Anda di halaman 1dari 15

SEMESTER GENAP 2019/2020

PENYUSUN :

PROF. DR. TADJUDDIN NAID, M.Sc., Apt


NUR ALIM, S.Si., M.Si., Apt.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2020

1|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………………….…… i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………….…. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………….… iii
Percobaan I Penentuan kadar senyawa obat golongan asam ……………………………..……… 1
Percobaan II Penentuan kadar senyawa obat golongan antibiotik ……………………………… 3
Percobaan III Penentuan kadar senyawa obat golongan vitamin ………………………………… 5
Percobaan IV Penentuan kadar senyawa obat golongan alkaloid ……………………………….. 7
Percobaan V Penentuan kadar bahan tambahan obat dan makanan golongan pemanis
buatan ………………………………………………………………………………………………….. 10
Percobaan VI Penentuan kadar campuran obat dalam sediaan farmasi dengan metode
Titrimetri ……………………………………………………………………………………………….. 12

KATA PENGANTAR

2|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas
selesainya penyusunan buku penuntun praktikum Analisis Farmasi Lanjutan, yang
diperuntukkan bagi mahasiswa Farmasi Universitas Islam Makassar. Buku ini merupakan
revisi dari edisi sebelumnya yang mengalami beberapa kebutuhan yang disesuaikan
kebutuhan kompetensi mahasiswa farmasi. Praktikum Analisis Farmasi Lanjutan
dikhususkan pada analisis kuantitatif senyawa obat, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran. Metode penetapan kadar diberikan dalam bentuk titrimetri, gravimetrik,
kromatografi maupun instrumental. Senyawa obat yang diperiksa digolongkan berdasarkan
kesamaan struktur dan farmakologinya. Dalam buku ini pula dilengkapi dengan analisis
bahan tambahan makanan yang juga masih menjadi ruang lingkup pengontrolan kualitas
farmasi di masyarakat.
Tujuan pembuatan buku penuntun ini adalah untuk mengarahkan praktikan agar
lebih sistemik dalam melaksanakan praktikum. Buku ini juga memuat tujuan dan prinsip
dasar untuk setiap kegiatan yang harus dipahami pada setiap praktikum.
Kami menyadari dalam buku penuntun ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu saran yang membangun kami harap untuk melengkapinya.

Makassar,30 APRIL 2020


Penyusun

3|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR SENYAWA OBAT GOLONGAN ASAM

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :


- Mengenali golongan obat berdasarkan strukturnya
- Menentukan metode pengukuran kadar senyawa obat golongan asam
- Menentukan kadar salah satu senyawa obat golongan asam dalam bentuk sediaan
farmasi dengan metode yang cocok sesuai buku resmi
- Menentukan metode penetapan kadar utama dan alternatif
- Menentukan kadar senyawa obat secara infitro dan menggunakan instrument

TEORI UMUM
Obat-obat ini dikelompokkan berdasarkan kesamaan strukturnya (asam hidroksi benzoate)
memiliki khasiat analgetik yang berbeda-beda misalnya asam salisilat sebagai keratolitik,
asetosal sebagai analgetik, asam metil atau propilhidroksi benzoate sebagai antibakteri, dll.
Karena semua asam hidroksi berzoate dan turunannya yang gugus karboksilnya tidak
tersubstitusi mana dapat diterapkan secara langsung dengan titrasi langsung menggunakan
baku anak (NaOH) dengan indicator fenolftalein atau metode alkalimetri.

Asam hidroksi benzoat juga dapat ditetapkan kadarnya dengan metode alternative seperti
metode :
- Bromometri
Metode ini umumnya diterapkan untuk senyawa fenol dan dapat digunakan untuk ester
asam hidroksi benzoate karena memiliki gugus fenol. Ester dari asam hidroksibenzoat
perlu dihidrolisi lebih dahulu sebelum dilakukan brominasi. Metode ini sangat cocok
untuk penetapan fenil salisilat dan nipagin. Nipagin dalam sediaan farmasi jumlahnya
sangat sedikit oleh karena itu diperlukan metode yang peka, salah satunya dengan
metode ini.
- Iodometri
Metode ini berdasarkan reaksi asam hidroksibenzoat dengan iodium dalam suasana
basa membentuk tetraiodofenilenkuinon berupa endapan merah.
- Titrasi Bebas Air (TBA)
Dalam pelarut basa gugus hidroksifenol dapat dititrasi sebagai asam sebaik gugus
karboksilat. Metode ini dapat diterapkan pada asam salisilat yang dilarutkan dengan
dimetilformamide dan dititrasi dengan natrium metoksida dan indicator azo violet, atau
dalam asetonotril dengan titran natriummetilat dalam benzene methanol dengan
indicator biru timol.
- Spektrofotometri UV
Asam hidroksibenzoat juga dapat ditetapkan dengan metode spektrofotometri
ultraviolet dan visible (sinar tampak)

4|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


Tabel panjang gelombang maksimal asam hidroksibenzoat dan turunannya pada daerah
UV :

NO SENYAWA LARUTAN λ MAKS KET.


1 Aetosal Kloroform 278 nm Tidak ada serapan
dalam air
2 Asam salisilat Air pH 5-8 296 nm
Kloroform 308 nm
Air pH 1-6 298 nm
3 Para-hidroksibenzoat Alkohol 255 nm
Alkohol + NaOH 301 nm
4 Asam parahidroksibenoat Air pH <7 255 nm
5 Asam para aminosalisilat Air pH 7 265 nm

PERCOBAAN
Lakukan penetapan adar asam salisilat dalam sediaan farmasi (bedak tabor atau salep),
lakukan ekstraksi jika perlu, selanjutnya lakukan penetaan kadar dengan prosedur berikut :
a. Penetapan kadar asam salisilat secara titrimetri
Ditimbang seksama lebih kurang 250 mg zat, larutkan dalam 15 ml etanol 95% yang
telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8-8,4) tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan
NaOH 0,1 N menggunakan indicator merah fenol.
Tiap 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,82 mg asam salisilat.
b. Penetapan kadar asam salisilat secara spektrofotometri visible
Penyiapa kurva baku : timbang dengan seksama 200 mg asam salisilat yang telah
dipanaskan pada suhu 100oC selama 1 jam, larutkan dalam 15 ml alkohol dalam labu
takar 1 L, tambahkan air sampai batas tanda. Ambil 5, 10, 15, 20 dan 25 ml alikuot,
masukkan dalam labu takar 100 ml. tambahkan 5 ml feri nitrat 1% dalam asam nitrat 1%
selanjutnya larutan tersebut ditambahkan air sampai batas tanda. Larutan akhir ini harus
berada pada pH optimum (pH 5-6). Baca absorbannya pada panjang gelombang 525 nm
terhadap blanko. Pada buku ini masing-masing mempunyai kadar 1, 2, 3, 4, dan 5.
Penyiapan sampel : timbang dengan seksama sejumlah sampel setara dengan 200 mg
asam salisilat larutkan dalam 15 ml alkohol dalam labu takar 1L, tambahkan air sampai
batas tanda. Ambil 25 ml alikuot masukkan dalam labu takar 1 L, tambahkan air sampai
batas tanda. Ambil 250 ml masukkan dalam labu takar 100 ml, tambahkan 5 ml feri nitra
1% dalam asam nitrat 1% selanjutnya larutan tersebut ditambahkan air sampai batas
tanda. Larutan akhir ini harus berada pada pH optimum (ph 5-6). Absorbansi sampel ini
harus masuk pada kisaran absorbansi kurva baku, jika tidak masuk maka dapat diatur
dengan menambah atau mengurangi pengambilan alikuot tersebut.

PERCOBAAN II

5|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


PENENTUAN KADAR SENYAWA OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :


- Mengenali golongan obat berdasarkan strukturnya
- Menentukan metode penetapan kadar senyawa obat golongan antibiotik
- Menentukan kadar kloramfenikol dalam sediaan farmasi
- Menentukan metode penetapan kadar utama dan alternatif
- Menentukan kadar senyawa obat secara infitro dan menggunakan instrument

TEORI UMUM
Antibiotic merupakan senyawa khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh mikroorganisme
hidup termasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik yang dalam kadar rendah
mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesien atau lebih
mikroorganisme. Penetapan hayati suatu antibiotic merupakan metode yang paling cocok.
Metode ini merupakan pilihan pertama dari suatu antibiotic baru untuk menetapkan
potensinya dinyatakan dalam satuan unit. Jika keadaan memungkinkan baru ditetapkan
secara kimia.
Penetapan kimia makin sering digunakan sebab mempunyai ketelitian tinggi, waktu analisis
cepat dan lebih obyektif sehingga bisa menggantikan penetapan secara hayati. Dengan
mempelajari sifat kimiawi dan rumus bangun dari suatu antibiotic maka dapat disusun
penetapan kimiawi yang lebih baik. Metode yang paling baik adalah metode yng dapat
menetapkan suatu senyawa secara kulatitatif tanpa diganggu oleh hasil peruraian atau
senyawa lain yang punya sifat kimiawi serupa.
Kolrafenikol dapat ditetapkan kadarnya secara kimia dengan metode :
- Titrasi bebas air berdasarkan titrasi amina primer dari kloramfenkol yang terbentuk pada
suasana asam.
- Nitritometri karena adanya gugus nitro aromatis yang dapat direduksi menjadi amin
aromatic primer
- Bromometri, berdasarkan reaksi gugus amin aromatis primer dengan titran
- Argentometri, berdasarkan pemijaran kloramfenikol bersama Na 2CO3 dan CaCO3 menjadi
NaCl yang selanjutnya ditetapkan dengan argentometri
- Spektrofotometri UV berdasarkan absorbansi gugus p-nirofenil pada panjang gelombang
278 nm.

PERCOBAAN
a. Penetapan kadar kloranfenikol secara nitrimetri
Timbang seksama 500 mg kloramfenikol larutkan dalam 20 ml asan klorida pekat
kemudian tambahkan 500 mg debus eng sedikit demi sedikit. Tambahkan 15 ml asam
klorida pekat biarkan selama 1 jam. Saring melalui kapas, cuci 3 kali tiap kali dengan 5 ml
air. Dinginkan hingga suhu 15oC, letakkan pada bejana berisi es. Titrasi perjahan dengan
baku natrium nitrit 0,1 M hingga 1 tetes larutan segera memberikan warna biru segera

6|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


pada kertas kanji iodide. Titrasi danggap selesai jika titik akhir titrasi dapat ditunjukkan
lagi setelah larutan dibiarkan selama 5 menit.
Tiap ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 32,31 mg kloramfenikol.
b. Penetapan kadar kloramfenikol dengan metode spektrofotometri UV
Ditimbang dengan seksalam lebih kurang 30 mg kloramfenikol, larutkan dalam etanol
mutlak secukupnya. Encerkan dengan air hingga 100 ml. ukur absorbansinya pada
panjang gelombang 271 nm.
c. Penetapan kadar tetrasiklin dengan metode spektrofotometri UV
Timbang dengan seksama lebih kurang 25 mg tetrasiklin hidroklorida, larutkan dalam 25
ml air, encerkan dengan air hingga 250 ml. pipet 1 ml larutan tambahkan 75 ml air, 5 ml
natrium hidroksida 5N dan air secukupnya hingga 100 ml. setelah tepat 6 menit dari
penambahan natrium hidroksida, baca absornnya pada panjang gelombang 380 nm
terhadap blanko.

PERCOBAAN III

7|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


PENENTUAN KADAR SENYAWA OBAT GOLONGAN VITAMIN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :


- Mengenali golongan obat berdasarkan aktivitas farmakologinya
- Menentukan metode penetapan kadar senyawa obat golongan vitamin
- Menentukan kadar vitamin C dalam sediaan farmasi
- Menentukan metode penetapan kadar utama dan alternatif
- Menentukan kadar senyawa obat secara infitro dan menggunakan instrument

TEORI UMUM
Vitamin merupakan senyawa organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim
metabolism.
Vitamin dibagi dalam dua golongan berdasarkan kelarutannya :
a. Vitamin larut air meliputi vitamin B dan C
b. Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K
Meskipun vitamin dikelompokkan karena persamaan aktifitas farmakologik atau fungsinya
dalam metabolism namun tidak satpun vitamin memiliki kesamaan struktur kimia atau sifat
kimia, oleh karena itu penetapan kadarnya tergantung pada struktur dari masing-masing
vitamin.
- Vitamin A ditetapkan kadarnya dengan metode spektrofotometri UV atau dengan
metode kolorimetri Carr-price
- Vitamin B (tiamin HCl) ditetapkan kadarnya dengan metode spektrofotometri,
kolorimetri, aside-alkalimetri, TBA, argentometri dan gravimetric
- Vitamin B2 (riboflavin) dengan metode florometri dan spektrofotometri
- Vitamin B6 (piridoksin) dengan metode spektroftometri, kolorimetri dan TBA
- Vitamin B12 (sianokobalamin) dengan metode spektrofotometri
- Vitamin C dengan metode iodometri, 2,6-diklorofenolindofenol, kolorimetri dan
spektrofotometri.
- Vitamin E dengan metode serimetri dan spektrofotometri.

PERCOBAAN
a. Penetapan kadar vitamin B1 dengan metode aside-alkalimetri
Timbang dengan seksama lebih kurang 500mg tiamin HCl, larutkan dalam air bebas CO2,
titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indicator biru bromtimol.
Tiap ml NaOH 0,1 N setara dengan 33,70 mg tiamin HCl.
b. Penetapan kadar vitamin C dengan metode iodometri
Timbang seksama lebih kurang 400 mg asam askorbat, larutkan dalam campuran terdiri
dari 100 ml air bebeas CO2 dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi segera dengan iodium
0,1 N menggunakan indicator kanji smpai terbentuk warna biru tetap.
Tiap ml iodium 0,1N setara dengan 8,806 mg asam askorbat.

8|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


c. Penetapan kadar vitamin B6 dengan metode spektrofotometri UV
Timbang dan serbukkan 20 tablet, pada sejumlah serbuk yang ditimbang seksama setara
dengan lebih kurang 25 mg piridoksi HCl. Tambahkan 50 ml asam klorida 0,1 N sambil
diaduk aduk. Encerkan dengan asam klorida 0,1 N hingga 100 ml. Ukur absorbansinya
menggunakan kuvet dengan ketebalan 1cm pada panjan gelombang maksimum 291 nm.

9|Penuntun Analisis Farmasi Lanjutan UIM Tahun 2020


PERCOBAAN IV

PENENTUAN KADAR SENYAWA OBAT GOLONGAN ALKALOID

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :


- Mengenali golongan obat berdasarkan strukturnya
- Menentukan metode penetapan kadar senyawa obat golongan alkaloid
- Menentukan kadar alkaloid xantin dalam sediaan farmasi
- Menentukan metode penetapan kadar utama dan alternatif
- Menentukan kadar senyawa obat secara infitro dan menggunakan instrument

TEORI UMUM
Alkaloid meupakan senyawa organic bersifat basa yang dihasilkan oleh sejumlah tanaman.
Kadar alkaloid dalam tanaman sangat bervariasi tergantung pada cara penanaman dan
waktu panen. Kebanyakan metode dalam farmakope merupakan metodeuntuk penetapan
alkaloid jumlah. Pada kenyataannya masing-masing alkaloid memiliki aktifitas farmakologi
yang berbeda.
a. Alkaloid kina
Alkaloid kina diperoleh dari kulit akar, kulit batang, dan kulit cabang Cinchona
succirubra, Chincona ledgeriana, Cinchona calisaya. Alkaloid utamanya pada kulit adalah
kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin. Di dalam kulit kina alkaloid tersebut terdapat
sebagai garam dengan asam organic dan sebagai kompleks dengan penyamak. Oleh
karena itu sebelum dilakukan penyaringan dengan pelarut organic, terlebih dahulu perlu
diadakan pemecahan ikatan kompleks itu dengan penambahan asam atau basa.
Metode penetapan kadar alkaloid kina :
- Penatakan kadar alkaloid total
Metode ini merupakan cara pendekatan untuk mengetahui kadar alkaloid jumlah
yang dihitung sebagai kinin dalam kulit kina. Semua alkaloid akan masuk dalam
penyari pelarut organic setelah sebelumnya alkaloid dipecah ikatannya dengan
asam. Setelah melalui ekstraksi kadar alkaloid total yang dihitung sebagai kinin
ditentukan dengan metode titrasi menggunakan asam klorida dan indicator metil
merah.
- Penetapan kadar masing-masing alkaloid penyusun
Untuk penetapan kadar masing-masing alkaloid utama perlu tahap pemisahan baik
dengan pengendapan maupun dengan kromatografi seperti KLT atau HPLC.
Sedangkan untuk alkaloid dalam keadaan tunggal atau tidak tercampur maka dapat
ditetapkan dengan spektrofotometri UV
b. Alkaloid xantin
Xantin merupakan turunan alamiah purin, enyawa xantin yang banyak digunakan adalah
kofein (1,3,7 trimetil xantn), teobromin (1,3 dimetil xantin), dan teofilin (3,7 dimetil
xantin). Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan pKb antara 13-14. Teofilin dan

10 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9. Kofein merupakan basa
lemah dan garamnya mudah terurai di dalam air.
Metode penetapan kadar alkaloid xantin dapat dilakukan sbb :
- Argentometri
Metode ini berdasarkan reaksi teofilin dan teobromin dengan AgNO3 membentuk
endapan dalam suasana basa, sedangkan kofein tidak membentuk endapan karena
tidak memiliki atom hydrogen yang dapat dilepaskan.
- Iodometri
Prinsip penetapan kadar berdasarkan reaksi kofein dalam suasana basa dengan iod
membetuk endapan periodida. Teobromin juga mengalami reaksi serupa
- Titrasi bebas air
Semua jenis xantin dapat dititrasi sebagai basa dalam pelarut bebas air
- Spektrofotometri
Turunan xantin menyerap kuat terhadap cahaya ultraviolet. Pada pH 6 kofein,
teobromin, dan teofilin menunjukkan absorbansi maksimum pada panjang
gelombang antara 272-273 nm. Perubahan pH larutan hanya sedikit menggeser
kedudukan maksimumnya.

PERCOBAAN
a. Penetapan kadar alkaloid jumlah dalam kulit kina
Timbang seksama lebih kurang 2,5 gram serbuk (40/60), campur dengan 1 ml asam
format dan 18 ml air, panaskan di atas penangas air dalam botol 200 ml selama 30
menit, dinginkan. Tambahkan 80 g eter, 40 g kloroform dan 10 ml NaOH 30%, kocok
selama 30 menit, tambahkan 4 gram serbuk tragakan, kocok kuat-kuat. Saring filtrate
sebanyak mungkin ke dalam labu yang telah ditera, timbang, suling hingga sisa beberapa
ml. panaskan perlahan-lahan dengan pertolongan aliran udara bebas CO2. Titrasi
dengan HCl 0,1 N menggunakan indicator merah metal 2-3 tetes hingga warna menjadi
merah, encerkan dengan 50 ml air bebas CO2 titrasi hingga warna kuning tepat berubah.
Tiap ml HCl setara dengan 32,41 mh alkaloid jumlah, dihitung sebagai kina.
b. Penetapan kadar teofilin dengan metode argentometri/nitrimetri
Timbang seksama lebih kurang 250 mg zat, tambahkan 50 ml air dengan 8 ml ammonia
encer. Hangatkan perlahan-lahan di atas penangas air hingga larut sempurna.
Tambahkan 20 ml AgNO3 0,1 N campur. Lanjutkan pemanasan di atas penangas air
selama 15 menit, dinginkan. Saring melalui kertas krus penyaring dengan pengisapan.
Cuci tiga kali, tiap kali dengan 10 ml air. Asamkan kumpulan filtrate dan air cucian
dengan HNO3 pekat. Tambahkan 2 ml besi (III) ammonium sulfat 8%. Titrasi dengan
ammonium tiosianat 0,1 N.
Tiap ml AgNO3 0,1 N setara dengan 18,02 mg teofilin.
c. Penetapan kadar teofilin dalam aminofilin secara spektrofotometri
Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel, larutkan dalam air dan encerkan dengan
air sampai 1 liter, saring. 50 ml filtrate pertama dibuang. Pada10ml filtrate ditambahkan

11 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
5 ml asam klorida pekat dan encerkan dengan air sampai 500 ml. ukur absorbansinya
pada panjang gelombang 270 nm terhadap blangko pelarut. Kurva baku dibuat dengan
teofilin yang diketahui kadarnya.

12 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR BAHAN TAMBAHAN OBAT DAN MAKANAN
GOLONGAN PEMANIS BUATAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :


- Mengenali golongan senyawa aditif obat dan makanan
- Menentukan metode penetapan kadar senyawa aditif obat dan makanan
- Menentukan kadar pemanis buatan siklamat dalam sediaan makanan
- Menentukan metode penetapan kadar utama dan alternatif

TEORI UMUM
Dalam proses industry makanan, seringkali pengusaha menggunakan bahan tambahan
makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk makanan. Penggunaan bahan tambahan
makanan diatur dalam peraturan pemerintah no. 28 tahun 2004 pasal 9, yakni setiap orang
yang memproduksi makanan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai
bahan tambahan makanan yang dinyatakan terlarang, dan wajib menggunakan bahan
tambahan makanan namun belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib
diperiksa keamanannya terlebih dahulu, dan dapat digunakan dalam kegiatan atau proses
produksi makanan untuk diedarkan setelah mendapat izin dari BPOM.
Batas maksimal penggunaan harian bahan tambahan pangan harus diperhatikan oleh para
produsen makanan maupun masyarakat. Hal ini penting untuk menghindari bahaya yang
ditimbulkan oleh penggunaan bahan tambahan makanan berlebihan. Bahan tambahan yang
dimaksud adalah bahan tambahan makanan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya
bagi kesehatan.
Pengetahuan tentang metode penetapan kadar bahan tambahan makanan dalam hal ini
sangat penting karena menjadi cara untuk mengetahui layak tidaknya suatu makanan yang
dipersyaratkan. Mengingat sangat banyaknya jenis bahan tambahan makanan yang
digolongkan sesuai fungsinya maka pemilihan metode penetapan kadarnya hanya dapat
dilakukan dengan melihat struktur kimianya.
Salah satu jenis bahan tambahan makanan adalah pemanis buatan, contohnya siklamat atau
natrium siklamat. Pemanis buatan biasa ditambahkan untuk makanan diet kalori tinggi.
Kemanisan siklamat kurang lebih 300 kali lebih manis daripada sukrosa sehingga biasanya
terdapat dalam makanan dengan kadar relative kecil. Siklamat dapat ditetapkan dengan
metode nitrimetri dan grafimetri (siklamat terurai menjadi sulfat yang diendapkan sebagai
barium sulfat)

PERCOBAAN
a. Penetapan kadar siklamat dengan metode nitrimetri
Timbang degan seksama lebih kurang 400 mg kalsium siklmat. Larutkan dalam campuran
50 ml air dan 5 ml asam klorida. Titrasi pada suhu kamar dengan natrium nitrit 0,1 M

13 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
menggunakan indicator lertas kanji iodide. Lakukan percobaan blangko. Tiap ml natrium
nitrit 0,1 M setara dengan 19,83 mg kalsium siklamat dua air Kristal.
b. Penetapan kadar siklamat dengan metode gravimetric
Pipet sejumlah larutan yang setara dengan 100 mg siklamat, tambahkan 50 ml air, 10 ml
HCl 10% dan BaCl 10%, aduk dan biarkan selama 30 menit. Jika terjadi endapan, saring
dan cuci endapan dengan air. Kedalam filtrate tambahkan 10 ml natrium nitrit 10%,
panaskan di atas penangas air sampai larutannya jernih. Kumpulkan endapan barium
sulfat pada krus Gooch hingga bebas klorida. Keringkan, pijarkan dan timbang.
c. Penetapan kadar siklamat dengan metode spektrofotometri
Pipet larutan yang setara dengan 150 mg kalsium siklamat, masukkan ke dalam corong
pisah, tambahkan tiga kali masing-masing 50 ml kloroform, setiap kali buang lapisan
kloroformnya. Saring dari air melalui kertas saring kecil yang sebelumnya telah dibasahi
dengan air. Cuci kertas saring beberapa kali, encerkan filtrate dengan air hingga 100 ml.
ukur absorbansinya pada panjang gelombang 266 nm menggunakan blangko air.

14 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KADAR CAMPURAN OBAT DALAM SEDIAAN FARMASI
DENGAN METODE TITRIMETRI

Maksud Percobaan : mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa obat
dalam suatu sediaan campuran dengan menggunakan metode titrimetri.
Tujuan porcobaan
1. Menentukan kadar asam salisilat dari suatu campuran dengan menggunakan metode
bromometri.
2. Menentukan kadar total asam salisilat dan asam benzoate dengan menggunakan
metode alkalimetri
3. Menentukan kadar asam benzoate dengan menggunakan kadar total asam dengan
kadar asam salisilat

Prinsip percobaan
1. Penetapan kadar campuran senyawa obat dengan struktur yang berbeda berdasarkan
perbedaan metode alkalimetri
2. Penetapan kadar asam salisilat dan asam benzoate dengan metode alkalimetri
menggunakan larutan titer NaOH 0,1 N dan indicator fenolftalein dimana titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
3. Penentuan kadar asam salisilat berdasarkan metode bromometri dimana sampel
dititrasi kembali dengan natrium tiosulfat 0,1 N setelah ditambahkan KBrO3, dimana titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.

Prosedur percobaan

1. Penentuan kadar total asam (asam salisilat + asam benzoate)


- 2,5 gram sampel dilarutkan dengan 50 ml campuran alkohol 96% dan eter sama
banyak (yang sebelumnya telah dinetralkan dengan fenolftalein)
- Campuran selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indicator fenolftalein.
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 12,21 mg asam benzoat
2. Penentuan kadar asam salisilat
- 2 gram sediaan dilarutkan dengan 20 ml campuran alkohol 96% dan eter, ekstraksi
dengan 10 ml larutan Na2CO3 0,5% kocok sampai 3 kali.
- Masukkan ke dalam labu tertutup gelas, tambahkan HCl 32% sampai tidak keluar gas
dan larutannya asam terhadap fenolftalein.
- Tambahkan NaOH 0,5 N sampai tetap alkalis, lalu tambahkan 20 ml KBrO3 0,1 N dan
1 gram KBr lalu tambahkan 5 ml HCl 32%. Kocok selama 15 menit, kemudian
tambahkan 10 ml larutan KI 10% dan dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1N.

15 | P e n u n t u n A n a l i s i s F a r m a s i L a n j u t a n U I M T a h u n 2 0 2 0

Anda mungkin juga menyukai