Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SOSIOLOGI PEDESAAN

Tentang

“INTERAKSI SOSIAL”

DISUSUN OLEH :

NAMA:

RASLEA AZALIA

NPM :

E1D017098

KELAS :

SOSPED- A&B

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
Acara II.A

INTERAKSI SOSIAL

 Tujuan Praktikum
Menganalisis bentuk Interaksi Sosial yang bersifat Asosiatif (diambil dari artikel
koran kompas “Gotong Royong: Nagasari dan Teh Manis yang Mampu Memindahkan
Rumah”)

 Analisis artikel
Dalam analisis artikel ini yaitu dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
a) Faktor-faktor apa saja yang mendasari terjadinya sistem gotong royong tersebut ?
b) Mengapa dalam sistem gotong royong tersebut perlu dilakukan pembagian
kelomok kerja ?
c) Manfaat apa saja yang diperoleh dalam sistem gotong royong tersebut ?

Pembahasan

a) Dalam artikel tersebut terdapat faktor-faktor yang mendasari terjadinya sistem


gotong royong yaitu :
1. Faktor lingkungan masyarakat, terlihat bahwa lingkungan masyarakat di desa
Sri Rejosari merupakan lingkungan yang masih melaksanakan sistem gotong
royong sebagai bentuk interaksi sosial di desa tersebut.
2. Faktor kebersamaan dan sikap saling tolong menolong ,dimana pada artikel
tersebut sangat terlihat bahwa masyarakat di desa Sri Rejosari menjunjung
tinggi sikap saling tolong menolong antar warga yang membutuhkan bantuan
3. Faktor kebutuhan, hal yang mendasari lainnya dari pelaksanaan sistem gotong
royong tersebut yaitu dimana ada rasa saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya, dalam artikel tersebut pak Samud sangat membutuhkan bantuan dari
masyarakat desa Sri Rejosari untuk membantu memindahkan rumahnya.
4. Faktor kekeluargaan, faktor ini adalah salah satu yang mendasari adanya
sistem gotong royong dimana terdapat rasa kekeluargaan yang sangat erat di
desa Sri Rejosari tersebut.
b) Mengapa pada sistem gotong royong ini perlu adanya pembagian kelompok
karena dalam pembagian kelompok dapat memberikan berbagai macam
keuntungan yaitu mempermudah dalam melakukan pekerjaan, dengan pembagian
kelompok beberapa pekerjaan yang ada dapat di lakukan dengan waktu yang lebih
cepat sehingga pekerjaan tersebut lebih efektif dan efisien.
c) manfaat yang diperoleh dari adanya sistem gotong royong tersebut yakni
pekerjaan yang awalnya sulit menjadi lebih mudah karena di kerjakan bersama-
sama, pekerjaan yang ada dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat, efektif,
dan efisien, meningkatkan rasa kepedulian yaitu dengan sikap saling tolong
menolong tanpa pamrih, menumbuhkan rasa kekeluargaan yang semakin erat
antar sesama masyarakat desa, sehingga dari manfaat-manfaat tersebut dapat
menjadi contoh yang baik untuk generasi yang akan datang untuk selalu
melestarikan sistem gotong royong tersebut, sebagai manfaat sistem gotong
royong kedepannya.
Acara II.B

INTERAKSI SOSIAL

 Tujuan Praktikum
Menganalisis bentuk Interaksi Sosial yang bersifat Dissosiatif (diakses dari artikel
dari berbagai media massa)

 Analisis artikel
Dalam analisis artikel ini yaitu dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
a) What (apa) yang menjadi konflik ?
b) Who (siapa) pelaku konflik tersebut ?
c) Where (dimana) konflik terjadi ?
d) When (kapan) konflik terjadi ?
e) Why (mengapa) konflik tersebut terjadi ?
f) How (bagaimana) konflik tersebut terjadi ?

Artikel

Konflik Lahan Luwu Timur, Polisi dan Warga Adat


Pamona Bentrok
Pembahasan

a) konflik lahan dengan perusahaan


b) warga adat Pamona dan polisi
c) Desa Teromu, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi
Selatan.
d) Konflik yang menyebabkan bentrokan terjadi pada 29 Juni 2014
e) Bentrok warga dengan kepolisian ini buntut konflik warga dengan PT Sinar
Indonesia Merdeka (Sindoka), anak perusahaan Sintesa Grup.

Perusahaan ini menyiapkan bahan baku bio-etanol. Sindoka mendapatkan HGU


di Luwu Timur sejak 1987, berakhir 2017, dengan luas 3.500 hektar, di Desa
Teromu.

Meski masa HGU berakhir 2017, selama ini lahan dibiarkan terlantar.
Masyarakat sekitar menggarap HGU Sindoka sejak 1998. “Masyarakat menilai
Sindoka sudah menelantarkan lahan sejak HGU 1987. Tidak ada aktivitas sama
sekali. Saat ini, masyarakat menggarab lahan sekitar 300 orang.”

f) Sindoka berusaha mengambil alih dengan memagari area yang kini menjadi
perkebunan masyarakat itu. Akses warga memanen hasil kebun ditutup.
“Inilah yang memicu amarah warga kemudian membakar pos keamanan
perusahaan di sekitar kawasan. Buntutnya, kekerasan polisi terhadap warga.”

Akibat bentrok yang terjadi beberapa warga pasca bentrok dan tampak wajaha
mereka luka dan lebam. Setelah itu mereka digiring ke kantor polisi.

Anda mungkin juga menyukai