Pipet 1 ml atau 2 ml
Larutan NaCl 3 %
Aquadest
Cara kerja :
Sediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih
dan kering
PEMBAHASAN
Pada praktikum menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah, darah
dilakukan 5 perlakuan. Pada perlakuan pertama, darah ditambahkan larutan NaCl
0%, setelah diamati menggunakan mikroskop perbesararan 10x40 terlihat sel-sel
darah pecah, hal ini disebabkan NaCl 0% merupakan larutan yang sangat
hipotonis. Peristiwa ini disebut hemolisis, yaitu suatu proses dimana sel-sel darah
merah terlepas dalam plasma atau dengan kata lain keluar dari plasma. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frandson (1999) yang menyatakan bahwa hemolisis
merupakan suatu peristiwa dimana pada sel-sel darah merah terjadi karena adanya
toksis bakteri, bisa ular dan parasit darah serta zat-zat lainnya. Hemoglobin yang
berada di dalam darah serta zat-zat lainnya. Hemoglobin yang berada di dalam
plasma menyebabkan warna merah dan keadan tersebut dapat dikatakan sebagai
hemoglobinemia.
Pada perlakuan kedua, darah ditambahkan larutan NaCl 0,5%, setelah
diamati
menggunakan
mikroskop
perbesararan
10x40,
setelah
diamati
peristiwa osmosis yang menyebabkan pergerakan air di dalam sel sehingga ukuran
sel menjadi berkurang atau mengecil.
Pada perlakuan ketiga, darah ditambahkan larutan NaCl 0,9%, setelah
diamati menggunakan mikroskop perbesararan 10x40 terlihat sel-sel darah
berbentuk tidak membengkak atau mengerut (normal), hal ini disebabkan NaCl
0,9% merupakan larutan isotonik, didalamnya tidak terjadi perubahan osmosis,
yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Menurut Siregar
(1995) larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat
diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis
antara cairan ekstrasel dan intrasel.
Pada perlakuan keempat, darah ditambahkan larutan NaCl 1%, setelah
diamati menggunakan mikroskop perbesararan 10x40 terlihat sel-sel darah
berbentuk tidak membengkak atau mengerut (normal), hal ini disebabkan NaCl
1% merupakan larutan isotonik, didalamnya tidak terjadi perubahan osmosis,
yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Menurut Siregar
(1995) larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat
diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis
antara cairan ekstrasel dan intrasel.
Pada perlakuan terakhir, darah ditambahkan larutan NaCl 3%, setelah
diamati menggunakan mikroskop perbesararan 10x40 terlihat sel-sel darah
mengkerut, hal ini disebabkan NaCl 3% merupakan larutan yang hipertonis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa adanya
pergerakan air keluar dari sel dan terjadinya pengkerutan pada sel dapat
disebabkan karena adanya cairan atau larutan yang bersifat hipertonik yang ada
dalam darah tersebut. Krenasi adalah proses pengkerutan sel darah akibat adanya
larutan hipertonis. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002) yang
menyatakan bahwa krenasi merupakan peristiwa dimana sel terjadi pengkerutan
akibat adanya cairan atau larutan yang memiliki sifat yang hipertonis. Faktor
penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan pergerakan
air di dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil.
Dari kelima tabung darah yang berisi larutan NaCl, tabung yang paling
cepat membentuk lapisan bening diatasnya adalah darah yang ditambahkan
larutan NaCl 3%. Semakin kecil konsentrasi NaCl semakin lambat untuk
membentuk lapisan bening. Lapisan bening yang disebut supernatan yang
merupakan lapisan plasma darah.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1999. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Siregar, S.B. 1995. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya : Jakarta.
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC : Jakarta.