilihan terakhir untuk sukses, sedangkan untuk berkarir di
dunia pekerjaan dirasakan sangat berat, mengingat persaingan yang sangat ketat dan
masih banyak lulusan yang berpotensi yang beluum mendapatkan pekerjaan.
21
lagi. Terkadang kebutuhan tersebut tidak ditemui dalam dunia pekerjaan. Self-esteem
akan memacu sesorang untuk memilih karier nya menjadi seorang penngusaha.
i. Keterpaksaan dan Keadaan Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misalnya
PHK, pensiun, dan menganggur atau belum bekerja akan membuat seseorag memilih
jalan hidupnya menjadi entrepreneur, karena memang sudah tidak ada lagi pilihan lagi
untuknya. Hal inlah yang sering terjadi bahwa mereka akan mengambil pilihan
menjadi seorang entrepreneur bila keadaan memaksa dan tidak ada peluang lagi di
dunia pekerjaan.
a. Memiliki Rasa Percaya Diri Sifat utama yang harus dibangun oleh seorang
wirausaha adalah memiliki rasa percaya diri, yaitu sifat seseorang yang tidak mudah
terombang ambing oleh pendapat dan saran yang diberikan oleh orang lain. Akan
tetapi, saran dari orang lain tidak ditolak secara mentahmentah, namun dijadikan
sebagai masukan dan bahan pertimbangan. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri
yang sangat tinggi adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Dia tidak
begitu saja menyerap pendapat atau opini dari orang lain, tetapi
mempertimbangkannya secara kritis.
c. Pegambilan Resiko Jiwa yang menyukai sebuah tantangan merupakan ciri dari
seorang wirausaha. Dunia wirausaha dipenuhi sebuah tantangan, seperti 14 Buchari
Alma, Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta, 2013), 53–54. 17 persaingan, naik dan
turunnya harga sebuah barang, tidak lakunya sebuah barang yang dijual, dan lain
22
sebagainya. Tantangan tersebut dihadapi dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan
sudah matang, membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus
dan snantiasa meminta perlindungan dari Allah SWT.
e. Keorisinilan Sifat orisinil tentu tidak selalu ada dalam setiap individu. Yang
dimaksud dengan orisinil disini adalah seseorang yang tidak mengekor atau megikuti
orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, dan ada kemapuan
untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti harus baru, tetapi sebuah pemikiran
yang menghasilkan sesuatu yang baru dari hasil mengkombinasikan komponen-
komponen yang sudah ada sebelumnya.
Pada hakikatnya, kewirausahaan bukan hanya bakat yang dibawa sejak lahir
dan dipraktikkan begitu saja di lapangna usaha. Kewirausahaan selain dapat
dipekajari, juga harus diinteralisasi secara luas melalui proses pendidikan. Pemberian
mata kuliah kewirausahaan ditujukan untuk memotivasi dan pembentukan sikap
mental wirausaha sehingga mahasiswa memiliki ketertarikan untuk berwirausha.
Ruang lingkup konsep kewirausahaa yang dibahas dan didiskusikan dalam mata kuliah
kewirausahaa berorientasi pada dua aspek utama, yaitu orientasi nilai dan tujuan. Salah
23
satu muatan penting yang perlu diintroduksi kepada mahasiswa yaitu interalisasi
sistem nilai yang terkandung dalam kewirausahaan, yakni kemandirian, berpikir
kreatif , soft skiil, keterampilan interpersonal, komunikasi persuasif, kerja keras,
persistensi, dan lainnya. Pada akhirnya, dampak jangka panjang yang diharapkan dari
pembentukan nilai-nilai tersebut adalah kemampuan menangkap dan mengkreasikan
peluang usaha.
24
Ketua Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UGM, Ibnu Wahid Fakhrudin Aziz,
S.T.P., M.T., mengatakan keberhasilan pembelajaran kewirausahaan pada perguruan
tinggi harus dilakukan dengan semangat dan komitmen yang tinggi baik oleh personal
dosen dan instansi.
25
kewirausahaan diharapkan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka
usaha baru di masa mendatang.
Menurut Suryana dan Bayu (2015), di Indonesia terdapat hambatan antara lain:
4. Strategi berwirausaha
Strategi berasal dari bahasa yunani strategos, yang berasal dari kata Stratus
yang berarti militer dan ag yang artinya memimpin. Strategi awalnya diartikan sebagai
generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana
untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang. Pada awalnya kata strategi ini
memang popular dan digunakan secara luas dalam dunia militer. Sedangkan jika kita
merunutnya sebagai sebuah bidang penelitian bisnis maka perkembangan dunia usaha
dalam dekade 50-an dapat digunakan sebagai pijakan. (Purnomo, 1996). Menurut
George dan Miner (1997), yang dimaksud strategi adalah penetapan misi perusahaan,
penetapan sasaran organisasi dengan meningkatkan kekuatan eksternal dan internal,
26
perumusan kebijakan dan implementasi secara tepat sehingga tujuan dan sasaran
utama organisasi akan tercapai.
Menurut Hisrich et al. (2008), untuk memulai bisnis, maka seseorang harus
membuat langkah-langkah konkrit agar dapat menciptakan usaha yang ideal. Langkah
tersebut antara lain :
1. Membuat rencana bisnis. Isi dari rencana bisnis adalah deskripsi tentang usaha baru
dan hal yang berkaitan dengan elemen eksternal serta elemen internal perusahaan.
Sering kali rencana bisnis adalah penggabungan dari rencana fungsional seperti
pemasaran, keuangan, manufaktur dan sumber daya manusia.
2. Mempresentasikan rencana. Biasanya rencana yang telah kita susun akan kita
koreksi dengan cara mempresentasikannya baik di universitas atau didepan investor.
27
dan mengambil langkah yang terukur. Dalam implementasi, seorang pengusaha harus
melakukan pengukuran kemajuan dan pembaharuan rencana sesuai kondisi.
Suatu usaha yang berhasil akan memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk
mengembangkan bisnisnya. Ansoff dalam Hisrich et al. (2008), membuat strategi
pertumbuhan yang dapat menghasilkan keunggulan kompetitif. Strategi tersebut antara
lain:
1. Strategi penetrasi. Strategi ini dilakukan dengan cara mendorong konsumen untuk
membeli dalam jumlah banyak suatu produk perusahaan
4. Strategi diversifikasi. Merupakan strategi menjual produk yang baru pada pasar
yang baru juga. Keberhasilan dalam berwirausaha Banyak pendapat tentang arti dari
kesuksesan, bahkan sebagian besar masyarakat memandang kesuksesan adalah yang
banyak hartanya, jabatan tinggi dan dihormati. Pemikiran seorang wirausaha sejati
tentang kesuksesan memiliki arti yang berbeda. Mereka biasa menyebut sukses apabila
cita-cita yang mereka inginkan sudah tercapai. Tujuan dari pembentukan usaha sudah
terpenuhi (Suryana dan Bayu, 2015) Adapun menurut Chu et al. (2011), pendapatan,
pembuktian diri dan prestasi adalah suatu ukuran dari keberhasilan wirausaha di
negara China. Kunci dari keberhasilan seseorang dalam berwirausaha menurut
penelitian Chu et al. (2011) antara lain; bisa membangun reputasi yang baik kepada
masyarakat, jujur dalam berbisnis, pelayanan yang baik bagi pelanggan, memiliki
ketrampilan manajemen yang baik, memiliki keramahan pada pelanggan dan
masyarakat sekitar, senantiasa bekerja keras. Menurut Hendro (2005), setiap
wirausaha yang berhasil mempunyai empat unsur yang mendukung, yaitu :
28
1. Kemampuan hubungannya dengan skill atau ketrampilan
4. Kreativitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk
menemukan peluang berdasar intuisi.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Praag (2003), faktor yang
mendukung keberhasilan seseorang dalam berwirausaha antara lain ; umur pebisnis
yang masih muda, pengalaman yang panjang dalam suatu bidang industri dan pernah
bekerja dalam perusahaan. Sedangkan menurutnya faktor pendidikan tidak terlalu
berpengaruh terhadap kesuksesan pengusaha.
29
Menurut Sukardi (1991), sifat dan tingkah laku kewirausahaan yang sering
ditemukan dalam pengusaha antara lain :
2. Sifat prestatif, yaitu pengusaha selalu ingin yang lebih baik dari pada
sebelumnya.
4. Sifat kerja keras, mereka selalu bekerja sesuai dengan porsi untuk mencapai
tujuan, tidak mudah menyerah dan memanfaatkan waktu dengan baik.
5. Sifat keyakinan diri, yaitu wirausaha selalu yakin akan kemampuan yang
dimilikinya.
30
keputusan moral dan kebiasaan dalam jangka waktu yang lama dan konsisten untuk
membentuk suatu watak atau tabiat seseorang (Suryana dan Bayu , 2015). Menurut
Hisrich et al. (2008), pengusaha harus memiliki pola pikir yang menumbuhkan
efektuasi, dapat beradaptasi secara kognitif, dan dapat belajar dari kegagalan.
Penjelasan dari pola pikir wirausaha menurut Hisrich et al. (2008) di atas adalah :
Efektuasi. Proses berfikir pengusaha berbeda dari kebanyakan orang. Pada umumnya,
manusia berfikir melalui proses kausa, yaitu proses dengan berfikir hasil yang
diinginkan dan berfokus pada cara mendapatkan hal tersebut. Akan tetapi seorang
pengusaha berfikir dengan memulai dari apa yang dimilikinya, seperti berfikir siapa
mereka, apa yang mereka tahu, dan siapa yang mereka tahu. Setelah itu mereka akan
memilih diantara hasil yang mungkin akan mereka capai. Beradaptasi secara kognitif.
31
c. Proses ganda kesedihan : yaitu menggabungkan kedua cara di atas agar
memperoleh waktu yang singkat dan efektif untuk memulihkan kesedihan dan
mengembalikan semangat.
32
dengan usaha serupa yang lain. Akan tetapi mereka membuat beberapa inovasi yang
dapat menunjang kesuksesan usahanya. Beberapa inovasi yang dibuat antara lain
inovasi pada produk, inovasi pemasaran, proses dan inovasi tempat. Mereka
merancang inovasi dengan cara mereka sendiri. Mereka mencari ide untuk berinovasi
sendiri. Hal ini membuktikan bahwa dalam bewirausaha, karakter kreatif dan inovatif
sangat dibutuhkan oleh pelakunya. Mahasiswa wirausahawan yang melakukan inovasi
produk adalah Iyus, didik, Afri dan Ulfa. Produk yang mereka jual dibuat berbeda
dengan produk lain yang beredar dipasaran. Iyus yang berbisnis empek-empek
membuat terobosan dengan menjual empek-empek sistem take away dengan packing
cup. Menurut Iyus, empekempek yang dibungkus dengan plastik akan merepotkan
konsumen ketika mereka akan memakannya, maka dari itu iyus membuat empek-
empek dengan bungkus cup dengan diberi sendok. “umumnya kan kalau pempek kan
kaya dibungkus pakai plastik, atau pake kertas, nah kalau pempek saya sendiri ini
inovasi yang pertama itu pakai cup, nah pakai cup, biar menunjukkan ini loh sisi
inovasinya, sisi kreativnya dari produk ini dan juga kaya ada varian rasa-rasa, ini kan
empekpek yang kasih toping-topingan, mungkin itu inovasinya, inovasi produk ini ya,
itu (Iyus,9/11/17, 10.02)” Iyus mengaku bahwa inovasi tersebut berasal dari idenya
sendiri. Iyus berharap cara tersebut memberikan dampak yang baik untuk
perusahaannya. Berbeda dengan 67 Iyus, Didik yang berbisnis minuman susu segar
melakukan inovasi produk dengan tidak mencampurkan tambahan air pada produknya.
Walaupun biaya produksi susu menjadi mahal tetapi didik berkomitmen untuk tetap
menggunakan 100% susu tanpa campuran. “nah kita itu bener-bener 100% susu murni,
nah kendalanya ya memang itu, dengan menjaga kualitas kan otomatis kita harus bisa
aa mengira-ngira kebutuhan sehari itu berapa(Didik,14/11/17, 13.45)” Afri yang
berbisnis pet shop membuat inovasi produk dengan menjual barang yang lebih
lengkap dari pet shop lain. Jika pet shop lain hanya menyediakan makanan dan
perlengkapan hewan, maka pet shop milik Afri turut menyediakan hewannya. Mulai
dari mamalia seperti kucing, sugar glider, tupai, kelinci, sampai reptil seperti iguana,
ular dan kura-kura. Semua kebutuhan hewan yang dijual juga disediakan oleh Afri
seperti kandang, rumah, pakan, vitamin dan aksesorisnya. Berbeda dengan Afri, Ulfa
yang berbisnis jamu membuat inovasi produk dengan cara membuat packaging khusus
33
dari botol kaca. Hal ini dilakukan karena menurut Ulfa botol plastik tidak sehat untuk
dipakai. Apalagi produk yang dijualnya adalah produk minuman kesehatan.
“Kebanyakan pet shop lainnya di yogya ini kan dia punya cuman nyediain kaya pet
food sama aksesoris ya biasanya cuman buat anjing sama kucing. Nah kalau di tempat
saya ini , saya nyediain selain pakan kucing sama aksesoris. Kita juga nyediain
hewannya jadi hewannya pun macam-macam mas, ada sugarglider, reptile, trus
apalagi ya mas, banyak si sama aksesorisnya. Jadi yang di pet shop lain nggak ada kita
ada, (Afri,03/01/18, 13.20)” “mungkin lebih ke ininya sih mas, ke packagingnya, lebih
ke packaging, terus dari pembuatannya juga kan sistemnya itu pre order, jadi ada batas
waktunya itu sekitar tiga hari, tapi kalau dimasukkin ke kulkas, jadi kan daya tahannya
ga begitu lama, jadi selain packaging itu juga aa kami dari yang jualin itu ngasih tau
ini tu batas apa namanya batas jamunya bisa diminum ya sekitar tiga hari, terus aa
kalau dari apa namanya dari packagingnya itu juga ada kaya manfaat-manfaat jamunya
itu untuk apa, di stickernya itu, jadi secara ngga langsung itu mengedukasi pembeli
buat tahu manfaat dari jamunya ini apa, (Ulfa,09/01/18, 14.13)” 68 Selain inovasi
produk, para mahasiswa juga membuat inovasi pemasaran dalam menjalankan
usahanya. Gobang, Diana dan Ulfa berinovasi untuk memasarkan produk mereka ke
konsumen. Gobang melakukan inovasi dengan cara menggaet komunitas untuk
berkunjung ke warung makan miliknya. Ia juga membuat akun media sosial bernama
burjo bogorian dan melakukan endorse agar dikenal banyak orang. Di sisi lain, Diana
melakukan inovasi pemasaran dengan cara memasarkan produk dengan kuota yang
terbatas. Diharapkan nantinya produk tersebut akan menjadi produk eksklusif yang
diperebutkan konsumen. Semakin banyak produk ekslusif yang dikeluarkan, semakin
banyak juga konsumen merasa mempunyai produk yang jarang dimiliki orang lain.
Ulfa dengan bisnis jamunya melakukan inovasi pemasaran dengan cara membuat
packaging yang menarik disertai dengan keterangan manfaat jamu. Ulfa juga telah
memiliki data pelanggan yang memudahkan perusahaan melayani konsumen ketika
mereka memesan. “gitu kan makanya aku tarik lah komunitas-komunitas anak SMA
gitu kan, coba aku pendekatan ke mereka walaupun di instagram aku ga kenal mereka
terus kaya orang-orang kos-kos disekitar sini, kaya santri santri karena segmentasi kita
kan sebenarnya mahasiswa ya cuman ketika mahasiswanya ga ada siapa yang harus
34
jadi market kita gitu loh (Gobang,01/02/18, 18.15)” “nah kita ini produksi sendiri
sekarang, kaya gitu, terus dalam jumlah produknya tu ga banyak gitu loh jadi itu
eksklusif gitu (Diana,08/01/18, 08.15)” “kalau dari apa namanya dari packagingnya itu
juga ada kaya manfaat-manfaat jamunya itu untuk apa, di stickernya itu, jadi secara
ngga langsung itu mengedukasi pembeli buat tahu manfaat dari jamunya ini apa,
(Ulfa,09/01/18, 14.13)” Mahasiswa wirausahawan juga melakukan inovasi lain, yaitu
inovasi proses. Diana melakukan inovasi proses dengan cara menguasai dari hulu ke
hilir bisnis clothingnya. Ia mendesain baju dan jilbab sendiri, mempunyai penjahit
sendiri, diberi label dan memasarkannya sendiri. Dengan menguasai semua proses
tersebut, ia 69 berharap bisa menekan biaya produksi dan tidak tergantung dengan
pihak lain. Selain itu, dia bisa membuat ciri khas pada produknya sendiri sehingga
mudah dikenal orang lain. Selain inovasi proses, mahasiswa juga melakukan inovasi
tempat. Seperti yang dilakukan oleh Gobang, ia membuat desain burjo dengan
memasang foto-foto iklan jadul pada dinding burjonya. Hal ini dimaksudkan agar
konsumen yang makan di burjo merasakan suasana klasik yang membuatnya rindu
untuk datang kembali. Selain itu, burjo Bogorian juga menyediakan wifi serta
mempunyai tempat duduk yang nyaman untuk nongkrong. Hal ini tentu berbeda
dengan burjo lain yang hanya menyediakan makanan tanpa memperhatikan
kenyamanan tempat. “nah aku pengen ngebuat aa burjo ini oke emang makanan berat
tapi gimana caranya tetep bisa juga buat nongkrong, kaya buat ngopi, kaya buat nobar
kaya gitu kan makanya aku konsep dengan kaya gambar-gambar seperti ini lah gitu
kan kaya ada nobar ada wifi, dan tempatnya juga ya ga jelek-jelek amat gitu kan jadi
ya senyaman mungkin membuat konsumen terutama buat temen-temen aku sendiri ya
mereka nyaman disini gitu loh, sebenernya ini ada filosofinya juga sih kaya kenapa ini
ada iklan-iklan jaman dulu gini kan, karena aku pengen orang yang makan disini gitu
ketika mereka melihat ini mereka langsung woh, kita lahir tahun kapan ya kok di tv
dulu iklannya kaya gini gitu, (Gobang,01/02/18, 18.15)” Dengan hasil wawancara
tersebut, maka jelas bahwa mahasiswa wirausahawan mempunyai pemikiran yang
inovatif dan kreatif. Semua mahasiswa melakukan inovasi pada bisnisnya. Mereka
melakukan inovasi dari pertama membuat bisnis. Mereka juga menganggap bahwa
inovasi merupakan suatu kebutuhan yang wajib dilakukan oleh perusahaan.
35
Mahasiswa melakukan inovasi produk, pemasaran, proses dan tempat. Dengan
melakukan inovasi, mereka berharap perusahaan yang dijalankan akan memperoleh
kesuksesan. 70 5.2 Percaya Diri Percaya pada kemampuan diri merupakan salah satu
modal untuk membuka sebuah usaha. Apabila seseorang tidak mempunyai
kepercayaan terhadap kemampuan diri maupun percaya pada keberhasilan usahanya,
maka tentu akan membawa pengaruh buruk pada usaha yang sedang dijalani.
Sebaliknya, jika seseorang terlalu percaya diri terhadap usaha yang sedang dijalaninya,
hal itu dapat menjadikan dirinya kurang waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan
buruk. Kepercayaan diri harus dapat dikelola dengan baik oleh wirausahawan.
Bagaimanapun juga, seorang wirausahawan membutuhkan kepercayaan diri. Seorang
wirausahawan biasanya percaya bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan
terbaik. Selain itu, seorang wirausahawan juga suka menumbuhkan kepercayaan
kepada usaha yang sedang dijalaninya. Mereka meyakini bahwa usaha yang sedang
dijalani akan menuai kesuksesan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap mahasiswa
wirausahawan, mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka sering kali
tidak menghiraukan kata-kata meragukan yang terlontar dari orang terdekat. Mereka
tetap berjuang dengan usaha mereka tanpa mempedulikan kata orang. Mereka percaya
bahwa usahanya akan berhasil. Seperti yang dikatakan oleh Gobang dan Ulfa, mereka
tetap percaya bahwa usaha yang telah mereka rencanakan akan mencapai kesuksesan.
“jadi intinya ya orang diluar sana mau berkata apapun ke kita ya masa bodoh, yang
terpenting kita punya pendirian, kita yakin bahwa kita juga bisa berhasil gitu loh,
karena ketika kita pada saat itu dicemooh down terus kita nggak melanjutkan, kita
makin dipandang sebelah mata sama orang-orang seperti itu, tapi kalau kita buktikan
dengan kita bisa, buktinya sih alhamdulillah aku pengalaman pribadi aku ya temen-
temen aku pada malah pada ini gitu loh, (Gobang,01/02/18, 18.15)” “ya udah cuma
didengerin aja haha, ga dipikirin, kemarin juga kaya gitu sih makanya yang empat
orang ini kan satu keluar, itu emang 71 bisa po? Emang pada suka jamu? Karena kan
emang di FE belum setau saya kan emang belum ada yang jualan jamu kaya gitu, terus
ya yaudah, kalau kamu emang ga bisa ya udah, hehe, ga dipikirin,(Ulfa,09/01/18,
14.13)”
36
Mereka berdua sama-sama diragukan oleh teman dekatnya, tetapi karena
mereka memiliki kepercayaan diri yang baik, mereka tetap menjalankan usaha dan
terbukti bisa sukses membuka sebuah usaha. Mereka tidak menghiraukan teman yang
mengatakan bahwa usaha yang mereka lakukan berpotensi untuk gagal. Teman-teman
mereka tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa wirausahawan.
Disini terbukti bahwa kepercayaan diri membawa dampak yang baik bagi mahasiswa
wirausahawan. Dengan kepercayaan diri yang dimiliki, mereka mampu memberikan
bukti kepada teman-teman yang sebelumnya meragukan mereka. Selain Gobang dan
Ulfa, mahasiswa wirausaha yang lain juga mengatakan bahwa kepercayaan diri mutlak
harus dimiliki oleh wirausahawan. Mereka menganggap kepercayaan diri sangat
penting dimiliki oleh seorang pebisnis. Seperti yang dikatakan oleh Iyus dan Didik,
mereka sama-sama mengatakan bahwa mereka membutuhkan kepercayaan diri dan
mereka mempunyai kepercayaan diri tersebut. “iya, soalnya kalau kita gapercaya sama
bisnis yang kita jalani buat apa lah kita lanjutin, kita dari awal tu harus punya
keyakinan kalau bisnis yang kita jalani itu sukses, kita harus udah punya pikiran
bagaimana bahwa bisnis ini berkembang kedepannya, ketika awal kita udah ga
percaya sama bisnis kita gimana mau maju, mau berkembang, itu sih, itu mungkin
salah satu syarat, kepercayaan, (Iyus,9/11/17, 10.02)” “iya sangat itu ibaratnya itu
kalau saya melakukan sesuatu itu modalnya harus percaya sama diri sendiri karena kan
sudah percaya diri sendiri akan timbul semangat lah kalau udah semangat itu nglakuin
apa saja bisa, (Didik,14/11/17, 13.45)” Dengan kepercayaan diri yang dimiliki, mereka
menganggap usaha yang dijalani pasti akan sukses. Setelah memiliki kepercayaan
akan kemampuan diri dan kepercayaan terhadap usaha yang dijalankan, mereka lalu
yakin dengan strategi yang telah mereka terapkan dalam usahanya. Mereka
mengatakan bahwa cara-cara yang ditempuh dalam memajukan usaha terbukti efektif.
Kepercayaan diri mahasiswa wirausaha tercermin dari keberaniannya menerapkan
suatu metode dalam berbisnis dengan idenya sendiri.
“iya, iya efektif jadi misalkan kita kaya pernah dulu diajarin di kuliah kampus
kan misalkan kita ngajak karyawan buat menuangkan ide buat kita, jadi kan kita nanti
mendapat ide yang lebih banyak jadi kan dapet oh pemikirannya jadi lebih luas ga
37
terfokus gitu, dari kita doang, aa terus habis itu karyawan jadi ikut andil gitu loh dalam
apa jalannya perusahaan misalkan aku nanti ga ada mereka juga ikut bisa mikir oh
berarti kaya gini, bisa mikir sendiri, jadi kaya lebih mandiri gitu (Diana,08/01/18,
08.15)” “ya kalau keberhasilan sih diharapkan kedepannya akan semakin bagus sih
mas, iya (Ulfa,09/01/18, 14.13)” “aa mungkin kedepan ya efektif ya, kalau sekarang
mungkin masih baru juga, tapi alhamdulillah sih... (Gobang,01/02/18, 18.15)”
38
dikatakan oleh Diana, ia terbuka terhadap perkembangan market place yang cenderung
memiliki tren berubah-ubah.
“aa aku sih ya membuka aja, selalu terbuka, misalkan kaya oh ternyata
misalkan pemasarannya sekarang ada di shoppie, jadi ikut aja, maksudnya ya ini, ga
menutup diri kaya enggak ah kaya enggak ikut kaya gitu karena itu tu customernya
pengennya juga kaya gitu terus model baju kaya gini, lagi tren ini, ikut, bikin, jadi
misalkan kita jadi ikut tren juga gitu. nggak nggak kaya kolot-kolot banget gitu lah,
(Diana,08/01/18, 08.15)”
“kalau saya iya mudah, kalau kaitannya dengan bisnis itu ya itu selalu malah
kita dituntut update, harus update. penting mas untuk dunia bisnis penting, karena kan
ibaratnya dunia berputar, nah terus juga teknologi budaya, kebiasaan-kebiasaan juga
berpengaruh terus berubah seiring bertambahnya waktu, (Didik,14/11/17, 13.45)”
“selama hal barunya itu positif dan bisa berdampak positif buat kita seneng-seneng aja
mas. Misalkan kaya hal baru misalkan kaya market place ya mas pemasaran online.
Nah sekarang kan lagi marak banget tu ada shoppie, tokopedia, bukalapak. Nah itu
sebisa mungkin kalau positif kaya gitu kita manfaatkan mas, (Afri,03/01/18, 13.20)”
39
Mereka berdua lebih memandang hal baru dari segi teknologi. Mereka juga
terbuka dengan hal baru yang berhubungan dengan perubahan teknologi. Karena saat
ini kondisi pasar memang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi,
maka mereka pun berusaha mengikutinya. Selama hal baru tersebut baik untuk bisnis,
maka terbuka dengan hal baru adalah suatu keharusan bagi mereka. Lain halnya
dengan Diana, Didik dan Afri, Gobang mengatakan bahwa ia selalu senang belajar
dengan orang-orang baru. Ia suka berbicara dan bertukar pendapat 75 dengan orang
lain. Dia berharap akan mendapatkan manfaat berupa ilmu dan pengalaman dari orang
tersebut.
40
terbuka terhadap perkembangan teknologi dan terbuka terhadap orang-orang baru.
Perkembangan teknologi erat kaitannya dengan media pemasaran, sedangkan orang
baru berkaitan dengan ide-ide dan sharing ilmu serta pengalaman.
“ ga terlalu ambil resiko, main aman juga, sebab kalau kita ambil resiko ya
memang kita harus tahu kaya bakal apa yang terjadi nih, ketika memilih ini, itu sih,
kalau saya orangnya pertengahan, jadi ga terlalu ambil resiko dan ga terlalu bermain
aman, (Iyus,9/11/17, 10.02)” “saya cenderung senang dengan inovasi ya, misalkan
inovasi itu kan biasanya erat kaitannya dengan resiko, ya dengan catatan ya itu kita
harus mempunyai satu hal yang bisa meyakinkan kita (Didik,14/11/17, 13.45)”
“gapapa sih, soalnya kalau tren di online emang gitu, nanti modelnya bareng bagus
sama itu, bikin semua kaya gitu, kaya gitu. Ya itu resikonya tapi aku suka ambil resiko
asaal untung tapi ya perhitungan (Diana,08/01/18, 08.15)”
41
akan mengambil keputusan yang beresiko, maka perhitungan akan dilakukan terlebih
dahulu. Dalam pengambilan resiko, keyakinan juga dibutuhkan untuk mendukung
terealisasinya suatu keputusan. Berbeda dengan mereka bertiga, Gobang dan Ulfa
mengatakan bahwa mereka seorang pengambil resiko yang besar. Mereka berani
mengambil resiko yang cukup besar demi berjalannya usaha mereka. Gobang
mengaku bahwa dia membuka usaha burjo yang modalnya besar dan menggaji
karyawan dengan bayaran besar tanpa perhitungan terlebih dahulu. Dia hanya
memiliki keyakinan bahwa usahanya akan sukses. Ia pun sekarang sedang
merencanakan membuka berbagai cabang dan ingin membuka warung soto. Disisi
lain, Ulfa mengatakan bahwa jamunya beresiko dicekal karena belum mempunyai izin.
Walaupun begitu, ia tetap memasarkan jamunya tersebut dengan alasan bahwa produk
jamunya sama dengan jamu di pasar tradisional yang kebanyakan tanpa izin. Akan
tetapi dia sudah memikirkan rencana untuk membuatkan izin produk jamunya tersebut.
“aa aku jujur ya bukan gimana-gimana ya aku berani, siap ambil resiko besar,
karena apa ya, aku bahkan insya Allah nih pokonya di tahun ini lah selain mau buka
cabang aku juga mau buka soto, soto khas bogor sebenarnya, sebenarnya kan disini
juga ada soto kan cuman pas aku observasi pas aku nilai bahwa seharusnya si soto ini
dipisahin tempatnya jadi soto mie mas, jadi kalau kamu kebogor tu ada soto mie khas
bogor, sama soto tangkar, nah disini ada cuman peminatnya ga terlalu rame, harus
dipisahin sendiri, rencana aku mau buka soto itu, (Gobang,01/02/18, 18.15)” “iya mas
haha tapi tetep kedepannya mikir itu pakai izin sekarang ambil resiko dulu gapapa
belum pakai haha, (Ulfa,09/01/18, 14.13)”
42
mereka mengambil resiko tersebut. Selain itu mereka juga mengatakan bahwa dalam
mengambil resiko, mereka membutuhkan keyakinan, yang mana keyakinan mereka
bisa dikuatkan dengan perhitungan yang telah dilakukan tersebut. Mahasiswa
wirausahawan yang lain mengaku siap mengambil resiko besar terkait dengan usaha
yang dijalaninya. Mereka mengatakan bahwa siap mengambil keputusan walaupun
dalam keputusannya tersebut mengandung suatu resiko yang besar. Jadi terdapat dua
tipe mahasiswa wirausahawan, yaitu yang mengambil resiko dengan hati-hati penuh
perhitungan dan mahasiswa yang siap mengambil resiko tanpa perhitungan terlebih
dahulu.
“kalau rencana ya mas yang namanya wirausahawan itu misalkan orang lain
baru selangkah ke depan, kita harus membaca peluang itu lima langkah ke depannya
mereka mas. Jadi harus pinter-pinter membaca peluang, bikin rencana, bikin
terobosan-terobosan baru, kaya gitu si mas, (Afri,03/01/18, 13.20)”
Afri menuntut dirinya sendiri untuk berfikir lebih maju dari pada orang lain. Ia
selalu menyiapkan langkah-langkah yang akan diambil perusahaannya untuk saat yang
akan datang. Ia juga selalu membuat terobosan-terobosan baru yang belum pernah
dilakukan oleh orang lain. Dengan begitu ia berharap usahanya akan lebih maju dari
pada usaha pesaingnya. Sama dengan Afri, Didik juga merupakan tipe orang yang
43
suka berfikir dan merencanakan sesuatu. Karena hal tersebut, maka ia mencari partner
kerja seorang eksekutor agar saling melengkapi ketika menjalankan usaha.
“iya memang tantangannya di bisnis itu sih mas, karena memang resiko itu bisa
kapan saja muncul jadi harus siap, memang kalau saya itu tipe tipenya tipe pemikir,
tipe pemikir, tipe perencana makanya saya itu mencari orang yang mencari partner
yang tipenya eksekutor itu, jadi biar dalam satu tim itu aa kok bisa komposisinya itu
bagus itu, (Didik,14/11/17, 13.45)”
“kalau menghadapi kemungkinan sebenarnya sih dari awal kita udah mikirin
dari awal nih, ketika ada masalah ini kita hadapinya gimana, tapi umumnya kita kan ga
bakal ga bakal mm terpikirkan lah misalnya lagi ada situasi ini termyata kita ga
mikirin wah gimana nih ngatasinnya, kira-kira kita bakal ya udah kita jalani aja aja
dulu nih masalah ini kita selesein bersama lagi itu sih, ketika ada masalah yang tiba-
tiba dateng yang kita ga bisa mengantisipasi sebelumnya, (Iyus,9/11/17, 10.02)”
“heem, iya, lebih suka nyiapin planning, hehe kaya gitu suka hehe, (Ulfa,09/01/18,
14.13)” “ya ada, misalkan aa kaya nanti kan dulu kan kaya dulu kita bingung, gitu kan
maksudnya kan dulu kan kaya kita punya koleksi tapi cuma dua, nanti habis, lah
sekarang sudah punya rencana, bulan ini produksi segini, nanti buat dijual bulan depan
gitu, nanti kedepannya juga aku pengennya lebih gitu loh, (Diana,08/01/18, 08.15)”
“aa pasti sih mas pasti dibuat planning kaya misalkan nih sekarang kan sepi nih karena
44
mahasiswa kan pada pulang ya, nah ya dibuat gimana caranya nih biar rame lagi gitu
kan, karena sebenarnya oke lah rizki itu dah ditentukan tapi tergantung kita nih mau
ngambil ga rizki itu, gitu kan makanya aku tarik lah komunitas-komunitas anak SMA
gitu kan, coba aku pendekatan ke mereka walaupun di instagram aku ga kenal mereka
terus kaya orang-orang kos-kos disekitar sini, kaya santri santri karena segmentasi kita
kan sebenarnya mahasiswa ya cuman ketika mahasiswanya ga ada siapa yang harus
jadi market kita gitu loh, (Gobang,01/02/18, 18.15)”
45
wirausahawan melewati kegiatan yang penuh dengan ketidakpastian. Menurut hasil
dari wawancara, semua mahasiswa wirausahawan akan bangkit lagi ketika
menghadapi kegagalan. Mereka memilih untuk mengevaluasi dan mencoba berusaha
lagi jika tujuan yang ingin dicapai belum berhasil. Mereka senang menemukan solusi
atas masalah yang menyebabkan mereka gagal. Seperti yang dikatakan oleh Didik dan
Afri, mereka memilih mengevaluasi kegagalan dalam mencapai tujuan dan berusaha
bangkit dari kegagalan tersebut.
“yang pertama jelas di evaluasi mas, kenapa tidak berhasil, dan ada
kemungkinan ya mungkin aa diganti tujuannya itu, maksudnya ini tujuannya kurang
realistis atau mungkin emang butuh waktu yang agak lama untuk mencapainya.
Bangkit lagi saya suka mas, (Didik,14/11/17, 13.45)” “Misalkan ada hal yang memang
belum mendukung buat itu tadi tercapai kita harus cari apa saja masalahnya dan sebisa
mungkin kalau pengen tujuannya tercapai ya mesti kerja lebih giat lagi. Harus
tercapai, (Afri,03/01/18, 13.20)”
46
bisa berhasil, gitu, ketika aku down dan aku ga melanjutkan bisnis aku, banyak orang
yang nanti bakal mencemooh aku gitu loh, tapi aku pingin ngebuktikan bukan ke
orang itu tapi ke diri aku bahwa aku pun bisa kaya orang lain gitu loh,
(Gobang,01/02/18, 18.15)” Hal tersebut membuktikan bahwa Iyus dan Gobang
memiliki karakter yang pantang putus asa. Mereka tetap memiliki harapan setelah
mengalami kegagalan yang menimpanya. Iyus memilih bangkit karena motivasi yang
besar akan keinginan untuk sukses. Sedangkan Gobang memilih bangkit lagi karena
ingin membuktikan bahwa ia bisa sukses dengan jerih payahnya sendiri. Setelah
kegagalan yang dialami, mereka berdua tetap mencoba lagi sampai akhirnya bisa
mencapai tujuan. Terbukti saat ini Iyus dan Gobang telah memiliki usaha yang dapat
memberikan mereka penghasilan dan kepuasan. Berbeda dengan mahasiswa
wirausahawan yang lainnya, Ulfa mengatakan bahwa jika bisnis yang dijalaninya
mengalami kegagalan, ia akan berhenti karena lebih memilih untuk fokus kuliah
terlebih dahulu. Ia tidak ingin kegagalannya mengganggu kuliah yang merupakan
amanah dari orang tua. Ulfa menganggap bisnisnya yang sekarang adalah prioritas
kedua setelah kuliahnya. “tapi kalau misalnya saya berwirausaha sendiri kaya gitu kan
ketika saya masih kuliah jadi belum jadi prioritas kalau misalnya udah sampai situ ya
udah, hehe mungkin nanti sambil jalan sambil nyari-nyari ide baru (Ulfa,09/01/18,
14.13)”
Hanya Ulfa sendiri yang menyatakan bahwa jika usaha atau tujuan yang ingin
dicapai terkait dengan kewirausahaan mengalami kegagalan, maka ia akan berhenti
sejenak. Setelah berhenti, ia akan kembali fokus pada kuliah sembari mencari ide 84
wirausaha yang lain. Hal tersebut dikarenakan kuliah masih menjadi beban karena
merupakan amanah dari orang tuanya. Berdasarkan rangkuman tersebut, bisa
disimpulkan bahwa mahasiswa wirausahawan memiliki kegigihan yang luar biasa
terkait dengan tujuan yang ingin dicapainya. Mahasiswa wirausahawan memilih untuk
mengevaluasi masalah setelah ditimpa suatu kegagalan. Mahasiswa wirausahawan
pernah menderita kegagalan dalam berbisnis. Rata-rata mahasiswa wirausahawan
mengatakan bahwa mereka akan bangkit lagi setelah mengalami kegagalan. Alasan
mereka untuk bangkit antara lain karena ingin membuktikan kepada orang lain bahwa
47
mereka bisa berhasil dengan usahanya sendiri. Selanjutnya juga disebabkan karena
besarnya motivasi mahasiswa akan kesuksesan. Ia ingin merasakan kesuksesan dengan
usaha yang telah dilakukannya. Mereka menganggap bahwa karakter pantang
menyerah memang dibutuhkan oleh wirausahawan.
48
Kesimpulan
Berwirausaha karena pengaruh faktor internal dan eksternal. Pada faktor eksternal
terdapat pengaruh lingkungan pendidikan, keluarga, etnis, organisasi dan sejarah kerja.
Faktor eksternal mempengaruhi faktor internal, begitu pula sebaliknya. Dua faktor
tersebut saling mempengaruhi. Wirausahawan memiliki latar belakang pendidikan
yang berbeda-beda. Etnis tidak memiliki andil terhadap pilihan mahasiswa untuk
wirausaha. Lingkungan tempat tinggal yang terdapat banyak wirausahawan turut
memotivasi mahasiswa untuk berwirausaha. Organisasi membawa dampak yang baik
untuk perkembangan diri mahasiswa, khususnya untuk masalah kewirausahaan.
Organisasi berperan sebagai wadah pemikiran, mencari ilmu, pengalaman, teman, dan
relasi untuk perkembangan diri dan kemajuan usaha mereka terdorong untuk membuat
suatu usaha dan mendapatkan pengalaman, ilmu serta relasi. Faktor seperti lingkungan
pendidikan, keluarga, etnis, organisasi dan pengalaman kerja merupakan faktor
eksternal yang bisa mempengaruhi intensi berwirausaha seseorang. Wirausahawan
memiliki karakter yang mendukung mereka untuk mencapai kesuksesan. Karakter
mereka seperti suka berinovasi, percaya diri, terbuka dengan hal baru, suka mengambil
resiko, suka merencanakan sesuatu dan pantang menyerah merupakan ciri khas
wirausahawan. Karakter merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi intensi berwirausaha.
49
Daftar Pustaka
Hisrich, RD., Peters, MP. & Stheperd DA., (2008), Kewirausahaan (terj.) edisi 7,
Jakarta :Salemba Empat.
Crow D. Leater & Crow, Alice. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989.
Dedy Takdir, Mahmudin, dan Sudirman Zaid. Kewirausahaan. Yogyakarta: Wijana
Mahadi Karya, 2015.
50
Mohammad Darwis. “Entrepreneurship dalam Perspektif Islam; Meneguhkan
Paradigma Pertautan Agama Dengan Ekonomi.” Iqtishoduna Vol. 6 No. 1 (April
2017).
Rosmiati, Donny Teguh Santosa Junias, Munawar. “Sikap, Motivasi, dan Minat
Berwirausaha Mahasiswa.” Jurnal Manajemen Kewirausahaan 17, no. 1 (Maret 2015).
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2013. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2014. Yunita Widyaning Astiti. “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan
Terhadap Motivasi Berwirausaha dan Keterampilan Berwirausaha Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.” Universitas Negeri Yogyakarta,
2014.
51