Anda di halaman 1dari 7

Kultur jaringan pada Anggrek

Tanaman anggrek umumnya diperbanyak melalui persemaian biji dalam media agar atau juga
perbanyakan secara vegetatif. Melalui perbanyakan vegetatif, sifat-sifat tertentu pada anggrek
yang dibiakan dapat tetap lestari. Kendati demikian perbanyakan vegetatif kurang dapat
menjawab permasalahan ketersediaan bibit anggrek yang dewasa ini permintaannya semakin
besar. Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode perbanyakan melalui kultur jaringan
telah memberi alternatif yang sangat memuaskan. Betapa tidak, melalui perbanyakan dengan
kultur jaringan, anggrek akan tetap memiliki sifat sama dengan induknya, menjaga
keseragaman kualitas, sekaligus menyediakan bibit dalam jumlah yang besar.

Media yang digunakan dalam perbanyakan anggrek dengan metode kultur jaringan adalah
media Vacint and Went. Air kelapa harus ditambahkan pada media ini karena air kelapa
mengandung hormon sitokinin. Media lain yang dapat digunakan untuk perbanyakan invitro
anggrek adalah media Knudson yang ditambahi pisang ambon yang telah dilumatkan dan
diletakan pada dasar media. Media tersebut kemudian di sterilisasi dalam autoklaf bersuhu 120
derajat Celcius dengan tekanan 7,5 kg per-inch kuadrat.

Sebagai eksplan, dapat digunakan semua bagian tanaman anggrek seperti tunas, daun, atau
ujung akar, yang penting bagian tersebut memiliki jaringan meristematik. Eksplan dari tunas
diambul dari tunas ujung atau tunas ketiak daun yang terdaoat oada ruas-ruas batang anggrek.
Eksplan dari daun diambil dari anggrek yang berada dalam botol semai karena daun tersebut
masih muda dan masih steril.

Setelah eksplan siap, eksplan tersebut kemudian di sterilisasi menggunakan clorox 10%
ditambah satu tetes tween 20, atau menggunakan kaporit 0,4%. Sterilisasi dilakukan dengan
mengocok eksplan dalam botol berisi larutan sterilisator selama beberapa menit, setelah
kemudian dibilas dengan aquades beberapa kali untuk kemudian di tanam dalam media cair.

Sebagai media cair, dapat digunakan media Vacin and Went. Dalam media cair, eksplan dikocok
menggunakan shaker dengan kecepatan 60 sd 120 rpm pada suhu 25 derajat Celcius melalu
penerangan lampu neon pada jarak sekitar 60 cm di atasnya. Di dalam media ini, eksplan akan
membentuk protocorm like bodies (plb). Plb terebut berfungsi sebagai bentuk awal mula bibit
anggrek baru, karena setelah + 1,5 bulan, plb tersebut akan menjadi tanaman anggrek
sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun yang tumbuh pada media.

Jika bibit anggrek tersebut sudah cukup besar dan kuat, bibit anggrek tersebut dapat
diaklimatisasi pada pot-pot seperti layaknya bibit dari perbanyakan generatif.
KULTUR JARINGAN PISANG Cavendish

Tanaman pisang mempunyai ciri spesifik yang mudah dibedakan dari jenis tanaman lainnya.
Tanamannya terdiri dari daun, batang (bonggol), batang semu, bunga, dan buah. Pisang
termasuk keluarga musaceae, salah satu anggota ordo scitamineae.

Morfologi tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya yang berlapis-lapis. Lapisan ini
sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan air (sukulenta)
sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). Daun pisang Cavendish berwarna
hijau tua. Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat daun utama menonjol berukuran
besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan batang semu (gedebog). Batang pisang
sesungguhnya terdapat didalam tanah, yaitu yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga
bagian bonggol sebelah atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Bunga pisang yang
disebut tongkol yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang terbentuk pada
bonggolnya, perkembangan primordia bunga memanjang keatas hingga menembus inti batang
semu dan keluar diujung batang semu tersebut. Panjang Tandan 60 - 100 cm dengan berat 15 -
30 kg. Setiap tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22 buah. Daging buah
putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak. Kulit buah agak tebal berwarna hijau
kekuningan sampai kuning muda halus. Umur panen 3 - 3,5 bulan sejak keluar jantung.
Salah satu tanaman buah-buahan yang diperbanyak secara komersial dengan teknik kultur
jaringan adalah pisang. Pisang biasanya diperbanyak secara vegetatif menggunakan anakan
atau bonggolnya. Ukuran anakan yang cukup besar menyulitkan transportasi bibit dari satu
tempat ke tempat penanamannya. Anakan yang diproduksi oleh satu induk pisang ukuran dan
umurnya beragam, sehingga sangat sulit untuk memperoleh anakan berukuran seragam dalam
jumlah memadai untuk perkebunan pisang secara komersial.

Perbanyakan klonal pisang dengan teknik kultur jaringan dapat mengatasi kendala-kendala
tersebut. Metode dan tahapan perbanyakan yang digunakan untuk perbanyakan klonal pisang
ini serupa dengan metode perbanyakan lainnya. Teknik yang umum digunakan adalah kultur
meristem (meristem culture) atau kultur pucuk (shoot culture), selain itu telah dicoba juga
untuk mengkulturkan tangkai bunga inflorescence muda pisang. Pisang Cavendish di Indonesia
lebih dikenal dengan Pisang Ambon Putih. Perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan
bertujuan untuk mendapatkan bibit bermutu dalam jumlah banyak dan cepat selama kurun
waktu tertentu. Ditinjau dari tujuan tersebut maka adanya bibit kultur jaringan akan mampu
mendukung pengembangan kebun agribisnis dalam skala luas. Bibit pisang kultur jaringan
adalah bibit yang dihasilkan melalui biakan jaringan (sel meristem) pada media buatan dalam
laboratorium (in vitro).

Untuk menghasilkan bibit kultur jaringan yang bermutu, perlu didukung oleh beberapa
komponen, yaitu prasarana, bahan kimia untuk pembuatan media, varietas unggul dan tenaga
ahli. Prasarana berupa laboratorium yang memenuhi syarat, rumah kaca atau plastik untuk
membesarkan bibit yang masih sangat kecil (plantlet), serta peralatan.

Menurut George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam kultur jaringan sangat ditentukan
oleh medium yang digunakan. Media yang digunakan untuk perbanyakan klonal pisang ini
umumnya adalah media MS. Untuk merangsang pertumbuhan tunas pada eksplan, zat
pengatur tumbuh umumnya ditambahkan ke dalam media kultur. Sitokinin BAP (Benzil Amino
Purin) umumnya digunakan pada kisaran konsentrasi 3 - 6 ppm tergantung varietas, dengan
atau tanpa kombinasi dengan auksin. Keasaman media umumnya adalah 5,5 sampai 6. Inisiasi
merupakan proses awal dalam kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu
keberhasilan kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan
kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sterilisasi eksplan (Anonim, 2002).

Prosedur kerja inisiasi pisang : Sterilisasi di luar Laminar Air Flow Cabinet 1. Cuci dan kupas
eksplan pisang di air mengalir sampai bersih 2. Rendam eksplan pisang dalam larutan fungisida
dan bakterisida 2 mg/ L selama 1-24 jam Sterilisasi di dalam Laminar Air Flow Cabinet 1.
Rendam dalam larutan clorox 30% selama 15 menit, bilas 2x dengan air steril dan kupas 1-2
pelepah 2. Rendam dalam larutan clorox 15% selama 10 menit, bilas 2x dengan air steril dan
kupas 1-2 pelepah 3. Kupas sampai sisa 3 daun pelepah ukuran 1,5x1,5 cm 4. Celup dalam
larutan clorox 1% dan tanam di media Lama waktu inisiasi dalam kondisi normal adalah 4
minggu (minimal telah 2x subkultur), selanjutnya masuk tahap multiplikasi.

Aklimatisasi dilakukan apabila tanaman telah di sub kultur sebanyak 4-5 kali. Akan tetapi, bisa
saja dilakukan sebelum 12 kali sub kultur hal ini dikarenakan adanya permintaan pasar yang
meningkat. Media aklimatisasi disterilisasi dengan cara pengukusan selama 6 jam, hal ini
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada media aklimatisasi sehingga
pada saat planlet ditanam di media tersebut tidak akan terkena bakteri/ atau jamur. Selain itu
juga, media disemprot terlebih dahulu dengan larutan bakterisida sehari sebelum media
digunakan hal ini bertujuan untuk menghindari adanya bakteri-bakteri yang tumbuh dan
berkembang pada media selama media disimpan. Aklimatisasi dilakukan selama 4 minggu di
dalam sungkup untuk mendapatkan tanaman yang siap di pindah ke lapangan terbuka.

KULTUR JARINGAN KELAPA SAWIT


Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) sebagai penghasil minyak nabati yang dapat
dimakan (edible oil) dapat diperbanyak dengan dua cara, yakni secara generatif dan vegetatif
buatan. Cara generatif, tanaman kelapa sawit diperbanyak dari biji sedangkan vegetatif dengan
teknik kultur jaringan. Kultur jaringan kelapa sawit saat ini mulai dilirik kembali sebagai
alternatif teknologi perbanyakan dan perbaikan mutu serta pemuliaan tanaman kelapa sawit

Perbanyakan dengan metode kultur jaringan akan mampu menghasilkan bibit tanaman
dengan sifat yang sama dengan induknya dengan jumlah yang banyak. Pembibitan tidak
tergantung musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif
singkat, seragam, dan sifat yang identik dengan induknya, bebas penyakit, biaya transportasi
relatif murah dan saat proses pembibitan/perbanyakan bebas dari gangguan hama, penyakit
dan kondisi ekstrim lingkungan lainya. Hanya saja kelemahannya terutaman pada kultur
jaringan kelapa sawit adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal replikasi sel dan
pembesarannya.

Kultur jaringan kelapa sawit terdiri atas beberapa tahapan yakni pemilihan tanaman
induk sebagai sumber eksplan, sterilisasi eksplan, induksi kalus, induksi embriogenesis dari
kalus, multiplikasi embrio, pembentukan shootlet, induksi pengakaran dan tahap aklimatisasi.
Setelah aklimatisasi hasil kultur jaringan, tanaman bisa langsung dipindahkan ke prenursery dan
nursery sesuai dengan tahap pembibitan tanaman kelapa sawit yang berasal dari benih untuk
selanjutnya dilakukan penanaman di lapangan.
Kultur Jaringan Tanaman Tebu

Yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah kegiatan laboratories untuk menumbuhkan
tanaman pada media agar-agar yang pada periode selanjutnya akan menjadi individu baru yang
dapat ditanam di lapang.
a. Tahapan kegiatan kultur jaringan
1. Pembuatan media
Media tanam yang dibuat adalah media MS I dan MS II. Perbedaan utama antara MS I dan II
adalah :
MS I → Sucrosa; 2,4 D; digunakan untuk media pembentukan kallus; ± 15 cc.
MS II → Gula pasir; IAA; digunakan untuk media differensiasi planlets; ± 25 cc.
2. Pengambilan pucukan
Dari pucukan, ruas paling bawah yang diambil.

Gambar 10. Pucukan


3. Pengelupasan pucukan
Pengelupasan pucukan bertujuan untuk mempermudah pengambilan dan pemotongan ekplant.
± 20 cm dari ruas terakhir.

Gambar 11. Pengelupasan pucukan


4. Pemotongan ekplant
Pucuk tebu yang berumur 5 bulan dipotong-potong diatas titik tumbuhnya dengan ukuran 0,5
cm.

Gambar 12. Pemotongan ekplant


5. Penanaman pucukan (ekplant)
Penanaman pucuk tebu yang telah dipotong-potong ke dalam media MS I. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan kallus. Kallus adalah sel yang tumbuh dari irisan pucuk (ekplant). Kallus
yang didapat merupakan bahan tanam pada tahap defferensiasi. Waktu untuk menumbuhkan
kallus berkisar 1,5 – 2 bulan.

Gambar 13. Kallus


6. Penanaman kallus (differensiasi)
Tujuannya adalah untuk mendapatkan individu tanaman dari hasil penanaman kallus. Kallus
yang didapat dikeluarkan dari tabung MS I dan dipilih yang baik dan segar kemudian dipotong
kecil-kecil selanjutnya ditanam pada media MS II. Pada media ini akan diperoleh individu – 2
tanaman lengkapa dengan akarnya. Waktu yang diperlukan pada MS II berkisar 3 – 4 bulan.

(a) (b)
Gambar 14. Differensiasi; (a) split planlets umur 1 bulan dan (b) plantlets umur 3 bulan
7. Aklimatisasi I
Yang dimaksud aklimatisasi ialah penanaman individu tanaman yang diperoleh dari MS II ke
media tanah (pasir : tanah : BO = 1 : 1 : 1) yang sudah disterilkan dan ditempatkan di green
house. Tujuan dari aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan tanaman dari lingkungan steril
ke lingkungan alam bebas. Waktu untuk mengadaptasikan tanaman berkisar 1 – 2 bulan.
Sebelum diaklimatisasi tanaman dari MS II dipotong daun dan akar, direndam dalam larutan
yetin (antiseptik). Setelah ditanam, kemudian disiram dan ditutup, setelah 5 hari tutup dibuka.
Perawatan di bedengan antara lain :
- Penyiraman → sesuai dengan kondisi tanah setiap harinya.
- Pemupukan I → Za dengan dosis 1 sdm untuk 1 gembor
(2 bedengan) pada umur 7 hst.
- Pendangiran → umur 14 hst.
- Pemupukan II → Za dengan dosis 2 sdm untuk 1 gembor
(2 bedengan) pada umur 14 hst.
- Pupuk daun → 15 cc / 1 l air. Pada umur 21 hst.
Gambar 15. Aklimatisasi
8. Penanaman di polibag (aklimatisasi II )
Dimaksudkan untuk memisahkan masing-masing individu tanaman ke polibag yang telah diisi
dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik, waktu untuk menumbuhkan
tanaman sampai dengan siap ditanam di kebun berkisar 2 – 3 bulan.
1 leng (8m) diperlukan 27 polibag dengan jarak tanam 30 cm.
1 Ha = 950 leng
Maka 1 Ha diperlukan 27 x 950 = 25.650 polibag

Gambar 16. Penanaman polibag di kebun


b. Manfaat kultur jaringan
Dengan berhasilnya teknik kultur jaringan tebu dan diterapkan dalam praktek maka beberapa
keuntungan yang diperoleh antara lain :
· Tumbuhan yang dihasilkan secara genetik adalah sama dengan induknya.
· Dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang lebih banyak
1 pucuk → 10 potong ekplant
1 potong → 15 tabung; jika disubkultur dapat menjadi 40 tabung
1 tabung plantletss → displit bisa menjadi 7 tabung plantletss baru
Maka 1 pucukan dapat menjadi
40 x 7 x 10 = 2800 tabung;
Kontaminasi 10% = maka 2800 – 280 = 2580 tabung; 1 tabung berisi 2 – 3 tanaman.
· Memuliakan kemampuan produksi bibit yang mengalami tekanan penyakit sistemik.
· Cepat dari sumber yang terbatas.
· Bibit yang dihasilkan sehat dan bebas dari penyakit.
· Dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung musim.
· Dapat menyediakan bibit dalam lahan yang terbatas

Anda mungkin juga menyukai