Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan bahan tambahan farmasetik yang sesuai. Tablet dapat

berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya

hancur juga dalam aspek lain nya tergantung pada cara pemakaian tablet

dan metode pembuatannya (Ansel, 1985: 244). Dalam proses pembuatan

tablet biasanya dibutuhkan bahan tambahan untuk membantu agar tablet

yang dibentuk memenuhi persyaratan yang diinginkan. Bahan tambahan

tersebut meliputi bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pelicin dan

penghancur atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979: 6).

Tujuan desain tablet adalah untuk memberikan obat melalui mulut

dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang

tepat, di tempat yang diinginkan juga mempunyai integritas kimia yanng

dilindungi. Tablet harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang

mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan,

pelunturan/pemucatan, dan kontaminasi. Tablet harus sanggup menahan

guncangan mekanik selama produksi, pengempakan, serta tablet harus

mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan

kelengkapan fisiknya (Lachman, 1994:41).

1
2

Zat pengikat dimasukkan agar tablet tidak pecah atau retak dan

dapat melekat (Anief, 2006: 211). Salah satu zat pengikat yang sering

digunakan adalah pati. Pati adalah satu substansi yang paling banyak

terdapat di alam. Pati dibentuk pada tanaman yang berwarna hijau melalui

proses fotosintesis. Sumber-sumber pati banyak terdapat pada biji-bijian

dan umbi-umbian salah satunya beras merah (Oryza nivara).

Penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pati beras

merah sebagai bahan pengikat dengan kadar 10%, 15% dan 17,5% pada

sifat tablet Ibuprofen dengan metode granulasi basah. Pada penelitian ini

zat aktif yang digunakan adalah ibuprofen yang mempunyai khasiat

analgetik antipiretik. Ibuprofen merupakan obat yang sering digunakan

masyarakat karena memiliki khasiat analgetik yang lebih besar.

Di Indonesia banyak tanaman yang menghasilkan pati, di antaranya

tanaman beras. Salah satu jenis beras yang digunakan sebagai penghasil

pati adalah beras merah (Oryza nivara). Penggunaan pati beras merah

( Oryza nivara ) sebagai bahan pengikat diharapkan dapat alternative

produksi tablet Alasan tersebut di atas mendorong penulis untuk meneliti

penggunaan pati beras merah sebagai bahan pengikat dalam pembuatan

tablet Ibuprofen.
3

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan pati beras merah sebagai bahan pengikat dapat

berpengaruh terhadap sifat fisik tablet ibuprofen dengan menggunakan

metode granulasi basah ?

2. Berapa konsentrasi pati beras merah sebagai bahan pengikat yang

menghasilkan tablet ibuprofen dengan sifat fisik paling baik ?

1.3 Batasan masalah

a. Sampel yang digunakan adalah pati beras merah (Oryza nivara)

sebagai bahan pengikat dan ibuprofen sebagai zat aktif tablet.

b. Metode pembuatan tablet ibuprofen yaitu dengan cara metode

granulasi basah.

c. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian granul adalah waktu

alir granuul, sudut diam granul, pengetapan granul dan pengujian

tablet yang meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, waktu

hancur tablet dan kerapuhan tablet.


4

1.4 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan pati beras merah dapat

digunakan sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet

ibuprofen dengan metode granulasi basah.

2. Mengetahui kadar pati beras merah sebagai bahan pengikat yang

paling baik pada tablet ibuprofen dengan metode granulasi basah.

1.5 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Menambah khasanah pengetahuan dibidang kefarmasian tentang

bahan pengikat yang diperoleh dari alam, khususnya pati beras merah

sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet.

2. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah.

3. Memberikan informasi mengenai kadar pati beras merah sebagai

bahan pengikat yang paling baik untuk digunakan dalam pembuatan

tablet.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beras Merah

2.1.1 Klasifikasi

Gambar 1. Beras merah ( Oryza nivara )

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Sub divisio : Spermatophyta

Devisi : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza nivara (Paztmo, 1998:2).

5
6

2.1.2 Deskripsi

Beras merah merupakan hasil tanaman dari rumput-

rumputan (poaceae). Cara memperolehnya sama dengan beras

biasa setelah tanamannya berbuah dijemur kemudian kulitnya

dikupas. Dari situ didapat butir-butir beras merah. Pati beras merah

mengandung zat gelatin yang menyebabkan jika dimasak menjadi

lengket satu sama lainnya.

Beras merah (Oryza nivara) mengandung karbohidrat yang

cukup tinggi. Selain karbohidrat, kandungan dalam beras merah

adalah 3,5% serat, vitamin B1 , vitamin12, protein, fosfor, dan

selanium (Paztmo, 1998:7).

2.1.3 Pati Beras Merah

Pati beras merah adalah pati yang diperoleh dari dari biji

Oryza nivara. Pemerian pati beras merah serbuk halus warna putih

agak kemerahan tua ,tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam air

panas, konsentrasi pati beras merah adalah 5-25% sebagai bahan

pengikat tablet (Wade, 1994:483)

2.2 Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk

rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat

atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2006: 210). Tablet

merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat

dengan bahan tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam


7

ukuran, bentuk, kekerasan, ketebalan, dan daya hancur. Dalam aspek

lainnya tergantung pada campuran pemakaian dan pembuatannya.

Kebanyakan tablet digunakan secara oral dan dibuat dengan penambahan

zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis

(Ansel, 1989: 244). Tablet harus sanggup menahan goncangan mekanik

selama produksi, pengepakan serta harus mempunyai kestabilan kimia dan

fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu. Dari

segi lain tablet harus dapat melepaskan zat yang berkhasiat ke dalam

tubuh. (Lachman, 1994: 647-648).

Beberapa keunggulan utama tablet dibanding bentuk sedian lain yaitu:

1. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah

untuk dikemas serta dikirim.

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

kemampuan terbaik dari semua bentuk sedian oral

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil

sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan,

pengangkutan, dan penyimpanan.

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah atau

diperkecil.
8

Selain memiliki keunggulan dan keuntungan seperti yang telah

disebutkan di atas tablet juga mempunyai beberapa kerugian antara lain:

1. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup atau

tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas

akan sukar diformulasikan karena bioavailabilitasnya rendah

2. Beberapa tablet tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,

tergantung pada keadaan amorfnya, rendahnya berat jenis.

3. Tablet tidak dapat menghindari terhadap pengaruh oksigen atau

kelembapan udara

4. Tablet tidak dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak.

(Lachman, 1994: 645).

Tablet oral yang konvesional terdiri atas zat aktif dan bahan pembantu

yang berfungsi sebagai zat pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin

(Lachman, 1994: 642).

2.2.1 Bahan Tambahan Tablet

Dalam pembuatan tablet biasanya dibutuhkan bahan

tambahan yang berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan

penghancur, bahan pengikat, dan bahan pelicin

2.2.1.1 Bahan Pengisi (Diluents)

Bahan Pengisi berfungsi untuk memperbesar volume

massa agar mudah dicetak atau mudah dibuat. Bahan

pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit


9

dikempa. Contoh bahan pengisi antara lain: laktosa, pati,

selulosa mikrokristal (Avicel) dan zat lain yang cocok

(Syamsuni, 2007: 45).

Beberapa kriteria bahan pengisi antara lain: harus

non toksik, harganya cukup murah, tidak boleh saling

berkontraindikasi, secara fisiologi harus netral, harus

bebas dari segala mikroba (Lachman, 1994: 665).

2.2.1.2 Bahan Pengikat (Blinders)

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah

atau retak dan dapat melekat (Anief, 2006: 213). Bahan

pengikat berfungsi untuk membantu pelekatan partikel dan

formulasi sehingga memungkinkan granul dibuat dan

dijaga keterpaduan hasil akhir dari tabelnya. (Ansel, 1989:

434).

Bahan pengikat berfungsi memberikan daya adhesi

pada masa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya

kohesi pada bahan pengisi. Contoh bahan pengikat lain

misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, CMC (Syamsuni,

2007: 172).

2.2.1.3 Bahan Penghancur (Desintergrant)

Bahan penghancur berfungsi menarik air ke dalam

tablet, mengembang, dan menyebabkan tablet pecah


10

menjadi beberap bagian-bagian. Fragmen-fragmen itu

mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat

dan tercapai bioavalabilitas yang diharapkan. (Lachman,

1994: 665)

Bahan penghancur adalah bahan tambahan yang

dipakai untuk memudahkan waktu hancur tablet ketika

berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Contoh bahan

penghancur misalnya amilum manihot, asam alginat,

selulosa mikrokristal (Syamsuni, 2007: 204). Suatu

penghancur tablet yang paling umum digunakan pada

kosentrasi 3-15% (Wade, 1994: 483)

2.2.1.4 Bahan Pelicin ( Glidant, Anti Adherent, Lubricant )

Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama karena

fungsinya yang tumpang tindih. Suatu bahan anti lengket

juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin, perbedaan

ketiganya sebagai berikut :

1. Suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi

geseskan dinding tablet dengan dinding die, pada saat

tablet ditekan keluar.

2. Anti lengket bertujuan untuk mengurangi melekat

atau adhesi bubuk granul pada permukaan punch atau

dinding die.
11

3. Pelicin ditunjuk untuk memacu aliran serbuk atau

granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara

partikel. (Lachman,1994)

Zat pelicin dimaksudkan agar tablet tidak lekat

pada cetakan. Zat yang biasanya digunakan sebagai

bahan pelicin yaitu pada konsentrasi 0,25-5% (Wade,

1994: 519)

2.2.2 Metode Pembuatan Tablet

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain,

kecuali zat pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk

tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar

mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak

retak (Anief, 2000: 211). Salah satu cara pembuatan tablet adalah

metode granulasi basah.

1. Metode Granulasi Basah

Pada teknik granulasi basah memerlukan persiapan-

persiapan dan langkah-langkah yaitu: pengayakan,

penggilingan dan pencampuran. Hal yang menarik dari

granulasi basah bahannya dibasahi, penggilingan basah serta

pengeringan. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk

sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan

larutan atau musilago yang mengandung pengikat yang


12

biasanya ditambahkan ke campuran serbuk. (Lachman, 1994:

690).

Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada

pelarutnya dan tergantung pada komponen campuran. Karena

massa hanya lembab bukan basah atau seperti pasta, maka

pelarut yang digunakan tidak boleh berlebihan. Cairan

mempunyai peranan yang penting pada proses granulasi.

Terbentuk di antara partikel-partikel dan kekuatan daya

rentang dan ikatan ini akan mengikat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat (Lachman, 1994:690). Pada granulasi

basah bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan semacam

cairan yang cocok, sehingga serbuk terikat bersama dan terasa

sebagai tanah yang lembab, dengan demikian cairan

penggranul ditambahkan sesuai dengan kebutuhan (Voight,

1995: 321).

Keuntungan metode granulasi basah antara lain :

memperoleh waktu alir yang lebih baik, meningkatkan

kompresibilitas tablet, untuk mendapatkan berat jenis yang

sesuai, memperbaiki atau meningkatkan distribusi

keseragaman kandungan.
13

2.2.3 Pemeriksaan Kualitas

Untuk mendapatkan tablet yang baik dan bermutu perlu

dilakukan evaluasi kualitas yang meliputi:

2.2.3.1 Evaluasi Sifat Fisik Granul

1. Waktu Alir

Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet

harus memiliki dua karaktristik yaitu komponen

mengalir dan dapat dicetak. Kedua sifat ini diperlukan

bagi mesin cetak. Bahwa sifat mudah mengalir sangat

penting untuk mentransport bahan untuk melalui hopper

dan melalui alat pengisi ke dalam die. Karena itu bahan

tablet harus dalam keadaan bentuk fisik yang

membuatnya dapat mengalir sempurna dan seragam.

Pada umumnya waktu alir yang baik jika 100 g granul

yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik. (Lachman,

1994: 680).
14

2. Sudut diam

Sudut diam diuji dengan menggunakan silinder

dengan penyangga, sudut diam diartikan sebagai sudut

yang terbentuk oleh setumpuk partikel terhadap bidang

datar pada kondisi stabil. Sudut diam dapat diukur

dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h) di

atas alas dengan diameter tertentu (2r). Granul dikatakan

mengalir baik apabila sudut diamnya antara 20o - 40o

(Lachman, 1989: 140-142).

3. Pengetapan

Indek pengetapan adalah penurunan volume

sejumlah granul karena kemampuan granul mengisi

ruang antar granul dan memampat lebih rapat diuji

menggunakan alat volumenometer. Indeks standar

pengetapan adalah T% ≤ 20 % (Voight, 1995).

2.2.4 Evaluasi Tablet yang Dihasilkan

Campuran granul yang telah dikempa menjadi tablet

kemudian diuji sifat fisik untuk mengetahui apakah tablet

yang dihasilkan dapat diterima dengan baik. Evaluasi

tersebut meliputi.
15

1. Keseragaman Bobot

Untuk tablet tidak bersalut harus memenuhi

syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai

berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap

tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari

dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang

dari bobot rata-ratanya lebih besar dari yang ditetapkan

kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga

yang ditetapkan kolom B. Untuk tablet yang beratnya

lebih dari 300 mg tidak boleh dari dua tablet yang

bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

besar 5% dan tidak boleh satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari 10% (Depkes, 1979: 6).

Tabel 1. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
(sumber : Depkes RI, 1979: 7).
16

2. Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet atau kekompakan tekanan

adalah besarnya tekanan sebuah tablet terhadap gaya

yang bekerja pada saat tablet pecah. Kekuatan dan

ketebalan tablet merupakan fungsi isi dari die dan gaya

kompresi. (Lachman, 1994). Dalam bidang industri

kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet

adalah sebesar 4 kg. Penentuan kekerasan tablet

ditetapkan waktu berproduksi supaya penyesuaian

tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya

Hardness Tester. (Ansel,1989).

3. Waktu Hancur Tablet

Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian

tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen

yang berasal dari zat penyalut (Depkes, 1979: 7). Suatu

kehancuran yang cepat dan sempurna memberi

persyaratan yang baik untuk ketersediaan obat.

Pengujian kehancuran dilakukan dengan menggunakan

alat Disintegration Tester (Voight, 1995: 223).

4. Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet merupakan gambaran lain

dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan

goncangan. Untuk itu uji kerapuhan tablet dengan


17

menggunakan alat Friability Tester, kehilangan berat

lebih kecil dari 0,5% - 1% masih dapat dibenarkan


dibenar

(Lachman dkk, 1994: 654). Standar yang digunakan

untuk pengujian kerapuhan atau friabilitas tablet

sebanyak 20 tablet bebas debu. Kerapuhan (friabilitas)

sebaiknya tidak melebihi 0,8% (Voigth, 1995: 223).

2.2 Fungsi dan Uraian Masing-masing Bahan

2.3.1 Ibuprofen

Gambar 2. Struktur Bangun Ibuprofen

Nama kimia: C13H17O2 (RS)-2-(4-(2-

methylpropyl)phenyl)propanoic acid - Sinonim: - Ibuprofenum.

Pemerian serbuk hablur putih hingga hampir putih, bau khas

lemah. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut

dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan klorofom, sukar

larut dalam etil asetat. Ibuprofen mengandung tidak kurang dari

97,0% dan lebih dari 103,0% C13H17O2 (Depkes, 1979:


1979 449).
18

2.3.2 Avicel 101

Avicel 101 adalah sebagian dari selulosa terdepolimerisasi

murni, dibuat dengan mengelola alfaselulosa yang diperoleh dari

serat nabati sebagai pulna asam mineral, terdiri dari partikel tak

berserat dan lembut. Pemerian serbuk hablur sangat halus ,putih

dan tidak berbau. Kelarutan paraktis tidak larut dalam air, dalam

asam eter (Depkes, 1979: 380)

Avicel 101 digunakan sebagai bahan pengisi dalam

pembuatan tablet pada konsentrasi antara 20-90% (Wade,

1994:84).

2.3.3 Magnesium Stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa dari campuran

asam-asam organik yang diperoleh dari asam lemak, terutama dari

magnesium stearat dan palmitat dalam berbagai perbandingan.

Yang mengandung tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari

8,3%. Pemerian serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah

khas, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, kelarutan tidak

larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter, khasiat zat tambahan

(Depkes, 1995: 515).

Magnesium Stearat digunakan sebagai bahan pelicin dalam

pembuatan tablet pada konsentrasi antara 0,25-5% (Wade,

1994:280)
19

2.3.4 Talk

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang

mengandung sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur

sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran,

warna putih atau putih kelabu. Kelarutan tidak larut dalam hampir

semua pelarut (Depkes, 1979: 591).

Dalam formulasi tablet talk digunakan pelicin dengan

konsentrasi 1-10% dari berat tablet. Talk tidak kompatibel dengan

senyawa amonium kuaterner (wade, 1994: 519)

2.3.5 Pati singkong

Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar

Manihot Utilissima Pohl atau beberapa spesies manihot lain.

Pemerian serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil,

warna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan praktis tidak

larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%) (Depkes, 1979: 93).

Pati adalah salah satu penghancur tablet yang paling umum

digunakan pada konsentrasi 3-5%. Namun, pati cenderung untuk

meningkatkan kerapuhan tablet jika digunakan dengan konsentrasi

tinggi. (Wade, 1994:483)


20

2.4 Hipotesis

Ada pengaruh penggunaan pati beras merah sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet ibuprofen dengan metode

granulasi basah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah pengaruh konsentrasi pati beras merah (Oryza

nivara) sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik fisik tablet ibuprofen

dengan metode granulasi basah.

3.2 Sampel dan teknik sampling

Sampel yang digunakan adalah pati beras merah yang diperoleh dari

Pasar Petarukan Pemalang. Teknik sampling dilakukan secara acak.

3.3 Variabel penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi pati beras merah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah evaluasi tablet yang meliputi

keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet.

3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam praktikum ini adalah suhu pengeringan granul,

waktu pencampuran, nomor ayakan, tekanan kompresi.

21
22

3.4 Teknik pengumpulan data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data menggunakan experiment laboratorium.

2. Metode analisis data menggunakan uji ANOVA satu arah yang terdiri

dari desciptive dan anova.

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini antara lain:

serbuk Ibuprofen, pati beras merah, serbuk magnesium stearat, serbuk

avicel, pati singkong, serbuk talk, iodium, etanol dan aquadest.

2. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: gelas

ukur, erlenmeyer, mortir, stampfer, stopwatch, neraca analitik, oven,

ayak no. 12, ayakan no. 16 mesh, hardness tester, friability tester,

disintegration tester, corong, statif, klem, cawan uap, batang

pengaduk, pipet volume, tripot, asbes, kompor spiritus dan alat

pencetak tablet.
23

3.4.3 Cara kerja

1. Pembuatan Pati Beras Merah

Beras merah dicuci sampai bersih kemudian direndam dengan air

bersih selama 24 jam. Air dibuang kemudian dihaluskan dengan cara

diblender sampai halus. Tambaha air secukupnya kemudian saring pati

dengan kain tipis untuk memeisahkan ampas dengan sebuk pati, setelah itu

diamkan selama 24 jam setelah mendapatkan endapan pati dengan air,

kemudian membuang lapisan air tersebut sedangkan lapisan pati dijemur

sampai kering kemudian diayak dengan ayakan 14 mesh dan jadilah pati

beras merah
24

Beras merah

Dicuci sampai bersih, kemudian


direndam dengan air bersih

Diblender tambahan air


sedikit

Saring dengan kain tipis

ampas serbuk putih dan air, mendiamkan kurang


lebih 24 jam

Pengendapan

Lapisan air Endapan pati

Mengeringkan pati
(dijemur)

Mengayak dengan 14 mesh

Pati beras merah

Gambar 3. Skema Pembuatan Pati Beras Merah


25

2. Uji Kualitatif Pati Beras Merah

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik meliputi bentuk, bau, rasa, dan warna.

2. Uji Identifikasi

Mendidihkan 1 gram pati beras merah dengan 50 bagian air

selama 1 menit sampai terbentuk larutan pati. Mengambil 1 ml pati, lalu

menambahkan 0,05 ml larutan iodium (iodium 0,005 M dibuat dengan cara

mengencerkan iodium 0,1 N sejumlah 0,5 ml ad 10 ml). Mengamati

warna yang terjadi (Depkes, 1979: 510).

3. Uji Kelarutan

a. Melarutkan pati beras merah dalam air dingin, mengamati

kelarutannya.

b. Melarutkan pati beras merah dalam etanol 95%, mengamati

kelarutannya.

3. Formula Tablet Ibuprofen

Tabel 2. Rancangan Formula Tablet Ibuprofen

Formula (mg)
Bahan
I II III
Ibuprofen 400 mg 400 mg 400 mg
Pati singkong 5% 5% 5%
Pati beras merah 10% 15% 17,5%
Talk 2% 2% 2%
Mg stearat 1% 1% 1%
Avicel ad 600 mg ad 600 mg ad 600 mg
26

3.5 Pembuatan musilago pati beras merah

Langkah pembuatan musilago pati beras merah adalah, mula-mula

memanaskan 30 ml aquadest terlebih dahulu hingga mendidih. Menimbang pati

beras merah yang akan dibuat musilago sesuai kadar masing-masing.

Melarutkan pati beras merah dengan aquadest yang sudah dipanaskan,

kemudian mengaduk hingga homogen. Memanaskan larutan pati dalam

penangas sambil diaduk hingga terbentuk massa seperti lem.

Memanaskan 30 ml aquades sampai mendidih

Menimbang pati beras merah sesuai kadar

Melarutkan pati beras merah dengan aquadest panas 30 ml

Memanaskan larutan pati ke dalam penangas

Mengaduk hingga terbentuk massa seperti lem

Gambar 4. Skema Pembuatan Musilago Pati Beras Merah


27

3.6 Pembuatan Granul Ibuprofen

Langkah dalam pembuatan tablet Ibuprofen adalah mula-mula

menimbang semua bahan. Mencampur Ibuprofen, avicel dan pati singkong

sampai homogen di dalam wadah. Menambahkan mucilago pati beras merah

yang telah dibuat, bentuk menjadi adonan yang siap digranulasi. Adonan lembab

yang telah dibuat diayak dengan ayakan no. 14 mesh, mengeringkan granul

basah ke dalam oven dengan suhu 400-600 C selama ± 1 hari. Granul yang telah

kering diayak dengan ayakan no. 16 mesh. Melakukan pengujian granul terlebih

dahulu sebelum dikempa yang meliputi uji sifat alir granul, uji sudut diam dan

pengetapan. Mencampurkan Mg stearat 1% setelah diuji sebagai bahan pelicin

dengan granul kering. Langkah kemudian uji sifis granul tersebut dengan uji

waktu alir, suduut diam, dan pengetapan granul.


28

Ibuprofen Pati singkong Avicel

Masa serbuk campuran

Menambah bahan pengikat


mucilago pati beras merah

Masa granul basah

Mengayak dengan ayakan No. 14 mesh

Mengeringkan pada suhu 40-60 0C

Masa granul kering

Mengayak dengan ayakan No. 16 mesh

Masukan Mg Stearat1%

P**kering dengan
Masa granul
ukuran yang seragam

Uji granul

Waktu Alir Sudut Diam Pengetapan Granul

Gambar 5. Skema Pembuatan Granul Ibuprofen


29

3.7 Uji Sifat Fisik Granul

1. Waktu Alir

Menimbang granul sebanyak 100 g granul kemudian memasukan

granul tersebut kedalam corong yang bagian bawahnya disumbat. Setelah itu

granul dilepas secara bersamaan dengan menghidupkan Stopwatch, lalu catat

waktu yang dibutuhkan 100 g granul untuk jatuh pada alas yang sudah

diletakan dibawah corong. Pada umumnya waktu alir granul yang baik ≤ 10

detik (Lachman, 1994: 143).

2. Sudut Diam

Sudut diam diuji dengan menggunakan silinder dengan penyangga,

sudut diam diartikan sebagai sudut yang terbentuk oleh setumpuk partikel

terhadap bidang datar pada kondisi stabil. Sudut diam dapat diukur dengan

mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h) diatas alas dengan diameter

tertentu (2r). Granul dikatakan mengalir baik apabila sudut diamnya antara

20o - 40o (Lachman, 1994: 140-142).

3. Pengetapan

Menimbang 100 g granul, memasukan ke dalam gelas ukur (Vo)

kemudian gelas ukur dipasang pada alat Volumenometer dan dihentakan

hingga volume granul konstan (Vt). Indeks pengetapan dihitung dengan

rumus sebagai berikut:


30

(Vo − Vt )
T (%) = x 100%
Vo

Keterangan :

Vo : Volume awal sebelum pemampatan

Vt : Volume pemampatan sampai vplume granul konstan

Indeks standar pengetapan adalah T% ≤ 20% (Voight,1995)

3.8 Pembuatan Tablet Ibuprofen

Langkah pembuatan tablet Ibuprofen yaitu membuat granul terlebih dahulu

setelah jadi granul, kemudian mencampurkan granul dengan talk sebagai bahan

pelicin, mengaduk campuran tersebut selama beberapa menit. Mengempa granul

yang siap dikempa menjadi tablet. Menguji karakteristik sifat fisik tablet yang

telah dibuat meluputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji wkatu

hancur, dan uji kerapuhan tablet. Langkah selanjutnya setelah tablet sudah

dikempa semua kemudian evaluasi tablet dengan menguji fisis tablet yaitu

keseragaman bobot, kekerasan tablet ,kerapuhan tablet , dan waktu hancur tablet.
31

Masa granul kering dengan


ukuran yang seragam

Menambahkan talk 2%

Pentabletan dengan pencetak


tablet

Tablet Ibuprofen

Keseragaman Bobot Kekerasan kerapuhan Waktu Hancut

Gambar 6. Skema Pembuatan Tablet Ibuprofen

3.9 Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

1. Keseragaman Bobot Tablet

Untuk tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman

bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-

rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet

yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

besar dari yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom

B.

Untuk tablet yang beratnya lebih dari 300 mg tidak boleh dari dua

tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar 5%


32

dan tidak boleh satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari 10%

(Depkes, 1979: 6).

2. Kekerasan Tablet

Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan alat Hardness

Tester, tablet diletakkan ke dalam alat yang tekanannya telah diatur sehingga

tablet kokoh di tempatnya dan penunjuk pada skala 0. Sekrup diputar

perlahan-lahan hingga tablet pecah dan tekanan dibaca langsung pada skala

(Voight, 1994: 219). Tablet yang baik adalah tablet yang mempunyai

kekerasan 4-6 kg (Parrot,1971: 57)

3. Kerapuhan tablet

Mula-mula 20 tablet dibebas debukan lalu 20 tablet tadi ditimbang

dengan seksama, setelah dimasukan kedalam alat Friability Tester, alat diset

25 putaran permenit sebanyak 100 kali putaran lalu tablet dibebas debukan

lagi dan ditimbang seksama dan dihitung kerapuhannya. Tablet yang baik

adalah tablet yang mempunyai kerapuhan < 0,8% (Voight, 1995: 222).

4. Waktu Hancur Tablet

Memasukan 6 buah tablet dalam keranjang dan dinaikturunkan secara

teratur 30 kali tiap menit, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet

yang tertinggal diatas kassa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut,

waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari

15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet

bersalut selaput. Uji waktu hancur menggunakan Disintegration Tester

(Depkes, 1995).
33

3.10 Cara analisis

1. Secara Teori

Hasil uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu

hancur yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka dan literatur yang

ada.

2. Pendekatan statistik

Uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur

yang diperoleh dilakukan dengan uji anova satu arah.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pati Beras Merah

Pembuatan pati merupakan langkah awal yang perlu dilakukan

untuk menghasilkan pati kering yang siap digranulasi. Beras merah yang

diperoleh dari Pasar Petarukan Pemalang yang diperoleh secara acak,

pertama dilakukan uji secara visual setelah dipastikan selanjutnya beras

merah dicuci untuk menghilangkan kotoran, selanjutnya tambahkan air

secukupnya kemudian saring tepung beras merah dengan kain flanel, hasil

saringan diendapkan selama 24 jam kemudian memisahkan lapisan air dan

endapan pati. Mengambil endapan pati kemudian dijemur sampai kering

dan diayak dengan ayakan 100 mesh melanjutkannya menjadi pati beras

merah.

Pada proses pembuatan pati beras merah digunakan sebanyak 2 kg

beras merah, dari 2 kg beras merah diblender menghasilkan pati beras

merah sebanyak 550 g, dan rendemen sebesar 25%. Setelah pati beras

merah diperoleh dilakukan uji kualitatif pati beras merah bertujuan untuk

mengetahui kebenaran identitas bahan yang digunakan. Uji yang

dilakukan meliputi uji organoleptis, uji kelarutan, dan uji reaksi dengan

iodium yang berfungsi untuk memastikan bahwa pati tersebut merupakan

pati beras merah (Oryza nivara).

34
35

TABEL 3.Hasil Uji Kualitatif Pati Beras Merah

Uji Pustaka Hasil

1. Organoleptis

Warna Putih kemerahan Putih kemerahan

Bau Tidak berbau Tidak berbau

Rasa Tidak berasa Tidak berasa

Bentuk Hablur Hablur

2. Kelarutan

Air dingin Tidak larut Tidak larut

Etanol Tidak larut Tidak laut

Air panas Larut Larut

3. Identifikasi

1 ml larutan pati Biru tua Biru tua

beras merah + 0,05

ml iodium 0,05 M

Hasil uji identifikasi pati beras merah dengan iodium menunjukkan

warna biru tua, yang apabila dipanaskan akan hilang dan jika didinginkan

akan timbul kembali (Depkes RI, 1997). Warna biru tua ini disebabkan

oleh struktur molekul iodine dan terbentuk warna biru. Bila pati

dipanaskan, spiral merenggang, molekul-molekul iodine terlepas hingga

warna biru menghilang (Winarno, 1986: 231). Berdasarkan uji kualitatif di


36

atas pati beras merah mempunyai kesamaan fisik yang meliputi kelarutan,

organoleptis, dan reaksi iodium, hal ini menunjukan identifikasi uji pati

beras merah positif.

4.2 Pembuatan Granul

Langkah dalam pembuatan tablet Ibuprofen adalah mula-mula

menimbang semua bahan. Mencampur Ibuprofen, avicel dan pati singkong

sampai homogen di dalam wadah. Menambahkan mucilago pati beras

merah yang telah dibuat, bentuk menjadi adonan yang siap digranulasi.

Adonan lembab yang telah dibuat diayak dengan ayakan no. 14 mesh,

mengeringkan granul basah ke dalam oven dengan suhu 400-600 C selama

± 1 hari. Granul yang telah kering diayak dengan ayakan no. 16 mesh.

Mencampurkan Mg stearat 1% setelah diuji sebagai bahan pelicin dengan

granul kering. Langkah kemudian uji sifis granul tersebut dengan uji

waktu alir, sudut diam, dan pengetapan granul.

4.2.1 Uji Fisik Granul

Sebelum granul dikempa menjadi tablet, terlebih dahulu

granul harus dilakukan uji fisik granul. Uji sifat fisik meliputi uji

waktu alir, sudut diam, dan pengetapan.

4.2.1.1 Uji Waktu Alir Granul

Uji waktu alir granul dilakukan dengan

menggunakan alat uji corong waktu alir. Pada umumnya

waktu alir ≤ 10 detik (Lachman, 1994: 680). Berdasarkan


37

hasil uji waktu alir granul yang menunjukan bahwa waktu

alir granul pada formula I, Formula, Formula III telah

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Tabel 4. Hasil Uji Waktu Alir Granul

Waktu Alir Granul (Detik)

Replikasi Standar Formula I Formula II Formula

III

1 7,38 6,7 8,84


≤ 10
2 6,10 6,81 7,76

3 6,87 7,01 8,31

Total 20,35 20,52 24,91

Ẋ 6,78 6,84 8,30

Kesimpulan + + +

Keterangan :

+ : Sesuai standar waktu alir granul ≤ 10 detik

(Lachman, 1994: 680).

4.2.1.2 Uji Sudut Diam Granul

Sudut diam diartikan sebagai sudut yang terbentuk

oleh setumpuk partikel dibidang datar pada kondisi stabil.

Sudut diam dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucut

yang terbentuk (h) diatas alas dengan diameter tertentu


38

(2r). Hasil penelitian sudut diam menunjukan sudut yang

dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

yaitu granul akan mengalir dengan baik apabila diam yang

terbentuk antara 200 -400 (Lachman, 1994: 140-142).

Tabel 5. Hasil Uji Sudut Diam Granul

Sudut Diam Granul (Derajat o)


Replikasi
Standar Formula I Formula II FormulaIII

1 34,5o 24o 30,3o


o 0
20 -40
2 22o 22o 29,8o

3 32,5o 25o 30,3o

Total 89o 71o 90,4o

Ẋ 29,67o 23,67o 30,13o

Kesimpulan + + +

Keterangan :

+ : Sesuai standar sudut diam granul 200-40

(Lachman,1994: 140-142).

4.2.1.3 Uji Penetapan Granul

Indeks pengetapan adalah penurunan volume sejumlah

granul karena kemampuan granul mengisi ruang antar

granul dan memadat lebih rapat. Semakin kecil indeks

pengetapan maka semakin baik waktu alirnya. Dari hasi


39

data di atas indeks pengetapan granul memenuhi standar

pengetapan yang baik yaitu T% ≤ 20 % (Voight, 1994:

143).

Tabel 6. Hasil Uji Pengetapan Granul (%)

Penetapan Granul (%)


Replikasi
Standar Formula I Formula II Formula III

1 16,75% 17,36% 11,5%

2 ≤ 20 % 13,6% 13,15% 11,5%

3 16,7% 15,78% 13,6%

Total 47,05% 46,31% 35,6%

Ẋ 15,68% 15,43% 11,86%

Kesimpulan + + +

Keterangan:

+ : Sesuai standar pengetapan granul ≤ 20% (Voight,

1995 :143).

4.3 Pengempaan Tablet

Langkah pembuatan tablet Ibuprofen yaitu membuat granul

terlebih dahulu setelah jadi granul, kemudian mencampurkan granul

dengan talk sebagai bahan pelicin, mengaduk campuran tersebut selama

beberapa menit. Mengempa granul yang siap dikempa menjadi tablet.

Menguji karakteristik sifat fisik tablet yang telah dibuat meluputi uji
40

keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji wkatu hancur, dan uji

kerapuhan tablet. Langkah selanjutnya setelah tablet sudah dikempa semua

kemudian evaluasi tablet dengan menguji fisis tablet yaitu keseragaman

bobot, kekerasan tablet ,kerapuhan tablet , dan waktu hancur tablet.

4.3.2 Uji Fisik Tablet

Setelah dilakukan uji fisik granul kemudian granul dikempa

menjadi tablet. Tablet yang dihasilkan kemudian diuji sifat fisiknya

agar tablet memenuhi syarat mutu yang baik. Uji fisik tablet

meliputi uji keseragaman bobot, uji kerapuhan, uji kekerasan dan

uji waktu hancur tablet.

4.3.2.1 Uji Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot tablet bertujuan agar bobot

tablet yang dihasilkan seragam. Menurut Farmakope

Indonesia edisi III, untuk tablet berat > 300 mg maka

diperbolehkan adanya penyimpangan bobot sebanyak 2

tablet sebesar dari 5% dan tidak boleh ada satu tablet pun

yang bobotnya menyimpang dari 10%. Bobot per tablet

yang dibuat 600 mg, berdasarkan hasil uji keseragaman

bobot pada tabel 7, dihasikan bobot rata-rata tablet

Formula I 596 mg, Formula II 597 mg, Formula III 598

mg
41

Hasil uji keseragama bobot menyatakan semua

formula memenuhi syarat, karena tidak ada satupun tablet

yang menyimpang dari persyaratan

Tabel 7. Hasil Uji Keseragaman Bobot

Formula I Formula II Formula III


No
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Rata-rata 596,30 596,5 596,5 597,2 597 597,3 597,4 597,95 598,65
x̅ 596 597 598
5% 566,2-625,8 567,15-626,85 568,1-627,9
10% 536,4-655,65 537,3-656,7 538,2-657,8
Kesimpulan
Keterangan : + sesuai dengan standar keseragaman

(Depkes, 1976: 7)

Dari hasil data di atas keseragaman bobot sesuai

dengan persyaratan yang ditentukan karena tidak ada

satupun bobot tablet yang menyimpang.

Tabel 8. Data Statistik Anova Satu Arah

ANOVA

Keseragamam_bobot
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3,687 2 1,843 12,885 ,007
Within Groups ,858 6 ,143
Total 4,545 8

Dari tabel anova di atas, dengan menggunakan

tingkat keyakinan 95% dan α = 5% diperoleh F hitung

12,885 dan F tabel sebesar 5,14345 karena F hitung > F


42

tabel (12,885 > 5,14345) maka Ha diterima, Ho ditolak

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konsentrasi

pati beras merah sebagai bahan pengikat terhadap

keseragaman bobot tablet Ibuprofen.

Tabel 9 Data Deskriptive Anova Satu Arah

Descriptives

Keseragamam_bobot
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper BoundMinimumMaximum
pati beras merah 10% 3596,4333 ,11547 ,06667 596,1465 596,7202 596,30 596,50
pai beras merah 15% 3597,1667 ,15275 ,08819 596,7872 597,5461 597,00 597,30
pati beras merah 17,5% 3598,0000 ,62650 ,36171 596,4437 599,5563 597,40 598,65
Total 9597,2000 ,75374 ,25125 596,6206 597,7794 596,30 598,65

Keseragama bobot tablet dengan jumlah data (N)

sebanyak 9 mempunyai keseragaman bobot tablet rata-rata

597,200 dengan keseragama bobot tablet minimal 596,30

dan maximal 598,65 sedangkan standar devisiasinya

sebesar 0,75374

4.3.2.2 Uji Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet menggunakan Hardness Tester,

dilakukan untuk menguji hasil pengamatan pada tabel di

atas semua formula memenuhi persyaratan kekerasan

tablet 4-6 kg (Parrott, 1970). Kekerasan tablet

menggambarkan ketahanan tablet melawan mekanik

seperti guncangan dan terjadinya keretakan tablet selama

pengemasan dan transportasi. Hasil penelitian diketahui


43

kekerasan Formula I 4,6 kg, Formula II 5 kg, Formula III

5,3 kg. Yang berarti bahwa kekerasan ketiga formula

memenuhi standar. Formula III memiliki kekerasan yang

paling tinggi dikarena bahan pengikat pada Formulas III

lebih besar dibandingkan Formula lian sedangkan Formula

I memiliki kekerasan yang paling rendah dikarenakan

bahan pengikat lebih kecil dibandingkan formula lain. Hal

ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi bahan

pengikat suatu tablet maka nilai kekerasan suatu tablet

tinggi.

Tabel 10 Hasil Uji Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet (Kg)

Replikasi Formula Formula Formula


Standar
I II III

1 4,8 5,1 5,3

2 4 -6 kg 4,9 5,1 5,2

3 4,8 4,8 5,4

Total 14 15 15,9

Ẋ 4,6 5 5,3

Kesimpulan + + +

Keterangan :

+: Sesuai dengan standar kekerasan tablet yang

baik adalah 4 - 6 kg (Parrott, 1970: 57).


44

Tabel 11 Data Statistik Anova Satu Arah

ANOVA

Kekerasa_tablet
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,336 2 ,168 11,615 ,009
Within Groups ,087 6 ,014
Total ,422 8

Dari tabel anova di atas, dengan menggunakan

tingkat keyakinan 95% dan α = 5% diperoleh F hitung

11,615 dan F tabel sebesar 5,14345 karena F hitung > F

tabel (11,615 > 5,14345) maka Ha diterima, Ho ditolak

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konsentrasi

pati beras merah sebagai bahan pengikat terhadap

kekerasan tablet Ibuprofen.

Tabel 12 Data Deskriptive Anova Satu Arah

Descriptives

Kekerasa_tablet
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound Minimum Maximum
pati beras merah 10% 3 4,8333 ,05774 ,03333 4,6899 4,9768 4,80 4,90
pati beras merah 15% 3 5,0000 ,17321 ,10000 4,5697 5,4303 4,80 5,10
3 3 5,3000 ,10000 ,05774 5,0516 5,5484 5,20 5,40
Total 9 5,0444 ,22973 ,07658 4,8679 5,2210 4,80 5,40

Kekerasan tablet dengan jumlah data (N) sebanyak 9

mempunyai kekerasan tablet rata-rata 5,0444 dengan

kekerasan tablet minimal 4,80 dan maximal 5,40

sedangkan standar devisiasinya sebesar 0,22973.


45

4.3.2.3 Uji Kerapuhan Tablet

Tujuan dilakukan pengujian kerapuhan tablet yaitu untuk

mengetahui ketahanan tablet terhadap kehilangan berat dan

menunjukan tablet tersebut utuk bertahan terhadap goresan

atau kerusakan dalam penanganan, pengemasan dan pegepalan

(Ansel, 1989). Tablet yang mempunyai kerapuhan ≤ 0,08%

dan dari hasil uji kerapuhan tablet penelitian ini semua formula

memenuhi persyaratan kerapuhan tablet. Pada Formula I

memiliki kerapuhan paling tinggi dibandingkan Formula lain,

dikarenakan zat pengikatnya lebih rendah dibandingkan

Formula lain.

Tabel 13 Hasil Uji Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet (%)


Replikasi
Standar Formula I FormulaII FormulaIII

1 0,52% 0,45% 0,37%

2 ≤ 0,8% 0,5% 0,47% 0,36%

3 0,5% 0,38% 0,32%

Total 1,52% 1,3% 1,05%

Ẋ 0,50% 0,43% 0,35%

Kesimpulan + + +

Keterangan : + sesuai dengan standar yag telah

ditetepkan ≤ 0,8% (Voight, 1994: 222).


46

Tabel 14 Data Statistik Anova Satu Arah

ANOVA

Kerapuhan_tablet
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,037 2 ,018 18,033 ,003
Within Groups ,006 6 ,001
Total ,043 8

Dari tabel anova di atas, dengan

menggunakan tingkat keyakinan 95% dan α = 5%

diperoleh F hitung 18,033 dan F tabel 5,14325

sebesar karena F hitung > F tabel (18,033 > 5,14325 )

maka Ha diterima, Ho ditolak jadi dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh konsentrasi pati beras merah

sebagai bahan pengikat terhadap kerapuhan tablet

Ibuprofen.

Tabel 15 Data Deskriptive Anova Satu Arah

Descriptives

Kerapuhan_tablet
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
pati beras merah 10% 3 ,5067 ,01155 ,00667 ,4780 ,5354 ,50 ,52
pati beras meras 15% 3 ,4333 ,04726 ,02728 ,3159 ,5507 ,38 ,47
pati beras merah 17,5% 3 ,3500 ,02646 ,01528 ,2843 ,4157 ,32 ,37
Total 9 ,4300 ,07331 ,02444 ,3736 ,4864 ,32 ,52

kerapuhan tablet dengan jumlah data (N) sebanyak 9

mempunyai kerapuhan tablet rata-rata 0,4300 dengan

kekerasan tablet minimal 0,32 dan maximal 0,52

sedangkan standar devisiasinya sebesar 0,07331.


47

4.3.2.4 Uji Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur memegang peranan penting dalam

proses pelepasan obat, semakin mudah hancur tablet

semakin cepat pelepasan zat khasiatnya. Masukan 6 tablet

kedalam punya turun naikkan keranjang, tablet dinyatakan

hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas

kasa, menurut Farmakope Indonesia edisi III, waktu hancur

untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit.

Dari hasil penelitian diketahui waktu hancur untuk Formula

I sebesar 6,08, Formula II sebesar 6,64, dan Formula III

sebesar 8,76. Dari ketiga formula waktu hancur yang paling

lama adalah Formula III dibandingkan formula yang lain

dikarenakan kemampuan bahan pengikat memiliki

kekerasan lebih tinggi dibandingkan formula yang lain

.
48

Tabel 16 Hasil Uji Waktu Hancur Tablet

Replikasi Waktu Hancur Tablet (Menit)

Standar Formula FormulaII FormulaIII

1 ≤ 15 5,77 6,39 8,69

2 6,20 6,40 9,17

3 6,27 7,15 8,32

Total 18,27 19,94 26,18

Ẋ 6,08 6,64 8,72

Kesimpulan + + +

Keteranga :

+ : Sesuai standar waktu hancur tablet ≤ 15

menit (Depkes,1979: 7).

Tabel 17 Data Statistik Anova Satu Arah

ANOVA

Waktu_hacur
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 11,703 2 5,852 41,735 ,000
Within Groups ,841 6 ,140
Total 12,545 8

Dari tabel anova di atas, dengan menggunakan

tingkat keyakinan 95% dan α = 5% diperoleh F hitung

41,735 dan F tabel 5,14325 karena F hitung > F tabel

(41,735 > 5,14325 ) maka Ha diterima, Ho ditolak jadi

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konsentrasi pati


49

beras merah sebagai bahan pengikat terhadap waktu

hancur tablet Ibuprofen.

Tabel 18 Data Deskriptive Anova Satu Arah

Descriptives

Waktu_hacur
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper BoundMinimum Maximum
pati beras merah 10% 3 6,0800 ,27074 ,15631 5,4074 6,7526 5,77 6,27
pati beras merah 15% 3 6,6300 ,40706 ,23502 5,6188 7,6412 6,39 7,10
pati beras merah 17,5% 3 8,7267 ,42618 ,24606 7,6680 9,7854 8,32 9,17
Total 9 7,1456 1,25223 ,41741 6,1830 8,1081 5,77 9,17

Waktu hancur tablet dengan jumlah data (N)

sebanyak 9 mempunyai keseragaman bobot tablet rata-rata

7,1456 dengan kekerasan tablet minimal 5,477 dan

maximal 9,17 sedangkan standar devisiasinya sebesar

1,25223.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi pati beras merah sebagai bahan pengikat dapat

mempengaruhi karakteristik fisik tablet Ibuprofen. Semakin besar

konsentrasi bahan pengikat akan menghasilkan kekerasan yang

semakin tinggi, kerapuhan yang semakin kecil dan waktu hancur

yang lama.

2. Konsentarsi pati beras merah sebagai bahan pengikat yang

menghasilkan tablet Ibuprofen dengan sifat fisik yang paling baik

yaitu sebesar 17,5%, dimana konsentarsi tersebut berada pada

Formula III.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian pembuatan tablet dengan menggunakan

bahan pengikat yang sama tetapi menggunakan zat aktif yang berbeda.

2. Perlu dilakukan penelitian pembuatan tablet dengan menggunakan

konsentrasi yang berbeda.

50
51

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). Farida

Ibrahim Edisi IV. UI Press, Jakarta.

, H.C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). Farida

Ibrahim Edisi IV. UI Press, Jakarta.

Anief, Moh. 2000.Ilmu Meracik Obat- Teori dan Praktek.Yogyakarta:Gadjah

Mada University Press.

.2006.Ilmu Meracik Obat- Teori dan Praktek.Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan, Jakarta.

Lachman, L. Lieberman, H.A Kanig, JL. 1994. The Theory and Practice of

Industrial Pharmacy. Second Edition. Lea and Febiger. Philadelphia.

Parrott, E, L, 1971. Pharmacetical Technologi Fundameta Pharmaceutical,

Bugess pubishing company. Minneapolis Minesota.

Paztmo, 1998. Artikel Beras Merah .Jakarta.

Syamsuni, 2007. Ilmu resep, Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.


52

Voight, R. 1985. Buku pelajaran teknologi farmasi .(Terjemahan), oleh Soendani,

Edisi V. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

. . 1984. Buku pelajaran teknologi farmasi .(Terjemahan), oleh Soendani,

Edisi IV. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Winarno, 1997. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia pustaka.

Wade, Ainley and Paul J Weller. Handbook of Pharmaceutical excipients. Edisi

II. 1994. The Parmaceutical Press: London.

Anda mungkin juga menyukai