Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNIK PEMBUATAN PRODUK GINOGENESIS


IKAN

OLEH:

HAFID NUR HOLIS

19742033

PROGRAM STUDI D3 BUDIDAYA PERIKANAN


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, rahmat,
hidayah serta inayah-Nya kepada kita terutama kepada para penyusun sehingga bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “TEKNIK PEMBUATAN PRODUK GINOGENESIS
IKAN” ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Besar Muhammad  SAW. Yang selalu menjadi suri tauladan kita dalam
berbagai aspek kehidupan. Semoga kita senantiasa bisa mencontohnya.

Makalah ini dibuat untuk menunjang dan memberikan  kemudahan bagi para mahasiswa
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga dalam kegiatan ini dapat
dilaksanakan dengan nyaman dan efektif. Harapan selanjutnya, semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai sarana belajar bagi mahasiwa serta bisa dijadikan referensi mengenai
pembahasan yang terkait.

Akhir kata, makalah ini pastinya jauh dari kesempurnaan, tentunya masih terdapat banyak
kekurangan sehinngga kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi penyempurnaan
dan terwujudnya tujuan penyusunan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
           
1.1    Latar Belakang
Salah satu kegiatan proses budidaya ikan adalah pengembangbiakan ikan. Ikan yang
akan dibudidayakan merupakan ikan yang dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga
kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Banyak cara yang telah dilakukan
pembudidya untuk  mendapatkan ikan yang berkualitas. Mulai dari selektif breeding metode
hibridisasi, sex reversal, hingga poliploidisasi.
Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam pembelahan
sel, dasarnya adalah penambahan atau pengurangan sel haploid atau diploid. Pada ikan dan
hewan lainnya dengan fertilisasi eksternal proses dapat dilakukan untuk salah satu gamet
sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada zigot
(Purdom, 1993). Salah satu metode manipulasi kromosom adalah ginogenesis.
Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet
jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan
telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturukan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan
buatan.
Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma dengan sinar
ultraviolet (UV) dan kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan proses penyinaran
dengan menggunakan bahan mutagen untuk menghasilkan mutan. Sinar ultraviolet (UV)
merupakan radiasi yang juga merupakan sinar tidak tampak yang mempunyai panjang
gelombang 200-380 nm.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Ginogenesis?
2. Sebutkan tujuan dan manfaat Ginogenesis?
3. Menjelaskan tentang Ginogenesis alami dan buatan?
4. Menjelaskan perlakuan Ginogenesis pada ikan?
1.3    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1.  Dapat mengetahui pengertian Ginogenesis.
2. Dapat mengetahui tujuan dan manfaat Ginogenesis.
3. Dapat mengetahui Ginogenesis alami dan buatan.
4. Dapat mengetahui perlakuan Ginogenesis pada ikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ginogenesis


Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari
gamet jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang
perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis dapat
terjadi secara alami dan buatan.Ginogenesis adalah proses perkembangan embrio yang
berasal dari telur tanpa kontribusi material genetic jantan (Thomson, 1983).
Ginogenesis merupakan salah satu proses terjadinya  zigot tanpa materi genetik dari
jantan (Purdom1993). Pada mulanya radiadi sperma terjadi secara alami yaitu pada ikan gold
fish  (Golovinskaya, 1972 dalam Cerfas 1972 dalam Supiarti, 2007).
Partenogenesis adalah satu-satunya proses reproduksi yang sama sekali tak memerlukan
peran pejantan. Keturunan partenogenesis akan betina semua jika dua kromosom yang sama
membentuk jenis kelamin betina (sistem kromosomnya XX adalah betina dan XY jantan),
salah satunya adalah ginogenesis.
Rekayasa memainkan inti sel telur (pronukleus betina) atau inti spermatozoon dalam
proses fertilisasi dapat menciptakan individu baru. Ginogenesis adalah perkembangan sel
telur yang hanya dikomandokan oleh inti sel telur saja, sedangkan inti spermatozoon tidak
berperan karena tidak melebur menjadi sinkarion. Sebaliknya, apabila yang
mengkomandokan perkembangan hanya inti spermatozoon saja, maka disebut androgenesis.
(Mammed Sagi, 1995).
Ginogenesis (gynogenesis) merupakan pembuahan palsu yang terjadi karena gamet
jantan yang memasuki bakal telur atau ovum tidak membuahinya sehingga akan terjadi
parthenogenesis (wikipwdia: 2010). Ginogenesis adalah proses perkembangan embrio yang
berasal dari kuning telur tanpa kontribusi material genetik jantan (irmawan: 2009).
Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari
gamet jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang
perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis dapat terjadi
secara alami dan buatan. Nagy et al,. 1978, menyebutkan ginogenesis adalah terbentuknya
zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetik gamet jantan. Jadi gamet jantan hanya berfungsi
secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya merupakan perkembangan pathenogenetis betina
(telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada ginogenesis bertujuan untuk merusak
kromososm spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak berfungsi secara genetic
(Sumantadinata, 1981).
Rangsangan pembetukan embrio dapat dihasilkan malalui beberapa perlakuan selama
pembuahan pada awal perkembangan telur yaitu meradiasi sperma dengan menggunakan
bahan mutagen diploidisasi betina dengan kejutan panas. Untuk memastikan  sperma secara
genetic dapat digunakan species ikan yang berbedadan sperma yang tidak mampu
membentuk hibrida serta syaratnya adalah memilki ukuran sperma halus minimal dengan
spcies ikan betina (Anonim 2009).  Ginogenesis dibutuhkan karena pada sebagian besar ikan
baik ikan konsumsi dan ikan hias individu betina lebih bermanfaat baik dari kendahan, harga
dan pertumbuhan serta untuk memperbanyak keturunanya.

2.2 Tujuan dan Manfaat Ginogenesis


 Tujuan ginogenesis
1. Untuk mempercepat silang dalam ikan, hasilna berupa strain murni dengan homozigositas
yang tinggi.
2. Untuk memproduksi keturuna yang semuanya betina, bila digunakan induk yang
homogametic (XX).
   Manfaat ginogenesis
1. Pemurnian gen untuk mendapatkan galur murni hanya dilakukan dua kali perkawinan,
sedangkan melalui inbreeding galur murni didapatkan setelah enam kali perkawinan.
2. Ikan mas betina (2n) pertumbuhannya lebih cepat dibanding ikan jantan.
3. Ikan mas triploid (3n) juga lebih cepat pertumbuhannya, karena tidak bereprodusi.
Sedangkan menurut Sumantadinata (1997), teknologi ginogenesis memberikan banyak
manfaat diantaranya :
1. Mempercepat proses pemurnian (homozigositas)
2. Membuat populasi klon hanya dalam dua generasi
3. Membuat polulasi tunggal kelmin betina, misalnya pada ikan mas
4. Mempercepat proses seleksi ikan
5. Mendeterminasi genotip jenis kelamin betina

2.3 Ginogenesis Alami dan Buatan


Ginogenesis secara alami jarang terjadi karena pada umumnya spermatozoa yang
membuahi sel telur dalam keadaan aktif (Golovinskaya, 1972). Namun, ginogenesis dapat
berlangsung secara spontan seperti Pb II yang akan keluar bertabrakan dengan spermatozoa
yang akan masuk sehingga gamet jantan tidak jadi masuk dan Pb II tetap berada pada
posisinya (double haploid). Menurut Cherfas (1981), ginogenesis alami dapat terjadi pada
ikan crusian carp (Carrasius auratus gibelio) dan vivipar kecil dari family
Poeciliidae (Poecilia dan Poeciliopsis). 

Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet
(UV) dan kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan proses penyinaran dengan
menggunakan bahan mutagen untuk menghasilkan mutan. Sinar ultraviolet (UV) merupakan
radiasi yang juga merupakan sinar tidak tampak yang mempunyai panjang gelombang 200-
380 nm.
Ginogenesis buatan dilakukan melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan
awal perkembangan embrio. Perlakuan ini bertujuan :
1. Membuat supaya bahan genetik jantan menjadi tidak aktif  
2. Mengupayakan terjadinya diploisasi agar telur dapat menjadi zigot (Nagy, et al,.
1979). Bahan genetik dalam spermatozoa dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar
X dan sinar ultraviolet (Purdon, 1983). Sinar ultraviolet banyak digunakan, karena murah.
Ginogenesis buatan memungkinkan untuk dilakukan  pada semua spesies ikan yang telah
dapat malakukan pembuahan buatan. Ginogenesis juga pada dasarnya mengatasi dua masalah
pada pertumbuhan ikan yaitu pertumbuhan zigot. Pertama adalah menonaktifkan materi
genetik jantan dan kemudian yang ke dua merangsang diploidisasi. Ginogenesis dibutuhkan
karena pada sebagian besar ikan baik ikan konsumsi dan ikan hias individu betina lebih
bermanfaat baik dari kendahan, harga dan pertumbuhan serta untuk memperbanyak
keturunanya.
Menurut Nagy et al. (1978) dan Sumantadinata (1997), ada dua tahap penting dalam
ginogenesis buatan. Pertama menonaktifkan bahan genetic dari gamet jantan, antara lain
dapat dilakukan dengan cara radiasi. Kedua meningkatkan jumlah zigot diploid dengan cara
pemberian kejutan panas pada fase meiosis II atau meiosis I. penggunaan sinar UV untuk
inaktivasi materi genetic lebih banyak digunakan karena selain murah, lebih mudah dan aman
digunakan dibandingkan dengan sinar gamma, sinar X dan betta ( Lou dan Purdom 1984;
Horvarth dan orban 1995). Perlakuan meradiasi sperma tidak menyebabkan berkurangnya
kemampuan sperma sebagai fungsi membuahi telur dan sebagai trigger perkembangan
embrio (Streisinger et al. 1981; Arai 2001). Menurut Chourrout (1984), keberhasilan
inaktifasi materi genetic jantan dengan cara radiasi sperma, bila membuahi betina akan
menghasilkan embrio haploid yang tidak bertahan hidup. Menurut Sumantadinata et al.
(1990), padaginogenesis ikan mas, proses radiasi sperma dapat dilakukan dengan
menggunakan dua lampu UV yang masing-masing berkekuatan 15 watt untuk meradiasi
sperma dengan jarak penyinaran 15 cm.

2.4 Perlakuan Ginogenesis


Untuk mendapatkan benih ikan yang monosex secara ginogenesis ada beberapa
perlakuan yang dapat dilakukan yakni antara lain:
1. Penyinaran sperma dengan sinar ultraviolet
Sebelum sperma dicampur dengan sel telur (pemijahan buatan) sperma tersebut diberi
perlakuan penyinaran dengan sinar UV. Hal ini dilakukan untuk merusak bahan genetik
sperma. Komposisi kimiawi sperma pada plasma inti (nukleoplasma) diantaranya adalah
DNA, Protamine, Non Basik Protein. Sedangkan seminal plasma mengandung protein,
potassium, sodium, calsium, magnesium, posfat, klarida. Sedangkan komposisi kimia ekor
sperma adalah protein, lecithin dan cholesterol (Gusrina, 2008).
Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang di bawah 300 nm dapat diserap secara
kuat oleh bahan biologi tertentu, terutama asam nukleat, protein, dan koenzim. Tetapi sinar
ini tidak sampai mengionisasi atom-atom dan molekulnya disamping itu kemampuan sinar
ultraviolet untuk menembus bahan sangat terbatas. Walaupun sinar ultraviolet yang dapat
masuk ke bahan biologi tersebut sedikit, tetapi hampir semua diserap. Hal ini berarti efisiensi
penyerapan sinar ultraviolet olleh bahan-bahan biologi sangat tinggi. Pada panjang
gelombang hingga 260 nm sinar UV dapat merusak fungsi pirimidin AND yang merupakan
bahan genetic sperma. Walapun sperma diradiasi namun tidak sampai merusak
kemampuannya untuk bergerak dan membuahi telur. Dengan demikian sperma ini masih
mampu untuk memicu untuk terjadinya pembuahan dan perkembangan telur.
2.  Perlakuan kejut suhu
Setelah sperma diberi perlakuan penyinaran kemudian dicampur dengan sel telur dan
dilepaskan dalam air agar terjadi pembuahan. Setelah pembuahan terjadi kemudian telur yang
terbuahi tersebut diberi kejutan lingkungan. Hal ini dapat berupa kejut suhu atau dengan
tekanan hidrostatis. Perlakuan dengan tekanan hidrostatis memerlukan peralatan yang rumit,
mahal sehingga suli untuk diterapkan telur dalam jumlah banyak namun metode ini efektif
untuk memproduksi tingkat heterozigositas nol persen. Kejut suhu lebih praktis dalam
penggunaannya sehingga bisa diterapkan pada jumlah yang banyak. Kejut suhu dimaksudkan
untuk pencegahan keluarnya polar body II telur pada saat terjadi pembelahan miosis kedua
atau pencegahan pembelahan sel setelah duplikasi kromosom pada saat terjadi pembelahan
mitosis pertama sehingga jumlah kromosom telur mengganda lagi pada awal perkembangan
zigot (Nagy et al:, 1978). Kejut suhu disini berupa kejutan panas dan kejutan dingin.
Pemberian kejutan panas lebih singkat periodenya dibandingkan dengan kejut dingin.
Pada saat oogenesis (proses pembentukan sel telur hingga siap untuk ovulasi), sel telur
belumlah dalam keadaan 2N  melainkan 4N. Saat pembelahan sel miosis I terjadi,saat itu
dikatakan  sel telur telah matang. Saat itulah ada "loncatan" polar body I (2N), sehingga sel
telur yang awalnya 4N menjadi 2N. Pembelahan sel secara miosis, ada pengurangan set
kromosom menjadi setengah dari semula. Perbedaannya dengan pembelahan sel mitosis
(pembelahan yang ditandai dengan penggandaan atau perbanyakan jumlah sel).
Satu buah sel telur yang memiliki dua set kromosom (2N) dan satu buah sel sperma
memiliki satu set kromosom (1N). Jika keduanya kita pasangkan, maka terjadilah
pembuahan. Setelah sel telur dibuahi oleh sperma, maka satu set kromosom sperma
memasangkan diri terhadap satu set kromosom pada sel telur. Dan sebagai akibatnya, ada
satu set kromosom sel telur yang tidak mendapatkan pasangan. Itulah yang kemudian
dipahami oleh beberapa peneliti, bahwa polar body II yang berisi satu set kromosom (1N)
akan "ke luar" dari sistem. Satu set yang tidak memiliki pasangan kromosom itu akan  ter
denaturasi. Dengan terjadinya, maka sel telur yang sudah dibuahi tersebut, kembali pada
kondisi normal (2N) dan menyiapkan diri untuk melakukan proses berikutnya; yakni
pembelahan sel mitosis.
Jika proses keluarnya polar body II kita ganggu dengan kejut suhu di atas hingga
mengalami kegagalan, maka tentu saja sel telur yang sudah dibuahi itu akan tetap memiliki
tiga set kromosom; dua set dari sel telur dan satu set dari sel sperma. Inilah yang kemudian
kita kenal sebagai triploid atau individu yang memiliki tiga set kromosom (3N). Karena
materi genetic sperma telah rusak maka yang akan berkembang dan mengalami pembelahan
hanya pada set kromosom telur dari induk betina. Oleh karena itu ginogenesis hanya akan
menghasilkan anakan yang sama dengan sifat induknya jika metode ini berhasil.
Ginogenesis dapat digunakan untuk pemurnian ikan menggantikan teknik perkawinan
sekerabat.  Menurut Rohadi, D. S, (1996) dengan ginogenesis buatan dapat menghasilkan
ikan bergalur murni dengan sifat homozigositas. Hasil pemurnian ikan dengan metode
ginogenesis selama satu generasi sama dengan hasil tujuh sampai delapan generasi
perkawinan sekerabat sedangkan homozogositas satu generasi ikan ginogenesis sama dengan
homozigositas tiga generasi ikan hasil perkawinan sekerabat. Keberhasilan dari metode ini
ditentukan oleh umur zigot, lama waktu kejutan dan suhu kejutan panas yang digunakan.
Lamanya kejutan suhu, pemilihan waktu yang tepat serta suhu perlakuan yang tepat adalah
spesifik atau khas untuk masing-masing jenis ikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
   Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet
jantan, gamet jantan  hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur tanpa
menurunkan sifat-sifat genetiknya.
   Tujuan dari ginogenesis salah satunya adalah untuk mempercepat silang dalam ikan,
hasilna berupa strain murni dengan homozigositas yang tinggi, sehingga dapat mempercepat
proses pemurnian (homozigositas).
   Ginogenesis dapat terjadi secara alami atau buatan, ginogenesis secara alami jarang terjadi
karena pada umumnya spermatozoa yang membuahi sel telur dalam keadaan aktif atau
ginogenesis berlangsung secara spontan. Sedangkan ginogenesis buatan dapat dilakukan
dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV) dan kejutan panas.
Daftar Putaka

  Anonim, 2009. Triploididasi
  http://id.wikpedia.org/wiki/triplidisasi
  Sagi, mammed. 1995. Embriologi dari Abad sebelum Masehi sampai Abad Bayi Tabung.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
  http://istilahkata.com/ginogenesis.html

Anda mungkin juga menyukai