Anda di halaman 1dari 4

Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Prof. Dr.

Budi
Nurani Ruchjana, M.S., bersama tim peneliti dari Kelompok Bidang Keahlian Pemodelan Sktokastik
Departemen Matematika FMIPA Unpad telah mencoba mengidentifikasi peluang penyebaran
Coronavirus. Identifikasi ini menggunakan model stokastik.

Menurut Prof. Budi. “Model stokastik adalah model yang berkaitan dengan peluang. Kita memandang
segala sesuatu di alam itu bersifat acak, contohnya virus Corona begitu datang ke dunia juga acak, tidak
pernah tahu siapa yang akan ditulari".

Dengan menerapkan pemodelan spatio-temporal atau pengamatan acak berdasarkan lokasi dan waktu,
Prof. Budi secara sederhana mencari peluang penyebaran Coronavirus berdasarkan data yang ada.

hir diperbarui: 25 Maret 2020, 12:52 GMT

Grafik Kasus - Grafik Kematian - Negara - Tingkat Kematian - Inkubasi - Usia - Gejala - Berita

Kasus Coronavirus:

436.466

lihat menurut negara

Kematian:

19.642

Dipulihkan:

111.888

Data yang diambil merupakan data yang terinfeksi Coronavirus di seluruh dunia dalam rentang waktu 23
Januari hingga 9 Maret 2020.

Analisis data pertama dilakukan untuk menentukan peluang keadaan berdasarkan keadaan sebelumnya
dari pengamatan banyaknya penderita Coronavirus yang diamati setiap hari dengan keadaan
diasumsikan konstan dan homogen di seluruh belahan bumi, serta jika ditentukan ruang keadaan
berupa banyaknya penderita di atas rata-rata (banyak) dan di bawah rata-rata (sedikit),

Analisis data pertama menggunakan distribusi stasioner rantai Markov. Dari data yang ada, Prof. Budi
merata-ratakan jumlah penderita Coronavirus per harinya sekitar 2.433 orang. Jumlah rata-rata ini
masih diasumsikan bahwa fenomena wabah Coronavirus di setiap negara adalah sama.
Data rata-rata itu kemudian dihitung menggunakan distribusi stasioner rantai Markov, dengan keadaan
bahwa kurang dari rata-rata diasumsikan sedikit, sedangkan di atas rata-rata diasumsikan banyak. Maka
diperoleh hasil awal bahwa penderita Coronavirus di bawah rata-rata sebesar 53%, sedangkan
penderita di atas rata-rata sebesar 47%.

“Ini masih menjadi studi awal, harus dilakukan pemodelan terus menerus,” ujarnya.

Selanjutnya, penghitungan dilakukan untuk menentukan prediksi banyaknya penderita berdasarkan


lokasi yang belum tersampel. Hal ini disebabkan, ada sejumlah negara, terutama yang dekat dengan
Tiongkok, belum ada informasi terinfeksi virus. Dua negara yang dijadikan sampel dalam identifikasi ini
adalah Laos dan Myanmar, dua negara yang hampir berdekatan dengan Tiongkok.

Prof. Budi menjelaskan, dengan asumsi bahwa fenomena penyebaran Coronavirus di dunia serbasama,
ada kemungkinan wilayah-wilayah yang dekat dengan Tiongkok juga rentan terinfeksi.

Proses pencarian prediksi di lokasi tidak tersampel ini menggunakan metode Ordinary Point Kriging (OK).
Hasilnya, diprediksikan bahwa rata-rata ada 3-4 orang yang akan terinfeksi Coronavirus di Laos atau
Myanmar.

“Secara rekomendasi kita berani menyampaikan walaupun masih di atas kertas secara angka. Tetapi ini
bisa menjadi suatu peringatan untuk lebih waspada,” kata Prof. Budi.

Diakui Prof. Budi, hasil dari dua penghitungan ini masih memerlukan analisis lebih lanjut. Ini disebabkan,
data yang digunakan masih diasumsikan homogen belum heterogen. Selain itu, kolaborasi penelitian
multidisiplin juga sangat diperlukan.

Meski demikian, lanjutnya, data awal ini bisa menjadi gambaran untuk meningkatkan kewaspadaan
terjadap pandemi Coronavirus. Prediksi di lokasi yang tidak tersampel bertujuan bukan untuk memicu
kepanikan, tetapi untuk meningkatkan kewaspadaan ke depan.
Proses penghitungan peluang dan prediksi di lokasi tidak tersampel ini merupakan bagian dari gelaran
Lokakarya/Workshop “Pemodelan Spatiotemporal untuk Prediksi Penderita Coronavirus (COVID-19) di
Lokasi Tidak Tersampel menggunakan R” yang digelar KBK Pemodelan Stokastik Departemen
Matematika FMIPA Unpad di Jatinangor, Jumat (13/3) yang dihadiri sekitar 130 partisipan dari wilayah
Jawa Barat dan Jakarta.

Prof. Budi mengatakan, lokakarya ini digelar untuk memperingati Hari Matematika Internasional yang
jatuh pada 14 Maret. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan realisasi dari Konsorsium Internasional
Research Innovation and Staff Exchange_Social Media Analytics (RISE_SMA) kerja sama peneliti
Departemen Matematika dan Departemen Ilmu Komputer FMIPA Unpad dengan University Duisburg
Essen-Jerman (Koordinator) serta perguruan tinggi lainnya dari Leiden, Norwegia, Brazil, dan Australia
dengan dana penuh Uni Eropa tahun 2019-2022.*

Epidemiologi sendiri merupakan ilmu tentang distribusi dan determinan keadaan dari peristiwa yang
terkait kesehatan pada populasi tertentu dan bagaimana penerapan ilmu tersebut mengendalikan
masalah kesehatan.

Sam Moore dan Tim Rogers dari University of Bath di Inggris menunjukan model perhitungan mereka
yang lebih baik daripada model komputasi numerik intensif.

Dengan model hitungan mereka, keduanya yakin bahwa akan ada pengembangan yang bisa
membantu pihak berwenang untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19.

Epidemiologi sendiri merupakan ilmu tentang distribusi dan determinan keadaan dari peristiwa yang
terkait kesehatan pada populasi tertentu dan bagaimana penerapan ilmu tersebut mengendalikan
masalah kesehatan.

Dalam studi yang mereka buat, Rogers dan Moore mengambil pendekatan analisis untuk bisa
mendeteksi kecepatan penyebaran penyakit.

Tujuan mereka adalah untuk mengurangi kebutuhan melakukan simulasi numerik skala besar.

Dengan menggunakan metode jaringan epidemiologi yang bekerja seperti jaringan pohon mereka bisa
menyimpulkan hasil penelitian mereka.
- Penanganan wabah virus corona Covid-19 ternyata bukan hanya menjadi tanggung jawab rumpun
kesehatan saja. Ilmu matematika pun punya peranan dalam menanggulangi wabah pandemi ini melalui
pemodelan matematika.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Padjadjaran (Unpad)Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, M.S. saat menjadi pemateri dalam Workshop
“Pemodelan Spatiotemporal untuk Prediksi Penderita Coronavirus (Covid-19).

Prof. Budi bersama tim peneliti dari Kelompok Bidang Keahlian Pemodelan Sktokastik Departemen
Matematika FMIPA Unpad telah mencoba mengidentifikasi peluang penyebaran Coronavirus.
Identifikasi ini menggunakan model stokastik.

Baca juga: Rektor UNAIR Sebut Sari Daun Sambiloto Bisa Cegah Virus Corona

"Model stokastik adalah model yang berkaitan dengan peluang. Kita memandang segala sesuatu di alam
itu bersifat acak, contohnya virus corona begitu datang ke dunia juga acak, tidak pernah tahu siapa yang
akan ditulari,” ujar Prof. Budi dalam laman resmi Unpad, Selasa (17/3/2020).

Dengan menerapkan pemodelan spatio-temporal atau pengamatan acak berdasarkan lokasi dan waktu,
Prof. Budi secara sederhana mencari peluang penyebaran Coronavirus berdasarkan data yang ada di
laman https://www.worldometers.info/coronavirus/.

Data yang diambil merupakan data yang terinfeksi Coronavirus di seluruh dunia dalam rentang waktu 23
Januari hingga 9 Maret 2020.

Data rata-rata itu kemudian dianalisa dan dihitung menggunakan distribusi stasioner rantai Markov,
dengan keadaan bila kurang dari rata-rata diasumsikan sedikit, sedangkan di atas rata-rata diasumsikan
banyak.

Anda mungkin juga menyukai