Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIOLOGI

TENTANG

ASOSIATIF DAN DISOSIATIF

Disusun oleh :
Muti'ah Nuha Mumtazah. ( X.11/25 )
Nadiya Putri Aprillia. ( X.11/27 )
Nashifah Aulia Puspaningrum. ( X.11/29 )
Prasetyo Adi Wibowo. ( X.11/34 )
Vinar Devananda Putra. ( X.11/39 )

SMA BATIK 1 SURAKARTA


2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok satu dengan
lainnya. Interaksi sosial dapat terjadi dalam suasana persahabatan
maupun permusuhan, bisa dengan kata-kata, jabat tangan dan bahasa
isyarat. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu
kontak dan komunikasi.
Bentuk interaksi sosial dibagi menjadi dua yaitu, bentuk sosial bersifat
asosiatif dan disosiatif.
1. Bentuk Interaksi Sosial Bersifat Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif yang
mengarah pada kesatuan dan kerjasama. Yang termasuk jenis
interaksi sosial asosiatif adalah kerjasama, akomodasi, akulturasi,
dan asimilasi.
a) Kerjasama
Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial di mana orang-
orang atau kelompokkelompok bekerja sama, saling tolong
menolong untuk mencapai tujuan bersama.
b) Akomodasi
Akomodasi adalah proses penyesuaian diri individu atau
kelompok manusia sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan.
Tujuannya mengurangi perbedaan pandangan dan pertentangan
politik serta untuk mencegah terjadinya konflik.
c) Akulturasi
Akulturasi adalah penerimaan unsur-unsur baru menjadi suatu
kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur-unsur yang lama.
Akulturasi merupakan hasil dari perpaduan dua kebudayaan
dalam waktu lama.
Contoh akulturasi misalnya musik Melayu bertemu dengan
musik Portugis dibawa para penjajah sehingga menghasilkan
jenis musik keroncong.
d) Asimilasi
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan antar
individu atau antar kelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuantujuan bersama.
Contoh asimilasi misalnya seni kaligrafi yang berasal dari Arab
yang berkembang dalam kebudayaan Islam di Indonesia.
2. Bentuk Interaksi Sosial Bersifat Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi yang lebih
mengarah kepada konflik dan perpecahan, baik individu maupun
kelompok.
Yang termasuk jenis interaksi sosial disosiatif adalah :
a) Kompetisi
Kompetisi atau persaingan adalah bentuk interaksi sosial
disosiatif dimana orangorang atau kelompok- kelompok
berlomba meraih tujuan yang sama. Persaingan dilakukan secara
sportif sesuai aturan tanpa adanya benturan fisik antar
pesertanya.
Contoh : pertandingan tarik tambang antar warga di lingkungan
desa.
b) Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial disosiatif berupa
sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak ada
perselisihan atau konflik terbuka. Kontravensi merupakan
proses sosial yang ditandai ketidakpastian, keraguan, penolakan,
dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka.
c) Konflik Sosial
Konflik sosial atau pertikaian atau pertentangan, yakni bentuk
interaksi sosial disosiatif yang terjadi karena perbedaan paham
dan kepentingan antar individu atau kelompok. Konflik ditandai
dengan adanya ancaman, kekerasan dan konflik fisik antar pihak
yang bertentangan.
Contoh konflik sosial misalnya antara Israel dan Palestina di
mana Israel terus menerus menyerang Palestina untuk merebut
daerahnya.

B. Tujuan Penelitian
1. Asosiatif (Kerjasama/Gotong Royong).
Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah:
Untuk mengetahui secara jelas solidaritas, kerjasama masyarakat
dalam upaya membangun Masjid Darussalam didesa Kagokan.
2. Disosiatif (Diskusi kelompok dan Pemberontakan).
Diskusi kelompok :
Untuk mendeskrisikan perbedaan pemikiran saat diskusi kelompok.
Pemberontakan :
Untuk mendeskrisikan mengenai pemberontakan kepolisian dan
warga setempat yg disebabkan oleh keputusan pemerintah yg tidak
diterima warga setempat.
C. Rumusan Masalah
1. Apa contoh bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif?.
2. Apa faktor pendorong pelaksanaan gotong royong?.
3. Apa contoh bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif?.
4. Apa faktor pendorong terjadinya kontravensi/perselisihan?.

D. Batasan Masalah
1. Asosiatif (Kerjasama/gotong royong).
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah peran
jama’ah Masjid Dalam Implementasi Nilai-Nilai Kegotong
Royongan di Masjid Darussalam Kagokan.
2. Disosiatif(Diskusi kelompok dan Pemberontakan).
Diskusi kelompok :
a. Penelitian ini difokuskan perbedaan pendapat dalam pemikiran.
b. Metode penelitian ini menggunakan metode diskusi kelompok.
Pemberontakan :
a. Memfokuskan kajiannya pada pemberontakan masyarakat
dengan polisi. Adanya batasan tempat ini membantu dan
memudahkan peneliti untuk mengetahui Gambaran serta
mendapat data-data yang sesuai, akurat dan dapat dipercaya.

E. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Merupakan bab yang berisi tentang gambaran umum dari
permasalahan yang akan dibahas. Dalam pendahuluan ini
terdiri dari lima sub bab, yaitu latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta
sistematika pembahasan.
BAB 2 PEMBAHASAN
Merupakan pembahasan yang berisi contoh bentuk interaksi
sosial bersifat assosiatif dan disosiatif. Di dalam contoh
interaksi sosial bersifat assosiatif dan disosiatif berisi
analisis interaksi sosial, jenis interaksi sosial, faktor
pendorong, manfaat dan dampak serta gambar dan
sumbernya.
BAB 3 PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan, serta saran-saran yang perlu
untuk disampaikan.
BAB 2
PEMBAHASAN

1) Contoh bentuk interaksi sosial bersifat Assosiatif dalam kehidupan

Gotong Royong
Sumber gambar : lingkungan sekitar rumah.
 Gambar diatas adalah beberapa warga yang melakukan Gotong
Royong untuk membangun masjid.

 Analisis kegiatan Gotong Royong :


Gotong royong adalah kegiatan yang sudah dikenal dan menjadi tradisi
bangsa indonesia sejak jaman dahulu. Dalam sistem kerja masal dalam
kegiatan pembangunan, masyarakat selalu melakukan kegiatan gotong
royong. Sistem kerja sama tersebut kemudian menjadi kebiasaan turun
temurun dan menjadi karakter sosial indonesia.

Pengertian Gotong Royong


Kata gotong royong memiliki unsur kata “gotong” yang memiliki arti
mengangkat atau memikul secara bersama. Gotong royong merupakan
kerja sama kelompok masyarakat untuk mencapai hasil positif tanpa
memikirkan dan mengutamakan keuntungan bagi salah satu individu
atau kelompok saja, melainkan untuk kebahagiaan bersama.
Berdasarkan buku “gotong royong” karya sri widayati S.Pd. kata gotong
royong juga memiliki ciri kerakyatan, sama dengan kata kata demokrasi,
kebersamaan, atau kata kerakyatan itu sendiri. Kata gotong royong telah
menyatukan masyarakat dari berbagai kelompok sosial menjadi satu
kesatuan yang harmonis.

Tujuan Gotong Royong


Dalam kegiatan Gotong royong memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mempercepat pekerjaan karena dilakukan secara bersama.
2. Menjalin ikatan persaudaraan.
3. Mempererat rasa persatuan.
4. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong.
5. Menciptakan iklim sosial yang bisa memecahkan masalah bersama.
6. Untuk meningkatkan kekompakan sosial.

 Dari gambar tersebut merupakan suatu bentuk hubungan sosial


Assosiatif yang sering terjadi/sering dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat, yang termasuk dalam jenis (Kerjasama).

 Faktor pendorong pelaksanaan kerjasama dan gotong royong :


1. Manusia sebagai makhluk sosial.
2. Keikhlasan berpartisipasi dalam kebersamaan serta menjaga
persatuan.
3. Adanya kesadaran saling membantu serta mengutamakan
kepentingan bersama atau umum.
4. Peningkatan atau pemenuhan kesejahteraan.
5. Usaha penyesuaian serta integrasi atau penyatuan kepentingan
sendiri dengan kepentingan bersama.
6. Adanya rasa kekeluargaan yang membuat banyak orang untuk
gotong royong.
7. Adanya sifat sosial yang tinggi sehingga menumbuhkan rasa untuk
gotong royong, dan adanya kesadaran dari diri sendiri.

 Manfaat Gotong Royong :


1. Mempererat rasa persatuan.
2. Meringankan pekerjaan.
3. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong.
4. Memperkuat dan menjalin persaudaraan.
5. Meningkatkan rasa solidaritas.

2) Contoh bentuk interaksi sosial bersifat Disosiatif dalam kehidupan

Berdiskusi Kelompok
Sumber gambar : https://www.dosenpendidikan.co.id/contoh-
interaksi-sosial/
 Gambar di atas ini mengenai Berdiskusi Kelompok, dalam hal ini
pasti adanya perbedaan pemikiran setiap orang, tentunya akan adanya
perselisihan pada saat kapan, di mana pada saat ingin berdiskusi
disebabkan kesibukan dari perorangan (kepentingan),serta seperti
keputusan ketua kelompok yang kurang di setujui oleh anggotanya
yang biasa terjadi.

Pemberontakan
Sumber gambar : https://duniapendidikan.co.id/ineraksi-sosial-
disosiatif/
 Gambar di atas ini mengenai Pemberontakan antara pihak kepolisian
dengan warga setempat, yang mungkin disebabkan oleh keputusan
pemerintah yang tidak di terima oleh warga setempat (memberatkan),
oleh karna itu warga melakukan perlawanan, serta adanya yang
menghasut (provokasi) dari seseorang yang tidak bertanggung jawab.

 Dari kedua peristiwa tersebut merupakan suatu bentuk hubungan sosial


Disosiatif yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, yang termasuk
dalam jenis (Kontravensi).
Oleh masyarakat umum kontravensi sering disebut dengan pertikaian dan
perselisihan antar 2 kelompok/perorangan.
Kontravensi di tandai ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan
penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka, penyebab nya
adanya perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan
lain dalam masyarakat, atau dengan pendirian masyarakat, kontravensi
adalah suatu bentuk dari suatu proses sosial yang sedang berada di antara
persaingan dan juga dengan konflik.

 Faktor- Faktor dari Kontravensi adalah :


1. Perbedaan antar perorangan.
2. Perbedaan kebudayaan.
3. Bentrokan kepentingan.
4. Perbedaannya wilayah tempat tinggal (suasana).

 Dan termasuk kontravensi yang intensif, yang penghasut,


mengecewakan pihak yang lain dan juga desas-desus serta
kontravensi umum yang berbuat kekerasan, dan juga mengacaukan
pihak lain.

 Dampak kontravensi :
1. Dalam skala kecil, hanya akan memunculkan rasa tidak suka yang
sifatnya personal.
2. Dalam skala besar, akan memunculkan hilang nya rasa
kepercayaan, rasa tidak nyaman, ketidakpuasan, rasa takut, tertekan,
bahkan pertengkaran, hura-hara bahkan peperangan.
BAB 3
PENUTUP

i. Kesimpulan
Setelah meneliti interaksi Asosiatif dan disosiatif dalam kehidupan
sehari hari dapat ditarik kesimpulan bahwa bergotong royong itu akan
menjadikan suatu pekerjaan menjadi ringan. Dan pemberontakan terjadi
karena masyarakat tidak bisa menerima keputusan pemerintah.sesuatu
konflik yg disebabkan oleh perbedaan dalam pemikiran saat berdiskusi
kelompok.

ii. Saran
Berdasarkan penelitian tersebut, penulis menyarankan :
1. Sebaik nya ketika berdiskusi kelompok bisa menerima saran dan
pendapat dan diselesaikan dengan kepala dingin .
2. Pemerintah seharus nya mengerti apa kebutuhan masyarakat agar
tidak terjadi pemberontakan.
3. Lebih mendorong/mengajak anak muda untuk bergotong royong
kemasjid agar masjid menjadi makmur dan penuh generasi
berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Nadiya Putri. 2021. Makalah Sosiologi Tentang Asosiatif


Dan Disosiatif. Surakarta: Siswa-Siswi SMA BATIK 1 SURAKARTA.

Mumtazah, Muti’ah Nuha. 2021. Makalah Sosiologi Tentang Asosiatif


Dan Disosiatif. Surakarta: Siswa-Siswi SMA BATIK 1 SURAKARTA.

Puspaningrum, Nashifah Aulia. 2021. Makalah Sosiologi Tentang Asosiatif


Dan Disosiatif. Surakarta: Siswa-Siswi SMA BATIK 1 SURAKARTA.

Putra, Vinar Devananda. 2021. Makalah Sosiologi Tentang Asosiatif


Dan Disosiatif. Surakarta: Siswa-siswi SMA BATIK 1 SURAKARTA.

Wibowo, Prasetyo Adi. 2021. Makalah Sosiologi Tentang Asosiatif


Dan Disosiatif. Surakarta: Siswa-Siswi SMA BATIK 1 SURAKARTA.

Anda mungkin juga menyukai