SEMANTIK
DAN KAJIAN LINGUISTIK
Bahasa
Semantique-1 2
2. Sintaksis, Semantik, dan Pragmatik
Menurut Charles Morris dalarn bukunya Foundation of the Theory of
Signs (1948), kajian serniotika modern mencakup tiga aspek pokok yaitu
syntaxe (sintaksis), sémantique (sernantik), dan pragmatique (pragmatik).
Sintaksis merupakan kajian tentang hubungan antar tanda-tanda linguistik
terlepas dari apa yang dirnaksud oleh penutumya. Sedangkan, semantik
merupakan kajian hubungan antar tanda dengan sesuatu yang ditandainya (le
dénoteé, le réjêrent, ou le désignatum) tanpa memperhatikan aspek penutumya.
Berbeda dengan dua aspek di atas, pragrmatik mengkaji hubungan makna
berkaitan dengan penuturnya.
Menurut Dubois (1975: 427), semantik merupakan cara untuk
merepresentasikan makna-makna suatu pernyataan (sens des énoncés).
Pernyataan tersebut dapat berupa kata , kekata (frasa), kalimat, atau wacana.
Oleh karena itu teori sernantik harus dipandang sebagai kaidah-kaidah urnum
tentang representasi semantis kata, kekata (frasa), kalimat atau wacana seperti
halnya teori fonologi yang mengikuti kaidah-kaidah umurn yang universal.
Pendapat Dubois di atas menunjukkan bahwa aspek kajian semantik
mulai dari tataran kata (Ieksikon) sampai pada tataran wacana. Sehingga,
sintaksis yang merupakan bagian dari kajian linguistik merupakan bagian dari
kajian semantik. Demikian halnya wacana, tataran kajian linguistik yang
paling tinggi, tidak lepas dari aspek-aspek semantik. Hal kajian linguistik pada
semua tataran di atas yang meliputi kajian tentang bentuk dan makna saja
biasa disebut kajian semantik. Sedangkan, aspek rnakna yang meliputi bentuk,
makna, dan maksud tuturan, biasa disebut pragmatik. Jadi, pragmatik, yang
biasa disebut juga dengan semantik maksud, merupakan kajian semantik yang
tidak hanya membahas dari segi bentuk dan makna saja, tetapi juga membahas
kedua aspek itu dengan aspek sosial dalam masyarakat.
Menurut Stalnaker (dalam Tutescu, 1979: 11) semantik merupakan studi
atas proposisi-proposisi dimana proposisi tersebut menyangkut Vraie (benar)
atau Faux (tak benar). Karena proposisi-proposisi terdiri atas frasa-frasa, maka
objek kajian semantik adalah frasa-frasa. Semantik itu sendiri menurut
Tutescu (1979: 14) dapat digolongkan atas tiga jenis yaitu sémantique
philosophique (semantik filosofis), sémantique logique (semantik logika),
dan sémantique générale (semantik umum).
Dalam semantik filosofis, bahasa filsafatlah yang meretleksikan bahasa
manusia, dan bukan tuturan keseharian. Tokoh-tokoh aliran semantik ini
antara lain Wittgenstein, R. Carnap, B. Russell, dan E. Cassier. Tokoh-tokoh
semantik logis seperti Tarski menganggap bahwa terdapat hubungan yang logis
antara meta bahasa (métalangage) yang merupakan simbol-simbol logis dalam
bahasa. Sementara itu, dalam semantik umum, yang menjadi kajian semantik
adalah tuturan-tuturan yang digunakan sehari-hari oleh manusia penutumya.
Semantique-1 3
Semantik umum ini merupakan aplikasi dari semantik filosofis yang juga
sekaligus aliran kritik dari semantik positivisme (le positivisme sémantique).
signifiant
( intralingual ) [ avion ]
[pesawat terbang]
signifié
( ekstralingual )
Semantique-1 4
dan (3) référent (sesuatu yang dirujuk). Konsep itu dapat digambarkan
sebagai berikut.
(2) réference
(Konsep/Makna)
Symbolisation Concept
Signifié
Pada data di atas tampak bahwa terdapat hubungan yang linier dalam
komponen-komponen kalimat, seperti hubungan antara le dan publique
'pemirsa, antara publique 'pemirsa' dengan applaudit 'memberi tepuk
tangan', dan seterusnya. Sifat bahasa yang linier tidak memungkinkan adanya
pengujaran le dengan publique 'pemirsa' secara bersamaan, demikian pula
antara publique 'pemirsa' dengan applaudit 'memberi tepuk tangan' dan
seterusnya. Pengujaran haruslah secara berurutan, dimulai dari le, kemudian
publique 'pemirsa' dan seterusnya hingga cantatrice 'artis
Semantique-1 6
Berbeda dengan hubungan syntagmatique, hubungan paradigmatique
merupakan hubungan asosiatif (Saussure, 1988: 220). Dalam hubungan ini,
suatu komponen digantikan oleh komponen lainnya dalam suatu sintagma.
Dikatakan lebih lanjut, kata-kata yang memiliki kesamaan dapat berasosiasi di
dalam ingatan manusia dan membentuk kelompok-kelompok tempat berbagai
hubungan. Kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan asosiasi mental
tidak hanya menyatukan istilah-istilah yang memiliki ciri-ciri yang sama. Otak
mengungkap pula hakekat hubungan yang mengaitkan istilah-istilah itu dalam
setiap kasus, dan menciptakan deret asosiatif.
Jika hubungan antar komponen dalam sintagmatik bersifat linier, dalam
paradigmatik hubungan tersebut bersifat nonlinier sehingga satu komponen
secara paradigma dapat digantikan oleh komponen yang memiliki paradigma
sejenis seperti pada contoh (3) berikut.
(4)
a. Le chasseur a battu un loup ( animal mamamiére )
'Pemburu itu berhasil menangkap seekor srigala
(loup =binatang mamalia)'
Semantique-1 7
d. Marie porte un loup de mer quand elle va à la plage.
'Marie mengenakan pelaut ketika ia pergi ke pantai
(loup = sejenis pakaian yang digunakan oleh para pelaut)
Dari data di atas tampak bahwa leksem loup berasosiasi dengan leksem
loup lainnya yang memiliki makna berbeda. Pada (4a) leksem loup berrnakna
hewan mamalia yang bemama loup' srigala ' .Pada kalimat (4b ) leksem loup
bermakna nama sejenis ikan, pada (4c) bermakna nama sejenis masakan ikan
berkuah, pada (4d) bermakna sejenis pakaian yang biasa digunakan oleh para
pelaut, dan pada (4e ) bermakna kesalahan cetak pada buku atau hasil cetakan
lainnya.
Semantique-1 8