Anda di halaman 1dari 2

I.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem


Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang
selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak
dan atau mengembangbiakkan tanaman (Nasrudin, 2009).
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)Benih utuh, artinya tidak luka
atau tidak cacat. b) Benih harus bebas hama dan penyakit. c) Benih harus murni, artinya tidak
tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran. d) Benih diambil dari jenis
yang unggul atau stek yang sehat. e) Mempunyai daya kecambah 80%. f) Benih yang baik akan
tenggelam bila direndam dalam air (Sadjad, 1977).
Memahami struktur benih, dan asal genetik benih sangatlah penting untuk menganalisa
mekanisme perkecambahan biji. Penjelasan mekanisme perkecambahan biji sangat penting untuk
memodifikasi kinerja perkecambahan biji melalui program pemuliaan, dan untuk
mengembangkan bioteknologi untuk peningkatan benih. Struktur benih pada umumnya terdiri
dari embrio, yang akan menjadi bakal tanaman; endosperm, yang menyediakan nutrisi untuk
perkecambahan; dan testa, yang melindungi embrio dan endosperm dari lingkungan yang keras
(Eng-Chong Pua & Davey, 2010).
Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan
pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis
dan morfologis sebagai berikut (Gardner et al., 1991) :
a. Imbibisi dan absorbsi air
b. Hidrasi jaringan pencernaan
c. Absorbsi oksigen
d. Pengaktifan enzim dan pencernaan
e. Transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio
f. Peningkatan respirasi dan asimilasi
g. Inisiasi pembelahan
h. Munculnya pembelahan
Perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe epigeal dan tipe hipogeal.
Tipe perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan
kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah radikula
menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah.
Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri. Dengan cara
demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih
akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka daun pertama (plumula)
muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah (Sayektiningsih
& Ningsih, 2009).
Sedangkan tipe Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas
batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap
di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Sutopo, 2002). Berikut
merupakan gambar tipe perkecambahan benih:

Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam yang
mempengaruhi perkecambahan yaitu: gen, hormon, tingkat kemasakan benih, ukuran dan
kekerasan biji, serta dormansi biji. Sedang faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkecambahan adalah air, oksigen dan karbondioksida, suhu, dan cahaya (Copeland &
McDoald, 1999).

Anda mungkin juga menyukai