Anda di halaman 1dari 29

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas air adalah suatu kondisi kualitatif air

yang diukur atau diuji berdasarkan parameter dan metode

tertentu sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

115 Tahun 2003). Untuk menentukan kualitas air,

pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air

baik fisika, kimia, dan biologisnya. Dari segi

parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan,

kecepatan arus, tingkat kekeruhan dan tingkat

kedalaman. Parameter kimia yaitu pH, oksigen terlarut,

dan CO2 bebas, sedangkan untuk parameter biologi yaitu

plankton dan bentos.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum mengenai Pengukuran Kualitas

Air adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas suatu

perairan.

Adapun manfaat dari praktikum mengenai Pengukuran

Kualitas Air adalah untuk mengetahui kelayakan suatu

perairan dan apakah perairan itu berkondisi baik atau

buruk terutama pada perairan yang menjadi objek

praktikum. Selain itu, praktikan menjadi paham


2

bagaimana langkah-langkah dalam pengukuran kualitas

air, baik menggunakan parameter kimia ataupun fisika.

Sehingga ilmunya bisa diterapkan dan dimanfaatkan untuk

kepentingan umum.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan dan Pengukuran Kualitas Air

Air merupakan media hidup bagi ikan dan beberapa

organisme kecil lainnya sebagai makanannya sehingga

tanpa air tidak mungkin suatu usaha perikanan akan

berjalan. Namun, dalam usaha perikanan tentunya

diperlukan air yang memiliki kualitas baik dengan

kriteria tertentu untuk dapat mendukung usaha perikanan

tersebut. (Purnama dan Hanafi, 2012).

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua

cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air

dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut,

CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas),

sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air

dengan parameter biologi (plankton dan benthos).

(Sihotang, 2006).

2.2. Suhu

Suriawiria (2003) menambahkan kenaikan suhu air

bersamaan dengan naiknya kecepatan respirasi organisme

perairan yang mengakibatkan kondisi naiknya kebutuhan

oksigen dan turunnya kelarutan gas tersebut dalam air.

Temperatur yang tinggi juga akan mempercepat koagulasi


4

protein, dengan ditambah kondisi alkalis atau asam akan

lebih mudah membunuh mikroorganisme.

Barus (2003), pola temparatur ekosistem air

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas

cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan

udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga

oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari

pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola

temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-

faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh

aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal

dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang

menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air

terkena cahaya matahari secara langsung.

2.3. Kecerahan

Hutabarat (2000) mengatakan bahwa, cahaya akan

semakin berkurang intensitasnya seiring dengan makin

besar kedalaman. Pendugaan lain adalah adanya perbedaan

waktu pengamatan yang dilakukan.

Effendi (2003) mengatakan bahwa pemantulan cahaya

mempunyai intensitas yang bervariasi menurut sudut

datang cahaya.

Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana

cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan


5

sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat

berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah

apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari

permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).

2.4. Kecepatan Arus

Wibisono (2005) mengatakan bahwa setiap proses

aktivitas pasang maupun surut menimbulkan arus. Hal ini

disebabkan penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu

yang pendek dan hanya sekali saja. Sehingga disimpulkan

bahwa arus yang terjadi merupakan arus lokal akibat

pasangsurut. Kecepatan arus berperan penting dalam

perairan, misalnya: pencampuran masa air, pengangkutan

unsur hara, transportasi oksigen.

Menurut Hutabarat (2000), kecepatan arus di

perairan umum yang tergenang (lentic water bodies)

misal danau dan reservoir pada umumnya lebih rendah

daripada kecepatan arus di laut ataupun sungai.

Kecepatan arus di perairan danau atau reservoir

dipengaruhi oleh angin dan kecepatan arus di perairan

lentic sangat bervariasi, dan hal ini bukan faktor–

faktor dalam pemilihan lokasi untuk budidaya kolam.

2.5. Derajat Keasaman (pH)

Effendi (2003) mengatakan bahwa jika perairan

mengandung kabondioksida bebas dan ion karbonat maka pH


6

cenderung asam, dan pH akan kembali meningkat jika CO2

dan HCO3 mulai berkurang.

Setiadi (2001), melaporkan bahwa penambahan gula

dan sumber-sumber karbohidrat pada fermentasi ikan

dilakukan karena gula dapat dimanfaatkan sebagai sumber

energi bagi pertumbuhan bakteri terutama bakteri asam

laktat yang menyebabkan terjadinya penurunan pH dan

menciptakan suasana asam yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba yang tidak tahan pH.

2.6. Oksigen Terlarut

Fauzi et al (2003), oksigen terlarut (DO-Dissolved

Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut yang digunakan

dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal

dari proses fotosintesis oleh fitoplankton atau

tumbuhan air lainya dan difusi dari udara.

Kristanto (2002), DO (Dissolved Oxygen) adalah gas

yang tidak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit

larut dalam air. untuk mempertahankan hidupnya, mahkluk

hidup yang hidup di dalam air,baik tumbuhan maupun

hewan bergantung pada oksigen yang terlarut ini. Jadi,

kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk

menentukan kualitas air. Konsentrasi oksigen terlarut

minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6

mg/L.
7

2.7. Karbondioksida Bebas (CO2)

Kordi dan Tancung (2007), Kecerahan adalah

sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan

dinyatakan dengan persen (%) dari beberapa panjang

gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang

melalui lapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada

permukaan air.

Kristanto (2002), karbondioksida dapat juga

terbentuk dari hasil metabolisme. pada proses

fotosintesis CO2 lebih banyak digunakan san O2 lebih

banyak dihasilkan. Hal ini akan mempengaruhi

konsentrasi CO2 dalam air yang bergantung pada

kedalaman air tersebut. Respirasi oleh hewan dan

tumbuhan akan menghasilkan CO2.


8

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Ekologi Perairan mengenai

Pengukuran Kualitas Air ini dilaksanakan pada hari

Senin, tanggal 4 Maret 2019, pukul 09.30-11:30 WIB,

yang bertempat di Waduk Universitas Riau dan

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan,

Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM. 12,5 Simpang

Baru, Panam, Pekanbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

air sampel, MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, Amilum, Na-

Thiosulfat, indikator Pnolpthealin (PP), Na2CO3.

Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini

adalah ember, thermometer raksa, stopwatch, secchi

disk, indikator pH, BOD/ Botol Winkler, erlenmeyer,

pipet tetes, botol akuades, kalkulator, buret dan

statif, serta buku penuntun praktikum dan lembar kerja

praktikum.

3.3. Metode Praktikum

Metode dalam praktikum ini adalah metode

pengamatan secara langsung (metode survey) dengan

menggunakan analisis secara in situ dan ek situ. Data


9

yang diperoleh merupakan hasil pengamatan secara

langsung di lokasi (waduk). Dengan metode ini dapat

tergambarkan bagaimana kualitas air pada suatu perairan

yang dijadikan objek praktikum.

3.4. Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, pada minggu pertama

pratikum, praktikan mengikuti kuis/ respon mengenai

materi yang berhubungan dengan praktikum yaitu

Pengukuran Kualitas Air. Kemudian, asisten menjelaskan

materi Pengukuran Kualitas Air dan prosedur serta cara

menggunakan alat-alat dan bahan yang akan digunakan di

waduk nantinya. Setelah itu, praktikan dibimbing

asisten pergi menuju waduk sambil membawa alat-alat dan

bahan yang dibutuhkan. Semua pengukuran berlangsung di

waduk.

3.4.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Siapkan thermometer dan tentukanlah lokasi air yang

akan diukur suhunya. Thermometer diikat pada bagian

pangkal (bukan ujung air raksa) lalu masukkan

(celupkan) thermometer ke dalam perairan sambil

digantung. Tunggu selama beberapa saat sampai

thermometer menunjukkan angka yang konstan. Baca angka

yang ditunjukkan, lalu catat hasilnya


10

b. Kecerahan

Siapkan secchi disk dan meteran, tentukan lokasi

pengukuran kecerahan. Turunkan secchi disk secara

perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam

pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur

panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang.

Setelah itu, secara perlahan tarik secchi disk keatas

hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali

terlihat, ini adalah batas tampak. Ukur panjangnya

dengan meteran atau penggaris panjang. Setelah nilai

batas tidak tampak dan batas tampak telah didapatkan,

maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua.

Ini merupakan nilai kecerahan. Untuk lebih jelasnya

rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut,

Jarak tidak tampak(cm)+ Jarak tampak(cm)


Kecerahan air (cm)= 2

c. Kecepatan arus

Siapkan botol aqua kosong yang telah diikat

diujungnya menggunakan tali rafia. Tentukan lokasi

perairan yang akan diukur kecepatan arusnya. Setelah

itu, tentukan titik A(tempat botol aqua akan

dilepaskan) dan titik B(tempat botol aqua akan

berhenti). Ukur jarak dan waktu yang diperlukan botol

aqua dari titik A ke titik B. lalu hitung menggunakan

rumus sebagai berikut.


11

Jarak Tempuh(m)
Kecepatan Arus (m/det) = x 1,25
Waktu (detik)

d. Kedalaman

Siapakan meteran. Tentukan lokasi perairan yang

akan diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan,

masukkan meteran (dalam praktik saat ini menggunakan

gagang secchi disk) kedalam perairan hingga mengenai

dasar perairan. Catat kedalaman yang diperoleh.

3.4.2 Parameter Kimia

a. Derajat Keasaman

Celupkan kertas pH kedalam perairan, setelah kertas

pH basah, angkat lalu tunggu beberapa saat. Lihat

perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan

bandingkan warna tersebut dengan papan standar nilai pH

lalu catat hasilnya.

b. Oksigen Terlarut (DO = Dissolved Oxygen)

Siapkan botol DO/ Winkler, kemudian masukkan ke

dalam air dengan perlahan, agar tidak ada gelembung

udara yang akan mempengaruhi nilai kandungan

oksigennya. Pengambilannya dilakukan dengan posisi

miring 45°. Kemudian tutup botol DO saat masih berada

di dalam perairan agar udara tidak masuk. Check

keberadaan gelembung udara dengan cara membalikkan

botol DO yang telah ditutup rapat. Jika tidak ada,

dilanjutkan dengan menambahkan larutan dengan


12

menggunakan pipet tetes. Tambahkan 1ml MnSO4 yang

berguna untuk mengikat oksigen di dalam air dan 1ml

NaOH+KI untuk melepas I2, lalu kocok botol dengan cara

membolak-balikkan botol beberapa kali. Tunggu sampai

gumpalan-gumpalan di dalam air berubah menjadi endapan

coklat. Pindahkan endapan ke tabung Erlenmeyer dan

tambahkan (dengan pipet tetes) 1 ml H2SO4 untuk

mengikat I2 dan menjadikan 2 NaI, mengkondisikan asam,

dan melarutkan endapan. Dikocok sampai endapan larut,

barulah ditambahkan 1 tetes Amilum untuk pengkondisian

basa yang akan mengubah warna larutan menjadi biru

keunguan/kehitaman. Lalu titrasikan dengan Na-

Thiosulfat (Na2SO3) 0,025N menggunakan buret dan statif

untuk mengikat I2 sampai berubah warna menjadi tidak

berwarna atau jernih. Catatlah berapa ml Na-Thiosulfat

yang terpakai. Lalu gunakan rumus berikut untuk

menghitung DO,
A x n x 8 x 1000
Oksigen Terlarut (mg/ L) = V-4

Keterangan :

A = volume titran Na-Thiosulfat yang terpakai (ml)


n = normalitas larutan Thiosulfat (0,025 N)
V = volume botol DO/ Winkler (ml)
13

c. Karbondioksida Bebas (CO2)

Ambil sampel air yang akan diuji dengan tabung

Erlenmeyer, usahakan agar air sampel terhindar dari

kontak dengan udara. Tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes.

Jika larutan berwarna pink berarti tidak ada CO2 dan

segera titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N menggunakan buret

dan statif sampai warna pink stabil. Catatlah berapa ml

Na2CO3 yang terpakai lalu gunakan rumus berikut untuk

menghitung CO2 Bebas,


A x N x 22 x 1000
Karbondioksida Bebas (mg/ L) = V

Keterangan :

A = volume titran Na2CO3 yang terpakai (ml)


N = normalitas larutan Na2CO3 (0,0454 N)
V = volume sampel dalam tabung Erlenmeyer (ml)
14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil dari praktikum Pengukuran Kualitas

Air adalah sebagai berikut,

Tabel 1. Hasil Data Pengukuran Kualitas Air Waduk UR

No. Parameter Satuan Hasil Analisis


Fisika
1. Suhu ˚C 31 In situ
2. Kecerahan cm 73 In situ
3. Kecepatan Arus m/det 0.21875 In situ
Kimia
4. pH 5 In situ
5. O2 terlarut mg/L 20 Ek situ
6. CO2 bebas mg/L 5.9928 Ek situ

Keterangan :

In situ = Analisis yang dilakukan di lokasi pengamatan

Ek situ = Analisis yang dilakukan di luar lokasi

pengamatan
15

Tabel 2. Kondisi Umum di Waduk UR

No. Kondisi Keterangan


1. Iklim/ cuaca Cerah
2. Warna air Jernih
3. Bau Tidak berbau
4. Rasa Tawar
Ada yang sedang
5. Aktivitas
memancing

4.2. Pembahasan

Dengan cara mengukur melewati parameternya, kita

bisa mengetahui kualitas suatu perairan itu baik atau

buruk. Berikut adalah pembahasan dari hasil praktikum

Pengukuran Kualitas Air yang akan menjelaskan kualitas

Waduk Universitas Riau.

4.2.1. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan

thermometer ke dalam perairan. Hasil yang didapatkan

dari praktikum yaitu suhu permukaan airnya 31°C. Ini

dipengaruhi oleh cuaca yang cerah saat pengambilan

sampel.

4.2.2. Kecerahan
16

Kecerahan adalah ukuran tranparasi perairan yang

diamati secara visual. Pengukuran kecerahan dilakukan

dengan menggunakan secchi disk. Prosedur pengukuruan

kecerahan adalah menurunkan secchi disk ke dalam

perairan sampai tidak kelihatan, dicatat berapa jarak

dari permukaan perairan sampai secchi disk tidak

terlihat (ini dinamakan jarak hilang). Kemudian secchi

disk ditarik sampai kelihatan jaraknya (jarak tampak).

Kemudian nilai jarak tampak ditambah nilai jarak hilang

dan dibagi dua. Rata-rata pengukuran kedua jarak

tersebut merupakan nilai kecerahan, dinyatakan dalam

satuan centimeter. Jarak hilang yang didapatkan dari

praktikum adalah 79 cm dan jarak tampaknya 67 cm, maka

kecerahan air pada perairan yang dijadikan objek

praktikum adalah sebesar 73 cm.

4.2.3. Kecepatan arus

Pengukuran Kecepatan Arus dapat dilakukan secara

manual menggunakan botol aqua kosong yang diikat dengan

tali rafia. Kemudian tentukan titik A(Tempat botol akan

dilepaskan) dan titik B(Tempat botol akan berhenti).

Lalu hitung jarak antara titik A dan titik B. kemudian,

hitung waktu yang diperlukan botol aqua tadi dari titik

A ke titi B.
17

Kecepatan arus didasarkan pada jarak tempuh per

satuan waktu lalu dikali 1,25 karena kecepatan air 1,25

kali lebih cepat dari kecepatan di permukaan.

Dari pratikum didapatkan bahwa jarak yang ditempuh

adalah 175 cm dengan penggunaan waktu sebanyak 10

detik. Maka kecepatan arus yang kami dapat adalah

0.21875 m/detik

4.2.4. Kedalaman air

Pengukuran kedalaman diukur dengan menenggelamkan

tongkat (yang telah diketahui panjangnya setelah diukur

dengan tali meteran) hingga ke dasar perairan. Kemudian

dicatat berapa kedalaman yang diperoleh. Namun, pada

saat pratikum berlangsung, kami tidak disuruh untuk

mengukur kedalaman air. Akibatnya, data kedalaman air

tidak kami dapatkan.

4.2.5. Derajat Keasaman

Pengukuran pH perairan dilakukan dengan

menggunakan kertas indikator pH. Pengukuran dilakukan

dengan mencelupkan kertas pH tersebut kedalam sampel

air dan dilihat perubahan warna yang terjadi, kemudian

bandingkan dengan papan standar nilai. Ada pun ukuran

pH pada perairan yang dijadikan objek praktikum yaitu

sebesar 5. Yang menandakan waduk tersebut dalam keadaan

asam.
18

4.2.6. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (DO = Dissolved Oxygen) adalah

jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen ini

dapat berasal dari hasil fotosintesis oleh

phytoplankton atau tanaman air lainnya, atau difusi

dari udara. Kadar oksigen dalam air dapat ditentukan

dengan cara titrasi (Modifikasi Winkler).

Dari praktikum didapatkan bahwa larutan

thiosulfate yang terpakai adalah 4,6 ml dan volume

sampel dalam botol DO adalah 50ml. Maka pada waduk

tersebut terdapat oksigen terlarut sebesar 20 mg/L.

4.2.7. Karbondioksida Bebas

Karbondioksida bebas yang dianalisa adalah

karbondioksida yamg berada dalam bentuk gas yang

terkandung dalam air.

Dari praktikum didapatkan bahwa larutan Na2CO3

yang terpakai adalah 0,3 ml dan volume sampel dalam

tabung erlenmeyer adalah 50ml. Maka pada waduk tersebut

terdapat karbondioksida bebas sebesar 5,9928 mg/L.


19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah diadakannya praktikum pengukuran kualitas

air di waduk FAPERIKA UR, didapatkan hasil bahwa suhu

dipermukaan air waduk adalah 31°C, kecerahan 73 cm,

kecepatan arus 0.21875 m/s, pH 5, DO 20 mg/L dan CO2

bebas 5,9928 mg/L. Maka, dapat disimpulkan bahwa

kualitas air di Waduk Universitas Riau adalah

 Suhu tinggi dikarenakan praktikum dilakukan pada

saat cuaca cerah

 Kecerahan sangat baik dikarenakan nilainya yang di

atas baku mutu

 Kecepatan arus rendah dikarenakan lokasi nya waduk

dan airnya cukup tenang.

 pH nya asam mengingat lokasi adalah waduk

 Oksigen terlarut sangat baik karena nilainya di

atas baku mutu (4)

 Karbondioksida bebas rendah

 Semua ini menandakan kualitas air pada Waduk

Universitas Riau baik.


20

5.2. Saran

Demi menjaga kualitas air di Waduk Universitas

Riau, diharapkan kepada semua pihak agar tidak

mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Kualitas air

di waduk saat ini adalah baik, namun apabila tidak

dijaga akan berkurang kualitasnya. Maka dari itu,

marilah bersama-sama kita jaga agar air di waduk

tersebut tetap sesuai dengan baku mutu yang ditentukan

dan tidak tercemar. Karena banyak organisme yang

mengandalkan waduk tersebut sebagai habitat hidupnya.


21

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T. A. 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi


FMIPA USU. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan
Sumberdaya Hayati Lingkungan Perairan. Kanisius.
Yogyakarta.

Fajri, Nur El. dkk. 2019. Penuntun Praktimum dan Lembar


Kerja Praktikum EKOLOGI PERAIRAN. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Hutabarat, S. 2000. Peranan Kondisi Oceanografi
terhadap Perubahan Iklim, Produktivitas dan
Distribusi Biota Laut. UNDIP, Semarang

Hutabarat, S. 2000. Produktivitas Perairan dan Plankton


: Telaah terhadap Ilmu Perikanan dan Kelautan.
Jurnal Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Kordi dan Tacung. 2007. Pengertian Kecerahan.


ranifiskimper.blogspot.com. Diakses pada 4 Mei
2012.
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta
Purnama, S., Trijuli, S., Hanafi, F. Aulia, T., dan
Razali, R. 2012. Analisis Neraca Air di DAS Kupang
dan Sengkarang. Magister Perencanaan dan
Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai
(MPPDAS) Program S-2 Geografi, Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada. Red Carpet Studio,
Yogyakarta.
22

Setiadi, A.N. 2001. Mempelajari Penggunaan Cairan Pikel


ketimun sebagai Sumber Bakteri Asam Laktat pada
embuatan Bekasam Ikan Tawes. [Skripsi]. IPB. Bogor.

Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum


Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universiras Riau. Pekanbaru.
Suriawiria, U. 2003, Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar
Pengolahan Buangan secara Biologis Bandung: Alumi
Bandung.

Syukur, A. 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas


Fitoplankton di Waduk Uwai Kelurahan Pulau
Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru. 51 hal. (tidak
diterbitkan).
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Perhitungan

1. Perhitungan kecerahan

Jarak hilang (cm)  Jarak tampak (cm)


Kecerahan cm  =
2

79  67
  73 cm
2

2. Perhitungan kecepatan arus

Jarak tempuh (m)


Kecepatan arus v  =  1,25
Waktu (detik)

1,75
  1,25  17,5 m/det
10

3. Perhitungan oksigen terlarut (DO)

a  N  8  1000 4,6 0,025 8  1000


DO =   20 Mg/l
V -4 50  4

4. Perhitungan karbondioksida bebas (CO2)

a  N  22 1000 0,3 0,0454 22 1000


CO2 =   5,9928 Mg/l
V 50
25

Lampiran 2. Alat dan Bahan

Botol yang
Thermometer raksa Secchi Disk
terikat tali

pH Universal Air Sampel Erlenmeyer

Botol BOD Larutan MnSO4 Larutan NaOH+KI


26

Buret
Larutan H2SO4
Larutan Amilum
Na-thiosulfat

Indikator PP
27

Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

PARAMETER FISIKA

1. Suhu

Pengukuran Suhu

Keterangan :

1. THERMOMETER RAKSA
2. THERMOMETER DIGANTUNG
DIPERMUKKAN AIR

1 2

2. Kecerahan

1 2 3

PENGUKURAN KECERAHAN

Keterangan :

1. SECCHI DISK
2. JARAK HILANG
3. JARAK TAMPAK

3. Kecepatan Arus

Kecepatan Arus

Keterangan :

1. TITIK AWAL SEBELUM


BOTOL DILEPASKAN
2. TITIK AKHIR SETELAH
BOTOL DILEPASKAN
1 2
28

PARAMETER KIMIA

1. Pengukuran pH

Pengukuran pH

keterangan :

1. Pratikan mengambil kertas


indikator pH setelah
dicelupkan
2. Mencocokkannya ke range pH
pada kotak

1 2

2. Karbondioksida Bebas

1 2 3

Karbondioksida Bebas

Keterangan :

1. Pratikan memasukkan air sampel ke tabung erlenmeyer


2. Tambahkan indikator PP menggunakan pipet tetes
3. Tambahkan larutan Na2CO3
29

3. Oksigen Terlarut

1 2 3 4

5 6 7 8

Oksigen Terlarut

Keterangan :

1. Mengambil air sampel menggunakan botol BOD


2. Tambahkan larutan MnSO4 menggunakan pipet tetes
3. Tambahkan larutan NaOH+KI menggunakan pipet tetes
9 4. Larutan membentuk endapan coklat
5. Tambahkan larutan H2SO4 menggunakan pipet tetes
6. Endapan coklat pada larutan sebelumnya hilang, dan
berubah menjadi warna kuning
7. Larutan berwarna kuning tadi dipindahkan ke tabung
Erlenmeyer
8. Tambahkan amilum ke dalam larutan menggunakan pipet
tetes
9. Titrasi menggunakan buret yang telah diisi Na-
thiosulfat (Na2S2O3)

Anda mungkin juga menyukai