PENYUSUN :
KATA PENGANTAR
TEORI UMUM
Obat-obat ini dikelompokkan berdasarkan kesamaan strukturnya (asam hidroksi benzoate)
memiliki khasiat analgetik yang berbeda-beda misalnya asam salisilat sebagai keratolitik,
asetosal sebagai analgetik, asam metil atau propilhidroksi benzoate sebagai antibakteri, dll.
Karena semua asam hidroksi berzoate dan turunannya yang gugus karboksilnya tidak
tersubstitusi mana dapat diterapkan secara langsung dengan titrasi langsung menggunakan
baku anak (NaOH) dengan indicator fenolftalein atau metode alkalimetri.
Asam hidroksi benzoat juga dapat ditetapkan kadarnya dengan metode alternative seperti
metode :
- Bromometri
Metode ini umumnya diterapkan untuk senyawa fenol dan dapat digunakan untuk ester
asam hidroksi benzoate karena memiliki gugus fenol. Ester dari asam hidroksibenzoat
perlu dihidrolisi lebih dahulu sebelum dilakukan brominasi. Metode ini sangat cocok
untuk penetapan fenil salisilat dan nipagin. Nipagin dalam sediaan farmasi jumlahnya
sangat sedikit oleh karena itu diperlukan metode yang peka, salah satunya dengan
metode ini.
- Iodometri
Metode ini berdasarkan reaksi asam hidroksibenzoat dengan iodium dalam suasana
basa membentuk tetraiodofenilenkuinon berupa endapan merah.
- Titrasi Bebas Air (TBA)
Dalam pelarut basa gugus hidroksifenol dapat dititrasi sebagai asam sebaik gugus
karboksilat. Metode ini dapat diterapkan pada asam salisilat yang dilarutkan dengan
dimetilformamide dan dititrasi dengan natrium metoksida dan indicator azo violet, atau
dalam asetonotril dengan titran natriummetilat dalam benzene methanol dengan
indicator biru timol.
- Spektrofotometri UV
Asam hidroksibenzoat juga dapat ditetapkan dengan metode spektrofotometri
ultraviolet dan visible (sinar tampak)
PERCOBAAN
Lakukan penetapan adar asam salisilat dalam sediaan farmasi (bedak tabor atau salep),
lakukan ekstraksi jika perlu, selanjutnya lakukan penetaan kadar dengan prosedur berikut :
a. Penetapan kadar asam salisilat secara titrimetri
Ditimbang seksama lebih kurang 250 mg zat, larutkan dalam 15 ml etanol 95% yang
telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8-8,4) tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan
NaOH 0,1 N menggunakan indicator merah fenol.
Tiap 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,82 mg asam salisilat.
b. Penetapan kadar asam salisilat secara spektrofotometri visible
Penyiapa kurva baku : timbang dengan seksama 200 mg asam salisilat yang telah
dipanaskan pada suhu 100oC selama 1 jam, larutkan dalam 15 ml alkohol dalam labu
takar 1 L, tambahkan air sampai batas tanda. Ambil 5, 10, 15, 20 dan 25 ml alikuot,
masukkan dalam labu takar 100 ml. tambahkan 5 ml feri nitrat 1% dalam asam nitrat 1%
selanjutnya larutan tersebut ditambahkan air sampai batas tanda. Larutan akhir ini harus
berada pada pH optimum (pH 5-6). Baca absorbannya pada panjang gelombang 525 nm
terhadap blanko. Pada buku ini masing-masing mempunyai kadar 1, 2, 3, 4, dan 5.
Penyiapan sampel : timbang dengan seksama sejumlah sampel setara dengan 200 mg
asam salisilat larutkan dalam 15 ml alkohol dalam labu takar 1L, tambahkan air sampai
batas tanda. Ambil 25 ml alikuot masukkan dalam labu takar 1 L, tambahkan air sampai
batas tanda. Ambil 250 ml masukkan dalam labu takar 100 ml, tambahkan 5 ml feri nitra
1% dalam asam nitrat 1% selanjutnya larutan tersebut ditambahkan air sampai batas
tanda. Larutan akhir ini harus berada pada pH optimum (ph 5-6). Absorbansi sampel ini
harus masuk pada kisaran absorbansi kurva baku, jika tidak masuk maka dapat diatur
dengan menambah atau mengurangi pengambilan alikuot tersebut.
PERCOBAAN II
TEORI UMUM
Antibiotic merupakan senyawa khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh mikroorganisme
hidup termasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik yang dalam kadar rendah
mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesien atau lebih
mikroorganisme. Penetapan hayati suatu antibiotic merupakan metode yang paling cocok.
Metode ini merupakan pilihan pertama dari suatu antibiotic baru untuk menetapkan
potensinya dinyatakan dalam satuan unit. Jika keadaan memungkinkan baru ditetapkan
secara kimia.
Penetapan kimia makin sering digunakan sebab mempunyai ketelitian tinggi, waktu analisis
cepat dan lebih obyektif sehingga bisa menggantikan penetapan secara hayati. Dengan
mempelajari sifat kimiawi dan rumus bangun dari suatu antibiotic maka dapat disusun
penetapan kimiawi yang lebih baik. Metode yang paling baik adalah metode yng dapat
menetapkan suatu senyawa secara kulatitatif tanpa diganggu oleh hasil peruraian atau
senyawa lain yang punya sifat kimiawi serupa.
Kolrafenikol dapat ditetapkan kadarnya secara kimia dengan metode :
- Titrasi bebas air berdasarkan titrasi amina primer dari kloramfenkol yang terbentuk pada
suasana asam.
- Nitritometri karena adanya gugus nitro aromatis yang dapat direduksi menjadi amin
aromatic primer
- Bromometri, berdasarkan reaksi gugus amin aromatis primer dengan titran
- Argentometri, berdasarkan pemijaran kloramfenikol bersama Na 2CO3 dan CaCO3 menjadi
NaCl yang selanjutnya ditetapkan dengan argentometri
- Spektrofotometri UV berdasarkan absorbansi gugus p-nirofenil pada panjang gelombang
278 nm.
PERCOBAAN
a. Penetapan kadar kloranfenikol secara nitrimetri
Timbang seksama 500 mg kloramfenikol larutkan dalam 20 ml asan klorida pekat
kemudian tambahkan 500 mg debus eng sedikit demi sedikit. Tambahkan 15 ml asam
klorida pekat biarkan selama 1 jam. Saring melalui kapas, cuci 3 kali tiap kali dengan 5 ml
air. Dinginkan hingga suhu 15oC, letakkan pada bejana berisi es. Titrasi perjahan dengan
baku natrium nitrit 0,1 M hingga 1 tetes larutan segera memberikan warna biru segera
PERCOBAAN III
TEORI UMUM
Vitamin merupakan senyawa organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim
metabolism.
Vitamin dibagi dalam dua golongan berdasarkan kelarutannya :
a. Vitamin larut air meliputi vitamin B dan C
b. Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K
Meskipun vitamin dikelompokkan karena persamaan aktifitas farmakologik atau fungsinya
dalam metabolism namun tidak satpun vitamin memiliki kesamaan struktur kimia atau sifat
kimia, oleh karena itu penetapan kadarnya tergantung pada struktur dari masing-masing
vitamin.
- Vitamin A ditetapkan kadarnya dengan metode spektrofotometri UV atau dengan
metode kolorimetri Carr-price
- Vitamin B (tiamin HCl) ditetapkan kadarnya dengan metode spektrofotometri,
kolorimetri, aside-alkalimetri, TBA, argentometri dan gravimetric
- Vitamin B2 (riboflavin) dengan metode florometri dan spektrofotometri
- Vitamin B6 (piridoksin) dengan metode spektroftometri, kolorimetri dan TBA
- Vitamin B12 (sianokobalamin) dengan metode spektrofotometri
- Vitamin C dengan metode iodometri, 2,6-diklorofenolindofenol, kolorimetri dan
spektrofotometri.
- Vitamin E dengan metode serimetri dan spektrofotometri.
PERCOBAAN
a. Penetapan kadar vitamin B1 dengan metode aside-alkalimetri
Timbang dengan seksama lebih kurang 500mg tiamin HCl, larutkan dalam air bebas CO2,
titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indicator biru bromtimol.
Tiap ml NaOH 0,1 N setara dengan 33,70 mg tiamin HCl.
b. Penetapan kadar vitamin C dengan metode iodometri
Timbang seksama lebih kurang 400 mg asam askorbat, larutkan dalam campuran terdiri
dari 100 ml air bebeas CO2 dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi segera dengan iodium
0,1 N menggunakan indicator kanji smpai terbentuk warna biru tetap.
Tiap ml iodium 0,1N setara dengan 8,806 mg asam askorbat.
TEORI UMUM
Alkaloid meupakan senyawa organic bersifat basa yang dihasilkan oleh sejumlah tanaman.
Kadar alkaloid dalam tanaman sangat bervariasi tergantung pada cara penanaman dan
waktu panen. Kebanyakan metode dalam farmakope merupakan metodeuntuk penetapan
alkaloid jumlah. Pada kenyataannya masing-masing alkaloid memiliki aktifitas farmakologi
yang berbeda.
a. Alkaloid kina
Alkaloid kina diperoleh dari kulit akar, kulit batang, dan kulit cabang Cinchona
succirubra, Chincona ledgeriana, Cinchona calisaya. Alkaloid utamanya pada kulit adalah
kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin. Di dalam kulit kina alkaloid tersebut terdapat
sebagai garam dengan asam organic dan sebagai kompleks dengan penyamak. Oleh
karena itu sebelum dilakukan penyaringan dengan pelarut organic, terlebih dahulu perlu
diadakan pemecahan ikatan kompleks itu dengan penambahan asam atau basa.
Metode penetapan kadar alkaloid kina :
- Penatakan kadar alkaloid total
Metode ini merupakan cara pendekatan untuk mengetahui kadar alkaloid jumlah
yang dihitung sebagai kinin dalam kulit kina. Semua alkaloid akan masuk dalam
penyari pelarut organic setelah sebelumnya alkaloid dipecah ikatannya dengan
asam. Setelah melalui ekstraksi kadar alkaloid total yang dihitung sebagai kinin
ditentukan dengan metode titrasi menggunakan asam klorida dan indicator metil
merah.
- Penetapan kadar masing-masing alkaloid penyusun
Untuk penetapan kadar masing-masing alkaloid utama perlu tahap pemisahan baik
dengan pengendapan maupun dengan kromatografi seperti KLT atau HPLC.
Sedangkan untuk alkaloid dalam keadaan tunggal atau tidak tercampur maka dapat
ditetapkan dengan spektrofotometri UV
b. Alkaloid xantin
Xantin merupakan turunan alamiah purin, enyawa xantin yang banyak digunakan adalah
kofein (1,3,7 trimetil xantn), teobromin (1,3 dimetil xantin), dan teofilin (3,7 dimetil
xantin). Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan pKb antara 13-14. Teofilin dan
10 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9. Kofein merupakan basa
lemah dan garamnya mudah terurai di dalam air.
Metode penetapan kadar alkaloid xantin dapat dilakukan sbb :
- Argentometri
Metode ini berdasarkan reaksi teofilin dan teobromin dengan AgNO3 membentuk
endapan dalam suasana basa, sedangkan kofein tidak membentuk endapan karena
tidak memiliki atom hydrogen yang dapat dilepaskan.
- Iodometri
Prinsip penetapan kadar berdasarkan reaksi kofein dalam suasana basa dengan iod
membetuk endapan periodida. Teobromin juga mengalami reaksi serupa
- Titrasi bebas air
Semua jenis xantin dapat dititrasi sebagai basa dalam pelarut bebas air
- Spektrofotometri
Turunan xantin menyerap kuat terhadap cahaya ultraviolet. Pada pH 6 kofein,
teobromin, dan teofilin menunjukkan absorbansi maksimum pada panjang
gelombang antara 272-273 nm. Perubahan pH larutan hanya sedikit menggeser
kedudukan maksimumnya.
PERCOBAAN
a. Penetapan kadar alkaloid jumlah dalam kulit kina
Timbang seksama lebih kurang 2,5 gram serbuk (40/60), campur dengan 1 ml asam
format dan 18 ml air, panaskan di atas penangas air dalam botol 200 ml selama 30
menit, dinginkan. Tambahkan 80 g eter, 40 g kloroform dan 10 ml NaOH 30%, kocok
selama 30 menit, tambahkan 4 gram serbuk tragakan, kocok kuat-kuat. Saring filtrate
sebanyak mungkin ke dalam labu yang telah ditera, timbang, suling hingga sisa beberapa
ml. panaskan perlahan-lahan dengan pertolongan aliran udara bebas CO2. Titrasi
dengan HCl 0,1 N menggunakan indicator merah metal 2-3 tetes hingga warna menjadi
merah, encerkan dengan 50 ml air bebas CO2 titrasi hingga warna kuning tepat berubah.
Tiap ml HCl setara dengan 32,41 mh alkaloid jumlah, dihitung sebagai kina.
b. Penetapan kadar teofilin dengan metode argentometri/nitrimetri
Timbang seksama lebih kurang 250 mg zat, tambahkan 50 ml air dengan 8 ml ammonia
encer. Hangatkan perlahan-lahan di atas penangas air hingga larut sempurna.
Tambahkan 20 ml AgNO3 0,1 N campur. Lanjutkan pemanasan di atas penangas air
selama 15 menit, dinginkan. Saring melalui kertas krus penyaring dengan pengisapan.
Cuci tiga kali, tiap kali dengan 10 ml air. Asamkan kumpulan filtrate dan air cucian
dengan HNO3 pekat. Tambahkan 2 ml besi (III) ammonium sulfat 8%. Titrasi dengan
ammonium tiosianat 0,1 N.
Tiap ml AgNO3 0,1 N setara dengan 18,02 mg teofilin.
c. Penetapan kadar teofilin dalam aminofilin secara spektrofotometri
Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel, larutkan dalam air dan encerkan dengan
air sampai 1 liter, saring. 50 ml filtrate pertama dibuang. Pada10ml filtrate ditambahkan
11 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
5 ml asam klorida pekat dan encerkan dengan air sampai 500 ml. ukur absorbansinya
pada panjang gelombang 270 nm terhadap blangko pelarut. Kurva baku dibuat dengan
teofilin yang diketahui kadarnya.
12 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR BAHAN TAMBAHAN OBAT DAN MAKANAN
GOLONGAN PEMANIS BUATAN
TEORI UMUM
Dalam proses industry makanan, seringkali pengusaha menggunakan bahan tambahan
makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk makanan. Penggunaan bahan tambahan
makanan diatur dalam peraturan pemerintah no. 28 tahun 2004 pasal 9, yakni setiap orang
yang memproduksi makanan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai
bahan tambahan makanan yang dinyatakan terlarang, dan wajib menggunakan bahan
tambahan makanan namun belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib
diperiksa keamanannya terlebih dahulu, dan dapat digunakan dalam kegiatan atau proses
produksi makanan untuk diedarkan setelah mendapat izin dari BPOM.
Batas maksimal penggunaan harian bahan tambahan pangan harus diperhatikan oleh para
produsen makanan maupun masyarakat. Hal ini penting untuk menghindari bahaya yang
ditimbulkan oleh penggunaan bahan tambahan makanan berlebihan. Bahan tambahan yang
dimaksud adalah bahan tambahan makanan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya
bagi kesehatan.
Pengetahuan tentang metode penetapan kadar bahan tambahan makanan dalam hal ini
sangat penting karena menjadi cara untuk mengetahui layak tidaknya suatu makanan yang
dipersyaratkan. Mengingat sangat banyaknya jenis bahan tambahan makanan yang
digolongkan sesuai fungsinya maka pemilihan metode penetapan kadarnya hanya dapat
dilakukan dengan melihat struktur kimianya.
Salah satu jenis bahan tambahan makanan adalah pemanis buatan, contohnya siklamat atau
natrium siklamat. Pemanis buatan biasa ditambahkan untuk makanan diet kalori tinggi.
Kemanisan siklamat kurang lebih 300 kali lebih manis daripada sukrosa sehingga biasanya
terdapat dalam makanan dengan kadar relative kecil. Siklamat dapat ditetapkan dengan
metode nitrimetri dan grafimetri (siklamat terurai menjadi sulfat yang diendapkan sebagai
barium sulfat)
PERCOBAAN
a. Penetapan kadar siklamat dengan metode nitrimetri
Timbang degan seksama lebih kurang 400 mg kalsium siklmat. Larutkan dalam campuran
50 ml air dan 5 ml asam klorida. Titrasi pada suhu kamar dengan natrium nitrit 0,1 M
13 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
menggunakan indicator lertas kanji iodide. Lakukan percobaan blangko. Tiap ml natrium
nitrit 0,1 M setara dengan 19,83 mg kalsium siklamat dua air Kristal.
b. Penetapan kadar siklamat dengan metode gravimetric
Pipet sejumlah larutan yang setara dengan 100 mg siklamat, tambahkan 50 ml air, 10 ml
HCl 10% dan BaCl 10%, aduk dan biarkan selama 30 menit. Jika terjadi endapan, saring
dan cuci endapan dengan air. Kedalam filtrate tambahkan 10 ml natrium nitrit 10%,
panaskan di atas penangas air sampai larutannya jernih. Kumpulkan endapan barium
sulfat pada krus Gooch hingga bebas klorida. Keringkan, pijarkan dan timbang.
c. Penetapan kadar siklamat dengan metode spektrofotometri
Pipet larutan yang setara dengan 150 mg kalsium siklamat, masukkan ke dalam corong
pisah, tambahkan tiga kali masing-masing 50 ml kloroform, setiap kali buang lapisan
kloroformnya. Saring dari air melalui kertas saring kecil yang sebelumnya telah dibasahi
dengan air. Cuci kertas saring beberapa kali, encerkan filtrate dengan air hingga 100 ml.
ukur absorbansinya pada panjang gelombang 266 nm menggunakan blangko air.
14 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KADAR CAMPURAN OBAT DALAM SEDIAAN FARMASI
DENGAN METODE TITRIMETRI
Maksud Percobaan : mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa obat
dalam suatu sediaan campuran dengan menggunakan metode titrimetri.
Tujuan porcobaan
1. Menentukan kadar asam salisilat dari suatu campuran dengan menggunakan metode
bromometri.
2. Menentukan kadar total asam salisilat dan asam benzoate dengan menggunakan
metode alkalimetri
3. Menentukan kadar asam benzoate dengan menggunakan kadar total asam dengan
kadar asam salisilat
Prinsip percobaan
1. Penetapan kadar campuran senyawa obat dengan struktur yang berbeda berdasarkan
perbedaan metode alkalimetri
2. Penetapan kadar asam salisilat dan asam benzoate dengan metode alkalimetri
menggunakan larutan titer NaOH 0,1 N dan indicator fenolftalein dimana titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
3. Penentuan kadar asam salisilat berdasarkan metode bromometri dimana sampel
dititrasi kembali dengan natrium tiosulfat 0,1 N setelah ditambahkan KBrO3, dimana titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
Prosedur percobaan
15 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0