Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA KIMIA

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU

Oleh :
Rohit (H1031201032)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
I. PENDAHULUAN
a) Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu dapat menunjukkan bahwa reaksi penyabunan
etil asaetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde kedua dan dapat menentukan tetapan
laju reaksinya dengan cara titrasi.
b) Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu dapat menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etil
asaetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde kedua dan dapat menentukan tetapan
laju reaksinya dengan metode titrasi. Titrasi merupakan suatu metode analisis yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi dari suatu zat menggunakan larutan standar
[1]. Orde reaksi merupakan suatu bilangan pangkat atau eksponen dari konsentrasi
pada persamaan laju reaksi. Apabila orde berbanding lurus terhadap suatu konsentrasi
dengan pangkat dua disebut dengan orde reaksi kedua [2]. Tahapan percobaan ini
diawali dengan proses standarisasi NaOH dengan asam oksalat lalu dilakukan
pencampuran larutan etil asetat dengan NaOH setelah pemanasan pada suhu 40ºC.
Campuran etil asetat dn NaOH selanjutnya ditambahkan ke dalam HCl dan
ditambahkan indikator PP pada erlenmeyer waktu ke-0 menit, lalu dititrasi dengan
NaOH sehingga terjadi titik akhir titrasi berupa perubahan warna menjadi merah muda
dan dilakukan titrasi kembali pada variasi waktu menit ke-15, 30, 45, dan menit ke-
60. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini tidak dapat menunjukkan bahwa reaksi
penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde kedua karena nilai
linearitas yang diperoleh tidak mendekati 1, yakni 0,5 dengan persamaan laju yang
didapatkan yaitu y = -0,0188x + 0,8459. Adapun tetapan laju reaksi (k) yang diperoleh
yaitu sebesar -2,8923. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu sebagai berikut.
2NaOH(aq) + H2C2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(aq) .... (1)

2NaOH(aq) + C2H5C2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + C2H5OH(aq) .... (2)


II. PROSEDUR PERCOBAAN
a.) Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi batang pengaduk, botol
semprot, bulb, buret, corong kaca, erlenmeyer, gelas beaker, hot plate, klem, pipet
tetes, pipet ukur, statif dan termometer.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi akuades (H 2O),
asam klorida (HCl), asam oksalat (H2C2O4), etil asetat (CH3CH2OCCH3) dan natrium
hidroksida (NaOH)
b.) Cara Kerja

Percobaan ini dimulai dipipet sebanyak 10 mL etil asetat dan dimasukkan ke


dalam gelas beaker, kemudian dilarutkan dengan air 250 mL hingga konsentrasinya
0,02 M. Larutan NaOH disediakan sebanyak 250mL dengan konsentrasi 0,02 M,
larutan HCl sebanyak 100mL dengan konsentrasi 0,02 M dan larutan asam oksalat
sebanyak 50 mL dengan konsentrasi 0,01 M. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan
standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat.
Larutan NaOH yang telah distandarisasi kemudian dipipet sebanyak 50mL dan
dipipet juga larutan etil asetat sebanyak 100mL ke dalam erlenmeyer yang berbeda.
Kedua erlenmeyer tersebut kemudian ditempatkan diatas hot plate dan dipanaskan
kedua larutan tersebut hingga larutan mencapai suhu 40 ͦC. Sementara itu, dipipet
10mL larutan HCl 0,02 M ke dalam masing-masing erlenmeyer.
Apabila larutan NaOH dan larutan etil asetat telah mencapai suhu 40 ͦ C, maka
dicampur larutan etil asetat ke dalam larutan NaOH secara cepat dan dikocok
menggunakan magnetic stirrer. Stopwatch mulai dijalankan pada saat kedua larutan
tersebut bercampur. Campuran selama 0 menit dipipet sebanyak 20 mL campuran
reaksi kemudian dimasukkan masing-masing 10 mL ke dalam dua erlenmeyer yang
telah berisi larutan HCl. Larutan kemudian diaduk dengan baik dan ditambahkan
indikator PP ke dalam masing-masing larutan dalam erlenmeyer.
Titrasi kelebihan HCl kemudian segera dilakukan dengan larutan standar NaOH
0,02 M. Setelah itu dilakukan pengulangan pengambilan larutan campuran reaksi
seperti prosedur sebelumnya pada menit ke 15, 30, 45 dan 60 setelah dimulainya reaksi
lalu dilakukan titrasi kembali. Titrasi dalam percobaan ini dilakukan secara duplo.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju reaksi dapat diartikan sebagai suatu perubahan konsentrasi per satuan
waktu. Seberapa cepat suatu reaksi dapat berjalan tergantung adanya perubahan
konsentrasi reaktan pada perubahan waktu [3]. Laju suatu reaksi berlangsung juga
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, katalis, konsentrasi zat dan
luas permukaan bidang sentuh [4]. Salah satu konsep yang harus ada dalam
pembahasan laju reaksi yaitu orde reaksi dan tetapan laju reaksi. Orde reaksi
merupakan jumlah dari keseluruhan pangkat dalam persamaan laju reaksi yang dapat
membentuk suatu garis lurus [5]. Tetapan laju reaksi dilambangkan dengan huruf k,
dimana tetapan laju reaksi merupakan tetapan yang menunjukan perbandingan antara
laju reaksi dan hasil kali konsentrasi [6].

Tabel 1. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat


No NaOH titran (mL) Volume Asam Oksalat yang
digunakan (mL)
1 9,2 10
2 10 10
3 10,1 10

Tabel 2. Volume Titrasi Laju


Waktu Volume NaOH Volume Campuran yang HCl yang diambil
Titran (mL) digunakan (mL)
0 8,8 8.7 10 10
15 9,9 9,8 10 10
30 10,2 10 10 10
45 9,9 10,3 10 10
60 10,3 10,1 10 10

Percobaan ini diawali dengan pembuatan larutan NaOH sebanyak 250 mL


dengan konsentrasi 0,02 M dan massa yang harus ditimbang yaitu sebesar 0,2 gram
NaOH. NaOH merupakan senyawa yang bersifat basa dan berbentuk padatan yang
memiliki warna putih. Senyawa ini termasuk salah satu jenis senyawa yang bersifat
higroskopis. NaOH merupakan senyawa yang mudah larut dalam air membentuk
larutan basa kuat dan sangat korosif. Titik didih senyawa ini berada pada suhu 1390℃
dan titik lelehnya berada pada suhu 318oC serta memiliki densitas sebesar 2,1.
Senyawa ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kertas, sabun, dan untuk
membersihkan pencemaran minyak, serta untuk menghilangkan cat [7]. Pelarut yang
digunakan pada pembuatan larutan NaOH yaitu akuades karena akuades dan NaOH
memiliki sifat yang polar sehingga akuades mampu melarutkan senyawa NaOH. Hal
ini sesuai dengan prinsip like dissolves like yang menjelaskan bahwa zat polar hanya
dapat larut dalam pelarut yang polar dan zat nonpolar dapat larut dalam pelarut yang
nonpolar [8].
Larutan berikutnya yang dibuat yaitu larutan HCl sebanyak 100mL dengan
konsentrasi 0,02 M dengan dipipet HCl sebanyak 0,4 mL. HCl merupakan suatu gas
yang tidak memilik warna dengan bau yang tajam atau pedas. Senyawa ini dapat dibuat
dengan membuat reaksi antara NaCl dan asam sulfat pekat. Senyawa ini memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air sehingga akan membentuk asam kuat seperti asam
klorida. Senyawa ini akan mendidih pada suhu -84,9 oC [7]. Senyawa ini dilarutkan
dalam akuades karena HCl dan akuades merupakan senyawa yang sama-sama bersifat
polar sehingga kedua senyawa tersebut dapat saling larut sesuai dengan prinsip like
dissolves like [8].
Larutan selanjutnya yang dibuat yaitu larutan etil asetat sebanyak 250 mL
dengan konsentrasi 0,02 M dengan dipipet etil asetat yang dibutuhkan yaitu sebanyak
0,5mL. Etil asetat merupakan senyawa yang sering digunakan sebagai pelarut semi
polar. Oleh karena itu, etil asetat dapat mengekstrak atau menarik zat yang bersifat
polar maupun non polar. Toksisitas senyawa etil asetat ini tergolong rendah. Senyawa
ini merupakan salah satu senyawa yang bersifat higroskopis dan mudah untuk
menguap atau bersifat volatil [9]. Etil asetat dapat dilarutkan menggunakan pelarut air
karena senyawa ini bersifat semi polar sehingga dapat bercampur dengan senyawa
polar seperti air sesuai dengan prinsip like dissolves like [8].
Larutan lain yang dibuat yaitu larutan asam oksalat yang dibuat sebanyak 50mL
dengan konsentrasi 0,01M dengan massa padatan asam oksalat yang diperlukan
sebanyak 0,126 gram. Asam oksalat merupakan padatan kristal yang bersifat racun.
Senyawa yang tidak berwarna ini memiliki nama lain asam etanadioat. Asam oksalat
memiliki titik leleh pada suhu -33,5 oC. Salah satu pemanfaatan asam oksalat yaitu
biasa digunakan untuk membersihkan logam [7]. Asam oksalat dapat dilarutkan dalam
air karena sifatnya yang sama-sama polar sesuai dengan prinsip like dissolves like [8].
Perlakuan berikutnya dilakukan standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam
oksalat. Adapun NaOH dalam percobaan ini berperan sebagai larutan standar
sekunder. Larutan standar dapat diartikan sebagai suatu larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui secara pasti [10]. Standarisasi larutan NaOH perlu dilakukan karena
sifat yang NaOH yang higroskopis sehingga konsentrasinya yang dapat saja berubah
selama penyimpanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan standarisasi NaOH
menggunakan larutan baku primer seperti larutan asam oksalat [11]. Standarisasi
NaOH dengan asam oksalat dilakukan dengan cara titrasi dan indikator yang
digunakan yaitu indikator fenolftalein (pp). Indikator pp pada standarisasi ini
berfungsi sebagai penunjuk bahwa standarisasi telah mencapai titik akhir titrasi
dengan memberikan perubahan warna pada larutan menjadi warna merah muda [12].
Titrasi dilakukan secara triplo agar diperoleh hasil yang lebih tepat dan akurat [13].
Reaksi indikator pp saat bereaksi dengan basa ditampilkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Reaksi Indikator Fenolftalein [14].


Adapun volume NaOH yang diperoleh pada standarisasi percobaan ini yaitu 9,2;
10 dan 10,1 mL dimana volume asam oksalat yang digunakan yaitu sebanyak 10 mL.
Konsentrasi larutan NaOH yang didapatkan pada proses standarisasi ini yaitu sebesar
0,02040816. Hasil tersebut ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Hasil standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
Perlakuan selanjutnya dilakukan titrasi standarisasi kemudian dipipet sebanyak
50mL larutan NaOH dan 100mL larutan etil asetat yang telah dibuat sebelumnya ke
dalam erlenmeyer lalu ditempatkan di atas hot plate dan dipanaskan sampai suhu
mencapai 40oC. Pemanasan dilakukan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reksi,
dimana semakin tinggi suhu maka energi kinetik partikel reaktan akan semakin tinggi
pula sehingga frekuensi terjadinya tumbukan dan laju reaksi semakin meningkat [15].
Pemanasan dilakukan pada suhu 40oC untuk menghindari penguapan berlebih pada
NaOH dan etil asetat dimana titik didih NaOH adalah 1390ºC dan titik didih etil aseat
adalah 77,1ºC [16]. Hubungan antara suhu dan laju reaksi dinyatakan dalam
persamaan Arrhenius. Berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Arrhenius, laju
reaksi kimia akan meningkat jika temperaturnya ditingkatkan. Persamaan Arrhenius
dapat dituliskan sebagai berikut [10].
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇 ... (3)
𝐸𝑎
ln 𝑘 = ln 𝐴 𝑒 −𝑅𝑇 ...(4)
𝐸𝑎
ln 𝑘 = ln 𝐴 − ...(5)
𝑅𝑇

Apabila persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk persamaan linear maka menjadi
seperti di bawah ini [10].
𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = (− ) ( ) + ln 𝐴 ...(6)
𝑅 𝑇

Tahapan berikutnya yaitu dipipet sebanyak 10mL larutan HCl 0,02M ke dalam
erlenmeyer terpisah. Sementara itu, apabila larutan NaOH telah mencapai suhu 40 oC
maka dicampur larutan etil asetat secara cepat ke dalam larutan NaOH. Ketika
pencampuran etil asetat ke dalam NaOH, terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi
saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis trigliserida atau asam lemak karena adanya
suatu basa atau alkali dengan produk yang diperoleh yaitu berupa sabun sebagai
produk utama dan gliserol sebagai produk samping. Larutan alkali yang umum dipakai
yaitu NaOH pada pembuatan sabun lunak dan KOH pada pembuatan sabun keras [17].
Ditinjau dari kinetika reaksinya, maka reaksi saponifikasi antara etil asetat dan NaOH
termasuk ke dalam reaksi orde kedua [18]. Adapun penurunan rumus reaksi orde kedua
yaitu sebagai berikut.
Reaksi: A → P
𝑑[𝐴] 𝑑[𝑃]
− =+ = 𝑘[𝐴]2 ... (7)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑[𝐴]
− = 𝑘[𝐴]2 ... (8)
𝑑𝑡
𝑑 [𝐴 ]
− [𝐴]2 = 𝑘𝑑𝑡 ... (9)
𝑑[𝐴]
∫ [𝐴]2 = ∫ −𝑘𝑑𝑡 ... (10)
[𝐴] 1 𝑡
∫[𝐴]𝑜 − [𝐴] = ∫0 −𝑘𝑡 ... (11)
1 1
− + = −𝑘𝑡 ... (12)
[𝐴] [𝐴𝑜]
1 1
[𝐴]
− [𝐴𝑜]
= 𝑘𝑡 .... (13)

Ketika 0 menit setelah reaksi dimulai, maka dipipet sebanyak 20 mL campuran


reaksi kemudian dimasukkan masing-masing 10 mL ke dalam 2 erlenmeyer yang
berisi larutan HCl yang telah dimasukkan pada prosedur sebelumnya sebanyak 10 mL.
Penambahan HCl dan NaOH berfungsi dalam proses penetralan dimana HCl yang
berperan sebagai larutan standar primer membantu pemisahan asam lemak dan
membentuk produk samping berupa NaCl. NaOH berperan sebagai larutan standar
sekunder membantu mengurangi zat warna dan kotoran dari larutan [19]. Reaksi yang
terjadi pada proses tersebut yaitu sebagai berikut.
CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) + HCl(aq) → CH3COONa(aq) + C2H5Cl(aq) + H2O(aq) .. (14)
Masing-masing larutan kemudian diaduk dan ditambahakan indikator
fenolftalein untuk mengetahui titik akhir titrasi dengan perubahan warna yang terjadi
pada larutan [12]. Setelah itu, dilakukan titrasi kelebihan HCl dengan larutan standar
NaOH 0,02M. Larutan NaOH pada percobaan ini berperan sebagai larutan standar
sekunder dan HCl sebagai larutan standar primer. Pengambilan larutan campuran
reaksi kemudian dilakukan seperti prosedur sebelumnya pada menit ke-15, 30, 45 dan
menit ke-60 setelah dimulainya reaksi lalu dititrasi kembali. Adanya variasi waktu
dalam percobaan ini dilakukan untuk melihat seberapa banyak zat yang bereaksi pada
setiap perubahan waktu yang diamati [5]. Titrasi dilakukan secara duplo supaya data
yang diperoleh mempunyai akurasi yang lebih baik [20]. Volume yang diperoleh pada
proses titrasi menit ke-0 yaitu 8,8 dan 8,7 mL, menit ke-15 yaitu 9,9 dan 9,8 mL, menit
ke-30 yaitu 10,2 dan 10 mL, menit ke-45 yaitu 9,9 dan 10,3 mL dan menit ke-60 yaitu
10,3 dan 10,1 mL. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada gambar-gambar dibawah
ini.

Gambar 3. Hasil titrasi menit ke-0

Gambar 4. Hasil titrasi menit ke-15

Gambar 5. Hasil titrasi menit ke-30


Gambar 6. Hasil titrasi menit ke-45

Gambar 7. Hasil titrasi menit ke-60


Berdasarkan percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data
linearitas (R2) sebesar 0,5 dengan persamaan regresi linearnya yaitu y = -0,0188x +
0,8459. Adapun nilai tetapan laju reaksi (k) yang diperoleh dari percobaan ini yaitu
sebesar -2,8923. Hasil tersebut menandakan bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh
ion hidroksida pada percobaan ini bukan merupakan reaksi orde kedua karena nilai
linearitasnya tidak mendekati 1 atau tidak linear [21]. Hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan literatur akibat dari hasil pada proses standarisasi dan titrasi yang datanya tidak
sesuai sehingga mengakibatkan grafik tidak linear. Grafik yang diperoleh pada
percobaan ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Grafik t vs In[(a-x)/(b-x) y = -0.0188x + 0.8459
R² = 0.5
1.6
1.4
1.2
1
ln [(a-x)/(b-x)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2 0 10 20 30 40 50 60 70

-0.4
t (menit)

Gambar 8. Grafik t vs Ln [(𝑎−𝑥)/(𝑏−𝑥)]

IV. PENUTUP
a) Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida tidak menunjukkan reaksi orde kedua
karena linearitas yang diperoleh tidak mendekati nilai 1, yaitu 0,5 dengan persamaan
laju yaitu y = -0,0188x + 0,8459. Adapun nilai tetapan laju reaksi (k) yang diperoleh
dari percobaan ini yaitu sebesar -2,8923.
b) Saran
Saran yang dapat disampaikan dari percobaan ini yaitu agar praktikan lebih teliti
dalam melakukan setiap prosedur percobaan supaya kesalahan dalam praktikum dapat
diminimalisir sehingga didapatkan hasil yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Indrajaya, I. N. R., Irfansyah, A. N. dan Pirngadi, H., 2021. Titrator otomatis
untuk Mengukur Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) PADA Batu Kapur, Jurnal
Teknik, 10(2); 108-113.
[2] Yuda, R. C., Irdiansyah, Prihatiningtyas, I., 2017. Studika Kinetika Pengaruh
Suhu Terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Nipis dengan Pelarut
Etanol, Jurnal Chemurgy, 1(1): 22-26.
[3] Fatimah, 2013, Kinetika Kimia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
[4] Sari, H, N., dan Suteja, 2021, Polimer Termoset, Deepublish, Sleman.
[5] Widodo, H., dan Maesaroh, E., 2016, Studi Kinetika Reaksi Metilasetat Dari
Asam Asetat Dan Methanol Dengan Variabel Waktu, Konsentrasi Katalis Dan
Perbandingan Reaktan, Jurnal Ilmiah Widya, 3(4) : 28-34.
[6] Haryono, 2017, Analisa Kinetika Reaksi Pembentukan Kerak CaCO 3-CaSO4
Dalam Pipa Beraliran Paminar Pada Suhu 300oC dan 400 oC Menggunakan
Persamaan Arhennius, Traksi., 17(2): 40-51
[7] Mulyono, 2005, Kamus Kimia, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
[8] Laloupa, V, M, N., 2020, Rendemen Ekstrak Kasar Dan Fraksi Pelarut Alga
Merah (Kappaphycus Alvarezii Doty), Majalah Biam, 16(1):1-5
[9] Elisa,N., Indriyanti, E., Anggoro, D., Adustasari, Y, D., dan Anggraeny, E, N.,
2022, Monograph Farmakologi Toksikologi Imunokistokimia Jaringan Jantung
Sebagai Parameter Hipertensi Daun Avokad, Deepublish, Yogyakarta.
[10] Chang, R., 2005, Kimia Dasar, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta
[11] Wulandari, M, A., dan Santika, , I, W, M., 2022, Penetapan Kadar Tablet
Asetosal Dengan Metode Asidi-Alkalimetri, Journal Scientific of Mandalika,
3(6): 664-669.
[12] Saijin, K. A., Anoobkumar, K. I., Rasa, O. K. 2020. pH Indicators : A Valuable
Gift for Analytical Chamistry, Saudi Journal of Medical and Pharmaceutical
Science, 6(5):393-400.
[13] Abdurrozak, M, I., dan Syafnir, L., 2021, Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun
Angsana (Pterocarpus Indicus Willd) sebagai Biolarvasida terhadap Larva
Nyamuk Culex Sp., Jurnal Riset Farmasi., 1(1): 33-37.
[14] Sukib, M., dan Siahaan, J., 2018, Demonstrasi Cara Penyepuhan Logam Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Kimia Siswa Sman 1 Batulayar, Lombok Barat,
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 1(1): 104-110.
[15] Kusmardinah, 2017. Pembelajaran Kooperatif Index Card Match disertai
Laboratorium Virtual untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar
Kimia Materi Pokok Laju Reaksi Pada Siswa Kelas XI-MIA SMA
Muhammadiyah 3 Surakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018, Jurnal
Pendidikan Empirisme, 23(6): 167-178.
[16] Bhuyan, P., Sen, S., and Bihari, ., 2019, Extraction Of Neem (Azadirachta
Indica) Oil Using Blends Of Hexane, Ethyl Acetate And Acetone By Sonication,
International Journal of Advance Research, Ideas and Innovations in
Technology, 5(2): 78-84.
[17] Christian, A., dan Setiadi, W., 2019, Industri Oleokimia Berbasis Kelapa Sawit,
CV. Rasi Terbit, Bandung.
[18] Panjaitan, J, R, H., 2021, Review Kinetika Reaksi Pembuatan Sabun dan
Pemurnian Gliserol dari Limbah Alkali Sabun, Rekayasa., 14(2): 200-206.
[19] Hartono, R., dan Suhendi, E., 2020. Pemurnian Minyak Jelantah dengan
Menggunakan Steam pada Kolom Vigrek dan Katalis Zeolit Alam Bayah, Jurnal
Integrasi Proses, 9(1): 20-24.
[20] Yulvianti, M., Ernayati, W., Tarsono, Alfian, M., 2015, Pemanfaatan Ampas
Kelapa Sebagai Bahan Baku Tepung Kelapa Tinggi Serat Dengan Metode Freeze
Drying, Jurnal Integrasi Proses., 5(2): 101-107.
[21] Citak, A., and Krivak, A., 2019, Determination of the Expression Rate of Ethyl
Acetate Hydrolysis Reaction Depending on the Temperature, Journal of the
Institute of Science and Technology., 9(1): 382-388.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Tabel 1. Data Pengamatan Standarisasi Natrium Hidroksida


Volume NaOH Volume asam oksalat
No
(mL) (mL)
1 9,2 10
2 10 10
3 10,1 10

Tabel 2. Data Pengamatan Volume Titrasi Laju


Volume NaOH V Campuran
Waktu titran (mL) (NaOH+Etil Asetat) V HCl (mL)
(menit)
V1 V2 (mL)
0 8,8 8,7 10 10
15 9,9 9,8 10 10
30 10,2 10 10 10
45 9,9 10,3 10 10
60 10,3 10,1 10 10

a) Perhitungan
1. Pembuatan Larutan
• Larutan NaOH 0,02 M
Diketahui:
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 40 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 250 𝑚𝐿 = 0,25 𝐿
[𝑁𝑎𝑂𝐻] = 0,02 𝑀
Ditanya: massa?
𝑛
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑣
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀. 𝑉
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,02 𝑀 × 250 𝑚𝐿
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,02 𝑀 × 0,25 𝐿
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,005 𝑚𝑜𝑙
W = 𝑛 × 𝑀𝑟
= 0,005 𝑚𝑜𝑙 × 40 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
= 0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
• Larutan HCl 0,02 M
Diketahui:
%𝐻𝐶𝑙 = 37%
𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙 = 36,5 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
𝜌 𝐻𝐶𝑙 = 1,19 𝑔⁄𝑚𝐿
[𝐻𝐶𝑙] = 0,02 𝑀

Ditanya: volume?
𝜌 𝐻𝐶𝑙×% 𝐻𝐶𝑙×10
𝑀1 = 𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙
1,19𝑔⁄𝑚𝐿×37%×10
=
36,5 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙

= 12,06 𝑀
Pengenceran:
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
12,06 𝑀 × 𝑉1 = 0,02 𝑀 × 250 𝑚𝐿
0,02 𝑀×250 𝑚𝐿
𝑉1 = 12,06 𝑀

𝑉1 = 0,414 𝑚𝐿
• Larutan CH3COOCH2CH3 0,02 M
Diketahui:
% 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 = 99,5%
Mr 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 = 88,11 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
𝜌 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 = 0,901 𝑔⁄𝑚𝐿
𝑉2 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 = 250 𝑚𝐿
[𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 ] = 0,02 M
Ditanya: V1...?
𝜌 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 × % 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3
𝑀1 =
𝑀𝑟 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3

0,901𝑔⁄𝑚𝐿×99,5%
=
88,11𝑔⁄𝑚𝑜𝑙

= 10,174 𝑀
Pengenceran:
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
10,174 𝑀 × 𝑉1 = 0,02 𝑀 × 250 𝑚𝐿
0,02 𝑀×250 𝑚𝐿
𝑉1 =
10,174 𝑀

𝑉1 = 0,491 𝑚𝐿
• Larutan 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 0,01 M
Diketahui:
𝑀𝑟 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 126,07 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
𝑉 𝐶2 𝐻2𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 100 𝑚𝐿 = 0,1 𝐿
[𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂] = 0,01 𝑀
Ditanya: massa...?
𝑛
𝑀 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 =
𝑣
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 𝑀. 𝑉
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 0,01 𝑀 × 100 𝑚𝐿
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 0,01 𝑀 × 0,1 𝐿
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 0,001 𝑚𝑜𝑙
W = 𝑛 × 𝑀𝑟
= 0,001 𝑚𝑜𝑙 × 126,07 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
= 0,126 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Standarisasi Larutan NaOH 0,02 M
𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞) + 𝐶𝑂𝑂𝐻𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞) → 𝐶𝑂𝑂𝐻𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎(𝑎𝑞) + 𝐻2 𝑂(𝑙)

Diketahui:
𝑉1 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 9,2 𝑚𝐿
𝑉2 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 10 𝑚𝐿
𝑉3 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 10,1 𝑚𝐿
𝑉 𝐶2 𝐻2𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 10 𝑚𝐿
𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝐶2𝐻2𝑂4.2𝐻2𝑂

𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,02 𝑀 × 10 𝑚𝐿 = 0,2 𝑚𝑚𝑜𝑙


Ditanya: M NaOH...?
𝑉1 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝑉2 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝑉3 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
9,2 𝑚𝐿+10 𝑚𝐿+ 10,1 𝑚𝐿
=
3

= 9,7667 𝑚𝐿 = 0,0098
𝑛
𝑁 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 =
𝑉
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝐶2𝐻2𝑂4.2𝐻2𝑂
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 0,02 𝑀 × 0,01 𝐿
𝑛 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = 0,0002 𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑘𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑛𝐶2𝐻2𝑂4.2𝐻2𝑂
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

1×0,0002 𝑚𝑜𝑙
=
0,0098 𝐿

= 0,02040816 𝑀
3. Menghitung nx (mol NaOH yang bereaksi)
𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐶2 𝐻5(𝑎𝑞) + 2𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞)

⇄ 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎(𝑎𝑞) + 𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻(𝑎𝑞) + 𝑁𝑎𝑂𝐻𝑠𝑖𝑠𝑎(𝑎𝑞)

Diketahui:
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 50 𝑚𝐿
[𝑁𝑎𝑂𝐻] = 0,0204 𝑀
𝑉𝐻𝐶𝑙 = 10 𝑚𝐿
[𝐻𝐶𝑙] = 0,02040816 𝑀
𝑉𝐶𝐻3COOCH2CH3 = 100 𝑚𝐿
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 150 𝑚𝐿
𝑉𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 = 10 𝑚𝐿
Rumus:
𝑉𝐻𝐶𝑙 × [𝐻𝐶𝑙] 𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑛𝑥 = [𝑉. 𝑁𝑎𝑂𝐻𝑎𝑤𝑎𝑙 − ( − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎) ) × ]
[𝑁𝑎𝑂𝐻] 𝑉𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
× [𝑁𝑎𝑂𝐻]
• 𝑡 = 0 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 8,75 𝑚𝐿
10 𝑚𝐿×0,02 𝑀 150 𝑚𝐿
𝑛𝑥 = [50 𝑚𝐿 − ( 0,02040816 𝑀 − 8,75 𝑚𝐿) × 10 𝑚𝐿

0,02040816 𝑀
= 0,6990 𝑚𝑚𝑜𝑙
• 𝑡 = 15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 9,85 𝑚𝐿
10 𝑚𝐿×0,02 𝑀 150 𝑚𝐿
𝑛𝑥 = [50 𝑚𝐿 − ( − 9,85 𝑚𝐿) × ]×
0,02040816 𝑀 10 𝑚𝐿

0,02040816 𝑀
= 1,0357 𝑚𝑚𝑜𝑙
• 𝑡 = 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 10,1 𝑚𝐿
10 𝑚𝐿×0,02 𝑀 150 𝑚𝐿
𝑛𝑥 = [50 𝑚𝑙 − ( − 10,1 𝑚𝐿) × ]×
0,02040816 𝑀 10 𝑚𝐿

0,02040816 M
= 1,1122 𝑚𝑚𝑜𝑙
• 𝑡 = 45 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 10,1 𝑚𝐿
10 𝑚𝐿 × 0,02 𝑀 150 𝑚𝐿
𝑛𝑥 = [50 𝑚𝑙 − ( − 10,1 𝑚𝐿) × ]
0,02040816 𝑀 10 𝑚𝐿
× 0,02040816 𝑀

= 1,1122 𝑚𝑚𝑜𝑙

• 𝑡 = 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 10,2 𝑚𝐿
10 𝑚𝐿 × 0,02 𝑀 150 𝑚𝐿
𝑛𝑥 = [50 𝑚𝑙 − ( − 10,2 𝑚𝐿) × ]
0,02040816 𝑀 10 𝑚𝐿
× 0,02040816 𝑀

= 1,1428 𝑚𝑚𝑜𝑙
Tabel 3. Nilai Setiap Waktu

V NaOH rata-rata Mol NaOH yang bereaksi


Menit ke-
(mL) (nx) (mmol)
0 8,75 0,6990
15 9,85 1,0357
30 10,1 1,1122
45 10,1 1,1122
60 10,2 1,1428

4. Menghitung nilai x ([NaOH] yang bereaksi)


Diketahui:
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 150 𝑚𝐿
Rumus:
𝑛𝑥
𝑥=
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
• 𝑡 = 0 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑛𝑥 = 0,6990 𝑚𝑚𝑜𝑙
0,6990 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝑥 =
15 × 10−2 𝐿
= 0,0047 𝑀
• 𝑡 = 15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑛𝑥 = 1,0357 𝑚𝑚𝑜𝑙
1,0357 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝑥 =
15 × 10−1 𝐿
= 0,0069 𝑀
• 𝑡 = 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑛𝑥 = 1,1122 𝑚𝑚𝑜𝑙
1,1122 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝑥 =
15 × 10−2 𝐿

= 0,0074 𝑀
• 𝑡 = 45 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑛𝑥 = 1,1122 𝑚𝑚𝑜𝑙
1,1122 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝑥 =
15 × 10−2 𝐿
= 0,0074 𝑀
• 𝑡 = 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Diketahui:
𝑛𝑥 = 1,1428 𝑚𝑚𝑜𝑙
1,1428 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝑥 =
15 × 10−2 𝐿
= 0,0095 𝑀

Tabel 4. Penentuan x ([NaOH] yang bereaksi)

Molaritas NaOH
Menit V NaOH rata-rata Mol NaOH yang bereaksi
yang bereaksi (x)
ke- (mL) (nx) (mmol)
(M)
0 8,75 0,6990 0,0047
15 9,85 1,0357 0,0069
30 10,1 1,1122 0,0074
45 10,1 1,1122 0,0074
60 10,2 1,1428 0,0095
5. Menghitung Nilai a dan b
Diketahui:
V. NaOH = 50 mL
[𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 ] = 0,02 𝑀
[𝑁𝑎𝑂𝐻] = 0,02040816 𝑀
𝑉 𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 = 100 𝑚𝐿
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 150 𝑚𝐿

Rumus:
[𝐶𝐻3 COOCH2 CH3 ]×𝑉𝐶𝐻3 COOCH2 CH3
a) 𝑎 =
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛

0,02 𝑀 × 100 𝑚𝐿
𝑎=
150 𝑚𝐿
= 0,0133 𝑀
[𝑁𝑎𝑂𝐻]×𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
b) 𝑏 =
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛

0,02040618 𝑀 × 50 𝑚𝐿
𝑏=
150 𝑚𝐿
= 0,0068 𝑀

Tabel 5. Nilai a dan b

Menit V rerata
a (M) b (M) nx (mmol) x (M) In[(a-x)/(b-x)
ke- (mL)
0 8,75 0,6990 0,0047 1,4098
15 9,85 1,0357 0,0069
30 10,1 0,0133 0,0068 1,1122 0,0074
45 10,1 1,1122 0,0074
60 10,2 1,1428 0,0095

Grafik t vs In[(a-x)/(b-x) y = -0.0188x + 0.8459


R² = 0.5
1.6
1.4
1.2
1
ln [(a-x)/(b-x)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2 0 10 20 30 40 50 60 70

-0.4
t (menit)

Berdasarkan persamaan regresi diatas, maka dapat dituliskan:


y = -0,0188x + 0,8459
R² = 0,5
𝑚 = 𝑘(𝑎 − 𝑏)
𝑡
𝑘=
𝑞−𝑟
−0,0188
𝑘=
0,0133 − 0,0068
𝑘 = −2,8923

𝑚 = 𝑘(𝑎 − 𝑏)
𝑚 = −2,8923 (0,0133 − 0,0068)
𝑚 = −0,0188
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat
ini adalah reaksi orde kedua?

Jawab: Reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde kedua dapat
dibuktikan dari satuan tetapan dari reaksinya yaitu M-1 menit-1. Tetapan laju reaksi
harus dibuktikan melalui serangkaian percobaan dan tidak dapat ditentukan secara
teoritis.
2. Turunkan satuan-satuan yang digunakan dalam satuan internasional untuk
hantaran jenis dan hantaran molar?

Jawab:
Hantaran jenis: ohm-1 cm-1 (Ώ cm–1)
Hantaran molar: S m2 mol–1 , S cm2 mol–1

3. Apakah akibatnya bila titrasi HCl tidak dapat segera dilakukan? Seandainya
titrasi ini harus ditunda (misalnya sampai seluruh percobaan selesai). Apakah
yang harus dilakukan?

Jawab: Jika tidak segera dilakukan titrasi HCl makaa suhu campuran akan segera
menurun dan hal itu dapat mempengaruhi nilai tetapan laju reaksi sehingga suhu
campuran zat sebisa mungkin harus dipertahankan supaya tetap konstan saat
titrasi. Apabila titrasi ditunda maka perlu dilakukan peningkatan suhu yang dapat
dilakukan dengan cara pemanasan ulang. Hal ini akan mempengaruhi hasil titrasi
yang mana akan didapatkan data volume titrasi yang tidak sesuai.

4. Terangkan tiga buah cara untuk menentukan orde dari suatu reaksi kimia?

Jawab:
a. Memperhatikan satuan dari tetapan laju reaksinya
b. Melihat perbandingan waktu paruhnya.
c. Melakukan perbandingan 2 persamaan laju reaksi yang datanya telah
diketahui
5. Eneri pengaktifan dapat ditentukan secara percobaan. Terankan prinsipnya
dan lukiskan pula persamaan-persamaan yang diperlukan

Jawab: Energi pengaktifan atau energi aktivasi merupakan energi minimal yang
dibutuhkan suatu pereaksi agar reaksi tersebut dapat berjalan. Nilai energi
pengaktifan akan berkurang dengan adanya penambahan katalis. Persamaan yang
dibutuhkan yaitu persamaan arrhenius yaitu dengan persamaan berikut.

𝒌
𝑬𝒂 = −𝑹𝑻 𝒍𝒏
𝑨

Anda mungkin juga menyukai