Oleh:
Ahmad Ansharuddin
Pembimbing:
FAKULTAS KEHUTANAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan nikmat dan hidayahNya, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “studi kasus
interaksi sosial masyarakat dengan hutan.”
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
I.2 Tujuan
IV.1 saran
DAFTAR PUSTAKA 17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Hakikatnya, sebagai mahasiswa fakultas kehutanan yang baik yang in sya Allah
menjadi penerus orang-orang yang mengatur bidang kehutanan negara ini,
seharusnya kita mengerti dan memahami segala seluk beluk tentang kehutanan
khususnya tentang masalah-masalah yang sedang menimpa bidang kehutanan
negara kita ini. Sehingga kedepannya kita mampu memberikan solusi dan
menjawab tantangan yang ada di bidang kehutanan.
Satu dari sekian banyaknya masalah yang sering terjadi di sektor kehutanan
adalah konflik antar warga sekitar hutan dan pihak-pihak yang terkait. Yang
apabila di telusuri lebih jauh lagi ternyata yang melatarbelakangi masalah ini
adalah faktor ekonomi. Disinilah sosiologi kehutanan menjadi sangat penting,
karena dengan sosiologi kehutanan kita mempelajari mengapa sampai hal-hal
tersebut terjadi dan dengan sosiologi kehutanan juga setidaknya kita bisa
memperoleh solusi untuk permasalahan tersebut. khususnya terkait interaksi sosial
masyarakat dengan hutan yang menjadi satu dari sekian banyak bahasan di
sosiologi kehutanan.
Maka dari itu, interaksi sosial masyarakat dengan hutan sangatlah penting untuk
kita bahas dan kita kaji demi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yang lebih
baik, apabila masyarakat sekitar hutan sejahtera, in sya Allah konflik-konflik
tersebut akan berkurang atau bahkan tidak terjadi lagi.
I.2 tujuan
4
I.3 pembatasan masalah
Dalam makalah ini penulis membahas secara umum tentang interaksi sosial
masyarakat dengan hutan namun penulis juga membatasi dengan studi kasus
pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di desa Wangongira, Kecamatan
Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi sosial
1. pengertian
Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.
a) Kontak sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya
bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi secara harfiah
artinya adalah bersama-sama menyentuh. Kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk yaitu antara orang-perorangan, antara orang-perorangan
dengan suatu kelompok, dan antara suatu kelompok dengan kelompok.
(Resita, Herawati, & Suhadi 2014).
b) Komunikasi
Menurut Soekanto (1982) ati penting komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan orang tersebut, orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang
lain tersebut.
3. Bentuk-bentuk interaksi sosial
Partowisastro (2003) mengemukakan pendapat tentang bentuk-bentuk interaksi
sosial itu pada dasarnya terbagi dalam dua proses, yaitu:
6
a. Proses-proses asosiasi, yang terbagi menjadi:
1) Akomodasi, merupakan suatu proses penyesuaian aktivitas-
aktivitas seseorang atau kelompok yang berlawanan menjadi
sejalan. Akomodasi itu terdapat beberapa metode, antara lain
pendesakan, kompromis, peradilan, toleransi, konversi, suplimasi,
dan rasionalisasi.
2) Assimilasi, merupakan suatu proses yang memiliki ciri
pembentukan persamaan sikap, pandangan, kebiasaan, pikiran, dan
tindakan sehingga seseorang atau kelompok itu cenderung menjadi
satu, mempunyai perhatian, dan tujuan-tujuan yang sama.
3) Kerjasama, merupakan suatu usaha bersama antar individu ataupun
kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa.
b. Proses-proses dissosiasi, yang terbagi menjadi:
1) Kompetisi, merupakan suatu persaingan yang terjadi antara
perorangan atau kelompok dalam mencapai atau mendapatkan
suatu tujuan tertentu.
2) Konflik, yaitu suatu ketegangan yang terjadi perorangan atau
kelompok dikarenakan adanya perbedaan pandangan terhadap
suatu masalah maupun penyelesaiannya.
3) Kontraversi, merupakan suatu perbedaan-perbedaan pandangan,
ide, dan tujuan yang terjadi pada satu orang atau lebih sehingga
menimbulkan pertentangan.
4. Faktor pendorong
Menurut Soejono Soekanto (1990), minimal ada empat faktor pendorong
terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat yaitu, antara lain:
a) Imitasi, merupakan proses peniruan tingkah laku orang lain untuk
diterapkan pada diri seseorang yang meniru proses tersebut.
b) Sugesti, merupakan suatu pendapat, saran, pandangan, atau sikap yang di
berikan seseorang pada orang lain dan diterima tanpa disertai daya kritik.
c) Identifikasi, merupakan suatu kecendrungan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain.
7
d) Simpati, merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain.
B. Masyarakat
1) Masyarakat modern
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sudah tidak terikat pada
adat istiadat. Adat istiadat yang menghambat kemajuan segera
ditinggalkan untuk mengadopsi nilai-nilai baru yang secara rasional
diyakini membawa kemajuan, sehingga mudah menerima ide-ide baru.
(Dannerius Sinaga, 1988:156)
2) Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih terikat dengan
kebiasaan atau adat istiadat yang telah turun temurun. Keterikatan tersebut
membuat masyarakat mudah curiga terhadap hal baru yang menuntut sikap
rasional, sehingga sikap masyarakat tradisional kurang kritis. (Dannerius
Sinaga, 1998:152)
8
C. Hutan
9
BAB III
MATERI DAN PEMBAHASAN
MATERI
Materi yang penulis gunakan yaitu studi kasus dari hasil penelitian Ebedly
Lewerissa yang merupakan mahasiswa program studi kehutanan Universitas
Halmahera Tobelo dengan judul penelitian “interaksi masyarakat sekitar hutan
terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan di desa Wangongira, Kecamatan Tobelo
Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
PEMBAHASAN
Desa wangongira merupakan desa yang terletak disebelah selatan kota tobelo dan
berada di wilayah kecamatan tobelo barat. Secara geografis desa wangongira
berada pada posisi 1˚34’41,04” LU dan 127˚51’36,60” BT dengan luas wilayah
60 Km² dan berada pada ketinggian 274,5 mdpl.
Berdasarka hasil pengamatan dan di dukung oleh data (Bapeda Halut 2013) bahwa
sebagian besar desa-desa di Halmahera Utara (sekitar 68 %) berada di tepi pantai
10
atau mempunyai batas pantai. Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan
dengan iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000-2000 mm per tahun.
Halmahera Utara mengenal dua musim yaitu musim utara/barat dan musim
selatan/timur yang disusul dengan dua musim peralihan. Musim kemarau Desa
Wangongira berkisar dari bulan Juli-Oktober dan musim penghujan dari
November-Juni. Jenis tanah yang dominan di Halmahera Utara adalah Podsol
Merah Kuning. Untuk desa Wangongira tergolong jenis tanah podsolik merah
kuning, desa Wangongira berada pada lahan dengan topografi rata sampai
berbukit.
Sosial ekonomi
Jumlah kepala keluarga (KK) di desa wangongira adalah 115 KK dengan jumlah
penduduk sebanyak 381 jiwa, yang terdiri dari 178 laki-laki dan 203 perempuan.
Penduduk desa wangongira sebagian besar adalah petani selain itu juga ada juga
yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pengemudi, serta pendeta. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
2. PNS 2 2 4
3. pendeta - 1 1
4. pengemudi 10 - 10
5. lain-lain 6 - 6
11
Penggunaan lahan
Dari hasil observasi dan wawancara di lokasi penelitian bahwa penggunaan lahan
di Desa Wangira meliputi pemukiman penduduk, kebun, perkebunan, pertanian
dan hutan.
Karakteristik responden
Hal ini memberikan gambaran bahwa di Desa Wangongira umur 25-0 tahun
mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam menunjang perekonomian
keluarga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumberdayan
hutan oleh masyarakat Desa Wongongira terbanyak oleh kelompok umur 25-40
tahun. Umur ini tergolong umur yang produktif.
1. 25-40 matoa,binuang,kenari,mologotu 64 %
12
Tabel 2. Persentase pemanfaatan sumber daya hutan berdasarkan umur di desa Wangongira
Tabel 3. Jumlah pemanfaatan sumber daya hutan berdasarkan tingkat pendidikan di desa
Wangongira
Interaksi yang terlihat di desa Wangongira terhadap hutan yang dimiliki adalah
interaksi yang positif dan negatif. Interaksi positif yang ditunjukkan oleh
masyarakat Desa Wangongiradalam pemanfaatan hasil hutan adalah yang diambil
tapi tidak mengganggu kelestarian lingkungan sekitar seperti pemanfaatan kayu
bakar dalam jumlah relatif sedikit, pengambilan buah matoa dan buah kenari.
Interaksi seperti ini juga di tunjukkan oleh Sumanto (2009) bahwa dalam
13
kaitannya dengan interaksi masyarakat dengan hutan hal ini juga berlaku.
Perubahan interaksi yang terjadi merupakan proses adaptif. Interaksi dapat
menuju kearah positif maupun negatif. Interaksi yang menuju kearah positif
adalah jika interaksi yang terjalin saling menguntungkan baik bagi masyarakat
maupun bagi hutan. Interaksi yang negatif adalah jika interaksi yang terjalin justru
merugikan bagi salah satu pihak, baik bagi masyarakat maupun terhadap
kelestarian hutan ataupun keduanya.
14
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan oleh
masyarakat desa Wangongira
Berdasarkan penjelasan dan data-data dari materi diatas bahwa interaksi yang
terjadi dalam masyarakat Desa Wongongira cenderung terjadi dalam bentuk
asosiatif, karena hampir tidak ada konflik yang terkait dengan pengelolahan
kawasan hutan. Masyarakat Wangongira termasuk ke dalam klasifikasi
masyarakat tradisional jika dilihat dari klasifikasi menurut Dannerius Sinaga,
1998:152)
15
BAB IV
PENUTUP
IV.1 saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Dannerius Sinaga. 1988. Sosiologi dan Antropologi. Klaten: PT. Intan Pariwara
Kusumawati, 2009. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Beo Nias (Gracula ...
Studi Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Taman Nasional Gunung Gede,
2009.
17