Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SOSIOLOGI KEHUTANAN

“INTERAKSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP


PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DI DESA
WANGONGIRA, KECAMATAN TOBELO BARAT”

Oleh:

Ahmad Ansharuddin

Pembimbing:

Tun Susdiyanti, S.Hut.,M.Pd

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS NUSA BANGSA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan nikmat dan hidayahNya, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “studi kasus
interaksi sosial masyarakat dengan hutan.”

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Tun Susdiyanti,


S.Hut.,M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah sosiologi kehutanan sekaligus
pembimbing penulisan makalah ini dan kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,,amiin.

Bogor, 19 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I. PENDAHULUAN 4-5

I.1 Latar Belakang

I.2 Tujuan

I.3 Pembatasan Masalah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6-9

BAB III. MATERI DAN PEMBAHASAN 10-15

BAB IV. PENUTUP 16

IV.1 saran

DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 latar belakang

Hakikatnya, sebagai mahasiswa fakultas kehutanan yang baik yang in sya Allah
menjadi penerus orang-orang yang mengatur bidang kehutanan negara ini,
seharusnya kita mengerti dan memahami segala seluk beluk tentang kehutanan
khususnya tentang masalah-masalah yang sedang menimpa bidang kehutanan
negara kita ini. Sehingga kedepannya kita mampu memberikan solusi dan
menjawab tantangan yang ada di bidang kehutanan.

Satu dari sekian banyaknya masalah yang sering terjadi di sektor kehutanan
adalah konflik antar warga sekitar hutan dan pihak-pihak yang terkait. Yang
apabila di telusuri lebih jauh lagi ternyata yang melatarbelakangi masalah ini
adalah faktor ekonomi. Disinilah sosiologi kehutanan menjadi sangat penting,
karena dengan sosiologi kehutanan kita mempelajari mengapa sampai hal-hal
tersebut terjadi dan dengan sosiologi kehutanan juga setidaknya kita bisa
memperoleh solusi untuk permasalahan tersebut. khususnya terkait interaksi sosial
masyarakat dengan hutan yang menjadi satu dari sekian banyak bahasan di
sosiologi kehutanan.

Maka dari itu, interaksi sosial masyarakat dengan hutan sangatlah penting untuk
kita bahas dan kita kaji demi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yang lebih
baik, apabila masyarakat sekitar hutan sejahtera, in sya Allah konflik-konflik
tersebut akan berkurang atau bahkan tidak terjadi lagi.

I.2 tujuan

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta mengetahui bagaimana


sebenarnya interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat sekitar hutan dengan
hutan tersebut. khususnya masyarakat Wangongira, Kecamatan Tobelo Barat.

4
I.3 pembatasan masalah

Dalam makalah ini penulis membahas secara umum tentang interaksi sosial
masyarakat dengan hutan namun penulis juga membatasi dengan studi kasus
pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di desa Wangongira, Kecamatan
Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Interaksi sosial

1. pengertian

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.

2. syarat terjadinya interaksi sosial

Soekanto (1982) mengungkapkan beberapa syarat terjadinya interaksi sosial


sebagai berikut:

a) Kontak sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya
bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi secara harfiah
artinya adalah bersama-sama menyentuh. Kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk yaitu antara orang-perorangan, antara orang-perorangan
dengan suatu kelompok, dan antara suatu kelompok dengan kelompok.
(Resita, Herawati, & Suhadi 2014).
b) Komunikasi
Menurut Soekanto (1982) ati penting komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan orang tersebut, orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang
lain tersebut.
3. Bentuk-bentuk interaksi sosial
Partowisastro (2003) mengemukakan pendapat tentang bentuk-bentuk interaksi
sosial itu pada dasarnya terbagi dalam dua proses, yaitu:

6
a. Proses-proses asosiasi, yang terbagi menjadi:
1) Akomodasi, merupakan suatu proses penyesuaian aktivitas-
aktivitas seseorang atau kelompok yang berlawanan menjadi
sejalan. Akomodasi itu terdapat beberapa metode, antara lain
pendesakan, kompromis, peradilan, toleransi, konversi, suplimasi,
dan rasionalisasi.
2) Assimilasi, merupakan suatu proses yang memiliki ciri
pembentukan persamaan sikap, pandangan, kebiasaan, pikiran, dan
tindakan sehingga seseorang atau kelompok itu cenderung menjadi
satu, mempunyai perhatian, dan tujuan-tujuan yang sama.
3) Kerjasama, merupakan suatu usaha bersama antar individu ataupun
kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa.
b. Proses-proses dissosiasi, yang terbagi menjadi:
1) Kompetisi, merupakan suatu persaingan yang terjadi antara
perorangan atau kelompok dalam mencapai atau mendapatkan
suatu tujuan tertentu.
2) Konflik, yaitu suatu ketegangan yang terjadi perorangan atau
kelompok dikarenakan adanya perbedaan pandangan terhadap
suatu masalah maupun penyelesaiannya.
3) Kontraversi, merupakan suatu perbedaan-perbedaan pandangan,
ide, dan tujuan yang terjadi pada satu orang atau lebih sehingga
menimbulkan pertentangan.
4. Faktor pendorong
Menurut Soejono Soekanto (1990), minimal ada empat faktor pendorong
terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat yaitu, antara lain:
a) Imitasi, merupakan proses peniruan tingkah laku orang lain untuk
diterapkan pada diri seseorang yang meniru proses tersebut.
b) Sugesti, merupakan suatu pendapat, saran, pandangan, atau sikap yang di
berikan seseorang pada orang lain dan diterima tanpa disertai daya kritik.
c) Identifikasi, merupakan suatu kecendrungan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain.

7
d) Simpati, merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain.

B. Masyarakat

Banyak deskripsi tentang pengertian masyarakat yang dituliskan para pakar.


Dalam bahasa inggris dipakai istilah Society, yang berasal dari kata latin Socius,
yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab
Syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah sekumpulan
manusia saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi
(Koentjaraningrat, 2009: 116) macam-macam masyarakat yaitu:

1) Masyarakat modern
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sudah tidak terikat pada
adat istiadat. Adat istiadat yang menghambat kemajuan segera
ditinggalkan untuk mengadopsi nilai-nilai baru yang secara rasional
diyakini membawa kemajuan, sehingga mudah menerima ide-ide baru.
(Dannerius Sinaga, 1988:156)
2) Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih terikat dengan
kebiasaan atau adat istiadat yang telah turun temurun. Keterikatan tersebut
membuat masyarakat mudah curiga terhadap hal baru yang menuntut sikap
rasional, sehingga sikap masyarakat tradisional kurang kritis. (Dannerius
Sinaga, 1998:152)

Menurut Sardjono (1998) pengertian masyarakat hutan lebih ditekankan pada


sekelompok orang yang secara turun temurun bertempat tinggal di dalam atau di
sekitar hutan dan kehidupan serta penghidupannya (mutlak) bergantung pada hasil
hutan dan atau lahan hutan. Sekelompok orang tersebut dalam konteks yang lebih
spesifik (dikaitkan dengan nilai kearifan terhadap sumberdaya hutan yang ada)
disebut sebagai masyarakat tradisional dan dari sisi kepentingan yang lebih luas
(pembangunan daerah) lebih sering diistilahkan sebagai masyarakat lokal.

8
C. Hutan

Hutan adalah suatu hamparan lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara


keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan (UU No 5
1967). Berdasarkan status hukum tentang fungsi pokok penggunaan hutan (UU
No. 41 1999 tentang kehutanan), hutan dibagi menjadi:

1. Hutan lindung, kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai


perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
2. Hutan produksi, kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok produksi
hasil hutan, yaitu benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa
yang berasal dari hutan.
3. Hutan konservasi, kawasan dengan ciri khas tertentu, mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
Dengan mengikuti pengelompokkan macam-macam fungsi hutan menurut Nillson
(1996), maka manfaat hutan dapat dikelompokkan ke dalam berbagai sumbangan
yang dapat diperoleh dari hal berikut:
1. Kayu industri
2. Kayu bakar dan arang
3. Hasil hutan bukan kayu
4. Lahan untuk pemukiman manusia
5. Lahan untuk pertanian
6. Perlindungan terhadap siklus air dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dan
pengendalian erosi
7. Karbon
8. Keanekaragaman hayati dan habitat
9. Ekoturisme dan rekreasi alam

9
BAB III
MATERI DAN PEMBAHASAN
MATERI

Materi yang penulis gunakan yaitu studi kasus dari hasil penelitian Ebedly
Lewerissa yang merupakan mahasiswa program studi kehutanan Universitas
Halmahera Tobelo dengan judul penelitian “interaksi masyarakat sekitar hutan
terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan di desa Wangongira, Kecamatan Tobelo
Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

PEMBAHASAN

1. Kondisi umum lokasi penelitian

Letak geografis desa wangongira

Gambar 1. Peta lokasi desa Wangongira

Desa wangongira merupakan desa yang terletak disebelah selatan kota tobelo dan
berada di wilayah kecamatan tobelo barat. Secara geografis desa wangongira
berada pada posisi 1˚34’41,04” LU dan 127˚51’36,60” BT dengan luas wilayah
60 Km² dan berada pada ketinggian 274,5 mdpl.

Berdasarka hasil pengamatan dan di dukung oleh data (Bapeda Halut 2013) bahwa
sebagian besar desa-desa di Halmahera Utara (sekitar 68 %) berada di tepi pantai

10
atau mempunyai batas pantai. Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan
dengan iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000-2000 mm per tahun.
Halmahera Utara mengenal dua musim yaitu musim utara/barat dan musim
selatan/timur yang disusul dengan dua musim peralihan. Musim kemarau Desa
Wangongira berkisar dari bulan Juli-Oktober dan musim penghujan dari
November-Juni. Jenis tanah yang dominan di Halmahera Utara adalah Podsol
Merah Kuning. Untuk desa Wangongira tergolong jenis tanah podsolik merah
kuning, desa Wangongira berada pada lahan dengan topografi rata sampai
berbukit.

Sosial ekonomi

Jumlah kepala keluarga (KK) di desa wangongira adalah 115 KK dengan jumlah
penduduk sebanyak 381 jiwa, yang terdiri dari 178 laki-laki dan 203 perempuan.
Penduduk desa wangongira sebagian besar adalah petani selain itu juga ada juga
yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pengemudi, serta pendeta. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel di bawah ini

No jenis pekerjaan laki-laki perempuan jumlah


(orang) (orang) (jiwa)
1. petani 163 127 390

2. PNS 2 2 4

3. pendeta - 1 1

4. pengemudi 10 - 10

5. lain-lain 6 - 6

Jumlah 181 200 381

Tabel 1. Jumlah penduduk desa Wongongira berdasarkan mata pencarian

11
Penggunaan lahan

Dari hasil observasi dan wawancara di lokasi penelitian bahwa penggunaan lahan
di Desa Wangira meliputi pemukiman penduduk, kebun, perkebunan, pertanian
dan hutan.

2. pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Wongongira

Karakteristik responden

Data karakteristik responden mencakup umur, pendidikan, pekerjaan serta


pemanfaatan sumberdaya hutan. Secara rinci data umur responden dapat dilihat di
gambar dibawah ini

Gambar 1. Karakteristik responden pemanfaatan sumberdaya hutan berdasarkan umur

Hal ini memberikan gambaran bahwa di Desa Wangongira umur 25-0 tahun
mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam menunjang perekonomian
keluarga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumberdayan
hutan oleh masyarakat Desa Wongongira terbanyak oleh kelompok umur 25-40
tahun. Umur ini tergolong umur yang produktif.

No. Umur(tahun) jenis sumberdaya hutan persentase

1. 25-40 matoa,binuang,kenari,mologotu 64 %

2. 41-49 matoa dan binuang 16 %

3. >50 hasil hutan non kayu 20 %

(buah rotan,buah kenari,rotan)

12
Tabel 2. Persentase pemanfaatan sumber daya hutan berdasarkan umur di desa Wangongira

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil hutan berdasarkan jenis


sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat desa Wangongira.

3. jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Wangongira

Adapun jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa


Wangongira adalah jenis kayu matoa (pometia pinnata) dan buahnya, kayu
binuang (octomels sumatrana), kayu kenari (canarium sp) dan buahnya, nyatoh
(palagium), dan kayu mologotu (kayu hitam) dan hasil hutan lainnya seperti rotan.

No. Pendidikan jenis hasil hutan persentase

1. SD kayu matoa,binuang,hasil hutan non kayu 78 %


(rotan,buah matoa,buah kenari)
2. SMP matoa dan binuang 5%

3. >SMA hasil hutan non kayu 17 %

Tabel 3. Jumlah pemanfaatan sumber daya hutan berdasarkan tingkat pendidikan di desa
Wangongira

4. interaksi masyarakat desa Wangongira dengan hutan

Bentuk-bentuk interaksi masyarakat Wangongira dengan kawasan hutan tercermin


dari kegiatan-kegiatan masyarakat seperti mengumpulkan hasil hutan berupa
bahan bangunan, kayu bakar, umbi-umbian dan lain-lain. Hal ini diperjelas oleh
Kusumawati (2009) bahwa interaksi masyarakat sekitar hutan dengan hutan di
tandai dengan dengan kegiatan mengumpulkan hasil hutan berupa bahan pangan,
kayu bakar, pakan ternak, umbi-umbian serta hasil dari jenis jasa hutan lainnya.

Interaksi yang terlihat di desa Wangongira terhadap hutan yang dimiliki adalah
interaksi yang positif dan negatif. Interaksi positif yang ditunjukkan oleh
masyarakat Desa Wangongiradalam pemanfaatan hasil hutan adalah yang diambil
tapi tidak mengganggu kelestarian lingkungan sekitar seperti pemanfaatan kayu
bakar dalam jumlah relatif sedikit, pengambilan buah matoa dan buah kenari.
Interaksi seperti ini juga di tunjukkan oleh Sumanto (2009) bahwa dalam

13
kaitannya dengan interaksi masyarakat dengan hutan hal ini juga berlaku.
Perubahan interaksi yang terjadi merupakan proses adaptif. Interaksi dapat
menuju kearah positif maupun negatif. Interaksi yang menuju kearah positif
adalah jika interaksi yang terjalin saling menguntungkan baik bagi masyarakat
maupun bagi hutan. Interaksi yang negatif adalah jika interaksi yang terjalin justru
merugikan bagi salah satu pihak, baik bagi masyarakat maupun terhadap
kelestarian hutan ataupun keduanya.

No. Sumberdaya hutan produksi/tahun


persentase(%)
A. hasil hutan kayu
1. matoa 60 m³ 23,62
2. binuang 98 m³ 36,48
3. kenari 36 m³ 14,17
4. nyatoh 24 m³ 6,45
5. kayu hitam (mologotu) 36 m³ 12,18

B. hasil hutan non kayu


1. rotan 72 m³ 2,00
2. buah matoa 300 kg 3,00
3. buah kenari 60 kg 2,10
Tabel 4. Jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan di desa Wangongira

Data hasil perhitungan dalam tabel 4. Menunjukkan bahwa pemanfaatan


sumberdaya hutan oleh masyarakat desa Wangongira masih dikatakan kecil. Hal
ini berdasarkan persentase pemanfaatan sumberdaya hutan yang rendah karena
berdasarkan kebutuhan pasar dan konsumen. Hal ini disebabkan juga karena
masih menggunakan peralatan yang sederhana dalam pengelolahannya.
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat desa Wangongira
tergantung oleh waktu musim buah, seperti buah matoa, dan buah kenari,
sedangkan rotan berdasarkan masaknya/tuanya.

14
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan oleh
masyarakat desa Wangongira

Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat Wangongira disebabkan oleh


beberapa faktor, antara lain:
1) Dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus meningkatkan
kesejahteraan hidupnya
2) Dapat meningkatkan produksi kayu bakar dalam mengatasi kekurangan
kayu bakar, penyedia kebutuhan kayu berkakas, bahan bangunan dan alat
rumah tangga.
3) Menambah lapangan kerja bagi penduduk pedesaan
4) Faktor pendidikan yang rendah, rata-rata berpendidikan SD
5) Tersedianya pakan ternak secara kontinyu

Berdasarkan penjelasan dan data-data dari materi diatas bahwa interaksi yang
terjadi dalam masyarakat Desa Wongongira cenderung terjadi dalam bentuk
asosiatif, karena hampir tidak ada konflik yang terkait dengan pengelolahan
kawasan hutan. Masyarakat Wangongira termasuk ke dalam klasifikasi
masyarakat tradisional jika dilihat dari klasifikasi menurut Dannerius Sinaga,
1998:152)

15
BAB IV
PENUTUP

IV.1 saran

1. Pihak pemerintah, dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat


terhadap pemanfaatan hasil hutan lestari perlu adanya pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan melalui sosialisasi, bantuan, pelatihan dan
bimbingan dan sebagainya

16
DAFTAR PUSTAKA

Dannerius Sinaga. 1988. Sosiologi dan Antropologi. Klaten: PT. Intan Pariwara

Ebedly Lewerissa, 2015. Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap


Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Desa Wongongira, Kecamatan Tobelo
Barat . Tobelo: Universitas Halmahera

Gillin dan Gillin, 1954. Cultural Sociology: A revision of An Introduction to


Sociology. New York; The Mac Millan Company.

Kusumawati, 2009. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Beo Nias (Gracula ...
Studi Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Taman Nasional Gunung Gede,
2009.

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar ilmu antropologi.jakarta. rineka cipta

Soerjono Soekanto, 1982, Sosiologi suatu pengantar, PT RajaGrafindo Persada,


Jakarta

Soekanto, 1990. Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai