Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI PERENDAMAN PUCUK

TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin benth) PADA LARUTAN CaSO4


UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN AKAR

PROPOSAL

ANDYNI
G 401 19 060

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

FEBRUARI, 2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI PERENDAMAN


PUCUK TANAMAN NILAM (pogostemon cablin benth) PADA
LARUTAN CaS04 UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN
AKAR

Nama : ANDYNI

Stambuk : G40119060

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada Seminar Proposal.

Palu, 0 Februari 2023


Pembimbing

Dr. rer. Agr. Wahyu Harso, S.Si., M.Si


NIP. ………..

Mengetahui,
Ketua Jurusan Prodi Biologi
FMIPA Universitas Tadulako

Dr. Annawaty Idris, M.Si


NIP. 19720220 200003 2 002
PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI PERENDAMAN PUCUK
TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin benth) PADA LARUTAN CaS04
UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN AKAR

A. Latar Belakang

Tanaman nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan,


dan dimantapkan perannya sebagai salah satu komoditi penghasil devisa
negara dan sumber pendapatan bagi petani. Masalah yang dihadapi dalam
budidaya nilam saat ini antara lain produktivitas nilam nasional semakin
menurun yakni 45% total areal pertanian nilam di Indonesia produksinya <
150 kg/ha. sehubungan dengan masih rendahnya produktivitas perlu
dilakukan upaya ke arah peningkatan produksi dengan cara perluasan areal
dan peremajaan. Budidaya nilam secara intensif dalam skala luas akan
menambah jumlah produksi yang dihasilkan. Dalam perluasan perkebunan ini
dibutuhkan bahan tanam (bibit) dalam jumlah yang banyak (Wahid dkk,
1990).

Tanaman nilam jarang menghasilkan biji, sehingga perbanyakannya sering


dilakukan dengan stek. Meskipun stek nilam dapat langsung ditanam di kebun
namun tingkat kematiannya tinggi dibandingkan dengan menggunakan
persemaian. Maka sangat dianjurkan petani nilam untuk melakukan terlebih
dahulu pembibitan untuk menghindarkan bibit stek dari kematian. Nilam
umumnya diperbanyak dengan stek. Stek merupakan cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang,
cabang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru.
Keuntungan perbanyakan dengan stek adalah tanaman baru yang diperoleh
mempunyai sifat yang sama dengan induknya, umur seragam, dan waktu
perbanyakan lebih singkat untuk memperoleh tanaman dalam jumlah banyak
(Wudianto, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor


internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat
pada benih, bibit atau tanaman itu sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor
yang terdapat di luar benih, bibit atau tanaman, salah satu yang
mempengaruhi pertumbuhan yaitu media tanam. Media tanam yang baik
adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah
cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditentukan pada tanah
dengan tata udara dan air yang baik, mempunyai agregat yang mantap,
kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup
Penggunaan media tanam yang sifatnya menyimpan air lebih banyak akan
mengakibatkan akar dan batang bagian bawah sirih merah dapat membusuk
dan jenis media tanam yang memiliki sifat kemampuan menahan air rendah
akan mengakibatkan media tanam mudah kering dan tanaman akan cepat mati
(Sudewo, 2005).

Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak


sekali mengalami gangguan sehingga produktivitas dan mutunya rendah. Di
dalam pengembangan nilam, beberapa aspek budidaya tanaman perlu
diperhatikan antara lain ketersediaan hara yang ada di dalam tanah. Tanaman
nilam merupakan tanaman yang membutuhkan hara yang cukup tinggi.
Tanaman nilam yang dipanen adalah daunnya, sehingga hara yang terangkut
pada saat panen cukup besar (Yusron dan Wiratno, 2001).

Tanaman nilam sangat responsif terhadap pemupukan, sehingga hara yang


diberikan tidak hanya untuk kegiatan produksi terna tetapi juga untuk
mengembalikan kesuburan tanah. Pemupukan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan produkitivitas lahan dan tanaman nilam. Beberapa faktor yang
mempengaruhi ketersediaan hara antara lain ikim, tanah, tanaman, dan
interaksi antar faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan
sehingga hara dapat tersedia dan tanaman dapat memanfaatkan hara tersebut
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hara diperlukan di dalam
pembentukan jaringan tanaman, apabila pada proses tersebut terjadi
ketidakseimbangan hara di dalam tanah maka proeses pembentukan tersebut
dapat terganggu. (Van Beek and Joulain, 2018).
B. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah


a. Apakah dengan perendaman Larutan Calsium sulfat akan memacu
pertumbuhan akar pada tanaman Nilam?
b. apakah berpengaruh waktu dan konsetrasi perendaman pucuk tanaman
dengan larutan CaSO4 Untuk membentuk akar?

C. Tujuan penelitian

1. Dengan penelitian ini dapat mengetahui konsentrasi dan waktu


perendaman menggunakan larutan CaSO4.
2. Dapat mengetahui seberapa lama konsentrasi dan waktu pembentukan
akar pada tanaman.
3. Dapat mengetahui perbanyakan tanaman nilam menggunakan stek
dengan perendaman pucuk tanaman.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan


teknologi ilmiah untuk menambah pengetahuan terkait banyaknya manfaat
yang terkandung dalam tanaman Nilam (pogostemon cablin benth) dan
sebagai sektor penghasil ekonomi masyarakat serta memberikan informasi
untuk penelitian lanjutan

E. Batasan masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi sampai


pertumbuhan akar tanaman dengan perendaman menggunakan pupuk cair
CaSO4

F. Tinjauan pustaka

a. Pogostemon cablin benth (Tanaman Nilam)


Di Indonesia, ada tiga jenis Pogostemon yaitu PC (nilam Aceh), P.
heyneatus (nilam Jawa) dan P. hortensis (nilam sabun), namun yang
lebih banyak menghasilkan minyak nilam adalah PC. Minyak nilam
(patchouli oil) Pogostemon cablin (CB) merupakan famili Lamiaceae
yang menghasilkan aroma khas yang dikenal dengan minyak nilam
(patchouli oil) yang digunakan dalam produksi parfum dan sebagai
aroma terapi. Aroma yang dihasilkan tumbuhan berhubungan dengan
kandungan metabolit sekunder yang mudah menguap. Penulisan artikel
ini didasarkan pada kajian literature berupa buku, jurnal maupun hasil
penelitian lainnya kemudian disintesakan sehingga diperoleh
informasi yang konfrehensif mengenai botani dan pemanfaatan PC.
(Li et al., 2013)
Menurut Silalahi dan Nisyawati, 2018 di Sumatera Utara PC
merupakan salah satu bahan utama sauna tradisional menyatakan
bahwa dalam aroma terapi, minyak nilam digunakan untuk meredakan
depresi, stres, menenangkan saraf mengontrol nafsu makan dan
meningkatkan minat seksual. Tumbuhan yang digunakan dalam aroma
terapi merupakan tumbuhan yang mengahasilkan senyawa yang
mudah menguap pada suhu kamar atau disebut juga dengan volati oil
(Aisyah and Anwar 2012).

PC merupakan essensial oil dari daun PC yang digunakan dalam industri


farmasi dan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Dalam
pengobatan tradisional PC digunakan untuk mengatasi demam dan mual
dan mengobati pilek, sakit kepala, demam, mual, muntah, diare, sakit
perut, gigitan serangga dan ular. Patcholi alkohol, α-patchoulene, β-
patchoulene, α-bulnesene seychellene, norpatchoulenol, pogostone,
eugenol dan pogostol adalah essensial oil utama PC. Bioaktivitas PC
sebagai anti stress, anti influensa, aroma terapi, antioksidan dan anti
mikroba. Pemanfaatan PC sebagai aroma terapi perlu dikaji lebih lanjut
sehingga dapat dikembangkan dalam sauna berskala komoersial
(Donelian et al., 2009).
Dalam pengobatan tradisional PC digunakan untuk mengatasi
demam, mual dan, mengobati pilek, sakit kepala, demam, mual,
muntah, diare, sakit perut, gigitan serangga dan ular bahwa volatil
oil sebagian besar berasal dari monoterpenoid dan seskuiterpenoid.
Pemanfaaan tumbuhan sebagai obat maupun untuk tujuan lainnya
berhubungan dengan kandungan metabolit sekundernya (Swamy dan
Sinniah, 2015).
Secara fisiologis harus mempunyai daya tumbuh yang tinggi di
pesemaian > 80% dan secara patologis harus bebas dari penyakit layu
bakteri (daun dan batang layu), bebas nematoda (daun berwarna cokelat,
akar rusak), bebas penyakit budok (daun keriput, batang membengkak),
bebas hama (daun berlubang, keriput, menggulung) dan tidak kahat hara
(Sukarman dan Melati, 2011).

Di Indonesia, ada tiga


jenis
Pogostemon yang bisa
dibedakan
berdasarkan karakter
morfologi, kualitas
minyak dan resistensi
terhadap stres biotik
dan abiotik yaitu
P.cablin, P. hortensis,
dan
P. heyneatus.
Pogostemon cablin
yang
dikenal sebagai nilam
aceh, P. heyneatus
dikenal sebagai nilam
Jawa dan P. hortensis
yang dikenal sebagai
nilam sabun (Nuryani
2006), namun yang
lebih banyak
dibudidayakan adalah
PC sehingga kajian
Di Indonesia, ada tiga
jenis
Pogostemon yang bisa
dibedakan
berdasarkan karakter
morfologi, kualitas
minyak dan resistensi
terhadap stres biotik
dan abiotik yaitu
P.cablin, P. hortensis,
dan
P. heyneatus.
Pogostemon cablin
yang
dikenal sebagai nilam
aceh, P. heyneatus
dikenal sebagai nilam
Jawa dan P. hortensis
yang dikenal sebagai
nilam sabun (Nuryani
2006), namun yang
lebih banyak
dibudidayakan adalah
PC sehingga kajian
Di Indonesia, ada tiga
jenis
Pogostemon yang bisa
dibedakan
berdasarkan karakter
morfologi, kualitas
minyak dan resistensi
terhadap stres biotik
dan abiotik yaitu
P.cablin, P. hortensis,
dan
P. heyneatus.
Pogostemon cablin
yang
dikenal sebagai nilam
aceh, P. heyneatus
dikenal sebagai nilam
Jawa dan P. hortensis
yang dikenal sebagai
nilam sabun (Nuryani
2006), namun yang
lebih banyak
dibudidayakan adalah
PC sehingga ka
Menurut Nuryani (2005), agar tanaman nilam tumbuh dengan optimal,
tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran cahaya matahari yang
banyak berkisar 75%-100%. Daerah yang tertutupi nilam dapat tumbuh
dengan baik namun kadar minyak lebih rendah dari pada tempat dengan
intensitas cahaya yang maksimal. Nilam yang tumbuh pada cahaya
rendah berakar lebih kecil, jumlah terbatas dan tersusun dari sel yang
berdinding tipis, hal tersebut berdampak pada laju fotosintesis yang
menurun.

b. Sistem Hidroponik

Hidroponik merupakan budidaya menanam tanpa menggunakan tanah


diganti dengan media rockwool, sekam padi, kapas, dan lain lain, dimana
pada tanaman hidroponik ini lebih ditekankan menggunakan nutrisi yang
terlarut dalam air. Dengan menggunakan media tanam hidroponik ini
penanam tidak perlu memusingkan kekurangan lahan untuk ditanami
karena dengan metode hidroponik ini anda bisa menanam dimanapun.
Bisa menggunakan botol bekas, pipa PVC dan juga bisa
menggantungkan media tanamnya ditembok. Nutrifit Film Technique
(NFT) merupakan salah satu tipe hidroponik yang spesial karena pada
metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan
yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman bisa memperoleh air,
nutrisi dan oksigen yang cukup. Tujuan dari penanaman hidroponik NFT
untuk menghemat pemakaian lahan, pemakaian air yang lebih efisien
untuk sirkulasinya, tumbuhan yang ditanami dengan media hidroponik
bisa berkembang dan dapat tumbuh dengan waktu singkat (Roidah,
2014).

Bibit tanaman akan diletakkan dan tumbuh pada lapisan rockwoll dengan
sebagaian akar tanaman dalam air yang berisi larutan nutrisi yang
disirkulasikan secara terus menerus dengan menggunakan pompa,
dimana daerah perakaran dalam larutan nutrisi bisa berkembang dan
tumbuh pada larutan nutrisi. membuat produk hidroponik yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat juga diharapkan
dapat mengerti tentang bagaimana proses perawatan tanaman budidaya
hidroponik, dan bisa menjadi alternatif budidaya atau teknik bertanam
secara hidroponik karena bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
lahan yang cukup (Adam, 2017).

Keuntungan Sistem Hidroponik Adapun keuntungan bercocok tanam


menggunakan system hidroponik ini adalah Keberhasilan tanaman untuk
tumbuh dan berproduksi, lebih terjamin. Perawatan lebih praktis dan
gangguan hama lebih terkontrol. Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien).
Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.
Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih
hemat dan memiliki standarisasi. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan
dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak. Hasil produksi lebih
berkelanjutan dan lebih tinggi dibanding dengan penanaman ditanah.
Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik. Beberapa
jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim. Tidak ada resiko
kebanjiran, erosi, kekeringan, atau ketergantungan dengan kondisi alam.
Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang
terbatas. Pilihlah bibit yang berkualitas, (Sumartono dan Sumarni, 2013).

c. Calcium sulfat (CaSo4)

CaSO4 merupakan garam yang terjadi subur di lingkungan alam dan


juga muncul sebagai produk sampingan dari beberapa proses industri. Ini
adalah senyawa kalsium, sulfur dan oksigen, dan dalam bentuk yang
paling murni memiliki rumus kimia CaSO4 ini dikenal sebagai anhidrat-
bebas air-kalsium sulfat, atau anhidrit mineral. Hal ini juga datang 2H2O.
Bentuk-bentuk yang berbeda memiliki berbagai aplikasi, termasuk
bahan bangunan, bahan Kalsium sulfat adalah senyawa anorganik
dengan rumus CaSO4 dan biasanya berbentuk hidrat . Dalam bentuk γ-
anhidrit, digunakan sebagai pengering. Satu hidrat lebih dikenal sebagai
gipsum plaster , dan yang lain terjadi secara alami sebagai mineral
gipsum . Ini memiliki banyak kegunaan dalam industri. Semua berbentuk
padatan putih yang sukar larut dalam air. Kalsium sulfat menyebabkan
kekerasan permanen dalam air.

d. Stek Pucuk

Stek pucuk merupakan salah satu teknik penggandaan tanaman secara


vegetatif yang telah banyak diaplikasikan pada berbagai tanaman. Salah
satu keunggulan teknik perbanyakan stek pucuk adalah biaya operasional
yang lebih murah namun dapat menghasilkan tanaman baru dalam skala
besar yang memiliki kondisi seragam dengan tanaman induknya
(Suprapto, 2004).

Keberhasilan perbanyakan stek tanaman dipengaruhi oleh faktor


eksternal dan internal tanaman. Faktor eksternal diantaranya kondisi
lingkungan seperti suhu,kelembaban, media tanam, dan rangsangan
hormon Sedangkan faktor internal yang berpengaruh antara lain umur
stek (juvenilitas), kandungan bahan makanan dan hormon internal
tanaman Faktor internal dapat didekati melalui pemilihan pucuk yang
akan digunakan sebagai stek. Faktor eksternal lebih bersifat fleksibel,
dalam arti dapat diatur penggunaannya sehingga upaya peningkatan
keberhasilan perbanyakan dapat diusahakan. Kardinan dan Maludi
(2004), menjelaskan bahwa perbanyakan tanaman nilam dilakukan
dengan pengambilan stek dari tanaman induk yang berumur lebih dari
satu tahun dan diambil dari ranting-ranting muda yang telah berkayu
serta mempunyai banyak mata tunas. Perbanyakan tanaman nilam
dilakukan dengan cara vegetatif, yakni dengan stek batang dan stek
cabang (Rukmana, 2004).

Bibit tanaman nilam diperoleh dari perbanyakan stek batang. Bahan stek
yang diambil berasal dari tanaman induk yang sudah berumur lebih dari 4
bulan. Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15 cm serta daun
dipangkas lebih dahulu dengan menyisakan 2-4 helai daun muda (Amin,
2006).
G. Metode Penelitian

a. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei
2023 yang bertempat di Greenhouse Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.
Sedangkan tempat pengambilan sampel akan di ambil di Lahan petani
Nilam desa Toribulu Kec. Toribulu Kab. Parigi Moutong.

b. Alat dan Bahan

a. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu sekop/cangkul,ember


kater/gunting stek, timbangan, meteran (cm), solder, sterofoam,
kamera, gelas ukur, gelas air mineral bekas 240 ml, kain flanel sebagai
pengalir nutrisi.

b. Bahan Penelitian

Sedangkan bahan yang digunakan adalah stek nilam, pupuk cair


(CaSO4), aquades, dan tanah top soil atau rockwool sebagai media
tanam.

c. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor


anatra lain:
Faktor pertama konsentrasi zat pengatur tumbuh CaSO4 terdiri dari empat
taraf perlakuan yaitu (K0) = Aquades tanpa CaSO4 (K1) = 1,0 ml.l (K2) =
2,0 ml.l-1 dan (K3) = 3,0 ml.l-1 Faktor kedua lama perendaman stek terdiri
dari empat taraf perlakuan yaitu T1 = 150 menit, T2 = 180 menit, T3 = 210
menit, T4 = 240 menit. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga Kali dan
diujikan tiga stek

H. Prosedur Penelitian

a. Pembuatan Hidroponik sebagai Media Tanam

untuk pembuatan media tanam mempersiapkan beberapa alat dan bahan.


seperti gelas plastik bekas 240 ml yang sudah dikosongkan, kemudian
gunting, dan potongan kain flanel. Media tanam yang digunakan ini
adalah tanah lapisan atas (top soil) pertama membuat lubang dibagian
bawah gelas dan lubang memanjang bagian samping menggunakan solder
untuk mempermudah akar tanaman menjangkau nutrisi, potong sterofoam
berukuran 2cm hingga 4cm buat lubang sebesar ukuran plastik sebagai
tempat pot, potong kain flanel dengan lebar 3 cm masukkan dalam gelas
melalui lubang yang sudah dibuat masukan gelas plastik dalam sterofoam
ke gelas yang lebih besar isi gelas yang lebih besar dengan cairan nutrisi
dan gelas lainnya isi dengan tanah top soil.

b. Persiapan Bahan Stek

Bibit Nilam diambil melalui stek pucuk Nilam, Stek yang dipilih
dimasukkan ke dalam ember plastik yang berisi air untuk mengambil bibit
dengan memotong pucuk/cabang tersebut sepanjang 15-23 cm sesuai
dengan jumlah ruas yang sama yaitu 3 ruas kemudian dikelompokkan
berdasarkan panjang stek

c. Penyiapan Larutan ZatPengatur Tumbuh (ZPT)

Jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan adalah Calsium sulfat
(CaSO4) kemudian dilarutkan dalam aquades hingga diperoleh
konsentrasi 0, 1, 2 dan 3 ml.1 Larutan ZPT tersebut masing-masing
dimasukan kedalam wadah yang akan dijadikan tempat perendaman.
Perendaman Stek Nilam yang telah disiapkan dikeluarkan dari wadah
penyimpanan lalu ditiriskan hingga air dipermukaan kering. Stek tersebut
selanjutnya dimasukan kedalam wadah perendaman yang telah berisi
larutan CaSO4 sesuai konsentrasi dan lama perendaman yang dicobakan.

d. Penanaman stek

Sesaat sebelum penanaman media tanam diberi sedikit air, kemudian stek
nilam yang telah diberi perlakuan ditanam. Penanaman dilakukan dengan
cara menancapkan stek ke dalam media yang telah diisi tanah top soil
Hidroponik yang dibuat sebagai tempat penelitian.

e. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan bibit stek meliputi penyiraman dan dilakukan


setiap hari selama 3-4 hari pertama setelah tanam hingga 10-15 hal ini
untuk memberikan kelembapan yang cukup pada tahap awal pertumbuhan
tanaman

f. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan yang diukur adalah sebagai berikut :


1. Tinggi Tanaman Nilam
Tinggi tanaman Tanaman Nilam diperoleh dengan cara mengukur
tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun paling tinggi
di setiap media.

2. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung pada umur 24, 45, dan 59HSS Daun yang
dihitung adalah daun stek yang sudah mengalami membuka
sempurna.

3. Panjang Batang
Dengan mengukur panjang batang dari pangkal tunas sampai pucuk.
Pengukuran dilakukan pada umur 24,45, dan 59, HSS.
4. Panjang Akar.
Panjang akar dilakukan pada akhir penelitian, dengan cara mengukur
akar yang paling panjang yang telah dikeluarkan dari Hidroponik.

5. Volume Akar.
Volume akar dilakukan pada akhir penelitian, pengukuran dilakukan
dengan cara memasukan akar yang telah di bersihkan kedalam gelas
ukur yang berisi air dengan volume tertentu.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis of varian


ANOVA dengan pada taraf signifikan selanjutnya Apabila hasil perlakuan
yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata atau perbedaan hasil
dilakukan uji lanjutan dengan uji duncan dengan taraf signifikan 95%. (Pollet
dan Nasrullah, 1994 ; Budi, 2006)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Y., and Anwar, S.H. (2012). Physico-chemical properties of patchouli oils
(Pogostemon cablin) separated by fractional distillationmethod. Proceedings
of The 2nd Annual International Conference Syiah Kuala University 2012
& The 8th IMT-GT Uninet Biosciences Conference Banda Aceh, 22-24
November 2012, 2 (2): 355-359.9

Betrianingrum, C. (2009). Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops


versteegii (Gilg) Domke) Melalui TeknikEx Vitro. Institut Pertanian Bogor,
bogor.

Donelian, A., Carlson, L.H.C., Lopes, T.J. and Machado, R.A.F. 2009.
Comparison ofextraction of patchouli (Pogostemon cablin) essential oil
with supercritical CO2 andby steam distillation. J. Supercritical Fluids
2:15-20

Garner, P. F,R. B Preace dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant,
terjemahan Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta. Universitas Indonesia.
428 hal.
Hartmann, H., dan Kester, D. (1975). Plant Propagation Principle and
Practice(fourth). New Jersey: Prentice Hall, Inc Englewood.

Kardinan, A. dan Ludi Maludi. 2004. NILAM Tanaman Beraroma Wangi untuk
Industri Parfum & Kosmetika. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Krismawati, A. (2012). Teknologi hidroponik dalam pemanfaatan lahan


pekarangan. BPTP: Malang.

Liu, F.,Cao, W.,Deng, C.,Wu, Z., Zeng, G.and Zhou,Y.(2016). Polyphenolic


glycosides isolated from Pogostemon cablin (Blanco) Benth. as novel
influenza neuraminidase inhibitor Chemistry Central Journal 10 (51): 1-11.

Moh. Cholid, D,M. 2013. Produktivitas Nilam Nasional Semakin Menurun (45%
Total Areal Pertanaman nilam di Indonesia Produksinya kurang dari 150
kg/Ha. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,

Nuryani, Y., Emmyzar dan Wiratno. (2005). Budidaya tanaman nilam. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Peneliti Tanaman Obat dan
Aromatika. Sirkuler

Oyen,L.P.A. (1999). Pogostemon Desf. In: Oyen, L.P.A. dan Dung, N.X. (editor)
1999. Plant Resources of South East Asia 19. Essential Oil Plants.
Backhyus Publishers, Leiden, The Netherlands: 151-15

Roidah, I. (2014). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.


Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. 1(2).

Rukmana, R.H. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius dalam bentuk “hydrous”, yang dikenal
sebagai mineral gipsum, yang memiliki rumus CaSO4
.
Sudaryanti, T dan E. Sugiaharti. 1989. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar
swadaya, Jakarta.

Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Agromedia Pustaka


Jakarta.

Sukarman dan Melati, (2011).  Prosedur Perbanyakan Nilam Secara


Konvensional.  Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam.  Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik.

Sumartono,G., & Sumarni, E.(2013). Pengaruh suhu mediatanam terhadap


pertumbuhan vegetatif kentang hidroponik di dataran medium tropika
basah. Jurnal Agronomika, 13(1).

Suprapto, A. (2004). Auksin : Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu


Stek Tanamam. Jurnal Penelitian Inovasi, 21(1), 81–90. Retrieved from.
Swamy, M.K., and Sinniah, U.R. (2015). A comprehensive review on the
phytochemical constituentsand pharmacological activities of Pogostemon
cablin Benth. anaromatic medicinal plant of industrial importance.
Molecules 20: 8521-8547.

Tallei, T., Rumengan, I., Adam, A. 2017. Hidroponik Untuk Pemula. Manado :
UNSRAT Press.van Beek, T.A., and Joulain, D. 2018. The essential oil
of patchouli, Pogostemon cablin: A review. Flavour Fragr J. 33:6-51.

van Beek, T.A., and Joulain, D. 2018. The essential oil of patchouli,
Pogostemon cablin: A review. Flavour Fragr J. 33:6-51

Wahid, P. Wikardi, E. A. dan Asma, A. 1990. Perkembangan penelitian tanaman


nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, edisi khusus Littro. VI
(1): 23-28.

Wuryaningsih, S. dan S. Andyantoro. 1998. Pertumbuhan stek melati berbuku


satu dan dua pada beberapa macam media. Agri Journal. 5 (1-2) : 32-41.

Anda mungkin juga menyukai