Anda di halaman 1dari 17

TUGAS SAINTIFIKASI JAMU

INTERAKSI MANGGIS (Garcinia mangostana)


DENGAN OBAT DAN MAKANAN

Oleh:
Kelompok 2
Abdul Rahman Akuba 192211101104
Febrina Icha Isabellita 192211101120
Fardina Aulia 192211101144
Pratama Putra Ramadhan 192211101149
Yasmin Hamidah Amatullah 192211101151

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Pendahuluan..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan .......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Deskripsi Manggis.........................................................................................4
2.2 Kandungan Manggis ......................................................................................6
2.3 Khasiat Manggis.............................................................................................8
BAB III. PEMBAHASAN...................................................................................10
3.1 Interaksi Farmakokinetik Manggis Dengan Obat...................................10
3.1 Interaksi Manggis Dengan Manakanan..................................................11
BAB IV. PENUTUP.............................................................................................13
4.1 Kesimpulan.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Obat herbal didefinisikan sebagai produk jadi, berlabel, yang mengandung


bahan aktif secara farmakologi berupa bagian tumbuhan, atau bahan tumbuhan
lainnya yaitu kombinasi keduanya dan dapat mengandung eksipien selain bahan
aktif. Obat herbal yang mengandung atau dikombinasikan dengan zat aktif kimia
tidak dianggap sebagai obat herbal (lingga, 2012). Perkembangan penggunaan
obat herbal saat ini banyak dipilih sebagai terapi alternatif pada penyakit yang
memerlukan pengobatan seumur hidup atau sebagai dosis tambahan untuk
meningkatkan efek terapetik (Subroto, 2016). Penggunaan obat herbal di
Indonesia didasarkan dari pengalaman empiris secara turun temurun dan
bermanfaat sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pengobatan. Upaya mendorong dan menggalakkan pemakaian herba asli
Indonesia kemudian oleh pemerintah dilakukan program saintifikasi agar jamu
yang terbukti aman dan dapat digunakan secara formal. Obat-obatan herbal asli
Indonesia telah dirangkum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 tahun
2016 tentang formularium obat herbal asli Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis tanaman yang
dapat berguna sebagai tanaman obat, salah-satunya adalah manggis yang dimana
memiliki banyak manfaat pada kulitnya. Kulit manggis (Garcinia mangostana
Linn.) adalah salah satu tanaman tropis asli Indonesia yang berasal dari
Kalimantan. Penelitian fitokimia dari tanaman ini telah mengungkap kandungan
kimia didalamnya yaitu xanton, mangostin, garsinon, flavonoid, tanin, gartanin,
gamma mangostin, garsinon E, epikatelin (Chaverri dkk., 2008). Metabolit
sekunder utama dari kulit manggis adalah xanton. Salah satu derivat xanton
adalah alfa mangostin (Jung dkk., 2006). Alfa mangostin merupakan senyawa
aktif dari manggis yang berasal dari kulit buah manggis. Menurut hasil penelitian
yang telah dilakukan diketahui bahwa alfa mangostin dari kulit buah manggis
mempunyai aktivitas antijamur, antioksidan, antiviral, dan antibakteri (Hayyu,
2013).
Di masyarakat penggunaan minuman herbal, jus buah, ataupun makanan
suplemen bersamaan dengan obat ditujukan untuk menutupi rasa yang tidak enak
dari obat oral atau sebagai terapi tambahan karena berkeyakinan bahwa obat
herbal lebih aman, dan sebagai upaya dalam meningkatkan efek farmakologi obat
(Fakeye dkk., 2008). Penambahan terapi atau kombinasi dari beberapa obat
seringkali diperlukan untuk mencapai respon terapetik yang diinginkan. Konsumsi
makanan ataupun herba yang diberikan bersamaan dengan obat dimungkinkan
dapat mengubah respon tubuh terhadap obat. Interaksi yang terjadi dapat terjadi
pada fase absorpsi, distribusi, metabolisme, maupun ekskresi. Berbeda dengan
obat konvensional yang mengandung zat kimia tunggal, obat herba yang terdiri
dari keseluruhan ekstrak bagian tumbuhan akan mengandung lebih dari 1 macam
senyawa aktif (metabolit), sehingga kemungkinan terjadinya interaksi akan
semakin besar (lingga, 2012). Beberapa jamu, sayuran, maupun jus buah diketahui
dapat mempengaruhi farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obatan
konvensional (Fakeye dkk., 2008).

Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian berkelanjutan terkait


interaksi antara sediaan herba dengan obat-obatan lain ataupun makanan guna
meminimalisir efek samping yang tidak diinginkan. Anggapan bahwa obat bahan
alam lebih aman daripada obat konvensional serta penggunaan bersama antara
keduanya tidak memberikan reaksi yang merugikan perlu dicermati kembali
kebenarannya. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan maka penting
untuk dilakukan kajian mengenai interaksi antara manggis sebagai obat bahan
alam, obat, maupun makanan berdasarkan literatur yang telah ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
dihasilkan adalah:

1. Apakah terdapat interaksi farmakokinetik antara manggis dengan obat


konvensional jika dikonsumsi secara bersamaan?
2. Apakah terdapat interaksi antara manggis dengan makanan jika
dikonsumsi secara bersamaan?

2
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
gambaran umum terkait interaksi antara kulit manggis dengan obat-obatan
konvensional ataupun makanan.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Manggis ((Garcinia mangostana L)

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan
tropis yang teduh di kawasan Asia tenggara, yaitu hutan belantara Kalimantan
Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Tanaman ini tumbuh subur
pada daerah yang mendapat banyak sinar matahari, kelembaban tinggi, serta
musim kering yang pendek (untuk menstimulasi perbungaan). Pada kondisi
kering, diperlukan irigasi untuk menjaga kelembapan tanah. Tanaman ini
dapat ditanam hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (20-40 ) di
daerah tropis, namun biasanya pertumbuhan maksimal berlangsung di daerah
dataran rendah (Nugroho, 2009). Berasal dari biji umumnya membutuhkan
10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tinggi 10-25 m dan tajuk berbentuk
piramida.
a. Batang
Tegak, kulit batang coklat memiliki getah kuning. Diameter batang
25-35 cm, kulit berwarna cokelat gelap atau hampir hitam, kasar dan
cenderung mengkelupas. Getah berwarna kuning.
b. Daun
Tunggal, posisi daun berhadapan atau bersilang berhadapan. Helai
daun mengkilat di permukaan, permukaan atas hijau gelap dengan
permukaan bawah hijau terang, berbentuk elips memanjang, ukuran 12-
23 cm 4,5-10 cm, tangkai 1,5-2 cm. Daun baru berwarna agak merah
muda yang berubah menjadi hijau gelap. Bunga uniseks terdapat pada
pucuk ranting muda dengan diameter 5-6 cm, pedikelnya pendek, tebal
dan panjang 1,8-2 cm terletak pada dasar bunga.

4
c. Bunga
Bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan menggarpu, garis tengah
5-6 cm. Mempunyai 4 daun kelopak, dua daun kelopak yang terluar hijau
kuning, dua yang terdalam lebih kecil bertepi merah, melengkung kuat,
tumpul.
d. Buah
Bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua dengan kepala
putik duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging, ungu,
dengan getah kuning. Buah dihasilkan secara partenogenesis, berbentuk
bundar, berdaging lunak saat masak, pada bagian dasarnya dan bagian
bawah terdapat petal yang tebal dan rongga-rongga stigma, sisa rongga
stigma ini tetap tinggal pada ujung buah. Kulit buah mengandung getah
kuning yang pahit. Kulit buah tebal 0,8-1 cm berwarna keunguan
biasanya mengandung cairan kekuningan yang pahit dan mengandung
tanin dan mangostin.
e. Biji
Memiliki biji 1-3 butir, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair,
putih, dapat dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempurna)
(Nugroho, 2009). Biji merupakan biji apomik yang terbentuk dari sel-
nuselus pada buah partenokarpi, berwarna coklat dengan panjang 2-2,5
cm; lebar 1,5-2,0 cm dan tebalnya 0,7-1,2 cm.
Dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan, manggis diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Guttiferanales
Famili : Guttiferae

5
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L (Bahri et al., 2012).
2.2 Kandungan Manggis
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh
tumbuhan dan memiliki bioaktifitas yang biasanya memiliki fungsi sebagai
pelindung bagi tumbuhan terhadap serangan hama penyakit. Metabolit
sekunder tumbuhan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama yaitu,
senyawa mengandung nitrogen, terpenoid, phenolic dan poliasetat (Nugroho,
2009). Kandungan metabolit sekunder dalam buah manggis diantaranya yaitu
triterpen, mangostin, tanin, dan resin. Sedangkan yang terdapat dalam kulit
buah manggis yaitu antosianin dan xanthone. Xanthone merupakan subtansi
kimia alami yang tergolong senyawa polyphenolic. Xanthone memiliki gugus
hidroksida (OHˉ) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh. Kulit
manggis efektif menetralisir radikal bebas. Dilihat dari nilai Oxygen Radical
Absorbance Capacity (ORAC) xanthone mencapai 17.000-20.000 per 100 ons
(sekitar 2,835 gram kulit). Dibandingkan dengan sumber antioksidan lain
seperti anggur yang hanya 1.100, sedangkan apel 1.400. ORAC merupakan
kemampuan antioksidan menetralkan radikal bebas. Kemampuan antioksidan
xanthone bahkan melebihi vitamin A, C dan E yang selama ini dikenal
sebagai antioksidan paling efektif dalam melawan radikal bebas yang ada
dalam tubuh. Xanthone sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh sebagai
antioksidan, anti-histamin, anti-inflamasi dan anti-mikroba (Nugroho, 2009).
Xanthone merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa
polyphenolic. Menurut Soedibyo (2008) dalam Alam Sumber Kesehatan,
senyawa xanthone, mangostin, garsinone, flavonoid dan tannin di buah
manggis merupakan senyawa bioaktif fenolik. Senyawa-senyawa ini diduga
berperan dalam menentukan jumlah antioksidan di manggis. Kulit buah
manggis yang mengandung senyawa xanthone memiliki fungsi antioksidan
tinggi sehingga dapat menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang
memicu munculnya penyakit degeneratif, seperti kanker, jantung, arthritis,
katarak, dan diabetes mellitus.

6
Kandungan Nutrisi Buah Manggis per 100 g
Kandungan Jumlah
Kalori 63,00 Kkal
Karbohidrat 15,60 g
Lemak 0,60 g
Protein 0,60 g
Kalsium 8,00 mg
Vitamin C1 2,00 mg
Vitamin B1 0,03 mg
Fosfor 12,00 mg
Zat besi 0,80 mg
Bagian yang dapat dimakan 29,00 %
(Sumber : Hasyim dan Iswari, 2012)
A. Xantone
Di dalam senyawa xanthone teridentifikasi sekitar 14 jenis
senyawa turunannya. Yang paling banyak terkandung dalam buah
Manggis ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Alfa-
mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan
pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfa-mangostin,
senyawa xanthone juga mengandung gamma-mangostin yang juga
memiliki banyak manfaat dalam memberikan proteksi atau melakukan
upaya pencegahan terhadap serangan penyakit.
Menurut penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1970-an,
kedua turunan senyawa xanthone tersebut bisa menghentikan proses
peradangan atau inflamasi dengan jalan menghambat enzim COX-2 yang
merupakan enzim pemicu peradangan. Dalam penelitian lainnya juga
ditemukan fakta bahwa gamma-mangostin memiliki sifat anti-radang yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan obat-obat inflamasi yang selama ini
beredar di pasaran. Dengan demikian, gamma-mangostin mampu
memberikan proteksi pada serangan penyakit yang menyebabkan inflamasi
seperti alzheimer dan arthritis (Timberlake, 1980).
B. Tanin
Tanin, senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah Manggis,
memiliki aktifitas anti-oksidan yang mampu menghambar enzim seperti
DNA topoisomerase, anti-diare, hemostatik, anti-hemoroid, dan juga

7
menghambat pertumbuhan tumor. Tanin sendiri mampu membentuk
kompleks kuat dengan protein sehingga dapat menghambat penyerapan
protein dalam pencernaan. Dengan kata lain bisa disebut anti-nutrisi. Oleh
sebab itu, kadar tanin dalam produk-produk pangan patut diperhatikan dan
diformulasikan secara cermat supaya kadarnya aman untuk pencernaan
manusia.
C. Antosianin
Antosianin juga memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang
baik dan memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah
beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal.
Antosianin merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam tanaman
dan biasanya banyak ditemukan dalam bunga, sayuran maupun buah-
buahan seperti Manggis, Stroberry, Rasberry, Apel, dan lainnya (yellia,
2009).
2.3 Khasiat Manggis
Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa
rebusan kulit buah manggis memiliki efek antidiare. Menurut Kastaman
(2007), buah manggis muda memiliki efek speriniostatik dan spermisida.
Secara tradisional buah digunakan untuk mengobati diare, radang,
amandel, keputihan, disentri, wasir dan borok. Kulit buah manggis
digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit dan
kulit batang digunakan untuk mengatasi nyeri perut dan akar untuk
mengatasi haid yang tidak teratur (Evan, 2015).
Penelitian juga telah dilakukan oleh Nakatani et al. pada tahun 2004
terhadap mekanisme ekstrak kulit buah manggis dengan etanol 100%, 70%
dan 40% diuji terhadap sintesa prostaglandin , pelepasan histamin serta
peroksidase lipid. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten
dalam menghambat peroksidase lipid, pelepasan histamin dan sintesa PG
-sikloosigenase (COX). Selanjutnya, Weecharangsan et al. pada tahun
2006 menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan
penelitian antioksidan dalam ekstrak kulit buah manggis dengan metode

8
penangkapan radikal bebas 2,2-difenil1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% menunjukkan aktivitas poten
antioksidan dengan hasil skrining didapatkan 8-hidroksikudraxanton,
-mangostin, -mangostin dan smeathxanton A.

9
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Interaksi Farmakokinetik Buah Manggis dengan Obat
Pada penelitian tentang “pengaruh jus buah manggis (garcinia
mangostana l.) terhadap profil farmakokinetik parasetamol pada tikus putih
jantan (rattus norvegicus) galur wistar” yang dilakukan oleh Oktaviani (2013)
menunjukan bahwa Senyawa turunan xanton yang terdapat pada buah manggis
yaitu alfa, beta dan gamma mangostin memiliki efek sebagai penghambat enzim
sitokrom P450 yang dapat mempengaruhi nilai AUC dan Cpmaks dari
parasetamol. Efek penghambatan ini menyebabkan nilai AUC dan Cpmaks
parasetamol meningkat 2-3 kali lipat.
Pada penelitian ini profil parameter farmakokinetik dihitung menggunakan
metode residual dan dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA dengan
tingkat kepercayaan 95 %. Kemudian perbedaan antar kelompok dianalisis dengan
uji Post Hoc LSD.
Pada pembahasan lebih lanjut dalam penelitian ini ditemukan peningkatan
kadar puncak (Cpmaks) secara signifikan untuk perlakuan 1 (parasetamol-
manggis dosis 1). Begitu pula dengan perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis 2).
Perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis 2) memberikan peningkatan lebih kuat
dibandingkan dengan perlakuan 1 (parasetamol-manggis dosis 1). Peningkatan
dari Cpmaks juga mengakibatkan nilai AUC meningkat. Peningkatan ini dapat
disebabkan oleh adanya interaksi pada proses metabolisme. Hal ini disebabkan
adanya nya inhibisi enzim sitokrom P-450. Parasetamol dimetabolisme oleh
sitokrom P-450 khususnya oleh isoform CYPE21, isoform CYP1A2 dan
CYP3A4. Akibat dari inhibisi enzim tersebut menyebabkan obat yang
termetabolisme menjadi lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun,
mekanisme dari inhibisi enzim ini belum dapat diketahui secara pasti. Mekanisme
yang terjadi diduga melalui inhibisi reversibel secara non kompetitif.
Hal ini terbukti dengan dengan adanya xanton di dalam jus buah manggis
menyebabkan adanya inhisi enzim sitokrom P-450 yang menyebabkan kadar obat
bebas di dalam darah meningkat sehingga meningkatkan nilai Cpmaks dan

10
AUC.Berdasarkan uji Post Hoc LSD menunjukkan penurunan klirens (CL) secara
signifikan untuk perlakuan 1 (parasetamol-manggis dosis
Begitu pula dengan perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis 2). Interaksi
terjadi pada proses metabolisme karena adanya inhibisi enzim. Adanya inhibisi
enzim menyebabkan kadar obat dalam darah meningkat dan ketersediaan hayati
dari obat juga meningkat. Meningkatnya kadar obat dalam darah dan ketersediaan
hayati obat menyebabkan penurunan dari klirens obat. Semakin banyak obat yang
berada di dalam darah yang tidak termetabolisme, semakin sedikit jumlah
bersihan obat dari volume darah.
3.2 Interaksi Manggis dengan makanan
Pada penelitian tentang “Penurunan Kadar Gula Darah Akibat Pemberian
Ekstrak Manggis (Garcinia mangostana) dan Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill) pada Tikus Diabetes” yang dilakukan oleh Yusni, dkk (2017) menunjukan
bahwa Senyawa turunan xanton yang terdapat pada buah manggis yaitu alfa, beta
dan gamma mangostin dikombinasikan dengan buah tomat memiliki efek sebagai
penurun kadar glukosa dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang
mengalami diabetes.
Penurunan kadar glukosa darah dikarenakan pemberian kombinasi ekstrak
kulit manggis dan tomat dapat dijelaskan melalui dua mekanisme utama sebagai
akibat kandungan antioksidan di dalamnya, yaitu secara intrapankreatik dan
ekstrapankreatik. Mekanisme intrapankreatik oksidan itu bekerja dengan cara
memperbaiki atau regenerasi sel-sel β pankreas yang rusak dan melindungi sel-sel
β dari kerusakan dan juga merangsang pelepasan hormon insulin dengan
kandungan antioksidan di dalamnya. Peningkatan sekresi hormon insulin
disebabkan oleh efek perangsangan terhadap saraf simpatis (simpatomimetik)
likopen dan xanthone yang berefek terhadap peningkatan sekresi insulin. Di
samping itu, mekanisme ekstrapankreatik dengan melalui berbagai mekanisme,
seperti likopen dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menghambat
absorpsi glukosa dalam usus, meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah,
merangsang sintesis glikogen, dan juga menghambat sintesis glukosa dengan
menghambat enzim glukosa 6-fosfatase, fruktosa 1,6-bifosfatase, disertai dengan

11
meningkatnya proses oksidasi glukosa melalui glukosa 6 fosfat dehidrogenase.
Saling melengkapinya fungsi xanthone dan likopen akan lebih meningkatkan
kemampuan memperbaiki kadar glukosa.
Pemberian kombinasi ekstrak kulit manggis dan ekstrak tomat dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes diperkirakan akibat aktivitas
antioksidan keduanya yang tergolong sebagai antioksidan primer. Cara kerja tiap-
tiap antioksidan adalah secara sinergis dan saling menguatkan satu dengan yang
lainnya dalam hal menyeimbangkan produksi radikal bebas dalam tubuh dan
ketersedian antioksidannya. Kondisi tersebut menurunkan stres oksidatif sehingga
akan terjadi penurunan kadar glukosa darah yang jauh lebih baik dibanding
dengan pemberian ekstrak tunggal. Xanthone yang terdapat di dalam kulit
manggis dan likopen yang terdapat di dalam tomat keduanya adalah antioksidan
primer yang bekerja dengan cara memberikan kelebihan satu atau lebih atom
hidrogen kepada radikal bebas yang mempunyai kekurangan satu atau lebih atom.

12
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Senyawa turunan xanton yang terdapat pada buah manggis yaitu alfa, beta
dan gamma mangostin memiliki efek sebagai penghambat enzim sitokrom
P450 yang dapat mempengaruhi nilai AUC dan Cpmaks dari parasetamol.
Efek penghambatan ini menyebabkan nilai AUC dan Cpmaks parasetamol
meningkat 2-3 kali lipat.
2. Pemberian kombinasi ekstrak kulit manggis dan ekstrak tomat dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes diperkirakan akibat aktivitas
antioksidan keduanya yang tergolong sebagai antioksidan primer.

13
Daftar Pustaka
Alqadri, Yohanes T., Burhanuddin L. 2016. Karakteristik Morfologi Dan Anatomi
Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L) Di Desa Batusuya Dan Labean
Kabupaten Donggala. Palu: Univ. Tadulako. E-Journal Agrotekbis. Volume
4 Nomor 3

Evan, Cecilia (2015) Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana Linn.) pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi
Oleum ricini. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

Fakeye, T. O., A. O. Adegoke, O. C. Omoyeni, dan A. A. Famakinde. 2007.


Effects of water extract of Hibiscus sabdariffa linn ( malvaceae ) ‘ roselle ’
on excretion of a diclofenac formulation. Wiley InterScience. 98(21):96–98

Hasyim, A dan Iswari, K. 2008. Manggis Kaya Antioksidan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan

Hayyu N, Endah A, Djamhari M. Uji sitotoksisitas ekstrak kulit Garcinia


mangostana Linn terhadap sel fibrolas gingiva manusia. Oral Medicine
Dental Journal. 2013; 4(1):10-16

Jung HA, Su BN, Keller WJ, Mehta RG, Kinghorn AD. Antioxidant xanthones
from the pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J Agric Food
Chem. 2006; 54(6) : 2077-2082

Kastaman, Roni. 2007. Analisis Sistem dan Strategi Pengembangan Futuristik


Pasar Komoditas Manggis di Indonesia. Laporan Peneltian pada Program
Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian Universitas Padjajaran.
Bandung.

Lingga, Lanny. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media
Pustaka.

Nugroho AE. 2009. Manggis (Garcinia Mangostana L.): dari kulit buah yang
terbuang hingga menjadi kandidat Suatu Obat. Majalah Obat Tradisional.
12(42):1–9.

Oktaviani, Emy .2013. pengaruh jus buah manggis (garcinia mangostana l.)
terhadap profil farmakokinetik parasetamol pada tikus putih jantan (rattus
norvegicus) galur wistar.Pontianak : Universitas tanjungpura press

Republik Indonesia, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 6 Tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia,
Jakarta.

14
Subroto A, dan Harmanto N. 2006. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping.
PT. Mahkota Dewa Indonesia : Jakarta

Timberlake. 1980. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahkan oleh


Muljoharjo, M. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Weecharangsan, et al. (2006). Antioxidative and Neuroprotective Activities of


Extracts from the Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.).
Medical Principles and Practice, 15(4), 281–287. doi:10.1159/000092991 

Yellia. 2009. Ekstraksi dan Karakterisasi Antosianin Buah Manggis Sebagai


Pewarna Alami. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Yusni, dkk.2017. Penurunan Kadar Gula Darah Akibat Pemberian Ekstrak


Manggis (Garcinia mangostana) dan Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill) pada Tikus Diabetes.Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.

15

Anda mungkin juga menyukai