Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian setengan padat ini tidak menggunakan tenaga. Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep harus halus.( oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah salep yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserab oleh kulit. Dalam praktikum kali kita akan mengidentifikasi dan menetapkan kadar asam silisilat yang terdapat dalam sediaan salep. Metode yang digunakan pada prektikum ini yaitu metode volumetri dan spektrofotometri. Analisis secara volumetrik adalah analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara kwantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya. Suatu senyawa kimia biasanya di analisis melalui unsure, ion, radikal, atau gugusnya. Pada analisa senyawa organik secara volumetri biasanya dibagi berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi seperti aside-alkalimetri, pengendapan, oksidasi-reduksi, dan lain-lain.
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI Pada percobaan Identifikasi dan Penetapan Kadar Sediaan salep asam salisilat secara volumetri dan spektrofotometri ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada suatu sediaan salep memiliki kandungan asam Salisilat yang cocok sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan suatu sediaan. Untuk mengidentifikasi suatu sediaan kami menggunakan sampel salep nosib yang diujikan pada praktikum kali ini. Manfaat yang dapat diperoleh dalam praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui apakah kandungan yang terdapat pada suatu sediaan cocok dengan yang tercantum pada kemasan. 1.2 Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi kadar sediaan salep asam salisilat. 1.3 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk identifikasi kadar sediaan salep asam salisilat Nosib ®dan 2-4®menggunakan metode volumetri dan spektrofotometri.
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan aserilklorida didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol dan aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan antipiretik (Sumardjo, 2009). Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel, misalnya terhadap bahan-bahan atau sediaan yang digunakan di dalam farmasi, obat di dalam jaringan tubuh, dan sebagainya. Banyak sedikitnya sampel dan jumlah relatif analit penyusun sampel merupakan karakteristik yang penting dalam suatu metode analisis kuantitatif. Metode-metode ini dapat digolongkan sebagai makro, semimikro, dan mikro tergantung pada banyak sedikitnya sampel. Banyak sedikitnya sampel yang diambil untuk analisis tergantung pada metode analisis yang akan digunakan. Suatu penentuan konsentrasi sekelumit secara spektrofotometri memerlukan suatu sampel makro, tetapi bila dilakukan secara kromatografi, cukup dengan sampel mikro (Gandjar, 2007). Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kuantitatif, yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. (Harjanti, 2008). Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi asam basa. Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik. Metil jingga merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan positif maupun negatif (Suirta, 2010). Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2010). Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan aserilklorida didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin.
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI Salol dan aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan antipiretik (Sumardjo, 2009). Ada beberapa metode analisis yang digunakan sesuai dengan kandungan zat yang akan dianalisis. Salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi asam basa dalam suatu larutan dapat menggunakan metode volumetri (Purwadi, 2007). Volumetrik adalah metode analisis yang kuantitatif berdasarkan pengukuran volume larutan.Titrasi adalah teknik dalam kimia analitik yang dilakukan dengan penambahan secara hati-hati sejumlah volume yang terukur dari suatu larutan yang diketahui dengan tepat konsentrasinya (larutan standar) (Purwadi, 2007). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada bebeapa pembatasan, yaitu sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yanglain dalam larutan tersebut, dan tidak terjadi fluororesensi atau fosforinses, serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisis zat tunggal atau analisis satu komponen; (2) analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen; dan (3) analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen) (Gandjar, 2007). Pada flouresensi, pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar terjadi dalam waktu yang sangat singkat setelah penyerapan (10-8 detik). Jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga berhenti.
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI Flouresensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energy elektonik singlet dalam suatu molekul. Supaya suatu molekul berflouresensi, maka molekul tersebut harus menyerap radiasi. Jika konsentrasi senyawa yang menyerap radiasi tersebut sangat tinggi, maka sinar yang mengenai sampel akan diabsorbso oleh lapisan pertama larutan dan hanya sedikit radiasi yang diserap oleh bagian lain sampel pada jarak yang lebih jauh (Gandjar, 2007). Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik (Supardani, 2006). Golongan analgesik non-narkotik seperti asam asetil salisilat ternyata memiliki khasiat anti inflamasi sehingga dapat digunakan untuk mengobati arthitis. Mekanisme Kerja obat ini belum jelas, walaupun diperkirakan dengan hubungan produksi atau penghantar hormon. Asam salisilat tersedia di alam dalam bentuk ester pada glikosida dan minyak atsiri. Metil ester terkandung dalam minyak gandapura dan minyak aromatik tumbuhan lainnya (Ruddy, 2009). Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptik lemak jika digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen, sehingga keratin terdistribusi di permukaan kulit yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan absorbsi ke dalam kulit. Selain itu, penggunaan jangka panjang pada daerah yang sama akan mengiritasi kulit sehingga menyebabkan dermatitis. Untukmengurangi sifat iritatif pada kulit, dilakukan usaha mikroenkapsulasi dalam bentuk sistem liposom Liposom tidak menimbulkan modifikasi kimia bahan obat dan dapat menjerat obat yang bersifat polar maupun yang bersifat non polar. Asam salisilat bersifat hidrofil, tetapi sukar larut dalam air. Dilain pihak asam
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI salisilat diharapkan terjerat dalam kompartemen air, karena asamsalisilat harus dalamkeadaan terlarut. Pelarut guna meningkatkan kelarutan asam salisilat (Panjaitan, 2008). 2.2 Uraian Bahan a. Salep Nosib® dan Salep 2-4®/ Salep As. Benzoat dan Salisilat (Acidi Benzoici et Salicylici Unguentum) [FI edisi IV halaman 40] Salep asam benzoat dan salisilat adalah asam benzoat, C7H6O2, dan asam salisilat, C7H6O3 dengan perbandingan lebih kurang 2 berbanding 1 yang dikandung dalam dasar salep yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% C7H6O2 dan C7H6O3 dari jumlah masing-masing seperti yang tertera pada etiket. Baku pembanding Asam benzoat BPFI; lakukan pengeringan di atas silica gel P selama 3 jam sebelum digunakan. Asam salisilat BPFI; lakukan pengeringan di atas silica gel P selama 3 jam sebelum digunakan. Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik, dan hindarkan dari suhu lebih dari 300. b. Aquadest ( Depkes RI, 1979 : 96 ) Nama Resmi : AQUA DESTILATA Nama Lain : Air Suling Rumus Molekul : H2O Berat Molekul : 18.02 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup c. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1979 : 421) Nama Resmi : NATRII HIDROCIDUM Nama Lain : Natrium Hidroksida Rumus Molekul : NaOH Berat Molekul : 40 Pemerian : bentuk batang massa hablur air keping- keping, keras dan rapuh dan
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan korosif segera menyerap karbondioksida. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air Kegunaan : Sebagai zat tambahan d. Eter ( Depkes RI, 1979 :66) Nama Resmi : AETHER ANAESTHETICUS Nama Lain : Eter Rumus Molekul : C4H10O Berat Molekul : 74,12 Pemerian : Cairan transparan, tudak berwarna, bau khas, rasa manis dan membakar, sangat mudahmenguap, sangat mudah terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogen oksida, pada kadar tertentu dapat meledak. Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur dengan etanol (95%)P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak, dan dengan minyak atsiri. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. e. Asam sulfat (Depkes RI, 1979 :58) Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM Nama Lain : Asam sulfat Rumus Molekul : H2SO4 Berat Molekul : 98,07 Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosit, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai zat tambahan 2.3 Prosedur kerja (Anonim, 2016) a. Identifikasi Asam salisilat Sampel salep sebanyak 1 gram diekstraksi dengan 30 mL petroliem eter lalu dipanaskan dalam penangas air sampai
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI melebur sempurna, fasa petroleum eter diperoleh dengan cara menuangkan.Selanjutnya diekstraksi dnegan NaOH 3 N sebanyak 3 kali.Fasa NaOH yang diperoleh diasamkan dengan H 2SO4 3 N dikocok kuat-kuat lalu diekstraksi dengan 20 mL kloroform sebanyak 3 kali dengan 20 mL eter.Fasa eter diuapkan pelarutnya sampai kering. 1. Hasil ekstraksi ditambah 1,0 mL air, lalu ditambah 1 tetes FeCl 3 terjadi warna biru violet. 2. Hasil ekstraksi ditambahkan perekasi Folin-Ciaocalteu menghasilkan warna biru. 3. Zat hasil ekstraksi ditambahkan 0,5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan 5 mL KOH-etanol 0,1 N terbentuk warna merah jingga. 4. Zat hasil ekstraksi ditambahkan aseton lalu ditetesi air dan didiamkan sejenak, diamati menggunakan mikroskop diperoleh Kristal berbentuk jarum tajam. 5. Tambahkan asam pada larutan pekat sampel, terbentuk endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada suhu 158 - 161ºC. 6. Zat hasil ekstraksi ditambahkan asam sulfat pekat dan methanol dipanaskan, tercium bau khas metil salisilat (gandapura). 7. Reaksi tetes zat dengan larutan NBD-klorida menghasilkan warna kuning sitrun. b. Penetapan Kadar asam salisilat secara Volumetri 1. Lakukan penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan salep setara dengan 3 gram asam salisilat (lakukan ekstraksi seperti pada bagian III A).
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI 2. Ekstrak kering sampel dilarutkan dalam 15 mL etanol (95%) P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, ditambahkan 20 mL aquades. 3. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,5 N menggunakan indicator merah fenol P. 4. Setiap 1 mL NaOH 0,5 N setara dengan 69,06 mg C 7H6O3
( N X V ) NaOH X Berat asam salisilat
Kadar asam salisilat ¿ x 100 berat sampel c. Penetapan Kadar asam salisilat secara spektrofotometri 1. Timbang seksama 100 mg asam salisilat murni, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL encerkan dengan larutan NaOH 0,1 N sampai batas tanda. 2. Pipet masing-masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL larutan dan encerkan dalam labu ukur 50 mL dengan larutan NaOH 0,1 N, maka diperoleh larutan baku dengan konsentrasi 20, 40, 60, 60, dan 100 ppm. 3. Ambil larutan 60 ppm dan ukur panjang gelombang maksimum asam salisilat. 4. Ukur larutan baku point 2 pada panjang gelombang maksimum dan hitung persamaan garis lurusnya. 5. Timbang sediaan salep (BS) berupa ekstraksi kering yang setara dengan 60 ppm asam salisilat setelah dilakukan pengenceran (volume ekstrak, VE) dengan larutan NaOH 0,1 N dalam labu ukur. 6. Ukur larutan sampel pada panjang gelombang maksimum dan tentukan nilai absorbansinya (ulangi perlakuan 6 sebanyak 3 kali). 7. Hitunglah kadar asam salisilat dalam sediaan salep.
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah corong, corong pisah, gelas kimia 250 mL, gelas arloji, labu ukur 100 mL, statif, spektrofotometri. 3.2 Bahan Praktikum AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA 15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aquades, Eter (C4H10O), larutan Asam Sulfat (H2SO4), kertas pH, Larutan Natrium Hidroksida (NaOH), sediaan salep Nosib ®, salep 2- 4®. 3.3 Cara Kerja a. Identifikasi Asam Salisilat Ditimbang sediaan salep asam salisilat sebanyak 2.0517 g menggunakan gelas arloji, kemudian diamsukkan sampel ke dalam gelas kimia 250 mL.Dilarutkan sampel dengan petroleum eter sebanyak 60 mL.Kemudian diapanaskan di atas waterbath sambil diaduk hingga homogen.Dipipet 6 mL NaOH kemudian masukkan ke dalam sampel secara perlahan – lahan sambil diaduk.Setelah itu dimasukkan sampel ke dalam corong pisah, corong pisah dikocok hingga terbentuk dua lapisan.Diambil lapisan bawah (eter) lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.Kemudian diulangi cara kerja mulai dari penambahan NaOH hingga diperoleh lapisan eter. Dimasukkan H 2SO4 hingga asam, kemudian ditambahkan 10 mL eter.Dimasukkan ke dalam corong pisah, lalu dikocok kuat – kuat hingga terbentuk 2 lapisan.Dipisahkan larutan eter dan NaOH. Kemudian diulangi cara tersebut sebanyak 2 kali. Dikeringkan menggunakan hairdryer, hingga diperoleh ekstrak kering.Dimasukkan ekstrak kering ke dalam tabung reaksi.Siapkan 3 tabung reaksi, masukkan ekstrak ke dalam masing – masing 3 tabung reaksi tersebut. Pada tabung 1 ditambahkan dengan air 1 mL dan FeCl 3akan menghasilkan warna violet. Pada tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi folin menghasilkan warna biru. Dan pada tabunng 3 ditambahkan 0.5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan 5 mL KOH-etanol 0.1 N terbentuk warna merah jingga.
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI b. Penetapan Kadar Asam Salisilat secara volumetrik Dilakukan penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan salep setara dengan 3 g asam salisilat, kemudian dilakuka ekstraksi. Ekstrak kering sampel dilarutkan dalam 15 mL etanol (95%) P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 mL aquades. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0.5 N menggunakan indikator merah fenol P. Setiap 1 mL NaOH 0.5 N setara dengan 69.06 mg C 7H6O3
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI BAB 4 HASIL PENGAMATAN 4.1 Tabel Pengamatan 4.1.1 Identifikasi Asam Salisilat a. Sediaan Salep Nosib® Perlakuan Hasil + 0.1 mL air + 1 Ungu violet tetes FeCl3 (Positif) + pereaksi Folin - kuning (negatif) Ciocalteu + 0.5 mL asam Merah jingga (positif) nitrat pekat +diuapkan sampai kering + 5 mL aseton + 5 mL KOH-etanol b. Sediaan Salep 2-4® Perlakuan Hasil + 0.1 mL air + 1 Ungu violet tetes FeCl3 (Positif) + pereaksi Folin - Kuning (negatif) Ciocalteu + 0.5 mL asam Merah jingga (positif) nitrat pekat +diuapkan sampai kering + 5 mL aseton + 5 mL KOH-etanol 4.1.2 Penetapan Kadar Asam Salisilat secara Volumetrik Dik : NaOH 0.5 N Volume titrasi 2 mL BST 69.06 mg Berat sampel 1009.6 mg
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI Dit : % Kadar Asam Salisilat ( V × N ) NaOH × berat setara asam salisilat kadar= × 100 berat sampel ( 2mL × 0.5 ) ×69.06 mg kadar= × 100 =6.84 1009.6 mg 4.2 Pembahasan Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat bersifat sukar larut dalam air. Apabila asam salisilat diformulasikan sebagai sediaan topical. Analisis volumetri merupakan bagian dari kimia analisis kuantitatif, di mana penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya, dibutuhkan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan tadi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding. Pada praktikum ini dilakukan identifikasi asam salisilat dalam sediaan salep Nosib® dan 24®.Sampel tersebut diketahui
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI mengandung senyawa asam salisilat dan senyawa lainnya. Untuk dilakukanlah percobaan ini agar dapat memastikan bahwa salep tersebut mengandung asam salisilat atau tidak. Prinsip yang digunakan adalah prinsip reaksi warna, apabila sampel direaksikan dengan pereaksi tertentu, akan menghasilkan perubahan warna. Adapun pereaksi yang digunakan adalah Pada tabung 1 ditambahkan dengan air 1 mL dan FeCl 3 akan menghasilkan warna violet. Pada tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi folin menghasilkan warna biru. Dan pada tabung 3 ditambahkan 0.5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan 5 mL KOH-etanol 0.1 N terbentuk warna merah jingga. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna pada larutan titer yang telah ditambahkan indikator.Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna pada larutan titer yang telah ditambahkan indikator.Alasan penggunaan indicator penoftalein karena perubahan warnanya yang jelas yaitu pada titrasi alkalimetri warnanya dari tidak berwarna menjadi merah muda.Perubahan warna tersebut yang menandakan titik akhir titrasi. Pada percobaan ini indikator yang digunakan penolpthalin yang mempunyai trayek pH dari 8,3 sampai 10,0 dan perubahan warnanya dari tak berwarna sampai warnanya merah muda.dilakukan penetapan kadar asam salisilat menggunakan larutan baku sekunder NaOH. Penitrasian dilakukan dengan NaOH sehingga larutan mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Pada penentuan kadar asam salisilat dilarutkan dengan etanol netral 95 % dikarenakan kelarutan asam salisilat itu sendiri larut dalam etanol dan eter dan sukar larut dalam air. Sehingga hasil yang diperoleh untuk salep nosib ® dan 2-4® sama, yaitu pada tabung 1ditambahkan dengan air 1 mL dan FeCl 3
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI menghasilkan warna ungu violet (positif), Pada tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi folin menghasilkan warna kuning (negatif). Dan pada tabunng 3 ditambahkan 0.5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan 5 mL KOH-etanol 0.1 N terbentuk warna merah jingga.Dari semua pereaksi, hanya pereaksi folin yang menunjukan hasil negatif.Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor kesalahan. Hasil yang diperoleh untuk penetapan kadar salep asam salisilat secara volumetric adalah 6.84%. Adapun faktor kesalahan tersebut adalah kurang telitinya ddalam menambahkan pereaksi folin, bisa saja peraksi terlalu banyak ataupun terlalu sedikit sehiingga sampel dan pereaksi tidak beraksi menghasilkan warna biru.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI Untuk kedua sampel sediaan salep, Pada tabung 1 ditambahkan dengan air 1 mL dan FeCl 3 menghasilkan warna ungu violet (positif), Pada tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi folin menghasilkan warna kuning (negatif). Dan pada tabung 3 ditambahkan 0.5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan 5 mL KOH-etanol 0.1 N terbentuk warna merah jingga. Dan % kadar asam salisilat yang diperoleh secara volumetrik adalah 6.84%. 5.2 Saran Sebaiknya dalam praktikum harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, kelengkapan alat dan bahan harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Dan sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan pada saat praktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2016.“Penuntun Praktikum Analisi Farmasi”, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Harjanti, R.S., 2008, “Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma
domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal Rekayasa Proses”, Vol. 2, No. 2, Yogyakarta.
Khopkar, S. M., 2010, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Universitas
Indonesia Press,Jakarta.
Panjaitan, Elman, 2007, “Karakterisasi Fisik Liposom Asam Salisilat
Menggunakan Mikroskop Elektron Transmisi”, Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 9, No. 3, ISSN : 1411 – 1098, Tanggerang.
Purwadi, A., 2007, Kimia, PT. Grasindo: Jakarta
Ruddy., 2009, ”Kimia sintesis”,Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Suirta, I W., 2010, “Sintesis Senyawa Orto-Fenizalo-2-Naftol Sebagai
Indikator Dalam Titrasi, Jurnal Kimia”, Vol. 4, Universitas Udayana.
Sumardjo, Drs. D., 2009, Pengantar Kimia, EGC : Jakarta
Supardani., 2006, “Perancangan Pabrik Asam Salisilat dari Phenol”,
Jurusan Teknik Kimia, Yogyakarta
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI LAMPIRAN A. Gambar
AYU MELINDA NUR ASLAMAH HAMKA
15020140081 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI LAMPIRAN Skema Kerja 1. Identifikasi Asam Salisilat Ditimbang sampel salep sebanyak 2,0517 gram ↓ Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 30 mL petroleum eter ↓ Dipanaskan di atas penangas air sampai melebur sempurna ↓ Dimasukkan ke dalam corong pisah dan diekstraksi dengan 5 mL NaOH sebanyak 3 kali ↓ Fasa NaOH yang diperoleh ditambahkan H2SO4 dan diukur pHnya, jika sudah dalam suasana asam, dipindahkan ke dalam corong pisah ↓ Diekstraksi dengan eter 20 mL sebanyak 3 kali ↓ Fasa eter yang diperoleh kemudian diuapkan
2. Penetapan Kadar Asam Salisilat Secara Volumetri
Dilakukan penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan salep setara 3 gram asam salisilat (lakukan ekstaksi) ↓
Dilarutkan ekstrak kering sampel dalam 15 mL etanol (95%) P
hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, ditambakan 20 mL aquades ↓
Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,5 N menggunakan indikator
merah fenol P ↓
Dihitung kadar asam salisilat. Disetiap 1 mL NaOH 0,5 N setara dengan