Anda di halaman 1dari 31

RESUME FISIKA ZAT PADAT

Oleh

Nama : Denisa Rizka Maulia


NIM : 19033014
Prodi : Pendidikan Fisika
Dosen : Drs. Hufri M. Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
STRUKTUR KRISTAL

A. Keadaan Kristal

Suatu padatan dikatan menjadi kristal jika atom-atom penyusun padatan


tersusun sedemikian posisi masing-masing atom adalah sangat periodik, seperti
ditunjukkan gambar 1. Jarak antara dua atom tetangga terdekat sepanjang sumbu
x adalah ‘a’ dan sepanjang sumbu y adalah ‘b’ ( pada mana x dan y tidak harus
saling orthogonal). Sebuah kristal sempurna dipandang memiliki sifat periodik
pada kedua sumbu dari -∞ sampai ∞. Berdasarkan sifat periodisitasnya maka
atom A,B, C dan seterusnya adalah ekuivalen. Dengan kata lain pengamatan
atom-atom pada setiap titik kisi kristal adalah sama. Ide yang sama menunjukkan
bahwa sebuah kristal memlilki simetri translasi,

Gb. 1. Susunan priodik dari atom-atom kristal pada dua dimensi

berarti bahwa jika kristal ditranslasi oleh setiap vektor yang menghubungkan dua
atom katakanlah R dalam gambar 1.1 kristal tampat sama seperti sebelum
dilakukan trnslasi, dengan kata lain kristal memiliki sifat invarian terhadap
translasi.

B. Definisi pokok:
1. Kisi Kristal

Kisi (Lattice) adalah sebuah susunan titi-titik yang teratur dan periodik di
dalam ruang.
Pada kristal terdapat dua jenis kisi, yaitu:

a. Kisi Bravais, pada kisi bravais semua titik kisi ekuivalen (semua atom
dalam kristal sama /sejenis).

Gambar 2. Kristal dengan kisi bravais

b. Kisi non-Bravais, pada kisi non-Bravais beberapa titik kisi tidak sama,
kadang-kadang kelihatan seperti kisi dengan suatu basis.

Gambar 3. Kristal dengan kisi non-bravais

Tipe-tipe lattice dasar

a. Lattice (kisi) dua dimensi : ada lima (5) jenis, yaitu:


1) Kisi miring

2) Kisi bujursangkar

3) Kisi heksagonal
4) Kisi segipanjang

5) Kisi segipanjang berpusat

b. Lattice (kisi) Tiga dimensi : ada 7 sistem kristal dan 14 kisi bravais, yaitu :
1) Triklinik
2) Monoklin
3) Orthorombik
4) Tetragonal
5) Kubus
6) Trigonal
7) Heksagonal
2. Vektor basis

Didalam kristal terdapat kisi-kisi yang ekivalen yang sesuai dengan


lingkungannya dan diklasifisikan menurut simetri translasi. Operasi translasi kisi
didefinisikan sebagai perpindahan dari sebuah kristal oleh sebuah vektor
translasi Kristal

a. Untuk kisi dua dimensi (2D)


Ilustrasi struktur kristal dalam gambaran dua dimensi (2D) :
`T merupakan vektor translasi
A,B, dan C adalah atom Penyusun kristal a1 adalah jarak antara atom
Vektor posisi dari setiap titik kisi pada kisi dua dimensi yaitu :
T = n1a1 + n2a2
a, a1 dan a2 merupakan vektor translasi primitif, sedangkan n1 dan
n2 merupakan bilangan bulat yang nilainya bergantung pada
kedudukan titik kisi

b. untuk kisi tiga dimensi (3D)


Pada kisi tiga dimensi (3D), vektor posisi untuk titik-titik kisi yaitu:

T = n1a1 + n2a2 + n3a3

a1, a2 dan a3 adalah vektor translasi primitif

α, β, dan g adalah sudut yang dibentuk vektor a1, a2 dan a3


Selain simetri translasi, terdapat beberapa operasi lain yang membuat
kisi “invarian” (tidak berubah bentuknya dari semula), yaitu :

a. Refleksi : Pencerminan pada bidang (simbul : m)

b. Rotasi : Perputaran pada sumbu tertentu dgn sudut sebesar (2π/n) (simbul
n = 1,2,3,4,dan 6

c. Inversi : Pencerminan pada suatu titik tertentu (simbul : i)

d. Luncuran/Glide : Operasi gabungan antara refleksi dan translasi

e. Ulir/Screw : Operasi gabungan antara rotasi dan translasi

3. Sel satuan

Sel satuan adalah bangun parallelogram yang sisi – sisinya adalah vektor
a, b,
c.

Gambar 4. Sel satuan pada bangun parallelogram

Sel satuan merupakan bangun geometri terkecil dari suatu kristal, oleh
karena itu kisi dapat dipandang sebagai dari sejumlah besar satuan sel yang
tersusun dan ekuivalen, seperti pola mosaik.

4. Sel primitif dan non primitive


a. Sel primitive

Sel primitif adalah sel yang mempunyai luas atau volume terkecil, Sel
primitif dibangun oleh vektor basis atau disebut sel satuan (unit sel).
Gambar 5. Sel Primitif
Cara menentukan sel primitif dengan metoda wigner – seitz yaitu:

1) Ambil salah satu titik kisi sebagai acuan (biasanya di tengah)


2) Titik kisi yang diambil sebagai acuan dihubungkan dengan titik kisi
terdekat yang ada disekitarnya.
3) Di tengah-tengah garis penghubung,dibuat garis yang tegak lurus
terhadap garis penghubung.
4) Luas terkecil (2 dimensi) atau volume terkecil (3 dimensi) yang
dilingkupi oleh garis-garis atau bidang-bidang inilah yang disebut sel
primitive Wigner-Seitz
Contoh menggambar sel primitif dengan metode Wigner-Seitz :

Gambar 6.Menggambar sel primitive

b. Sel non primitive


Sel non-primitif adalah sel yang mempunyai luas atau volume bukan
terkecil . Sel non-primitf mempunyai luas atau volume yang besarnya
merupakan kelipatan sel primitif.

Gambar 7. Sel Non-Primitif

C. Sistem kristal dan kisi Bravais

Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem
kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal,
monoklin, dan triklin.

1. Sistem kristal kubus

Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta


memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan
(body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/
FCC). Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:

Kubus sederhana,

Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua
sudut (pojok) kubus.

Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus,
dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna
biru).
Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok
kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang
ditunjukkan dengan atom warna merah).

2. Sistem Kristal tetragonal

Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama
(a = b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal
tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan

Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana


masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya

Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus


berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada
atom warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
3. Sistem kristal Ortorombik

Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik


sederhana, body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna
merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat
muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan
memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.

4. Sistem kristal monoklin

Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana


dan berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna
hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
5. Sistem kristal triklin

Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.

6. Sistem kristal rombohedral atau trigonal

Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b
≠ c). sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
7. Sistem kristal heksagonal

Pada system kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa =


enam), maka system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki
dua nilai sudut yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang
rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada sudut-sudut (pojok)
heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi
heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).

Catatan : Jarak antara dua tetangga terdekat pada kisi sc adalah a, pada kisi bcc jarak

1 1 2
sebesar
a3 .Dan pada kisi fcc
ini 22
a
mla
h
teta
ngg
a
terd
ekat
pad
a
kisi
sc
adalah 6,pada kisi bcc adalah 8 dan pada kisi fcc 12. Dari penjelasan tersebut
tampaklah bahwa kisi fcc yang paling padat. Kepadatan kisi dinyatakan dengan
pengertian daya hasil penjejalan η (packing efficiency) yang dibataskan sebagai :

η=

Sistem penandaan untuk arah dan bidang Kristal Indeks miler digunakan
untuk notasi arah dan bidang Kristal. Indaks miler digunakan untuk unit cell kubus.

8. Arah Kristal
Gambar di bawah adalah sistem koordinat Cartesian dangan sumbu
X,Y,Z sejajar sisi – sisi unit cell kubus. Jika a b dan c masing – masing adalah
vektor satuan pada arah X,Y,Z dan u,v,w adalah proyeksi pada sumbu X,Y,Z
maka arah Kristal bias dinyatakan dengan cara sebagai berikut :
Gambar 2.10 Arah Kristal dalam unit cell kubus
Tanda <> digunakan untuk notasi himpunan arah Kristal yang ekuivalen,sebagai
contohnya :

Arah Kristal pada stuktur heksagonal diberi notasi menurut sistem Miler-Bravais
dengan sumbu a1,a2 dan a3 masing – masing membentuk sumbu 120 0 pada
bidang basal (dasar) dan sumbu z.
Tranformasi dari indeks miler ke indaks miler-Bravais sebagai berikut :
Gambar 2.11 Arah Kristal menurut indeks miler-Bravvais
Tranformasi arah [ 1 0 0 ] ke sistem struktur heksagonal akan menghasilkan [2 1
1 0 ] seperti pada gambar.

9. Bidang Kristal
Indeks miler untuk bidang Kristal dinyatakan dengan bentuk (h k l).
Prosedur untuk menentukan nilai h.k dan l sebagai berikut :
a. Cari titik potong bidang dengan sumbu X,Y dan Z misal a,b dan c
b. Ambil kebalikan nilai di atas yaitu : 1/a,1/b dan 1/c
c. Kalikan dengan kelipatan terkecil untuk mendapatkan bilangan integer
terkecil, sehingga menghasilkan : h, k dan l
d. Tulis dalam bentuk (h k l), tanpa koma

Gambar 2.12 Contoh – contoh penulisan indeks miler untuk bidang kristal

Gambar 2.12 adalah contoh – contoh indeks miler untuk bidang –


bidang yang penting pada Kristal. Bidang a pada bidang A di atas berpotongan
dengan sumbu X pada nilai 1 dan sejajar dengan sumbu Y dan Z sehingga

indeks miler bias ditulis: atau jika di tulis dalam indeks miler menjadi
(1 0 0).
Pada prinsipnya pemberian indeks miler untuk bidang Kristal pada unit
cell heksagonal sama seperti pada kubus dengan penambahan sumbu a3
sehingga

Gambar 2.13 Di bawah adalah contoh – contoh indeks miler-bravais


untuk bidang basal,prisma dan piramida pada struktur Kristal heksagonal.

Gambar 2.13 Contoh – contoh indeks miler-bravais untuk bidang


basal,prisma dan piramida pada struktur Kristal heksagonal
D. Beberapa struktur kristal sederhana:
1. Kubik (BCC, FCC)
a. Kubik BCC
Struktur Kristal BCC adalah struktur Kristal dimana didalam unit cell
terdapat 1 atom pada pusat kubus dan 1 atom pada tiap-tiap sudut kubus
seperti terlihat pada Gambar 2.7. berikut ini.

Gambar 2.7. Hubungan antara R dan a pada struktur BCC

Jumlah atom tiap unit cell adalah : 1 atom + 1/8 atom x 8 = 2


atom/unit cell sehingga volume atom tiap unit cell :

Dua karakteristik Kristal yang penting adalah bilangan koordinasi


(coordination number) dan factor kerapatan atom atau atomic packing factor
(APF). Bilangan koordinasi adalah jumlah atom tetangga terdekat yang
bersentuhan dengan suatu atom. Setiap atom pada BCC dikelilingi oleh 8
atom tetangga sehingga bilangan koordinasinya sama dengan delapan.

Factor kerapatan adalah fraksi volume atom di dalam unit cell atau
dinyatakan dengan persamaan :

b. Kubik FCC
Jika struktur Kristal logam mempunyai unit cell kubus dengan atom-
atom menempati pusat sisi (permukaan) kubus dan pada tiap-tiap sudutnya
terdapat atom-atom, maka struktur Kristal tersebut dinamakan struktur
Kristal FCC, seperti terlihat pada Gambar 2.8. dibawah ini.

Gambar 2.8. Hubungan antara a dan R pada struktur FCC

Hubungan antara jari-jari atom (R) dengan panjang sisi kubus (a) :
Volume unit cell

Jumlah atom tiap unit cell : ½ atom x 6 + 1/8 atom x 8 = 4 atom/unit


cell sehingga volume atom tiap unit cell :

4.(4/3) πR3 =
Bilangan koordinasi adalah pada struktur Kristal FCC adalah 12.
Factor kerapatan untuk struktur Kristal FCC :

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa APF untuk FCC lebih besar
daripada BCC sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur atom FCC lebih
rapat dibanding BCC.

2. Struktur NaCl, CsCl


a. Struktur NaCl

Keelektronegatifan atom Na dan Cl dalam skala Pauling


adalah 0,93 dan 3,16. Perbedaan keelektronegatifan kedua atom
adalah 2,23. Jadi senyawa NaCl adalah senyawa ionik yang terdiri

dari ion Na+ dan ion Cl-. Kisi kristal NaCl adalah kubus
berpusat muka (Face Centered Cubic) seperti pada gambar.
Gambar Kisi kristal NaCl, kubus berpusat muka (Face
Centered Cubic).

Ion-ion Na+ dan Cl- dengan bola-bol dan dihubungkan


dengan garis-garis. Garis-garis yang menghubungkan bola-
bola tersebut bukan lambang dari ikatan kovalen karena
ikatan antara ion- ion yang ada merupakan ikatan ionik.
Garis-garis tersebut digambarkan untuk memudahkan
dalam mengindentivikasi bentuk dari kisi kristal senyawa
ionik dan geometri yang terbentuk oleh suatu ion dengan
ion-ion yang muatannya berlawanan yang ada
disekitarnya pada jarak yang sama.

Susunan kubus berpusat muka ditunjukan dengan adanya

ion-ion Cl- pada pojok-pojok dan dipusat muka kubus atau

adanya ion-ion Na+ yang terdapat pada pojok dan dipusat muka
kubus. Jadi kristal ionik NaCl dapat dianggap terdiri dari kisi

kubus berpusat muka yang terdiri dari ion-ion Na + dan kisi

kubus berpusat muka dari ion-ion Cl- yang saling menembus.

Dalam kristal ionik, banyaknya anion yang mengelilingi


kation dengan jarak yang sama merupakan bilangan koordinasi
dari kation, sebaliknya banyakannya kation yang mengelilingi
anion dengan jarak yang sama merupakan bilangan koordinasi
dari anion.

b. Struktur CsCl

Keelektronegatifan atom Cs dan Cl dalam skala Pauling


adalah 0,79 dan 3,16. Perbedaan keelektronegatifan antara kedua
atom tersebut adalah 2, 37. Dengan demikian CsCl merupakan

senyawa ionik yang terdiri dari ion-ion Cs + dan Cl-. Kisi kristal
dari sesium klorida adalah kubus sederhana atau kubus primitif
(primitive cubic) seperti pada gambar.

Gambar kisi kristal sesium klorida (CsCl). Warna putih

yang ukurannya lebih kecil adalah Cs+, sedangkan warna hijau

yang ukuran ionnya lebih besar adalah ion Cl-

Kisi kristal sesium klorida bukan kubus berpusat badan


(Body Centerea cubic) karena ion yang terdapat pada pusat
kubus berbeda dengan ion yang terdapat pada pojok-pojok
kubis.
3. Struktur HCP

Beberapa logam mempunyai unit cell berbentuk hexagonal dengan


permukaan atas dan bawahnya terdapat enam atom yang mengelilingi atom pusat
seperti terlihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Struktur Kristal hexagonal rapat.


a. Ciri khas logam–logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam
lapisan tertentu terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom
pada lapisan berikutnya
b. Sel satuan HCP mempunyai enam (6) buah atom, yang diperoleh dari
jumlah dua-belas seperenam-atom pada dua belas titik sudut lapisan atas
dan bawah plus dua setengah-atom pada pusat lapisan atas dan bawah plus
tiga atom pada lapisan sela/tengah (12 1/6 + 2 1/2 + 3).

c. Jika a dan c merupakan dimensi sel satuan yang panjang dan pendek (lihat
Gambar 4), maka rasio c/a umumnya adalah 1.633. Akan tetapi, untuk
beberapa logam HCP, nilai rasio ini berubah dari nilai idealnya.

d. Bilangan koordinasi struktur HCP dan faktor tumpukannya sama dengan


struktur FCC, yaitu 12 untuk bilangan koordinasi dan 0.74 untuk faktor
tumpukan.

4. Struktur Intan

Intan adalah salah satu alotropi dari karbon. Karbon dengan nomor atom
6 memiliki konfigurasi elektron 2, 4. Ada 4 elektron pada kulit terluar atom
karbon dan ketika membentuk struktur intan, 4 elektron ini akan dipakai untuk
membentuk 4 buah ikatan kovalen tunggal dengan 4 atom karbon lainnya.

Perhatikanlah gambar berikut yang menunjukkan unit terkecil dari ikatan


kovalen tunggal antara karbon – karbon dalam struktur intan (diamond).

Jika kita perhatikan, pada struktur diatas, ada karbon yang tidak
membentuk 4 buah ikatan kovalen tunggal dengan atom karbon lainnya. Tetapi
jangan pusing dulu ya! Ingat struktur diatas hanyalah menampakkan unit terkecil
dari struktur kovalen raksasa yang dimiliki oleh intan.

Struktur diatas akan berkembang menjadi struktur raksasa dalam ruang


tiga dimensi. Kita tidak mengatakan bahwa struktur raksasa intan itu adalah
sebuah molekul karena jumlah atom karbon yang bergabung membentuk intan
sebernarnya sangat bervariasi – tergantung pada ukuran dari kristalnya.

Sifat – sifat fisika dari Intan (diamond)

a. Intan memiliki titik leleh yang super tinggi (hampir 4000 degC). Hal ini
disebaban karena ikatan kovalen antaran karbon – karbon penyusun intan
sangatlah kuat yang hanya akan pecah ketika padatannya dipanaskan sampai
titik lelehnya.
b. Intan juga merupakan padatan yang sangat keras. Sekali lagi, hal ini
disebabkan oleh kuatnya ikatan kovalen antara karbon – karbon penyusun
struktur intan.
c. Intan tidak menghantarkan listrik. Hal ini disebabkan karena semua elektron
di ikat dengan sangat kuat diantara atom – atom karbon sehingga tidak ada
elektron yang dapat bergerak bebas.
d. Intan juga memiliki sifat tidak larut didalam air atau pelarut organik lainnya.
Hal ini disebabkan karena tidak ada kemungkinan munculnya gaya antar
molekul yang terjadi antara pelarut dengan atom – atom karbon penyusun
intan. Kalian tahu bahwa, melarutnya suatu zat dalam pelarut disebabkan
oleh adanya gaya antar molekul yang terjadi diantara kedua zat.
REFERENSI

C. Kittel. 1986. Intruduction to Solid State Physics, 6-edition. California: john Willey
&Sons, Inc.

Nyoman, S. 1989. Pengantar Fisika Zat Padat. Jakarta: P2LPTK Dikti.

Parno. 2006. Fisika Zat Padat. Malang: Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Malang.

Wiendartun. 2002. Diktat Fisika Zat Padat I. Bandung: UP

Anda mungkin juga menyukai