Anda di halaman 1dari 6

1.

Nilai dan Semangat Gotong-Royong


Gotong royong berasal dari kata “gotong yang berarti bekerja, dan royong” yang berarti
bersama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gotong royong mempunyal art
bekerja bersama-sama (tolong menolong, bantu-membantu) di antara anggota-anggota
suatu komunitas.
Sampai saat ini, gotong royong masih melekat dan dilakukan masyarakat Perilaku gotong
royong bukan hanya tentang menyelesaikan pekerjaan, tetapi sekaligus untuk mempererat
hubungan masyarakat.

a. Ciri-Ciri Gotong-Royong
Kegiatan gotong-royong mempunyai ciri atau karakteristik berikut:
1) Bertujuan untuk menyojahterakan seluruh anggota.
2) Menganggap masalah sebagai tanggungan bersama.
3) Menyelesaikan suatu tantangan secara bersama.
4) Memiliki rasa peduli terhadap orang lain.

b. Bentuk-Bentuk Kegiatan Gotong-Royong


Beberapa jenis kegiatan gotong royong yang dilakukan masyarakat antara lain kerja bakti,
tanggap bencana, musyawarah, panen raya, dan belajar bersama.

c. Nilai-Nilai dalam Gotong-Royong


Gotong royong mengandung nilai dan semangat yang harus kita syukuri. Adapun nilai dan
semangat yang terdapat dalam kegiatan gotong royong sebagai berikut:
1) Nilai Persatuan
Kebersamaan yang terjalin dalam gotong royong sekaligus melahirkan
persatuan antaranggota masyarakat. Dengan persatuan, masyarakat menjadi
lebih kuat dan mampu menghadapi permasalahan yang muncul.
2) Nilal Kebersamaan
Kebersamaan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-
sama. Kegiatan gotong royong mencerminkan rasa kebersamaan, sebab
masyarakat mau bekerja sama untuk membantu orang lain. Gotong royong
mencerminkan kebersamaan yang tumbuh di lingkungan masyarakat. Dengan
gotong royong. Masyarakat mau bekerja bersama-sama untuk membantu
orang lain atau membangun fasilitas yang bisa dimanfaatkan bersama.
3) Nilai Tolong-Menolong
Gotong royong membuat masyarakat bersedia bahu-membahu dengan
sesamanya Sekecil apa pun kontribusi seseorang dalam golong royong, selalu
dapat memberikan pertolongan dan manfaat untuk orang lain.
4) Nilai sosialisasi
Sosialisasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mengubah milik
perseorangan menjadi milik umum atau milik bersama. Pada zaman sekarang
kehidupan masyarakat cenderung individualis. Gotong royong dapat
membuat manusia kembali sadar jika dirinya adalah makhluk sosial, yakni
menjadi pribadi yang siap menolong orang lain. Gotong royong membuat
masyarakat saling mengenal satu sama lain sehingga proses sosialisasi dapat
terus terjaga keberlangsungannya.

5) Nilai rela berkorban


Kegiatan gotong royong mengajarkan setiap orang untuk rela berkorban.
Pengorbanan tersebut dapat berbentuk apa pun, mulai dari berkorban waktu,
tenaga, pemikiran, hingga uang atau materi. Semua pengorbanan, tersebut
dilakukan demi kepentingan bersama. Masyarakat rela mengesampingkan
kebutuhan pribadi untuk memenuhi kebutuhan bersama.

d. Manfaat Gotong-Royong
Budaya gotong royong sebagai ciri khas bangsa nguopi Indonesia memberikan
manfaat bagi kehidupan masyarakat. Beberapa manfaat gotong royong sebagai
berikut:

1) Meringankan beban pekerjaan yang harus ditanggung.


2) Meningkatkan rasa persatuan dan nasional.
3) Membangun rasa jalinan solidaritas di dalam masyarakat.
4) Menumbuhkan sikap sukarela, tolong-menolong, kebersamaan, dan
kekeluargaan antarsesama anggota masyarakat.
5) Menciptakan lingkungan sekitar menjadi bersih nyaman, dan indah,

e. Istilah Gotong-Royong di daerah di Indonesia Masyarakat di berbagai daerah di


Indonesia tidak asing dengan gotong royong yang memang merupakan cin khas
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, di berbagai daerah di Indonesia memiliki
penyebutan tersendiri terkait gotong royong. Beberapa istilah gotong di di Indonesia
sebagal berikut:

1) Alang tulung (Nangroe Aceh Darussalam)


2) Ngacau gelamai (Bengkulu)
3) Marsialapari (Sumatra Utara)
4) Hoyak tabuk (Padang Pariaman, Sumatra Barat)
5) Sidapari (Tapanuli Utara, Sumatra Selatan)
6) Nyambungan nyambungan (Baduy, Banten)
7) Lilluran (Sukabumi, Jawa Barat)
8) Kuriak (Subang, Jawa Barat)
9) Sabilulungan (Dataran Sunda, Jawa Barat)
10) Sambatan (Daerah Istimewa Yogyakarta)
11) Grebuhan (Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
12) Gugur gunung (Daerah Istimewa Yogyakarta)
13) Sambatan (Jember, Jawa Timur)
14) Ngayah (Bali)
15) Song-osong lombhung (Madura)
16) Song-osong lumbhung (Bangkalan Madura)
17) Gemohing (Nusa Tenggara Timur)
18) Pawonda (Waingapu, Nusa Tenggara Timur)
19) Batobo (Riau)
20) Alak tau (Kalimantan)
21) Nugal (Kalimantan Barat)
22) Paleo (Nunukan, Kalimantan Timur)
23) Mapalus (Minahasa, Sulawesi Utara)
24) Mappalette bola (Sulawesi Selatan)
25) Ammossi (Sulawesi Selatan)
26) Masohi (Maluku)
27) Bari (Ternate, Maluku Utara)
28) Helem foi kenambai umbai (Papua)

2. Perilaku yang menunjukkan nilai dan semangat gotong-royong


Sampai saat ini, semangat gotong royong masih melekat dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Terbukti hal tersebut (gotong royong) masih dapat dengan mudah ditemui di
lingkungan sekitar kita. Pada dasarnya gotong royong bukan hanya tentang menyelesaikan
pekerjaan, tetapi sekaligus untuk mempererat hubungan masyarakat. Hubungan masyarakat
yang terbentuk tersebut pada akhirnya akan menguatkan persatuan yang sangat penting
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Dalam kehidupan masyarakat,
kegiatan gotong royong bisa dilakukan di berbagai lingkungan, baik lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal.
a. Gotong-Royong di Lingkungan Keluarga
Gotong royong dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga. Gotong royong dapat
diterapkan oleh seluruh anggota keluarga. Adapun contoh bentuk gotong royong yang dapat
diterapkan dalam lingkungan keluarga, antara lain:
1) Membersihkan lingkungan rumah.
2) Memperbaiki bagian rumah yang rusak.
3) Membersihkan selokan.
4) Merawat dan memelihara hewan dan tanaman di rumah.
b. Gotong-Royong di lingkungan sekolah
Gotong royong di sekolah dapat diterapkan oleh seluruh warga sekolah, baik siswa, guru,
kepala sekolah, pegawai sekolah, dan sebagainya. Bentuk gotong royong yang dapat
diterapkan dalam lingkungan sekolah, antara lain:
1) Membersihkan kelas atau lingkungan sekolah bersama-sama.
2) Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah.
3) Mengerjakan tugas kelompok bersama-sama secara adil.

c. Gotong-Royong di Lingkungan Masyarakat


Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang terdapat banyak Interaksi antarindividu.
Gotong royong hendaknya juga diterapkan di lingkungan masyarakat, karena manusia pada
dasarnya merupakan makhluk sosial yang juga membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya. Adapun bentuk gotong royong dapat diterapkan dalam lingkungan
masyarakat, antara lain:
1) Gotong royong dalam membangun pos siskamling
2) Gotong royong mengerjakan kegiatan pertanian, seperti bertanam dan memanen
hasil pertanian.
3) Gotong royong saat memperbaiki rumah.
4) Kerja bakti membersihkan lingkungan di desa.
5) Gotong royong membangun jembatan penghubung antardesa.

• Gotong-Royong sebagai Wujud Tolong-Menolong


Pada dasarnya prinsip dasar gotong royong adalah saling membantu atau tolong- menolong.
Dengan dasar tersebut banyak manfaat yang dapat dirasakan, baik bagi individu atau
perseorangan maupun masyarakat.
1. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki arti bahwa manusia membutuhkan manusia lain,
Manusia sebagai makhluk sosial sudah dialami sejak lahir. Seorang manusia yang akan tahir
pun membutuhkan manusia lain untuk memberikan pertolongan. Hat ini berlaku untuk
semua manusia. Tidak mengenal derajat, kedudukan, bahkan kekayaan. Setiap manusia
selalu membutuhkan manusia lainnya. Setiap manusia dalam bermasyarakat pasti
melakukan komunikasi, sosialisasi, dan interaksi dengan masyarakat lainnya, Hal tersebut
terjadi dalam berbagai lingkungan, Gotong royong merupakan salah satu bentuk
ketergantungan manusia antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Manusia tidak dapat hidup sendiri.
b. Manusia memiliki kebutuhan sosial, yaitu berinteraksi dengan orang lain.
c. Manusia dapat mengembangkan potensi bila hidup di tengah-tengah
manusia.
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan sebagai berikut:
a. Manusia tunduk pada aturan dan norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilalan dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Potensi manusks akan berkembang bila berada di tengah-tengah masyarakat.
Kita sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Misalnya, pakaian
yang kita pakal, apakah kita dapat membuatnya sendin? Tentu kita tidak bisa membuatnya
sendin, Kita membutuhkan potani kapas yang dapat memberikan bahan baku membuat
kain. Setelah itu, ada penenun, penjahit, dan pedagang kain. Oleh karena itu, kita harus
mempertahankan nilai dan semangat gotong royong agar dapat hidup berdampingan
dengan orang lain.
Contoh sikap dan tindakan yang menunjukkan manusia sebagai makhluk sosial sebagai
berikut
a. Bertegur Sapa
Saling menyapa antara satu dengan lainnya adalah sebuah contoh wujud manusia sebagai
makhluk sosial. Saling tegur sapa adalah contoh interaksi yang sangat sederhana dan sangat
mudah untuk dilakukan. Interaksi dengan saling bertegur sapa hampir setiap hari dilakukan
manusia. Saling menyapa hendaknya dilakukan dengan sopan dan ramah. Ketika sesama
manusia saling menyapa dengan ramah, maka hubungan baik akan terjalin. Selain itu akan
terwujud sikap saling menghormati dan saling menghargai antara satu dengan lainnya.

Saling tegur sapa tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang dekat atau orang-orang yang
saling mengenal saja. Saling tegur sapa juga dilakukan oleh orang-orang yang bahkan tidak
mengenal satu sama lain.
Beberapa etika bertegur sapa yang baik sebagai berikut:
1) Menatap matanya secara langsung
2) Jangan lupa untuk tersenyum.
3) Bersikap sopan dan santun saat menyapa
4) Sapalah dengan percaya diri.
5) Menunjukkan rasa ketertarikan (tulus).

b. Memiliki Rasa Empati dan Simpati


Contoh lain yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yaitu adanya rasa
empati dan simpati. Empati dan simpati berkaitan dengan perasaan. Empati dan simpati
adalah sebuah perasaan yang ditujukan untuk orang lain yang sedang mengalami sebuah
masalah atau kebutuhan-kebutuhan tertentu. Perbedaan dari keduanya terletak pada
perasaan yang dialami. Simpati adalah sebuah rasa iba atau kasihan, sedangkan empati
melebihi rasa simpatil Pada empati terdapat dorongan untuk membantu orang lain,
sehingga tidak hanya sekadar adanya rasa iba atau kasihan dalam diri.

c. Menaati Peraturan
Dalam sebuah tempat atau sebuah kelompok masyarakat, pasti ada peraturan yang berlaku.
Sikap atau bentuk ketaatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitarlah yang menjadi contoh
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sikap menaati peraturan atau tata tertib ni adalah
sebuah kesadaran bahwa manusia tidak hidup hanya sendiri. Melainkan hidup
berdampingan dengan manusia lain. Hal ini juga dilakukan untuk saling menjaga satu sama
lain, Manusia sebagai makhluk sosial harus memiliki kesadaran akan pentingnya hidup
berdampingan sehingga tidak saling merugikan. Kesadaran menaati peraturan tidak akan
muncul secara tiba-tiba dalam diri individu, tetapi harus melalui pembiasaan. Oleh karena
itu, setiap orang hendaknya membiasakan diri menjadi orang yang senantiasa menaati
aturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai