Anda di halaman 1dari 6

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL MELALUI PEMBIBITAN

IKAN NILA SUNGAI OLEH KELOMPOK MASYARAKAT


PANGKALAN KERINCI

NAMA : AZLAN FAJRI.P

KELAS : 12 IPA 5

MAPEL : SOSIOLOGI

T.A 2020/2021
A. Latar Belakang

            Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia ) telah terbukti memiliki
keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. 
Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam
biaya pakannya rendah.  Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari
biaya produksi.  Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio
), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas
sekitar 2,2 - 2,8.
            Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila
jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina.  Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran
200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.  Hal ini
akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi.  untuk mengantisipasi  kendala ini, saat ini
sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( S e x-reversal )
yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai
umur 17 hari.
            Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol
( pasangan ) dalam bak-bak beton.  Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang
dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
            Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak.  Budidaya
nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring
apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
Q
B.TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh madu lebah hutan terhadap jantanisasi pada ikan nila merah

2. Mengetahui persentase pembentukan kelamin jantan ikan nila terbaik dengan variasi dosis madu
lebah hutan

C.KEGIATAN

 HARI/TANGGAL : 29 APRIL 2021


 WAKTU : 7 HARI(seminggu)
 TEMPAT : KUALA TERUSAN KECAMATAN PANGKALAN KERINCI,KABUPATEN PELALAWAN

D.PLEANING

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya


Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Nile Tilapia.

Sehingga memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Selain itu, perkembangannya lebih
cepat dan biaya produksi ikan nila juga relaif lebih murah dibandingkan dengan jenis-jenis ikan
lainnnya.

Kebutuhan konsumen terhadap ikan nila semakin meningkat. Hal ini terbukti pada
banyaknya tempat-tempat pemancingan yang menawarkan berbagai macam ikan dan salah
satu terbesarnya yaitu ikan Nila Mas. Selain itu, Harga Nila tersebut di pasaran cukup tinggi,
Sehingga kami melihat peluang itu sebagai usaha yang cukup menguntungkan.
 E.PROSES

1.Jantan dan Betina

Untuk membedakan induk jantan dan betina dapat dilihat dari bentuk tubuh, warna dan alat
kelaminnya. Tanda-tanda tersebut antara lain,  induk nila  jantan warna tubuh cerah dan memiliki
satu lubang kelamin yang bentuknya memanjangdan berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma
dan air seni. Warna ujung sirip kemerahan terutama pada saat matang kelamin.

Sedangkan induk nila betina, warna tubuh agak pucat dan memiliki dua buah lubang kelamin.
Lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit dan berfungsi sebagai tempat
keluarnya telur. Lubang kedua berada di belakangnya, bentuknya bulat dan berfungsi sebagai
tempat keluarnya air seni.

2.Pembenihan

Pemijahan dilakukan di kolam (idealnya) berukuran minimal 500 m2, konstruksi dasar kolam dibuat
dengan kemiringan 2-5 % dan dilengkapi dengan kobakan (bak panen)  dengan dimensi 2,5 x 1,5 x
0,5 m.

Sebelumnya dilakukan persiapan kolam berupa  pengolahan tanah dasar kolam, perbaikan
pematang, pembuatan kemalir/caren serta pemupukan dengan  pupuk kandang dosis 25 –50
Kg/are. Kolam diisi air setinggi 70-100 cm.

Padat tebar induk yang akan dipijahkan adalah 1-5 ekor/m2 dengan perbandingan induk jantan dan
betina 1 : 3—5. Selama pemijahan, induk diberi pakan berupa pellet dengan dosis 3% dari bobot
biomas ikan per hari.

Setelah 10-15 hari sedari induk  ditebarkan mulai bisa dilakukan panen larva secara selektif dengan
cara menyeroknya setiap pagi. Berikutnya setelah sebulan, dilakukan panen total dengan cara
menyurutkan air kolam dan menangkap larvanya yang terkumpul di kobakan (bak panen). Larva
selanjutnya dipelihara di kolam pendederan I yang sudah disiapkan seminggu sebelumnya.

3.Pendederan

Pendederan I (pertama) ikan nila bisa dilakukan di sawah sebagai penyelang  atau di kolam  yang
luasnya 500-1000 m2. Kolam tersebut disiapkan seminggu sebelum penebaran benih, yang meliputi
pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir. Setelah itu
kolam dikapur dengan kapur tohor sebanyak 1—2,5 Kg/m2 dan dipupuk dengan pupuk organik
dengan dosis 25 -50 Kg/m2 dan pupuk anorganik (Urea dan TSP) 100 g/are.

Setelah air kolam bewarna hijau kecoklatan, larva boleh ditebar pada pagi hari dengan kepadatan
100 ekor/m2. Pakan berupa pellet halus atau dedak sebanyak 20% dari total biomas/hari di berikan
dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari.

Pemeliharaan di kolam pendederan pertama berlangsung selama 2—4  minggu. Benih dari hasil
pendederan I yang memiliki ukuran panjang 1—3 Cm bisa kembali di-deder di kolam pendederan II
dan III hingga mencapai ukuran benih 8—12 Cm.
4.Pembesaran di Kolam

Luas kolam bervariasi tergantung lahan yang tersedia, dapat berupa kolam tembok atau tanah
biasa. Sebelum benih ikan ditebar, tanah dasar harus diolah terlebih dahulu, kemudian dikapur
dengan kapur tohor sebanyak 10-25 gr/m2 dan dipupuk dengan  pupuk kandang 500-600 gr/m2.

Saluran pemasukan diberi kawat penyaring/saringan agar hewan predator tidak dapat masuk.
Selanjutnya kolam diairi sampai pada ketinggian 70—100 Cm diusahakan selama pemeliharaan air
tetap mengalir. Kemudian benih ukuran 8—12 siap tebar dengan kepadatan 5-10 ekor/m2.

Pemberian pakan pellet dengan kandungan protein berkisar 20—25 % sebanyak 3 % dari berat total
frekwensi pemberian 5 kali /hari. Selain pemberian pakan, perawatan harian yang perlu dilakukan
adalah pengelolaan air dan menjaga sanitasi lingkungan.

Bila tidak ada aral melintang, setelah dipelihara selama 4—6 bulan, ikan sudah bisa dipanen secara
total atau secara selektif, dipilih ukuran tertentu sesuai permintaan pasar. Terserah, mana suka kita
saja. 

5.MASA PANEN IKAN NILA

Ikan nila biasanya bisa dipanen setelah dua bulan, dengan ukuran 200 gram gram. Namun jika
ingin mendapatkan bobot ikan yang lebih besar, bisa dipanen pada usia sekitar 5-6 bulan.
Biasanya nila sudah berbobot 500-600 gram bahkan 1 kg untuk jenis ikan nila tertentu.
F.EVALUASI

Kegiatan usaha pembudidayaan ikan di desa Matungkas tidak tergolong kegiatan


pembudidayaan ikan yang intensif. Salah satu alasan yaitu dari segi pengairan atau sirkulasi air
di kolam, dimana kolam ikan yang ada airnya tidak terjadi pergantian 3 – 5 kali dalam 24 jam
(Zonneveld dkk, 1991). Hal ini disebabkan karena konstruksi kolam tidak sebagaimana
seharusnya, akibat kurangnya pengetahuan petani ikan dan atau kurangnya penyuluhan yang
diperoleh petani ikan. Pencatatan kegiatan pembudidayaan ikan (ukuran kolam, jumlah benih,
jumlah pakan) yang tidak ada, sehingga jawaban dalam wawancara atau pengisian kuisioner
tidak memadai. Data yang tidak diperoleh secara memadai, sehingga tidak dilakukan
perhitungan break even point sebagaimana di metode penelitian. Dalam tulisan ini di lampirkan
contoh evaluasi atau perhitungan break even point berdadasarkan Sudrajat dkk 2006.(Lampiran
1). Upaya mengetahui hasil panen, antara lain dengan pendekatan data jumlah pakan (kg) yang
diberikan dibandingkan dengan hasil produksi ikan (kg), atau dengan mengetahui factor koversi
makanan. Mudjiman (1987), jumlah makanan yang dibutuhkan untuk penambahan berat
daging ikan sebanyak 1 kg disebut factor konversi, sebagai contoh untuk menambah berat 1 kg
daging ikan dibutuhkan 3 kg makanan, berarti factor koversi adalah 3.

Data yang diperoleh dari petani ikan dengan pendekatan perhitungan factor konversi, hasilnya
sebagai berikut : factor konversi berkisar dari 2,5 sampai dengan 3,5. Hasil analisa ini berarti,
petani ikan dengan factor konversi 2,5 adalah dalam menghasilkan berat ikan 1 kg,
membutuhkan 2,5 kg makanan (pellet). Perhitungan lanjut yaitu, bila 1 kg pellet harganya Rp.
8.000., maka biaya dari pellet = Rp. 20.000., harga jual ikan Rp. 22.500/ kg. Biaya produksi
adalah : biaya benih, biaya tenaga kerja, biaya pengelolaan kolam, biaya makanan (pelet).
Kegiatan pembudidayaan ikan yang menggunakan pakan buatan (pellet), gunakan biaya untuk
pakan 60 % - 80 % dari biaya total usaha budidaya ikan.

Anda mungkin juga menyukai