No.Absen:
Kelas:
Kultur Jaringan Bibit Pisang
Salah satu masalah utama budidaya tanaman pisang yaitu serangan penyakit layu (Layu bakteri
dan layu fusarium). Penggunaan bibit pisang yang berasal dari anakan memiliki peluang besar
menularkan penyakit, oleh sebab itu dalam budidaya pisang sangat dianjurkan untuk memakai
bibit hasil Kultur Jaringan.Teknik kultur jaringan sudah lama dikembangkan dan memiliki
beberapa keunggulan antara lain: bibit yang dihasilkan memiliki sifat sama seperti induknya,
secara massal dalam waktu yang relatif singkat dan seragam, tidak memerluan lahan yang luas,
serta bebas dari penyakit, bakteri maupun cendawan.Keberhasilan dalam memperbanyak bibit
pisang menggunakan teknik kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
media yang digunakan, cara sterilisasi eksplan, jumlah subkultur, varietas tanaman, dan
aklimatisasi.Setiap varietas tanaman pisang memiliki kandungan fenol dan serat yang berbeda-
beda, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan (anakan). Jika kandungan fenol tinggi
maka dapat memperlambat proses pertumbuhan eksplan. Beberapa jenih pisang ambon hijau,
ambon kuning dan barangan, merupakan beberapa varietas pisang yang memiliki kandungan
fenol relatif rendah.
Tahapan-tahapan:
2. Inisiasi
Kupas anakan (eksplan) pisang hingga diameternya kurang lebih 5 cm, lalu dicuci sampai
bersih.
Rendam eksplan tesebut selama 10 menit dalam larutan fungisida (Benlate), dengan dosis
1 gr/liter.
Kemudian direndam lagi dalam larutan 70% Natrium hypoclorit selama 10 menit.
Kupas pelepah eksplan (anakan) hingga diameternya 1 cm dalam laminar Air flow.
Celupkan eksplan dalam larutan Natrium hypoclorit 8% dan aquades steril.
Bilas eksplan dengan ascorbit acid dan kulturkan pada media inisiasi: media dasar MS +
2 ppm IAA + 5 ppm BAP + 30 gram/liter sukrosa.
1 bulan kemudian belah eksplan menjadi dua bagian dan potong pelepahnya. Kemudian
subkultur eksplan ke media multiplikasi.
Subkultur tunas ke media dasar Murashiqe and Skoog (MS) + 2 ppm IAA + 4 ppm BAP
+ 30 g/liter gula.
Pecah tunas sesuai jumlah tunas yang ada dan lakukan subkultur ke media baru dengan
komposisi media yang sama.
Bilas eksplan dengan ascorbit acid dan kulturkan subkultur tunas pada tahap multiplikasi
maksimal sebanyak 5 kali.
4. Pengakaran
Ciri-ciri plantlet pisang siap diaklimatisasi yaitu : Plantlet sudah besar, tinggi plantlet minimal 5
cm, berwarna hijau tua dan kondisi pertumbuhan plantlet normal.
Caranya:
Keluarkan planlet dari botol, pisahkan satu persatu dan cuci bersih, potong sebagian akar
yang terlalu panjang. Kurangi daun (tinggalkan 3 helai saja).
Rendam planlet yang sudah bersih ke dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/liter
selama 30 detik, kemudian di kering anginkan.
Tanam planlet di media campuran tanah dengan arang sekam, dengan perbandingan 1 : 2,
lalu disungkup dengan plastik transparan selama 7 – 10 hari.
Perakaran mulai sempurna minimal 1 bulan setelah tanam, baru dipindahkan. Untuk
Perawatan tanaman hanya di perlukan penyiraman (Pagi, siang dan sore)
6. Transplanting
Bibit baru pindah dari Greenhouse ke area Transplanting setelah 1 bulan dengan pemberian
bakteri Trichoderma berfungsi untuk menahan serangan Penyakit layu Fusarium pada pisang
yang disebabkan oleh cendawan.
Pindahkan bibit pisang ke polybag berisi media tanah + pupuk kandang, dengan
perbandingan 3 : 1.
Setelah 2 bulan dalam polybag, bibit pisang hasil kultur jaringan siap ditanam dengan
ciri-ciri tinggi 15 – 25 cm, jumlah daun minimal 4 helai dan pertumbuhan normal.