Anda di halaman 1dari 3

Kadar toksik dan Toleransi

Berbeda-beda setiap spesies. Paparan toksik jangka pendek ammonia bebas berada antara 0,6-2mg/L.
Sedangkan kadar subletal antara 0,1-0,3mg/L [6]. Pada ikan salmon kadarnya tidak boleh melebihi
0,02mg/L. kadar toksisitas akut pada ikan salmon dan nila adalah 0,2mg/L dan 2mg/L {1] Kadar ammonia
toksik yang mampu membunuh ikan dalam beberapa hari dimulai dari 0,6mg/L (ppm) [3].
Ikan African Lungfish (Protopterus dolloi) memiliki kadar toleransi ammonia yang baik sebab mampu
mendetoksifikasi ammonia menjadi produk urea seperti glutamine. Sedangkan giant mudskipper
(Periophthalmodon schlosseri) mereduksi ammonia melalui katabolisme asam amino parsial. Spesies
lain oriental weather loach (Misgurnus anguillicaudatus) cukup toleran terhadap ammonia konsentrasi
tinggi [4].

Faktor predisposisi
Pakan dengan kadar protein tinggi menyebabkan terbentuknya ammonia dalam jumlah tinggi.
Penggunaan air resirkulasi system tertutup dengan oksigenasi dapat menyebabkan akumulasi ammonia
dalam lingkungan perairan [1]

Gejala klinis
ikan akan kehilangan kelembapan, fungsi fisiologis terganggu, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus
fatal, ikan akan mengalami kematian [1]. Kasus akut disamping ditandai dengan perubahan perilaku juga
dengan hiperaktif.

Patologi dan dampak keracunan amonia


Meningkatnya kadar ammonia akan mengakibatkan gangguan respirasi yang ditandai dengan proliferasi
sel epitel lamella insang. NH3 akan menyebabkan akumulasi cairan sehingga epitel lamella primer dan
sekunder terangkat dari jaringan penyokongnya. Dampak lebih lanjut adalah insang kehilangan fungsi
normalnya[1]. Mekanisme pasti keracunan ammonia pada ikan tidak diketahui dengan pasti [7]. Paparan
ammonia tingkat toksik akan merubah sifat kimia darah, peningkatan pH, mengganggu osmoregulasi,
dan gangguan nafas [1]. Paparan ammonia dapat menurunkan konsumsi oksigen dalam darah [7]. Pada
kadar letal ammonia akan menyebabkan kerusakan epitel kulit dan saluran pencernaan, hemoragi, dan
gangguan system syaraf pusat. Paparan tingkat kronis subletal menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan penurunan imunitas [1]. Paparan kronis kadar ammonia sebesar 0,06mg/L dapat menyebabkan
kerusakan insang dan ginjal, perlambatan pertumbuhan, dan mungkin saja malfungsi otak [3]. Ikan juga
memiliki ketahanan tubuh yang sangat rendah [7]. Ikan yang bertahan dari kadar ammonia tinggi akan
tampak kesat dan terkadang terlihat bernafas di permukaan [6]. Pada studi oleh Daoust dan Fergusson
(1983) menunjukkan bahwa pada ikan rainbow trout, keracunan ammonia tidak menimbulkan lesi
histopatologi kecuali adanya gejala syaraf. Namun pada studi lain keracunan ammonia berkaitan erat
dengan lesi pada ginjal, hati, usus, dan ovarium [8].

Diagnosa
Kadar ammonia yang toksik dapat diperhitungkan dengan menggunakan kit kualitas air dengan melihat
fraksi TAN berdasarkan nilai suhu dan pH sesuai dengan tabel [3]. Misalkan pH adalah 8, suhu 30oC,
kadar TAN adalah 3, maka nilai ammonia toksik yang tidak terionisasi adalah 0,0743 dikalikan 3 yakni
0,2229mg/L[5]. Batas kadar lethal ammonia adalah >1mg UIA/l

PenangananTingkat toksisitas ammonia bergantung pada spesies, kadar garam, tingkat paparan
ammonia, lama paparan, dan pengaruh aklimasi yang diberikan sebelumnya. Pada perairan laut, tingkat
toksisitas ammonia 30% lebih rendah daripada lingkungan air tawar [1]. Pada kolam yang filter
biologisnya cukup baik hanya dibutuhkan pemantauan kadar nitrat setiap 2 minggu serta manajemen
pakan yang baik. Sedangkan pada kolam baru sebaiknya diberikan copper setiap 2-3 hari dosis rendah.
Pada kolam baru, masa-masa awal dapat diberikan zeolite dan arang aktif untuk membantu
menurunkan ammonia dan nitrit [2]. Zeolite cukup aman dan efektif namun efikasinya akan menurun
seiring dengan peningkatan salinitas. Menurunkan pH juga akan menurunkan ammonia. Akan tetapi pH
yang rendah akan menimbulkan masalah baru. Amonia dapat diturunkan dengan bahan komersial yang
mengandung sodium hydroxymethanesulfonate [7]. Kolam baru membutuhkan waktu beberapa minggu
hingga flora normal tumbuh dan sistem filtrasi berfungsi secara efisien. Setidaknya membutuhkan waktu
6-8 minggu bagi bakteri nitrifikasi untuk tumbuh [2].

Pada kolam berukuran besar, penanganannya akan lebih sulit. Penggantian air tidaklah efektif [3].
Penggantian air hanya efektif bila dilakukan di kolam kecil. Penggantian pun hanya antara 25-50% saja
[5].Peningkatan kadar DO dengan aerasi mampu menurunkan toksisitas ammonia. Penurunan feeding
rate mampu membantu menurunkan kadar TAN ke normal [3]. Pengapuran dapat digunakan untuk
memperbaiki nilai pH. Pengaplikasian kapur dilakukan pada jelang malam ketika bahan-bahan toksik
dalam nilai tertinggi. Hal ini tidak membantu menurunkan ammonia namun membantu merubah agar
ammonia yang terbentuk dalam bentuk non toksik pada pH rendah. Penambahan fosfor juga dapat
dilakukan sebagi penyubur alga. Peningkatan jumlah alga akan meningkatkan uptake ammonia [4]. Akan
tetapi hal ini tidak dapat membantu bila kondisinya berlangsung secara akut. [5] Ammonia meningkat
pada musim gugur dan musim dingin disebabkan oleh penurunan jumlah alga sehingga kadar ammonia
tidak dapat sepenuhnya tereduksi. Penurunan suhu juga penting untuk memperlambat aktifitas bakteri
aerobic yang menghambat proses nitrifikasi [3]. Penambahan vitamin C membantu menurunkan stress
akibat kadar ammonia yang tinggi [8].

Pada akuarium, tingginya kadar ammonia dapat ditangani dengan melakukan penggantian air sebanyak
25-50% setiap hari hingga setiap minggu, mengurangi kepadatan, menambahkan filter biologis,
mengurangi pakan untuk sementara [7]

Ammonia adalah faktor lingkungan yang menjadi perhatian dalam bidang akuakultur (budidaya) serta
dalam ilmu lingkungan. Senyawa anorganik ini merupakan bentuk racun dari Total Ammonia Nitrogen
(TAN) dan dapat menimbulkan ancaman bagi organisme akuatik. Meskipun kadang-kadang disebut
sebagai NH3 (amoniak) atau NH4 (amonium), konsentrasi amoniak dalam lingkungan air umumnya
dinyatakan sebagai TAN. TAN berasal dari siklus nitrogen yang berasal dari dekomposisi bahan organik
atau dari produk ekskresi organisme akuatik. Selain itu, TAN dapat berasal dari bangkai organisme
akuatik atau pakan yang tidak dimakan. Fakta bahwa praktik akuakultur saat ini telah menggunakan
kepadatan serta volume pemberian pakan yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi TAN
dalam perairan.

Konsentrasi TAN yang tidak terkendali dapat menyebabkan masalah besar di lingkungan perairan karena
toksisitas TAN dapat tiba-tiba meningkat mengikuti perubahan faktor kualitas air, seperti pH, suhu,
muatan ion, salinitas, dan oksigen terlarut (DO). Jika melebihi ambang toleransi, bentuk beracun TAN –
ammonia (NH3) dapat menghambat pertumbuhan organisme akuatik dan bahkan mengakibatkan
kematian karena senyawa tersebut mengganggu pengikatan oksigen dalam darah, mengubah pH darah
dan memengaruhi reaksi enzimatik dan stabilitas membran pada organisme akuatik.

Konsentrasi mematikan (LC50) amonia berkisar dari 1,10 hingga 22,8 ppm untuk invertebrata dan dari
0,56 hingga 2,37 ppm untuk ikan dalam waktu 24 – 96 jam setelah paparan. Pada 0,04 ppm, amonia juga
dapat menghasilkan mortalitas 5% dan 20% penurunan pertumbuhan untuk ikan budidaya. Dengan
demikian, untuk meminimalkan efek buruk amonia khususnya dalam pengaturan akuakultur,
pengetahuan tentang bagaimana mengendalikan konsentrasi TAN sangat penting.

Amonia merupakan senyawa kimia yang terdiri dari satu atom nitrogen dan tiga atom hidrogen terikat
erat, yang memberikan simbol kimia NH3. Amonia dapat mengambil bentuk cairan atau gas yang berbau
tajam.
Amonia memegang peran penting di dalam perairan yaitu, dapat di manfaatkan oleh mikroorganisme
menjadi Nitrat dan Fosfat yang bermanfaat bagi produktifitas primer. Akan tetapi, apabila kadar
ammonia melebihi jumlah yang mampu di toleransi oleh mikroorganisme, dengan kata lain melebihi
batas, maka akan bersifat toksin bagi ikan.
Dalam aquarium, ammonia berasal dari hasil metabolisme tubuh dan sisa pakan yang tak termakan.
Yang menjadi kekurangan metode budiaya dalam aquarium adalah tidak terdapatnya mikroorganisme
yang bias mengurakan hasil metabolisme tubuh dan sisa pakan. Dampaknya, kadar ammonia menjadi
tinggi.
Kadar ammonia yang tinggi berpengaruh pada system dan organ pernapasan ikan. Ikan yang menderita
keracunan amonia memiliki permasalahan mendapatkan oksigen karena amonia menyebabkan insang
ikan menempel dan ikan tidak dapat bernapas.
Ikan yang terpapar amonia akan mengalami stres dan berperilaku berbeda dari biasanya. Ikan mungkin
akan berenang lebih cepat dari biasanya atau pergerakannya terlihat tak menentu. Sampai akhirnya
menyebabkan kematian. Untuk mencengah hal itu terjadi, maka harus selalu menjaga kebersihan
aquarium.

Anda mungkin juga menyukai